• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT pesisir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT pesisir"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“ STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN NONFORMAL”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan Yang Diampu Oleh :

Dr. Khomsun Nurhalim, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Dyah Larasati ( 4201412042 ) 2. Febri Ukhtinasari ( 4201412074 )

3. Harti ( 4401412033 )

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya kepada penulis, sehingga makalah “ Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan Nonformal ” dapat terselesaikan dengan baik guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masihlah jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi tercapainya makalah yang lebih baik. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada semua pihak yang telah ikut berkontribusi demi tersusunnya makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat menjadi bahan referensi.

Semarang, 16 Mei 2013

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ………..………... i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI...………... iii

BAB I PENDAHULUAN……..………... 1

A. LatarBelakang……… 1

B. RumusanMasalah ………. 6

C. Tujuan Penulisan……… 6

D. Manfaat…..……… 6

BAB II PEMBAHASAN .……… ……….…… 7

A. Pengertian Pendidikan Nonformal …..………. 7

B. Tujuan Pendidikan Nonformal …..……….. 14

C. Objek atau Sasaran Pendidikan Nonformal …..……….. 15

D. Peranan Pendidikan Nonformal ……….. 17

E. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ………. 24

BAB III PENUTUP……...……… . 28

A. Simpulan ….……….. 28

B. Saran ...……….. 29

DAFTAR PUSTAKA ……….. 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

(4)

yang tidak serta merta dibarengi dengan peningkatan kualitas secara signifikan, tentu menimbulkan tanda tanya besar mengenai orientasi pendidikan yang sebenarnya sedang ingin dicapai. Ironisnya, disaat beberapa negara tetangga terus berupaya keras melakukan peningkatan kualitas pada sektor pendidikan, banyak pihak di negara ini justru menempatkan pendidikan sebagai suatu komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi. Tak mengherankan bahwa ketika banyak pihak mengejar pendidikan dari sisi kuantitas, tentu menimbulkan berbagai macam konsekuensi logis seperti terabaikannya faktor kualitas pendidikan.

Parahnya lagi, belakangan kita juga telah disadarkan bahwa banyak lulusan pendidikan formal tidak memiliki spesifikasi keahlian yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Menanggapi kondisi yang seperti ini, Paulus Wisnu Anggoro, Direktur UAJY - Delcam Traning Center, menuturkan bahwa banyak dari kalangan industri yang menjadi kliennya mengeluhkan keterbatasan skill yang dimiliki oleh para lulusan perguruan tinggi, sehingga mau tidak mau seorang fresh graduate harus dilatih dari awal lagi. Ini pemborosan untuk pihak perusahaan sebagai user lulusan perguruan tinggi.

(5)

daya insani nasional yang terbaik untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan produktivitas. Pendidikan memerlukan prasarana dan sarana, materi pengajaran yang baik dan lebih baik. Di pelbagai tempat, pendidikan memerlukan pula makanan bagi murid yang lapar agar mereka dalam kondisi siap belajar. Di atas semua itu pendidikan memerlukan hal-hal yang tidak dapat dibeli dengan uang, yakni gagasan dan keberanian, keputusan, keinginan baru untuk mengetahui kemampuan diri yang diperkuat oleh suatu keinginan untuk berubah dan bereksperimen.

(6)

kebudayaan. Untuk itu, pendidikan harus mampu meningkatkan basic knowledge (pengetahuan dasar) intellectual and manual skills (keterampilan manual dan intelektual ),power of reason critism ( daya nalar / kritik ),values, attitudes and motivation (nilai-nilai, sikap dan motivasi ),power of creativity and innovation (daya kreatif dan inovasi ),cultural appreciation (apresiasi kebudayaan ),sense of social responsibillity ( tanggung jawab sosial ), dan understanding of the modern world (memahami dunia modern).

Pendidikan nonformal menjadi bagian dari pembicaraan internasional terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan tentang pendidikan pada era sebelum tahun 1960 dan akhir tahun 1970-an. Hal tersebut dapat dilihat bagaimana kaitan antara konsep pendidikan berkelanjutan dengan konsep pendidikan sepanjang hayat. Tight ( 1996 ) mengajukan konsep tentang penyatuan pendidikan extention dan belajar sepanjang hayat secara utuh dan menyeluruh, sehingga untuk menyatukan itu pendidikan nonformal dianggap memiliki peran dalam 'acknowledging the importance ofeducation, learning and training which takes place outside recognized educationalinstitutions'. Begitu bula dengan yang diungkapkan Fordham (1993), menyatakan bahwa sejak tahun 1970-an, ada empat karakteristik dasar yang berkaitan dengan peran pendidikan nonformal di masyarakat: a) relevan dengan kebutuhan kelompok masyarakat (orang-orang ) yang

(7)

b) ditujukan dan memiliki perhatian khusus pada kategori sasaran-sasaran tertentu,

c) terfokus pada program yang sesuai dengan kebutuhan,

d) fleksibel dalam pengorganisasian dan dalam metoda pembelajaran. Dalam banyak negarapun pembicaraan masalah pendidikan nonformal menjadi topik-topik khusus, serta dianggap sebagai pendidikan yang mampu memberikan jalan serta pemecahan bagi persoalan-persoalan layanan pendidikan masyarakat, terutama masyarakat yang tidak terlayani pendidikan formal. Alan Rogers dalam satu bukunya menyatakan bahwa:

There is a renewed interest in non-formal education (NFE)today. And it is significant that this interest comes not so much from the so-called'Third World' (I use this term to refer to poor countries in receipt of aid from richcountries, because many other persons use it as a short-hand). The assemblyrecognizes that formal educational systems alone cannot respond to chalange ofmodern society and therefore welcomes to reinforcement by nonformal education.( Alan Rogers, 2004 ).

(8)

1968), perkembangan pendidikan nonforml begitu pesat terutama ketika pendidikan dirasakan masih banyak kekurangan (Illich 1973), hal tersebut dirasakan tidak hanya di Negara-negara berkembang tetapi merambah sampai ke belahan dunia barat (western) juga sampai ke belahan dunia utara (northern). (Bowles dan Gintis 1976 dan kawan-kawan). Di belahan dunia barat reformasi pendidikan bergerak melalui berbagai perbedaan format, akan tetapi dalam semua perencanaan dan kebijakan-kebijakan yang diambil sangat berkaitan erat dengan pendidikan yang diperlukan bagi negara-negara berkembang mulai tahun 1968 sampai tahun 1986, pada saat itu pendidikan nonformal dirasakan sebagai obat mujarab untuk semua penyakit pendidikan yang dirasakan di tengah-tengah masyarakat (Freire 1972 dan kawan - kawan).

Pendidikan nonformal sebuah layanan pendidikan yang tidak dibatasi dengan waktu, usia, jenis kelamin, ras (suku, keturunan), kondisi sosial budaya, ekonomi, agama dan lain - lain. Meskipun pendidikan formal merupakan komponen penting dalam pendidikan sepanjang hayat. Akan tetapi, peran pendidikan nonformal dan informal dalam rangka pelayanan pendidikan sepanjang hayat bagi masyarakat sangat dibutuhkan saat ini dan kedepan.

Oleh karena itu, pada pembahasan ini akan dibahas lebih mendasar tentang bagaimana peran pendidikan nonformal dalam membangun dan memberdayakan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

(9)

2. Apa saja tujuan pendidikan nonformal ?

3. Apa obyek atau sasaran pendidikan nonformal ? 4. Bagaimana peranan pendidikan nonformal ? 5. Bagaimana konsep pemberdayaan masyarakat ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Memahami pengertian pendidikan nonformal. 2. Mengetahui tujuan pendidikan nonformal.

3. Mengetahui objek atau sasaran pendidikan nonformal. 4. Memahami peranan pendidikan nonformal.

5. Memahami konsep pemberdayaan masyarakat.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Dapat memahami pengertian pendidikan nonformal. 2. Dapat mengetahui tujuan pendidikan nonformal.

3. Dapat mengetahui obyek atau sasaran pendidikan nonformal. 4. Dapat memahami peranan pendidikan nonformal.

5. Dapat memahami konsep pemberdayaan masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN NONFORMAL

Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetauannya, nilai serta sikapnya dan ketrampilannya. ( Achmad Munib, 2010 )

(10)

dengan pendidikan nonformal, akan tetapi sangat sulit untuk merumuskan pengertian yang konprehensif dan berlaku umum, mengingat titik pandang yang berbeda. Berikut ini diuraikan berbagai definisi tentang pendidikan nonformal yang dikemukakan oleh para ahli:

1. Pendidikan nonformal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan, melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial ( yang efektif ) guna meningkatkan taraf hidup dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan sosial. ( Hamojoyo, 1973 )

2. Secara luas Coombs ( 1973 ) memberikan rumusan tentang pendidikan nonformal adalah: setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi, diselenggarakan di luar pendidikan persekolahan, diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar.

3. Niehoff ( 1977 ), merumuskan pendidikan nonformal secara terperinci yakni:

(11)

4. Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan sosial dalam hal ini adalah Semua kegiatan pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan olah raga dan rekreasi yang diselenggarakan di luar sekolah bagi pemuda dan orang dewasa, tidak termasuk kegiatan-kegiatan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum sekolah.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa pendidikan nonformal dalam proses penyelenggaraannya memiliki suatu sistem yang terlembagakan, yang di dalamnya terkandung makna bahwa setiap pengembangan pendidikan nonformal perlu perencanaan program yang matang, melalui kurikulum, isi program, sarana, prasarana, sasaran didik, sumber belajar, serta faktor-faktor yang satu sama lain tak dapat dipisahkan dalam pendidikan nonformal.

Pada definisi lain Coombs menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran yang dianggap cocok dengan penyelenggaraan pembelajaran pada pendidikan nonformal terutama mengenai sistem pembelajaran individual dan sistem pembelajaran kelompok.

(12)

education). Istilah ini mengacu pada penyelenggaraan pendidikan di luar sistem sekolah atau di luar kurikulum yang diprogram secara nasional untuk sekolah.

Istilah pendidikan luar sekolah sebenarnya lebih popular di Indonesia ketimbang di negara-negara lain (baik negara maju maupun negara dunia ke tiga). Pengungkapan istilah pendidikan nonformal memberikan informasi bahwa pada hakikatnya pendidikan tidak hanya diselenggarakan di pendidikan formal saja, tetapi juga di pendidikan nonformal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (10) Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan; ayat (11) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi; ayat (12) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; ayat (13) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

(13)

pelaksanaan belajar mengajar dan penilaian. Hal ini sejalan dengan pendapat Knowles, bahwa langkah-langkah pengelolaan kegiatan belajar meliputi: 1. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar

2. Menetapkan struktur organisasi pengelola program belajar 3. Mengidentifikasi kebutuhan belajar

4. Merumuskan arah dan tujuan belajar 5. Menyusun pengembangan bahan belajar 6. Melaksanakan kegiatan belajar

7. Melakukan penilaian.

Bahan belajar yang disediakan pada pendidikan nonformal mencakup keseluruhan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan aspek kehidupan. Hal ini ditujukan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan belajar yang timbul dalam kehidupan masyarakat. Kebutuhan belajar terasa dan prioritas program nasional. Yang dimaksud kebutuhan belajar terasa adalah kebutuhan belajar yang dirasakan oleh setiap anggota masyarakat, sedangkan prioritas program nasional berhubungan dengan tuntutan pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki setiap anggota masyarakat berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional. Oleh karena itu keberadaan pendidikan nonformal saat ini semakin dibutuhkan oleh masyarakat karena berbagai alasan meliputi:

1. Kemajuan teknologi

(14)

3. Keterbatasan akses pendidikan formal untuk menjangkau masyarakat suku terasing, masyarakat nelayan, pedalaman, serta masyarakat miskin yang termarjinalkan

4. Persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kehidupan dan perkembangan masyarakat terutama berkaitan dengan :

a) pertambahan penduduk dan pencemaran lingkungan, b) keinginan untuk maju,

c) perkembangan alat komunikasi dan,

d) terbentuknya bermacam-macam organisasi sosial.

Berdasar kepada kriteria tersebut, kebutuhan pendidikan nonformal semakin nyata dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, baik yang menyangkut persoalan pendidikan maupun persoalan sosial lainnya.

Pentingnya peran pendidikan nonformal di masyarakat bisa di analisis dari jenis kebutuhan belajar yang beragam, hal ini sejalan dengan pendapat para ahli di bidang pendidikan nonformal. Lebih jauh Coombs mengungkapkan bahwa program belajar bagi masyarakat perdesaan di dunia ketiga dapat dikelompokan kedalam:

1. Pendidikan umum atau dasar, meliputi program literasi, pengertian dasar mengenai ilmu pengetahuan dan lingkungan, dan sebagainya; 2. Pendidikan kesejahteraan keluarga,terutama dirancang untuk

(15)

3. Pendidikan kemasyarakatan. 4. Pendidikan kejuruan.

Sedangkan, Herbinson yang dikutip Simkins mengajukan pengelompokan program belajar pendidikan nonformal berdasar atas peningkatan produktivitas kerja yaitu:

1. Program peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat yang telah bekerja

2. Program penyiapan angkatan kerja, terutama bagi masyarakat yang belum bekerja.

3. Program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman di luar dunia kerja.

Berdasar kepada kondisi-kondisi tersebut program pendidikan nonformal dapat dikelompokan ke dalam dua hal, yakni:

1. Program pendidikan dasar, yang memberikan pelayanan belajar kepada masyarakat yang belum memiliki kemampuan-kemampuan dasar, seperti program literasi.

2. Program pendidikan lanjutan, yang memberikan pelayanan pendidikan untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti; pendidikan untuk peningkatan produktivitas kerja.

(16)

sepanjang hayat. Maka pendidikan nonformal memiliki tugas khusus bukan hanya sekedar tuntutan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun akan tetapi yang paling penting mencerdaskan masyarakat pada level literasi (pembebasan buta huruf) berarti membuka wawasan dan cakrawala masyarakat ke arah kemajuan dan perubahan hidup dan kehidupan yang baru. Program pendidikan dasar melalui pendidikan nonformal jangan hanya dikategorikan sekedar menyelesaikan masalah tingginya angka drop out pendidikan dasar dan menjadi sorotan dunia internasional yang berpengaruh terhadap HDI ( human developmentindex ), akan tetapi tugas ini harus dianggap sebagai suatu kewajiban dalam menata lifelong education pada tingkat awal.

A. TUJUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 Tahun 2007 Tanggal 7 Desember 2007, tujuan pendidikan nonformal adalah :

1. Menggambarkan pencapaian tingkat mutu yang seharusnya dicapai dalam program pembelajaran.

2. Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan pemberdayaan masyarakat.

3. Diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak. 4. Disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan.

(17)

1. Dijadikan sebagai cita-cita bersama oleh segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang.

2. Mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga satuan pendidikan nonformal dan segenap pihak yang berkepentingan. 3. Dirumuskan berdasarkan masukan dari warga satuan pendidikan

nonformal dan pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi pendidikan nasional.

4. Diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak. 5. Disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan.

6. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan masyarakat.

Dan untuk Misinya adalah sebagai berikut :

1. Menekankan pada mutu layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh satuan pendidikan nonformal.

2. Memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program satuan pendidikan nonformal.

3. Memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan pada penyelenggara satuan pendidikan nonformal.

4. Diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak. 5. Disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan.

6. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat.

(18)
(19)

Bagaimana dengan karakteristik pendidikan nonformal? Secara khusus pendidikan nonformal memiliki spesifikasi yang ‘unik’ dibanding pendidikan sekolah, terutama dari berbagai aspek yang dicakupinya. Ini terlihat dari tujuan pendidikan nonformal , yakni memenuhi kebutuhan belajar tertentu yang fungsional bagi kehidupan masa kini dan masa depan, dimana dalam pelaksanananya tidak terlalu menekankan pada ijazah. Dalam waktu pelaksanannya, pendidikan nonformal terbilang relatif singkat, menekankan pada kebutuhan di masa sekarang dan masa yang akan datang serta tidak penuh dalam menggunakan waktu alias tidak terus menerus.

Isi dari program pendidikan nonformal ini berpedolam pada kurikulum pusat pada kepentingan peserta didik (warga belajar), mengutamakan aplikasi dimana menekanannya terletak pada keterampilan yang bernilai guna bagi kehidupan peserta didik dan lingkungannya. Soal persyaratan masuk pendidikan nonformal, hal itu ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara sesama peserta didik. Proses belajar mengajar dalam pendidikan nonformal pun relative lebih fleksibel, artinya diselenggarakan di lingkungan masyarakat dan keluarga.

C. PERANAN PENDIDIKAN NONFORMAL

(20)

ketiga yang dikenal dengan lingkungan masyarakat atau pendidikan non formal dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk social manusia menjadi bagian dari pelbagai golongan dalam masyarakat, baik dengan sendirinya maupun dengan sengaja. Manusia dengan sendirinya adalah bagian dari keluarga, kota, negara dan kelompok agama. Tapi ada juga golongan yang dengan sengaja dimasuki seperti perkumpulan olah raga, serikat pekerja, koperasi, organisasi politik, perkumpulan kesenian dan lain-lain. Melalui kelompok – kelompok inilah pendidikan nonformal dilakukan. Pendidikan nonformal dapat menjadi pelengkap dari pendidikan formal, terlebih jika dikaitkan dengan keterbatasan - keterbatasan yang diakibatkan karena adanya krisis.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sejalan dengan itu, sistema pendidikan nacional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajamen pendidikan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

(21)

pendidikan bagi masyarakat. Jenis layanan dan satuan pembelajaran PNF sangat beragam, yaitu meliputi:

1. Pendidikan kecakapan hidup. 2. Pendidikan anak usia dini.

3. Pendidikan kesetaraan seperti Paket A, B, dan C.

4. Pendidikan keaksaraan pendidikan pemberdayaan perempuan.

5. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja ( kursus, magang, kelompok belajar usaha ).

6. Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Dalam situasi demikian, makna dibalik fenomena bermunculannya lembaga pendidikan nonformal sebenarnya lebih ingin memberikan ruang kesadaran baru pada masyarakat, bahwa upaya pendidikan bukan sekedar kegiatan untuk meraih sertifikasi atau legalitas semata. Lebih daripada itu, upaya pendidikan sejatinya merupakan kegiatan penyerapan dan internalisasi ilmu, yang pada akhirnya diharapkan mampu membawa peningkatan taraf kehidupan bagi individu maupun masyarakat dalam berbagai aspek.

(22)

berbanding lurus dengan tingginya minat masyarakat terhadap jenis pendidikan tersebut. Tidak hanya itu, lembaga pendidikan non formal juga berpeluang untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai. Hal ini terbukti dari banyaknya lembaga pendidikan nonformal seperti ADTC dan Macel lEducation Center (MEC) yang siap menyalurkan lulusan terbaiknya keberbagai perusahaan rekanan. Ini merupakan tawaran yang patut

dipertimbangkan ditengah sulitnya mencari lapangan pekerjaan seperti sekarang ini.

(23)

keunggulan dan variasi lembaga pendidikan nonformal yang tersedia kejelian masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan non formal sebagai wahana untuk mengasah keterampilan dan menyiapkan diri dalam menghadapi persaingan penting untuk dipertahankan. Indikator yang paling sederhana adalah seberapa besar kesesuian bidang pelatihan yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan nonformal dengan minat maupun bidang yang saat ini kita geluti.

Tujuannya, tentu tidak lain supaya keahlian yang didapatkan dari pelatihan lembaga pendidikan non formal dapat berjalan beriringan dan saling melengkapi minat dan dunia yang kita geluti, serta meningkatkan keunggulan kompetitif yang kita miliki. Lebih lanjut, kejelian dalam memilih juga berfungsi pula agar investasi finansial yang telah ditanamkan tidak terbuang percuma karena program yang sedang dijalani " terhenti di tengah jalan".

Pendidikan nonformal diharapkan dapat mengatasi pelbagai problematika kehidupan. Seperti diungkapkan Buchari (1994) :

Apa yang harus kita lakukan, agar kegiatan – kegiatan pendidikan non formal yang kita selenggarakan benar – benar membawa kemajuan yang berarti, yaitu kemajuan yang lebih besar daripada pembengkakan berbagai problematika yang dihadapi, dan tidak kalah pula pesatnya dibandingkan dengan laju kemajuan yang dicapai oleh negara-negara lain.

(24)

farmer or worker training ( latihan pekerja atau petani ), dan extensión service ( pelayanan pendidikan tambahan ) dan dianggap sebagai sistema bayangan ( shadow system ).

Pelaksanaan pendidikan nonformal dapat dilihat perbedaannya pada kasus negara industri dan negara berkembang. Pada negara maju seperti di Eropa dan Amerika Utara pendidikan nonformal dipandang sebagai pendidikan lanjutan bagi kehidupan seseorang. Pendidikan seumur hidup sangat berarti dalam memajukan dan mengubah masyarakat karena tiga alasan :

1) untuk memperoleh pekerjaan,

2) menjaga ketersediaan tenaga kerja terlatih dengan teknologi dan pengetahuan baru yang diperlukan untuk melanjutkan produktivitas, 3) memperbaiki kualitas dan kenyamanan hidup individu melalui

pengayaan kebudayaan dengan memanfaatkan waktu luang. Dalam perspektif ini, maka pendidikan lanjutan bagi guru memiliki arti strategis, jika gagal memberikan mereka pengetahuan yang mutakhir, maka mereka akan “memberikan pendidikan kemarin bagi generasi esok”.

(25)

meningkatkan kemampuan dari orang-orang yang memiliki kualifikasi seperti contohnya guru dan lainnya untuk bekerja di sektor swasta dan pemerintah, agar mereka bekerja lebih efektif. Di Tanzania non formal berperan untuk menyelamatkan investasi pendidikan dari mereka yang tamat sekolah maupun drop out dari sekolah menengah, namun tidak memperoleh pekerjaan, dengan memberikan kepada mereka pelatihan-pelatihan khusus (Coombs, 1968). Di Indonesia pendidikan non fornal mencakup pendidikan orang dewasa yang bertujuan agar bangsa Indonesia kenal huruf; dapat memenuhi kewajibannya sebagai orang dewasa; mempergunakan segala sumber penghidupan yang ada; berkembang secara dinamis dan kuat; serta tumbuh atas dasar kebudayaan nasional . Tujuan yang sudah digariskan pada peta pendidikan sejak 27 Desember 1945 oleh BPKNIP ini (Poerbakawatja dan Harahap, 1981) masih memiliki relevansi hingga kini apalagi dalam menghadapi menghadapi globalisasi.

(26)

meliputi pendidikan kecakapan hidup (life skills); pendidikan anak usia dini; pendidikan kepemudaan; pendidikan pemberdayaan perempuan; pendidikan keaksaraan; pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; pendidikan kesetaraan; serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Ditilik dari satuan pendidikannya, pelaksanaan pendidikan nonformal terdiri dari kursus; lembaga pelatihan; kelompok belajar; Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM); majelis taklim; serta satuan pendidikan yang sejenis (pasal 26 ayat 4). Disamping itu, dalam pasal 26 ayat 5, disana dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan keaksaraan dapat dihargai setara dengan hasil program PF setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemda dengan mengacu pada SPN (pasal 26 ayat 6).

D. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(27)

development sebagai suatu penggunaan berbagai pendekatan dan teknik dalam suatu program tertentu pada masyarakat setempat sebagai kesatuan tindakan dan mengutamakan perpaduan antara bantuan yang berasal dari luar dengan keputusan dan upaya masyarakat yang terorganisasi. Program-program tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mendorong prakarsa dan kepemimpinan setempat sebagai sarana perubahan sesungguhnya. Di negara-negara berkembang, program ini memberikan perhatian utama pada kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan warga masyarakat, termasuk di dalamnya pemenuhan kebutuhan non-material ( Mohd. Shukri Abdullah, 1994 ).

James Christenson dan Jerry Robinson tahun 1980 seperti dikutip oleh Lyon ( 1987 ) dalam Saharudin ( 2000 ) menyatakan bahwa dalam konsep pembangunan masyarakat, komunitas digambarkan sebagai elemen-elemen pokok masyarakat yang ada dalam batas geografis tertentu dimana mereka dapat mengembangkan interaksi sosial dengan ikatan-ikatan psikologi satu sama lain dan dengan tempat tinggal mereka. Selanjutnya James Christensen mengidentifikasi tiga pendekatan dalam pengembangan masyarakat, yaitu menolong diri sendiri ( self-help ), pendekatan konflik, dan pendampingan teknik ( technical assistance ).

(28)

Pengembangan masyarakat dengan demikian merupakan suatu aktivitas pembangunan yang berorientasi pada kerakyatan. Syarat pembangunan kerakyatan menurut Corten ( 1990 ) adalah tersentuhnya aspek-aspek keadilan, keseimbangan sumberdaya alam dan adanya partisipasi masyarakat. Dalam konteks seperti itu maka pembangunan merupakan gerakan masyarakat, seluruh masyarakat, bukan proyek pemerintah yang dipersembahkan kepada rakyat di bawah. Pembangunan adalah proses di mana anggota-anggota suatu masyarakat meningkatkan kapasitas perorangan dan institusional mereka dalam memobilisasi dan mengelola sumberdaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesuai aspirasi mereka sendiri.

Dalam konsep pembangunan masyarakat juga dikenal istilah pemberdayaanyang berasal dari kata empowerment. Konsep ini digunakan sebagai alternatif dari konsep-konsep pembangunan yang selama ini dianggap tidak berhasil memberikanjawaban yang memuaskan terhadap masalah-masalah besar, khususnya masalahkekuasaan (power) dan ketimpangan (inequity) ( Kartasasmita, Ginandjar 1996 ).

(29)

secara sistematik, dan lain-lain ( Ife, 1995 ). Sedangkan Friedman ( 1992 ) mengatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah politik pembangunan alternatif yang menekankan keutamaan politik sebagai sarana pengambilan keputusan untuk melindungi kepentingan masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung melalui partisipasi, demokrasi, dan pembelajaran sosial melalui pengamatan langsung.

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people centred, participatory, empowering, and sustainable” ( Chambers, 1995 ). Konsep ini lebih luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar ( basic needs ) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain oleh Friedman ( 1992 ) disebut sebagai alternative development, yang menghendaki ‘inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and intergenerational equaty” ( Kartasasmita, Ginanjar 1996 ).

(30)

makna partisipatif harus benar-benar dapat memberdayakan masyarakat yang ditunjukkan oleh kemampuan mereka menolong diri mereka sendiri ( self-help ) dan dapat bersaing secara efektif dengan kelompok masyarakat lainnya.

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Pendidikan nonformal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan, melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial ( yang efektif ) guna meningkatkan taraf hidup dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan sosial.

2. Tujuan pendidikan nonformal adalah :

a) Menggambarkan pencapaian tingkat mutu yang seharusnya dicapai dalam program pembelajaran.

b) Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan pemberdayaan masyarakat.

c) Diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak. d) Disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan. 3. Obyek atau sasaran pendidikan nonformal dilihat dari segi pelayanan,

(31)

4. Peran pendidikan nonformal untuk mendidik begitu banyak petani, pekerja, usahawan kecil dan lainnya yang tidak sempat bersekolah dan mungkin tidak memiliki keterampilan maupun pengetahuan yang

5. dapat diamalkan bagi dirinya sendiri maupun bagi pembangunan bangsanya

6. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yang bersifat people centred, participatory, empowering, and sustainable.

B. SARAN

(32)

DAFTAR PUSTAKA Hilal, Syamsu.2010.Pendidikan Non Formal.(Online).

(http://syamsuhilal.blogspot.com, diakses 5 Mei 2013)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Non

Formal.2007.Jakarta:Mendiknas.

Sudarsana, I Ketut.2006.Peranan Pendidikan Anak Usia Dini Sebagai

Satuan.Pendidikan Non Formal Dalam Membentuk Karakter Anak.(Online). (http://www.paudni.kemdikbud.go.id, diakses 5 Mei 2013).

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undang Republik Indonesia No,20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengenai Tujuan pendidikan Nasional dan Penjelasan pasal 15.

Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pasal 1 Ayat 32 Peraturan

Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pasal 1 Ayat 32 Peraturan

Berdasarkan UUD Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 31 ayat 2,bahwasanya Pendidikan Jarak Jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok

Undang - Undang RI No.12 tahun 2012, tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang – Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Pendidikan Nasional Undang – Undang Dasar 1945, Pasal 31

Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pasal 1 Ayat 32 Peraturan

Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pasal 1 Ayat 32 Peraturan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 pasal 16 ayat 2 dan UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 20 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional https://kotabaruparahyangan.com/