• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis d"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN PENELITIAN DENGAN

MEMPERHATIKAN KAIDAH PENULISAN

KARYA ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah

DEFI INTAN PUSPARINI

1815150858

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

2

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam

Pembelajaran IPS dengan Metode The Power Of Two di

Sekolah Dasar Kelas IV

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu bangsa. Oleh karena itu, semua komponen yang terdapat didalam pendidikan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pendidikan tersebut baik itu dari segi sekolah ataupun dari luar sekolah. Hal ini seperti yang tercantum dalam undang-undang sistem pendidikan nasional Republik Indonesia no.20 tahun 2003 bab 1 pasal 1 (ayat 1) bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembagkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam hal ini pendidikan dasar memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi siswa, karena pendidikan dasar merupakan potensi awal bagi siswa untuk membuka pola pikir dan menambah wawasannya. Terutama dalam pembentukan pola berpikir kritis, Yaumi (2012:67) mengemukakan “berpikir kritis atau critical thinking adalah kemampuan kognitif untuk mengatakan sesuatu dengan penuh keyakinan karena bersandar pada alasan yang logis dan bukti empiris yang kuat.”1 Dengan begitu siswa dapat memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir evaluatif yang memperlihatkan kemampuan orang dalam melihat kesenjangan antara kenyataan dan kebenaran dengan mengacu kepada hal-hal ideal, serta mampu menganalisis dan mengevaluasi serta mampu membuat tahapan-tahapan pemecahan masalah, mampu menerapkan bahan-bahan yang telah dipelajari dalam bentuk perilaku sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan norma-norma yang berlaku.2

Sehingga kemampuan berpikir kritis sudah mencangkup kemampuan untuk kreatif dan kemampuan konstruktif untuk sampai pada berbagai alternatif penjelasan terhadap suatu peristiwa, berpikir tentang implikasi temuan, dan menerapkan pengetahuan baru ke dalam permasalahan pribadi dan sosial. Namun jika dilihat dari proses perkembangan anak, seperti yang dikatakan dalam teori perkembangan anak bahwa anak memiliki daya berpikir yang berbeda-beda sehingga dimana faktor-faktor tersebut menunjukan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, berpikir dan menyelesaikan masalah.

1 Dudu Suhandi Saputra, 2016, Berpikir Kritis Terhadap Kemampuan Menulis Argumentasi, Jurnal

Pendidikan Dasar, Volume 7, Edisi 1, Hal 4.

2Tunjungsari Sekaringtyas,2017, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kemampuan Berpikir Kritis

(3)

3

Sehingga pengembangan kemampuan berpikir kritis dapat ditumbuhkan sejak usia sekolah dasar. Menurut John Dewey dalam Yaumi (2013: 66), “critical thinking is an

active, persistent, and careful consideration of a belief or suppose form of knowledge in the light of the grounds which support it and further conclusion to which tends.”

Dalam hal ini Dewey menekankan bahwa berpikir kritis itu merupakan proses yang aktif. Jean Marrapodi dalam jurnalnya memperkenalkan enam proses dalam tahap berpikir kritis yang dinyatakan oleh Peter Faccione, “…process of critical thinking: interpretation, analysis, evaluation, inference skills, presenting arguments, and reflections that may be used in the critical analysis process”. Faccione menyatakan terdapat enam proses yang dapat mengukur kemampuan berpikir kritis seseorang, yaitu kemampuan interpretasi, kemampuan analisis, kemampuan evaluasi, kemampuan inferensi,

kemampuan menjelaskan, dan kemampuan refleksi.3

Penjelasan diatas menghubungkan proses berpikir seseorang hingga saat menerima atau memperoleh informasi dari orang lain sehingga dia tidak hanya menerima informasi secara pasif saja melainkan dia mengevaluasi kebenarannya terlebih dahulu, sehingga siswa dapat menjadi masyarakat yang cerdas yang tidak mudah percaya dengan pemberitaan yang belum pasti kebenarannya. Dengan begitu peningkatan kemampuan berpikir kritis dapat diterapkan di Sekolah Dasar asalkan suasana pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Pengembangan potensi tersebut dapat dilakukan melalui berbagai mata pelajaran di Sekolah Dasar. Pada pendidikan dasar terdapat beberapa komponen bidang pembelajaran yang harus dikuasi oleh siswa diantaranya adalah ilmu pengetahuan sosial (IPS). IPS merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pembinaan warga negara yang baik. Melalui mata pelajaran IPS disekolah dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial dilingkungannya serta memiliki keterampilan berpikir kritis dan dapat memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.

Secara umum kompetensi peserta didik dapat dilihat dari hasil belajar seluruh mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPS. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget bahwa peserta didik di kelas IV Sekolah Dasar berada pada tahap perkembangan operasional kongkret yang menuju kepada tahap perkembangan operasional formal. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran IPS di SD harus diberikan kepada peserta didik sesuai dengan perkembangannya, yaitu harus diberikan dari hal–hal yang bersifat kongkret menuju ke hal–hal yang bersifat abstrak dan dapat diterapkan.4 Umumnya peserta didik SD mempunyai karakter senang bermain, senang berkelompok dan senang mencoba sehingga pembelajaran IPS di SD juga harus diberikan kepada peserta didik dengan metode atau teknik yang mendorong peserta didik aktif untuk bereksplorasi, kreatif, efektif dan menyenangkan dan guru pun

3Uswatun Hasanah, 2016, Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap

Hasil Belajar Ipa Kelas V Sd Di Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat, Jurnal Pendidikan Dasar, Volume, 7 Edisi 2, Hal 376.

4Elah Nurelah, 2016, Kemandirian Belajar dan Kecerdasan Interpersonal Dengan Hasil Belajar IPS,

(4)

4

dituntut harus mempunyai inovasi pembelajaran yang tinggi sehingga pembelajaran IPS yang diberikan kepada peserta didik tidak membosankan.

Namun ya ditemukan di lapangan, proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar cenderung kurang meningkatkan kreatifitas siswa, terutama dalam proses pembelajaran IPS masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan di dominasi oleh seorang guru.5

Oleh karena itu diperlukan suatu model atau metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan membuat pembelajaran menjadi aktif, kongkret dan menyenangkan. Diantaranya seperti metode The Power of Two menurut Silberman, metode The Power of Two berarti menggabungkan kekuatan dua kepala. Menggabungkan dalam hal ini adalah membentuk kelompok kecil, yaitu masing – masing siswa berpasangan. Kegiatan ini dilakukan agar munculnya suatu sinergi yakni dua kepala lebih baik dari satu. Setrategi pembelajaran the power of two ini adalah termasuk bagian dari active learning yang merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar lebih aktif dengan pemberian tugas belajar yang diberikan dalam kelompok kecil siswa.

Dukungan siswa dan keragaman pendapat, pengetahuan serta ketrampilan mereka akan membantu menjadikan belajar sebagai bagian berharga dari iklim kelas namun demikian belajar bersama tidaklah selalu efektif. Boleh jadi terdapat partisipasi yang tidak seimbang, komunikasi yang buruk dan kebingungan.6 Dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat, pengetahuan, serta keterampilan mereka akan membantu menjadikan para siswa dapat berpikir dengan kritis.

5 Evi Nurwahidah, 2017, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Konsep Diri Terhadap Hasil Belajar

Ilmu Pengetahuan Sosial, Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 8, Edisi 1, Hal 56.

6 M, Siberman. Active Learning: 101 Setrategi Pembelajaran Aktif. (Terjemah Raisal Mutaqin. Bandung:

(5)

5

Daftar Pustaka

 Dudu Suhandi Saputra, 2016, Berpikir Kritis Terhadap Kemampuan Menulis Argumentasi, Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 7, Edisi 1, Hal 4.

 Tunjungsari Sekaringtyas,2017, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Sdn Sukatani IV, Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 8, Edisi 2, Hal 161.

 Uswatun Hasanah, 2016, Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Ipa Kelas V Sd Di Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat, Jurnal Pendidikan Dasar, Volume, 7 Edisi 2, Hal 376.

 Elah Nurelah, 2016, Kemandirian Belajar dan Kecerdasan Interpersonal Dengan Hasil Belajar IPS, Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 7, Edisi 1, Hal 15.

 Evi Nurwahidah, 2017, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Konsep Diri Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 8, Edisi 1, Hal 56.

Referensi

Dokumen terkait

Lakoff & Johnson (1980: 25-26) menjelaskan bahwa metafora ontologis menyajikan tujuan yang berbeda-beda, dan ragam jenis metafora dihasilkan dari jenis

Keinginan untuk pindah kerja dapat membuat auditor kurang peduli terhadap apa yang ia lakukan sehingga lebih dapat terlibat dalam perilaku disfungsional disebabkan

SLQ ( Static Location Quotient ) biasa disebut LQ. Digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu daerah atau sektor- sektor

bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pasal 1 Ayat 32 Peraturan

bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pasal 1 Ayat 32 Peraturan

Ekstrak etanol daun sambiloto dosis 70, 140, 280 mg/kg BB yang diberikan pada mencit model diabetes aloksan mampu menurunkan kadar glukosa darah, namur secara

sebelumnya, maka dari itu tutup palka harus sering dibuka agar gas yang ada di dalam palka bisa keluar. 4).Saluran pembuangan bilges harus dalam keadaan bersih dan kering

Proyek yang dilaksanakan oleh IOM dan GTZ berfokus pada pemulihan mata pencaharian mulai dilaksanakan pada akhir 2008 dan sekarang memberikan kontribusi kepada prakarsa