BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan
dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan ataupun
perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya
perkebunan-perkebunan yang dikelola oleh pihak swasta.1
Pematang Siantar merupakan kota kedua yang terpenting dan terbesar di Sumatera
Utara setelah Medan pada abad ke-20, juga ikut merasakan perubahan dari sistem ekonomi
atau industrialisasi yaitu dengan munculnya perusahaan-perusahaan ataupun pabrik-pabrik
yang dikelola oleh pihak swasta. Adapun industri yang terdapat di Pematang Siantar mulai
dari sektor industri besar, industri sedang, sektor industri kecil dan rumah tangga, merupakan
tulang punggung perekonomian dari kota ini. Wilayah Pematang Siantar dalam sektor
industri sangat potensil dikembangkan karena secara geografis berada di tengah-tengah Dari munculnya perkebunan
tersebut menyebabkan adanya perubahan dan sistem ekonomi yang sangat berpengaruh
dalam kehidupan bermasyarakat, terutama adalah munculnya industri – industri yang terus
mengalami perkembangan.
1
wilayah Simalungun yang telah unggul dalam beberapa jenis komoditi pertanian dan dapat
berfungsi sebagai penyedia input industri.
Sektor industri di Pematang Siantar cukup berkembang. Salah satu industri yang
masih berdiri semenjak zaman Pemerintahan Kolonial Belanda sampai sekarang adalah
industri minuman cap badak yang dimiliki oleh PT. Pabrik Es Siantar. Industri minuman PT.
Pabrik Es Siantar termasuk dalam kategori industri menengah atau sedang. Industri sedang
adalah industri yang menggunakan tenaga kerja 5-49 orang dan menggunakan mesin tenaga
atau mempekerjakan 10-99 orang dan tidak menggunakan mesin tenaga. 2
PT. Pabrik Es Siantar atau lebih dikenal dengan nama pabrik minuman cap badak,
merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam produksi minuman yang telah berdiri
hampir satu abad dan juga penghasil minuman yang cukup terkenal yaitu sarsaparilla. PT.
Pabrik Es Siantar berdiri pada tahun 1916 dengan nama NV Ijs Fabriek3
2
S. Hadibroto, dkk, Perkiraan pendapatan Regional (Regional Income) Propinsi Sumatera Utara 1969-1973, Medan: BAPPEDA SUMUT LPPM Fak Ekonomi USU, 1975.
3
NV Ijs Fabriek berasal dari bahasa Belanda. NV yang artinya Naamloze Vennootschap artinya Perseroan Terbatas. Sedangkan ijs fabriek artinya adalah pabrik es. Pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda
yang didirikan oleh
Heinrich Surbeck, pria kelahiran Swiss dan tinggal Kota Pematang Siantar. Pematang siantar
sebagai lokasi pabrik minuman itu disebabkan karena pada awal abad ke-20 kota tersebut
telah mengalami perkembangan pesat akibat dari munculnya perkebunan-perkebunan
sehingga banyak orang yang sekedar berkunjung ataupun ingin bekerja. Di sisi lain tempat
ini merupakan transit barang dari Medan ke daerah-daerah lain dan juga tempat peristirahatan
bagi pejabat-pejabat perkebunan. Keadaan di atas menyebabkan Heinrich Surbeck
menentukan bahwa lokasi ini merupakan tempat yang tepat untuk membangun NV Ijs
Heinrich Surbeck bukan hanya mendirikan pabrik ini, tetapi juga mendirikan
pembangkit listrik dan hotel di Pematang Siantar. PT. Pabrik Es Siantar pada awalnya
memproduksi sejumlah minuman bersoda dengan berbagai rasa mulai dari jeruk, anggur,
sarsaparilla dan air soda. Ada delapan minuman bersoda yang diproduksi yaitu orange pop,
sarsaparilla, raspberry, nanas, grape fruit soda, American ice cream soda, coffee bear dan
soda water, dengan seluruh minuman itu bermerek badak. Dipilihnya nama cap badak tidak
diketahui persis tetapi dari wawancara yang penulis lakukan adalah merupakan sebuah
filosofis. Bahwa badak mempunyai kulit yang keras dengan tanduk yang sangat kuat, maka
minuman ini dapat diartikan juga akan bertahan dari minuman-minuman asing ataupun dari
perkembangan globalisasi. PT. Pabrik Es Siantar cukup berkembang pesat. Hal ini terlihat
dari pendistribusian minuman ini ke daerah-daerah lain di Sumatera dan Jawa yang semakin
pesat.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, pabrik ini masih bertahan dan
pemerintah jepang menempatkan wakilnya di pabrik ini. Pasca kemerdekaan Republik
Indonesia pabrik ini pun masih bertahan. Akan tetapi situasi berubah, setelah Heinrich
Surbeck dibunuh oleh lascar rakyat yang memberontak melawan Belanda dan ingin masuk
lagi ke Indonesia. Pabrik ini ditinggalkan oleh keluarga Surbeck dan dikelola oleh Elman
Tanjung yang menjadi direktur PT. Pabrik Es Siantar. Elman Tanjung awalnya adalah
seorang pegawai tetap di PT. Pabrik Es Siantar. Hingga pada tahun 1947, salah satu anak
Surbeck yaitu Lydia Rosa mengelola pabrik ini lagi sampai tahun 1959
Pasca kemerdekaan, pemerintahan Indonesia belum stabil dan adanya isu-isu
diserahkan kepada Elman Tanjung sebagai pengelolanya. Pada tahun 1969, sebuah
perusahaan yang bernama Barat Trading Company dengan direkturnya Julius Hutabarat
membeli PT. Pabrik Es Siantar dengan cara menyicil. Hingga pada tahun 1971 pabrik ini
menjadi milik seutuhnya Julius Hutabarat. Seiring dengan pergantian kepemilikan, nama
pabrik juga diganti menjadi PT. Pabrik Es Siantar.
Perubahan arus zaman atau globalisasi menyebabkan produksi minuman dari PT.
Pabrik Es Siantar semakin berkurang dan jenis rasa dari minuman yang diproduksi juga
berkurang. Awalnya ada delapan minuman yang diproduksi tetapi sebelum tahun 1990
tinggal dua minuman yang diproduksi yaitu sarsaparilla dan air soda. Berkurangnya produksi
minuman PT. Pabrik Es Siantar salah satu penyebabnya adalah masuknya minuman asing
yang banyak diminati masyarakat. Namun pada tahun 1990 minuman cap badak hasil PT.
Pabrik Es Siantar tetap menjadi primadona bagi warga Pematang Siantar, Medan, Tapanuli
Selatan dan daerah-daerah sekitar Sumatera Utara khususnya untuk minuman sarsaparilla.
Perkembangan produksi minuman PT. Pabrik Es Siantar atau pabrik minuman cap
badak akan dibahas dalam bab selanjutnya, namun penulis akan menjelaskan makna dari kata
perkembangan terlebih dahulu. Yulius mengatakan bahwa perkembangan itu berarti
perubahan keadaan.4
4
Bahwa perkembangan itu tidak harus mengarah pada bentuk perbaikan
atau kesempurnaan tetapi bisa mengarah kepada bentuk perbaikan atau kemajuan bahkan
mengarah kepada kemunduran. Perkembangan yang ingin dicapai adalah perkembangan
menutup kemungkinan perkembangan kearah negatif yaitu mengarah dalam bentuk-bentuk
yang tidak diinginkan.
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji perkembangan
perusahaan industri ini dengan judul “PT. PABRIK ES SIANTAR DI PEMATANG SIANTAR 1959-1990”. Adapun penulis membatasi penulisan mulai dari tahun 1959-1990, disebabkan karena pada tahun 1959 PT. Pabrik Es Siantar telah ditinggalkan oleh pemiliknya
dan dikelola oleh Elman Tanjung. Sedangkan tahun 1990 sebagai akhir dari penulisan, ini
disebabkan karena pada tahun tersebut produksi minuman dari delapan minuman berubah
menjadi dua produski minuman.
1.2. Rumusan Masalah
Perlu dibuat suatu rumusan sebagai landasan utama dalam sebuah penelitian dan
substansi dari penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas dan dalam
mempermudah penulis dalam penulisan ini maka dibuatlah suatu rumusan masalah yang
berisi batasan-batasan penelitian dan ruang lingkup fokus permaslahan.
Beritik tolak dari latar belakang di atas penulis membuat beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana PT. Pabrik Es Siantar di Pematang Siantar sebelum 1959?
2. Bagaimana perkembangan PT. Pabrik Es Siantar di Pematang Siantar
1959-1990?
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam sebuah penelitian, tentu mempunyai tujuan dan manfaat penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan PT. Pabrik Es Siantar di Pematang Siantar sebelum 1959.
2. Menjelaskan perkembangan PT. Pabrik Es Siantar di Pematang Siantar 1959-1990.
3. Menjelaskan pengaruh PT. Pabrik Es Siantar terhadap masyarakat Pematang Siantar.
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, tentunya untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejarah
perusahaan industri sekaligus juga mengembangkan peneliti dalam sebuah penulisan
karya ilmiah.
2. Dengan adanya penelitian ini juga dapat memberi masukan bagi pemerintah Kota
Madya Pematang Siantar dalam rangka mengambil kebijakan untuk pembangunan
sektor perusahaan industri.
3. Menambah literatur dalam penulisan sejarah perusahaan industri khususnya
1.4.Tinjauan Pustaka
Untuk melakukan kegiatan penelitian dan penulisan, perlu dilakukan tinjauan pustaka
dengan menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan judul tulisan ini. Ada beberapa
buku yang digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini dan mampu mencari
kerangka teoritis sebagai acuan penelitian.
G. Kartasapoetra, dkk dalam bukunya Administrasi Perusahaan Industri,
menjelaskan bagaimana teknik tentang pembangunan perusahaan industri, teknik
perencanaan dan penyusunan anggaran. Juga dijelaskan dalam buku ini bagaimana
perusahaan industri menentukan kebijaksanaan dalam admnistrasi barang baku, perencanaan
produksi, alat dan peralatan. Buku ini dapat digunakan untuk membantu penulis dalam
menjelaskan perkembangan sebuah perusahaan terkhususnya untuk PT. Pabrik Es Siantar.
Mudrajad Kuncono, dalam bukunya Ekonomika Industri Indonesia, Menuju Negara
Industri Baru 2030? Menjelaskan bagaimana Industrialisasi dianggap sebagai strategi
sekaligus obat bagi banyak Negara. Buku ini mencoba membah industrialisasi dalam
perspektif ekonomi industri sekaligus memotret bagaimana dinamika perkembangan industri
sejak era Presiden Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Juga dijelaskan kinerja
organisasi dengan melihat hubungan antara struktur industri, perilaku organisasi dan kinerja
organisasi.
Wasis, dalam bukunya Pengantar Ekonomi Perusahaan, menjelaskan pengertian
tentang perusahaan, bentuk, tempat, struktur organisasi perusahaan, masalah biaya, harga
pemasaran, produksi, pembelian dan persediaan, personalia, risiko reorganisasi, likwidasi dan
konglomerasi.
.
1.5.Metode Penelitian
Penulisan merupakan titik akhir dari suatu penelitian ilmiah. Untuk itu penulis
menggunakan metode sejarah. Adapun metode sejarah yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi: heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.5
1. Langkah pertama yang dilakukan adalah heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber
yang sesuai dan mendukung objek penelitian. Ada dua teknik yang digunakan dalam
tahapan ini yang pertama adalah library research (studi kepustakaan). Studi kepustakaan
(library research) adalah penelitian dengan mencari informasi permasalahn melalui
sejumlah literature, baik berupa buku-buku dengan berbagai keterangan melalui bahan
penulisan untuk mendukung penelitian. Informasi yang telah terkumpul kemudian
diseleksi dengan maksud untuk mendapatkan informasi yang autentik guna mendukung
objek penelitian. Sumber ini diperoleh dari Pemerintah Kota Pematang Siantar,
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Daerah Kota Pematang Siantar.
Yang kedua adalah field research (studi lapangan) yaitu penelitian dalam usaha mencari Dengan metode ini penulis
berusaha untuk mencari penjelasan tentang masa lampau dengan harapan akan ditemukan
suatu generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah itu.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode sejarah adalah:
5
informasi dari tempat objek penelitian di lapangan. Dalam penelitian lapangan ini
dilakukan interview atau wawancara. Penulis melakukan wawancara melalui informan
yang dapat memberikan informasi dalam penelitian ini. Dalam melakukan wawancara
dipilih beberapa informan yang mengetahui tentang masalah yang dibahas yaitu mereka
yang pernah bekerja di PT. Pabrik Es Siantar dan masyarakat sekitar.
2. Langkah kedua yang dilakukan adalah verifikasi (kritik sumber). Dalam tahapan ini,
kritik dilakukan terhadap sumber yang telah dikumpulkan untuk mencari keaslian sumber
tersebut baik dari segi isi maupun materialnya agar menjadi sumber terpilih. Kritik yang
dilakukan adalah kritik intern dan kritik ekstern. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
kebenaran informasi dari sumber atau data yang diperoleh. Kritik intern adalah menelaah
tentang kebenaran isi atau fakta dari sumber-sumber objek penelitian. Kritik ekstern
adalah dengan cara pengujian untuk menguji keaslian sumber.
3. Langkah ketiga yang dilakukan adalah interpretasi. Dalam tahapan ini data yang
diperoleh dianalisa sehingga melahirkan suatu analisis yang sifatnya lebih objektif dan
ilmiah. Objek kajian masa lampau serta minimnya data dan fakta yang membuat
interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam.
Data-data yang diperoleh merupakan perekat atau penghubung dari sumber yang satu ke
sumber yang lain.
4. Langkah terkahir adalah historiografi. Merupakan tahap akhir dalam penulisan sejarah.
Penyusunan kesaksian yang diperoleh berdasarkan sumber-sumber sejarah yang