• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial dan Pemasaran Produk Ijuk Aren (Arenga pinnata) di Desa Pelintahan Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Finansial dan Pemasaran Produk Ijuk Aren (Arenga pinnata) di Desa Pelintahan Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Hasil Hutan Non Kayu

Baharuddin dan Taskirawati (2009) Mengemukakan bahwa pemanfaatan hasil hutan non kayu umumnya untuk kebutuhan atau kepentingan sendiri dan bangunan umum di desa serta untuk bahan kerajinan masyarakat. Masyarakat memandang hutan sebagai lahan usaha dan penyediaan berbagai keperluan sehari-hari, namun pemanfaatannya tetap diatur menurut adat terutama untuk hal-hal yang menyangkut tanah perladangan.

Sejak zaman prasejarah hasil hutan bukan kayu telah banyak dimanfaatkan oleh manusia. Sebelum manusia mengenal peralatan logam manusia purba telah menggunakan batu dan tulang binatang sebagai alat berburu. Pada saat itu manusia purba hidup berburu dan meramu dan belum mengenal bangunan rumah. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan mereka kemudian telah mengenal teknik bercocok tanam. Mereka mulai bercocok tanam umbi-umbian dari hutan sebagai sumber makanan mereka dan telah menjinakkan hewan sebagai hewan

peliharaan untuk bahan makanan dan kendaraan mereka (Baharuddin dan Taskirawati, 2009).

(2)

kayu sebagai bahan pembuatan pakaian seperti sarung sutera serta sebagai bahan pembuat bangunan rumah (Baharuddin dan Taskirawati, 2009).

Tanaman Aren

Botani aren

Aren atau enau (Arenga pinnata), tersebar di seluruh kepulauan nusantara, dari dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Tanaman yang berasal dari Asam (India) dan Burma ini, tumbuh subur di lembah lereng pegunungan, di sepanjang aliran sungai hingga di ketinggian pegunungan, di hampir semua jenis tanah, cenderung tumbuh liar, tidak menuntut pemeliharaan dan perawatan. Bahkan nyaris tidak dipelihara dan dirawat sebab masih belum dibudidayakan (Gultom, 2009).

Aren (Arenga pinnata) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan), merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren banyak terdapat mulai dari pantai timur India sampai ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir diseluruh wilayah Nusantara (Sunanto, 1993).

Klasifikasi tanaman aren menurut Sunanto (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales

Family : Arecaceae/Palmae Genus : Arenga

(3)

Pohon aren dewasa (tua) merupakan palma yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 meter, dengan diameter batang mencapai 65 cm. Batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang. Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjangnya mencapai 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang, berukuran 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya. Bunganya berumah satu, bunga-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun, panjang tongkol hingga 2,5 m (Rauf, 2011).

Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan angin atau serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 4-5 cm, di dalamnya berisi biji 3 buah, masing-masing berbentuk seperti siung bawang putih. Kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih muda dan menjadi kuning setelah tua (masak). Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan. Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan berwarna hitam yang keras setelah buah masak. Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda; dan berwarna putih, padat atau agak keras pada waktu buah sudah masak (Sunanto, 1993).

(4)

panjangnya mencapai 1,5-1,8 meter, dan tiap tongkol (tandan buah) terdapat 40-50 untaian buah. Tiap tandan terdapat banyak buah, beratnya mencapai 1-2,5 kuintal. Buah yang setengah masak dapat dibuat kolang kaling. Pada satu pohon aren sering didapat 2-5 tandan buah yang tumbuhnya agak serempak. Ijuk aren yang baik berasal dari tanaman yang belum berbunga, yaitu ketika aren yang berumur 4-5 tahun. Apabila tanaman aren telah berbunga mutu ijuknya menjadi kasar (Sunanto, 1993).

Syarat tumbuh

Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur, dan berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (pH tanah terlalu asam). Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m, dan lebih dari 800 m, tanaman aren dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan (Sunanto, 1993).

Disamping itu, banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Atau, jika diperhitungkan dengan perumusan Schmidt dan Ferguson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai iklim agak basah (Sunanto, 1993).

(5)

tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian tanaman ini tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari (Sunanto, 1993).

Penyebaran

Pohon enau sangat mudah tumbuh, tanpa memilih tingkat kesuburan tanah dan kondisi lahan. Asal-usul pohon enau diketahui berasal dari wilayah Asia tropis, menyebar secara alami mulai dari India Timur di sebelah barat, hingga ke Malaysia, Indonesia, dan Filipina di sebelah timur. Di Indonesia, enau tumbuh liar atau ditanam sampai ketinggian 1.400 meter diatas permukaan laut. Pohon enau umumnya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai (Rauf, 2011).

Tanaman aren bisa dijumpai dari pantai barat India sampai ke sebelah selatan China dan juga Kepulauan Guam. Habitat aren juga banyak terdapat di Filipina, Malaysia, Dataran Asam di India, Laos, Kamboja, Vietnam, Birma (Myanmar), Srilangka dan Thailand. Saat ini tercatat sekitar 2.800 jenis tanaman anggota palmae yang terdiri dari 215 genus. Sebanyak 460 jenis dari 35 genus diantaranya berada di Indonesia dan tersebar diberbagai pulau, baik di pulau kecil maupun di pulau besar. Dari sekian ratus jenis tanaman keluarga palmae di Indonesia, maka tanaman aren termasuk unggulan bila dilihat dari potensi dan kegunaannya (Baharuddin dan Taskirawati, 2009).

(6)

Pohon aren dapat menghasilkan ijuk setelah berumur lebih dari 5 tahun. Menurut Teysmaan, pohon aren dapat menghasilkan ijuk pada fase 4 atau 5 tahun sebelum tongkol-tongkol bunganya tumbuh. Pada fase tersebut dapat dipastikan akan menghasilkan 20 sampai 50 lembaran ijuk, berbeda-beda tergantung besar pohon dan umurnya. Pohon yang masih muda, kualitas ijuknya rendah dan masih kecil-kecil. Jika pohon sudah berbunga maka produksi ijuknya kembali sedikit dan kualitasnya rendah. Dengan demikian produksi ijuk yang kualitas dan kuantitasnya baik berasal dari pohon aren yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua (4 sampai 5 tahun sebelum pohon aren berbunga), yaitu dapat menghasilkan 30 sampai 50 lembaran ijuk. Pohon aren yang sudah berbunga ijuknya menjadi kecil dan jelek (Hatta, 1993).

Ijuk Aren

Ijuk merupakan helaian benang-benang atau serat-serat yang berwarna hitam, berdiameter < 0,5 mm, dan bersifat kaku dan wulet (tidak mudah putus). Ijuk bersifat lentur dan tidak pula mudah rapuh, sangat tahan dalam genangan air yang asam, termasuk genangan air laut yang mengandung air garam. Walaupun demikian kelemahan yaitu tidak tahan terhadap api, jadi sangat mudah terbakar . Ijuk adalah bahan serat alami yang didapat dari pohon (enau/aren/nira). Sebuah pohon yang sejenis palem ini mampu menghasilkan beberapa jenis bahan yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia, di antaranya serabut yang berupa serat yang di sebut ijuk. (Hatta, 1993).

(7)

memproduksi ijuk setelah berumur + 5 tahun, sedangkan yang berjenis unggul

mampu berproduksi lebih cepat tidak ditemukan pada tanaman lain (Soeseno, 1993).

Kegunaan ijuk

Ijuk digunakan sebagai bahan bangunan, seperti bangunan tanggul di dinding saluran pengairan dan septic tank, membalut pangkal tiang kayu bangunan yang berada di dalam tanah agar tidak mudah terserang rayap, penyaring air, tempat penempelan induk ikan mas, bahan pengisi jok kursi, peralatan rumah tangga, dan pengisian tembok penangkis ombak tepi laut. Hal tersebut yang membuat ijuk bagus dijadikan tali untuk mengikat bagian-bagian tertentu dari badan kapal atau perahu. Serat ijuk yang tidak terpakai untuk sapu dan tali (kakaban) dipakai untuk bangunan tanggul dan dinding tembok pengairan agar memegang bahan-bahan organik yang merembes bersama air. Semakin lama tumpukan bahan organik semakin banyak yang membuat perekatan antar batu semakin erat (Hatta, 1993).

Mengolah ijuk

(8)

bajanya sekitar 20 cm, yaitu untuk menyisir awal anyaman, sedangkan sisir yang rapat sisir yang antar tancapnya kawat besi bajanya sekitar 3 cm, yaitu untuk menyisisir anyaman ijuk sehingga menjadi benang atau serat ijuk yang lepas. Serat ijuk yang sudah terlepas dapat diikat dalam jumlah tertentu sehingga berbentuk seperti cemara. Dari serat inilah biasa dibuat peralatan rumah tangga, atap rumah (Soesena, 1992).

Produk-produk dari serat ijuk

Menurut Hatta (1993) serat serat ijuk dapat digunakan untuk pembuatan berbagai peralatan rumah tangga, atap rumah yang berfungsi sebagai genting dan lain-lainnya. Secara rinci, pemanfaatan atau penggunaan serat ijuk sebagai berikut:

1. Peralatan rumah tangga

(9)

2. Tali ijuk

Tali dari bahan ijuk sudah kita kenal sejak lama dan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh tali-tali dari bahan lain. Di samping kualitasnya yang baik atau wulet, tali ijuk itu tidak akan rapuh atau rusak oleh panas matahari atau hujan. Tali ijuk ini bisa digunakan untuk mengikat bambu pagar pekarangan atau untuk mengikat rangka atap rumah dari bambu. Dalam hal ini, tali ijuk lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan paku logam. Di luar negeri, tali dari ijuk sering digunakan sebagai tali jangkar kapal. Tali ijuk tidak akan mengalami kerapuhan walaupun selalu terendam dalam air laut yang mengandung garam.

3. Atap ijuk

Ijuk juga banyak digunakan untuk dibuat atap sebagai pengganti genting, khususnya bangunan rumah yang mempunyai bentuk seni. Cara pembuatan atap ijuk cukup sederhana. Serat-serta ijuk dipotong dengan ukuran panjang yang seragam sekitar 50 cm. serat-serat ini ditata dan dibuat lempengan dengan ketebalan 4-5 cm, salah satu ujung lempengan dijepit dengan dua bilah bambu yang dipaku atau diikat dengan kawat atau tali ijuk sehingga lempengan ijuk itu kuat dan serat-serat ijuknya tidak mudah lepas. Panjang gapitan tergantung pada kebutuhannya.

(10)

diperkuat dengan paku sehingga lembaran seng/plastik menempel kuat pada kerangka.

Lempengan-lempengan ijuk kemudian diletakkan menempel lembaran seng/plastik dengan mendahulukan penempelan dibagian paling bawah dari lempengan seng/plastik, kemudian baru menempelkan di bagian atas berikutnya dan seterusnya sehingga posisinya sepetri genting.

Potensi ijuk sebagai komoditi ekspor

Setelah ijuk sortir dan diikat menurut panjang masing-masing sekarang bentuknya seperti batang tebu. Maka disebut tebuan. Mutunya ditandai secara abjad. Grade A untuk serat yang panjangnya 30-40 cm, grade B 40-50 cm, grade C 50-75 cm, grade D 75-90 cm, dan grade E 90-120 cm. Di luar negeri serat pohon aren ini kurang lebih sama kegunaannya di dalam negeri yakni akan dipintal untuk membuat tali kapal. Seperti telah disebut di atas serat ijuk tahan terhadap daya rusak air garam. Ijuk juga digunakan untuk atap bangunan yang menampilkan unsur alami dan ramah lingkungan. Selain itu tentu juga digunakan untuk memenuhi keperluan pertanian dan rumah tangga (Hatta, 1993)

Analisis Finansial

Analisis finansial adalah penilaian proyek dari sudut badan-badan atau orang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan secara langsung dalam proyek. Analisis finansial harus memperhatikan waktu diperolehnya penerima agar dapat menarik individu atau pengusaha yang bertindak sebagai investor untuk menanamkan modalnya (Kadariah, 1988).

(11)

tinggi rendahnya harga pokok barang jadi. Bahan baku disini adalah semua bahan yang yang termasuk dalam proses produksi secara langsung sehingga merupakan komponen penting dari barang jadi. Karena tinggi rendahnya harga bahan baku merupakan salah satu faktor yang akan menentukan layak tidaknya suatu gagasan usaha (Burhan, 1995).

Penggolongan sektor industri semata-mata hanya didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja di industri tersebut, tanpa memperhatikan apakah industri ini menggunakan tenaga mesin atau tidak, serta tanpa memperhatikan besarnya modal perusahan tersebut. Penggolongan sektor ini sebagai berikut:

Industri besar : apabila mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih Industri sedang : apabila mempunyai tenaga kerja 20 sampai 100 orang Industri kecil : apabila mempunyai tenaga kerja 5 sampai 19 orang Industri rumah tangga: apabila mempunyai tenaga kerja 1 sampai 4 orang (BPS, 2011).

Berdasarkan peneliti sebelumnya oleh Marina (2012) (Studi Kasus : Pengrajin Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara). Usaha kerajinan sapu ijuk layak untuk diusahakan baik ditinjau dari peningkatan nilai tambah. Revenue-Cost Rasio

(12)

untuk skala usaha rumah tangga 1,14 dan untuk skala usaha menengah 1,08. Berdasarkan jenis sapu ijuk yang dihasilkan, R/C sapu tempahan 1,14 dan sapu kodian 1,13. Secara keseluruhan R/C usaha kerajinan sapu ijuk adalah 1,14. BEP pendapatan skala usaha rumah tangga sebesar Rp. 186.975,- skala kecil Rp. 70,752,- dan skala menengah Rp. 47. 798,- Berdasarkan jenis sapu ijuk yang dihasilkan BEP sapu ijuk kodian adalah Rp.146.077,- dan tempahan adalah Rp.57.086,-.

Berdasarkan penelitian oleh Siregar (2012) (studi kasus: Analisis Finansial dan Pemasaran Buah Aren di Desa Simantin Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun) menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari pengolah buah aren menjadi kolang-kaling di Desa Pelintahan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun dalam satu kali produksi (satu minggu) adalah sebesar Rp. 763.420,14 dengan total biaya produksi sebesar Rp. 436.579,89 dalam satu kali produksi.

(13)

Kelayakan usaha

Prospek pengembangan bisnis dapat dilihat melalui analisa kelayakan usaha dari pendirian usaha tersebut dan hal ini diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi selanjutnya. Dalam bentuk yang lebih umum studi kelayakan usaha bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pihak yang terkait dengan usaha tersebut, misalnya investor, kreditur dan pemerintah. Dengan adanya studi ini diharapkan akan diperoleh gambaran sampai seberapa jauh pendirian dan pengembangan usaha tersebut layak dilaksanakan ditinjau dari berbagai aspek antara lain organisasi, pemasaran, teknik/operasi dan keuangan (Zubir, 2006).

Aspek-aspek tersebut adalah :

Analisis kelayakan usaha dapat dilihat dan dihitung dari berbagai aspek yang mempengaruhinya antara lain:

1. Pendapatan Usaha

Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan produksi. Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga suatu produk atau jasa ditentukan pula dari besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk menghasilkan jasa tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, penetuan harga produk dari suatu perusahaan merupakan masalah yang cukup penting, karena dapat mempengaruhi hidup matinya serta laba dari perusahaan (Lubis, 2004).

(14)

dihasilkan dengan harga jual. Dari total biaya tetap dan total biaya tidak tetap dapat diperoleh penerimaan dan pendapatan suatu usaha (Samuelson, 2001)

Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun terjadi perubahan volume produksi yang diperoleh. Jadi, besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan biaya tidak tetap didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

2. Payback Periode (PP)

Analisis Payback Period adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi yang telah ditanamkan dalam suatu usaha. Analisis Payback Period ini dalam studi kelayakan perlu untuk mengetahui berapa lamausaha dapat mengembalikan investasi (Ibrahim, 2003).

3. Revenue Cost Ratio (R/C)

Dalam kaitannya dengan usaha, revenue cost ratio dapat dikatakan sebagai

ratio perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang

dikeluarkan dalam usaha. Jika ratio menunjukan hasil nol maka dapat dikatakan bahwa usaha tidak memberikan keuntungan finansial. Demikian juga jika ratio

menunjukan angka kurang dari 1 maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan (Rahim, 2008).

4. Analisis Break Even Point (BEP)

Break even point adalah suatu kondisi dimana suatu usaha tidak

(15)

point dapat diartikan sebagai suatu konsep untuk menganalisis suatu keputusan dengan pendekatan biaya yang samaatau titik impas (Nugroho, 2002).

Manfaat memahami dan menghitung analisis BEP antara lain adalah untuk mengetahui hubungan volume penjualan (produksi), harga jual, biaya produksi dan biaya-biaya lain serta mengetahui laba-rugi perusahaan, sebagai sarana profit

planning, sebagai alat pengendali (controlling) kegiatan operasi yang sedang

berjalan, sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan (Kuswadi, 2005).

Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005).

Konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorietasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen dengan didukung oleh bagian-bagian lain secara terpadu sehingga dapat memproduksi dan menjual barang yang memberikan kepuasan kepada konsumen. Dengan pendugaan ini ada empat hal yang terdapat dalam konsep pemasaran, yaitu orientasi pada konsumen (kebutuhan dan keinginan konsumen), kegiatan pemasaran yang terpadu, kepuasan konsumen dan tujuan prusahaan jangka panjang (Simanjuntak, 2005)

Efisiensi Pemasaran Produk

(16)

a. Mampu mentransfer produk yang diperdagangkan dari produsen awal ke konsumen akhir dengan biaya minimal

b. Mampu menciptakan distribusi pendapatan yang adil dari harga yang dibayar konsumen terhadap semua lembaga tataniaga yang ikut terlibat.

Nilai efsiensi pemasaran pada sistem pemasaran suatu komoditi sangat penting karena dapat meningkatkan pendapatan produsen (petani dengan pola usahatani hutan rakyat) dan, secara agregat kelak bisa memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Selain itu informasi tentang efisiensi pemasaran sangat membantu para pihak dan penentu kebijakan untuk menentukan yang lebih adil sebagai dampak adanya proses distribusi barang dari produsen ke konsumen tersebut.

Efisiensi pemasaran berhubungan dengan pola pemasaran yang terjadi, semakin banyak pola pemasaran maka semakin dapat dilihat efisiensi pemasaran yang efektif. Pola yang terjadi pada produk batang-batang bambu yang telah diolah sebagai komponen pembuatan dupa berbeda dari pola pemasaran produk bambu lainnya seperti produk keranjang bambu dan tepas (Alamsayah, 2013).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tindakan siklus I, dan dilanjutkan siklus II, motivasi peserta didik dalam pem- belajaran matematika dengan pendekatan Jigwsaw ada kenaikan, karena sudah fokus

Untuk meminimalisirkan debu dan pasir menempel pada bungkus aksesoris, maka kontainer yang digunakan untuk menyimpan barang dagang di dalam rak baja diberi

4 Kegiatan dekomisioning fasilitas PAF- PKG meliputi pelaksanaaan pengosongan isi larutan atau padatan sisa proses dari peralatan, pengukuran kontaminasi dan paparan

Dari hasil perhitungan dan analisa terhadap pengujian turbin Pelton skala laboratorium dengan menggunakan variasi diameter nosel, maka diperoleh kesimpulan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muhammad Shofiyullah NIM : 10630057 Jurusan : Kimia Fakultas : Sains dan Teknologi Judul Penelitian : Identifikasi Senyawa Aktif dan

Apalagi pada penderita tuberkulosis paru dengan komorbid pneumonia ini tentunya banyak penyakit penyerta lain sehingga polifarmasi tidak dapat dihindari yang berpotensial

Munawarah, Siti, Pengaruh Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII Pada Materi Perbandingan di MTsN Bandung

Sebanyak 300 mL krim santan kelapa dimasukan ke dalam sebuah gelas beaker, lalu ditambahkan 300 mL minyak kelapa (pancingan) dengan volume 1:1, kemudian diaduk dengan