I n f o r m a s i P u b l i k
EDISI 04 | A
pr
il - Juni 2014
KI Sulteng Sukses Terapkan Perki Pemilu
Maraknya Sengketa Informasi Pertanahan
Dicari...
Presiden Pro-Keterbukaan
Informasi Publik
Dicari...
Presiden Pro-Keterbukaan
Informasi Publik
daf
tar isi
I n f o r m a s i P u b l i k
Dari Redaksi
Buka! EDISI 04 | April - Juni 2014
2
daftar isi
Dari Redaksi ... 02
Laporan Utama ... 03
Aspirasi ... 08
Fokus ... 09
Opini ...12
Kegiatan KI Pusat ... 13
Sidang KI Pusat ... 22
Kegiatan KI Provinsi ... 32
ak terasa Buka! Informasi Publik edisi 4 pada bulan Juni ini tiba saatnya untuk terbit kembali. Dan syukur alhamdulillah, Redaksi telah menghadirkan edisi 4 tersebut ke tangan pembaca yang budiman, dengan tepat waktu, bertepatan dengan pelaksanaan Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Komisi Informasi.
Saat Buka! Informasi Publik ini terbit, kita telah melewati pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014 dan memasuki masa kampanye Pemilu Presiden-Wakil Presiden (Pilpres) 2014. Pilpres tahun ini penting karena merupakan upaya mencari sosok pucuk pimpinan negara yang besar yang akan memimpin selama lima tahun ke depan. Pilpres kali ini juga tambah menarik karena calon yang berlaga hanya terdiri dari dua pasang. Berbeda dengan Pilpres sebelumnya.
Pilpres tahun ini merupakan Pilpres ketiga yang dilaksaanakan secara langsung oleh rakyat, bukan oleh MPR. Pilpres langsung pertama kita laksanakan tahun 2004, yang kedua tahun 2009, dan ketiga ya tahun ini: 2014. Pada tahun 2004 Pilpres dianggap menarik karena baru pertama kali dilaksanakan. Pilpres 2009 dikatakan kurang menarik karena saat itu, jauh sebelum Pilpres, orang sudah menduka siapa Presiden yang akan terpilih karena memang Susilo Bambang Yudhoyono saat itu merupakan calon paling polpuler dan diminati rakyat untuk dipilih.
Tahun ini kembali sangat menarik karena sejak awal sudah mengerucut kepada hanya dua pasangan, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Dengan demikian Pilpres tahun ini akan hanya berlangsung satu putaran, berbeda dengan tahun 2004 dan 2009. Sebagai dampaknya, pada akhir bulan Juli nanti kita sudah mengetahui siapa yang akan memimpin negeri ini untuk lima tahun ke depan. Bahkan bisa jadi tidak perlu menunggu akhir Juli, sebab banyak lembaga survei yang sudah bisa mengeluarkan hasil Pilpres sore hari di hari pencoblosan 9 Juli 2014. Buka! Informasi Publik edisi 4 kali ini mengambil topik tentang Pilpres dikaitkan dengan keterbukaan informasi publik. Keterbukaan informasi publik merupakan hal penting yang harus diusung, bahkan jadi landasan gerak Presiden-Wakil Presiden terpilih. Keterbukaan informasi publik adalah hak asasi manusia yang sudah dijamin undang-undang, yakni UUD 45 dan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Rasanya tidak perlu diulang-ulang tentang bagaimana pentingnya keterbukaan informasi publik, semua sudah gamblang dimuat dalam undang-undang maupun peraturan-peraturan yang ada.
Redaktur kami telah memelototi visi dan misi kedua pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden. Reporter kami juga telah mewawancari pihak-pihak terkait para pasangan tersebut. Mudah-mudahan apa yang kami sajikan adalah bahan-bahan yang bermanfaat dan juga obyektif tanpa adanya opini maupun keberpihakan dari redaksi. Paling tidak, itulah niat kami.
Selain soal Pilpres sebagai Laporan Utama, edisi ini kami juga menyajikan Fokus tentang pertanahan. Kasus informasi pertanahan marak menjadi sengketa di hampir semua Komisi Informasi Provinsi. Kasus informasi pertanahan juga banyak
disengketakan ke Komisi Informasi Pusat. Namun untuk pembahasan kali ini, Buka! Informasi Publik hanya mengupas tiga kasus, yakni di BPN Depok Jawa Barat, BPN Ciamis Jawa Barat, dan BPN Sumatera Barat.
Selain kedua tulisan utama tersebut kami juga menyajikan kronik berupa kompilasi berita-berita kegiatan Komisi Informasi Pusat, Provinsi, maupun
persidangan-persidangan yang dilakukan. Berita kronik tersebut selain sebuah bentuk akuntabilitas kami terhadap publik (sebagai laporan) juga bisa menjadi informasi dan referensi tentang kegiatan apa saja serta kasus-kasus apa saja yang selama ini ditangani oleh Komisi Informasi. Silakan mengambil manfaat dari hal-hal tersebut.
Terima kasih dan selamat membaca.
Redaksi
T
Penerbit:
Komisi Informasi Pusat
Pengarah/Penanggung Jawab:
Ketua dan Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat
Dewan Redaksi:
Adulhamid Dipopramono (Ketua) John Fresly, Dyah Aryani Prastyastuti,
Evy Trisulo Dianasari, Henny S Widyaningsih, Rumadi, Yhannu Setyawan,
Bambang Hardi Winata
Pemimpin Redaksi:
Henny S Widyaningsih
Wakil Pemimpin Redaksi:
Rumadi
Manajer Umum:
Bambang Hardi Winata
Staf Redaksi:
Fathul Ulum, Karel Martel
Reporter:
Annie Londa, Arif Ainul Yaqin, Elbinsar Purba, Feri Firdaus,
Nur Latifah Alhasyimmie, Reno Bima Yudha, Siti Ajijah, Tya Tirtasari, Winnie Feriana
Fotografer:
Abdul Rahman, Ari Wijaya
Proses Cetak/Distribusi:
Dedy Gunawan
Sekretariat:
Alissa Riandini Aulia Redaksi menerima sumbangan tulisan dari masyarakat, khususnya
artikel opini, terkait keterbukaan Informasi Publik dan transparansi di Indonesia,
maksimal 3.000 karakter dan mencantumkan identitas lengkap. Tulisan dapat dikirim melalui email ke:
Alamat Redaksi:
Gedung Indonesia Trading Company (itc) Lantai 5, Jln. Abdul Muis No. 8
Jakarta Pusat 10160 Telp. (021) 3483 0741
Fax. (021) 3483 0757 www.komisiinformasi.go.id
Laporan Utama
Dari kiri-kanan: Ketua KPI Judhariksawan, Ketua Bawaslu Muhammad, Ketua KPU Husni Kamil Manik, dan Ketua KIP Abdulhamid Dipopramono saat penandatanganan SKB empat lembaga negara tentang Pengawasan Iklan Kampanye Pilpres 2014 Pemilihan Presiden-Wakil Presiden sudah di depan mata.
Seluruh mata rakyat tertuju pada kontestasi yang saat ini hanya diikuti oleh dua pasang calon. Pilpres adalah mementum memilih orang nomor satu negeri ini untuk memimpin selama lima tahun ke depan. Sebelum memilih, rakyat harus tahu dengan jelas visi dan misi mereka, termasuk di bidang keterbukaan Informasi Publik. Bagaimana visi dan misi mereka? Buka! Informasi Publik mencoba menggali kepada para Tim Sukses kedua calon. Ulasan juga kami perkaya dengan pandangan para tokoh LSM pegiat keterbukaan informasi dan akademisi.
agelaran akbar pesta demokrasi Pemilihan Umum Presiden RI dan Wakil Presiden (Pilpres) sudah di depan mata. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menjadwalkan Pilpres untuk memilih Presiden RI yang ke-7 pada hari Rabu, 9 Juli 2014. Pada hari itulah seluruh rakyat akan menentukan pilihannya, yang berarti nasib bangsa ini lima tahun ke depan juga telah kita ukir bersama pada saat itu. Penentuan nasisb bagi bangsa sebesar Indonesia ini tentu tidak boleh dilakukan secara main-main.
Sehingga, bukan hanya hasil Pilpres yang diharapkan oleh rakyat sebagai pemilik negeri tercinta ini. Yang terpenting adalah apa yang akan diperbuat oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih itu. Kepala Negara terpilih yang akan
memenuhi amanat dalam Pembukaan UUD 1945 itu maka pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang akan bertarung dalam Pilpres harus memiliki visi dan misi yang jelas, kuat, dan berperspektif masa depan dalam segala aspek, termasuk aspek keterbukaan informasi publik.
Mengapa Presiden yang kita pilih harus memiliki visi dan misi yang kuat tentang keterbukaan informasi publik? Karena hanya melalui keterbukaan informasilah transparansi pengelolaan pemerintahan dijamin. Muaranya adalah agar kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan bagi rakyat dapat dicapai sebagaimana cita-cita besar bangsa ini. Dengan transparansi, pelayanan publik akan terkontrol masyarakat dan dituntut profesional, pelaksanaan program dan pemanfaatan anggaran akan diketahui akuntabilitasnya oleh publik, penyimpangan akan diketahui, dan seterusnya yang berujung pada pencegahan korupsi.
Prinsip transparansi dalam pengelolaan negara mampu menciptakan tata kelola pemerintahan yang bebas korupsi. Pada akhirnya, pemerintahan akan berjalan secara efektif dan efisien sehingga mampu melayani rakyat secara baik, benar, profesional, dan terukut. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat juga menjadi kata kunci, tidak saja pada pengawasan tetapi juga keterlibatan sejak awal, sejak perumusan kebijakan. Sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam
P
Dicari...
Presiden Pro-Keterbukaan
Informasi Publik
Dicari...
Presiden Pro-Keterbukaan
Informasi Publik
Laporan Utama
Buka! EDISI 04 | April - Juni 2014
4
Jika tidak ada manipulasi dan salah urus maka sumber daya alam tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Keterbukaan informasi dalam pengelolaan pemerintahan kini merupakan keniscayaan dan sudah diatur dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) yang disahkan DPR RI Tahun 2008 dan resmi diundangkan di Lembaran Negara pada 30 Mei 2010.
“Jika pemerintahan mendatang juga concern terhadap keterbukaan informasi publik, kami yakin tindak pidana korupsi akan menurun. "
Dalam ketentuan UU KIP itu, setiap warga negara berhak memperoleh informasi publik sehingga dapat berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan publik. Jika sebelum pemberlakuan UU KIP hampir semua informasi publik seperti rencana anggaran, program kerja, laporan keuangan, dan sebagainya diklaim pemerintah sebagai rahasia negara atau merupakan informasi yang dikecualikan, maka saat ini semua informasi itu
dinyatakan terbuka kecuali informasi yang dikecualikan sebagaimana yang tercantum pada Pasal 17 UU KIP.
Mengingat besarnya peranan keterbukaan informasi publik yang pada ujungnya berkorelasi positif terhadap peningkatan kesejahteraan dan partisipasi masyarakat maka Buka! Informasi Publik merasa perlu
menggali visi dan misi para Capres dan Cawapres agar keberpihakan atau pilihan kita tepat. Sebab tanpa memiliki visi dan misi untuk mendorong keterbukaan informasi publik yang sudah merupakan keniscayaan dunia masa kini dan berimpit dengan demokrasi tersebut, kita layak khawatir tentang arah bangsa ini ke depan. Indonesia yang demokrasinya saat ini sudah maju, jangan sampai dipimpin oleh orang yang anti atau tidak komit terhadap keterbukaan informasi. Sejauh pantauan salah seorang
Komisioner Komisi Informasi Pusat (KIP), Rumadi, disimpulkan visi dan misi kedua kandidat Capres dan Cawapres 2014 yang sekarang ada belum yang berkomitmen kuat dalam keterbukaan informasi publik. Rumadi mengatakan, setelah membaca visi dan misi dua pasangan Capres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-M Jusuf Kalla, belum ada visi dan misi yang kuat terkait dengan persoalan keterbukaan informasi.
“Bahkan, kata transparansi dan
akuntabilitas yang bisa dikatakan sebagai kata kunci dari keterbukaan informasi, juga tidak ada dalam dokumen visi dan misi kedua pasangan Capres,” kata Rumadi dalam rilis kepada pers di jakarta, Rabu (21/5). Menurutnya, kenyataan ini menunjukkan bahwa persoalan
keterbukaan informasi yang dituangkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik masih menjadi isu pinggiran, belum menjadi perhatian serius bangsa ini. Karena hal ini sangat memprihatinkan, maka ia meminta
kepada dua pasangan Capres dan Tim Sukses-nya untuk memberi perhatian pada persoalan keterbukaan informasi, karena hal ini akan menjadi kata kunci untuk pengelolaan pemerintahan yang baik. "Kami mencoba mengupayakan kedua Capres juga mengedepankan isu dan memiliki komitmen terhadap keterbukaan informasi publik. Ini harus menjadi perbincangan pokok dan perdebatan, bukan hanya sebuah meteri pinggiran saja," kata Rumadi pada jumpa pers KIP bersama KI Bengkulu di Bengkulu, Selasa (10/6).
Menurut Rumadi, keterbukaan informasi dari pemerintahan yang baru, pasca-Pilpres 2014, menjadi sebuah ukuran penting untuk menilai pemerintahan yang jujur, bersih, transparan, dan akuntabel. "Kita berupaya di hulu, sebagai bentuk pengawasan, dan KPK bekerja di hilir saat ditemukan kasus. Jika pemerintahan mendatang juga concern terhadap keterbukaan informasi publik, kami yakin tindak pidana korupsi akan menurun," katanya.
Ia mengimbau kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memerhatikan dan menganalisis dari bentuk perhatian kedua pasang calon yang ikut ajang pilpres terhadap keterbukaan informasi. "Debat Capres, sudah dirancang sejak awal dan materi-materi yang akan dibicarakan sudah diagendakan, kami KIP mengusulkan keterbukaan informasi publik bisa dimasukkan ke dalam salah satu tema debat," ucapnya.
Keterbukaan Capres Prabowo-Hatta
Visi dan misi tentang keterbukaan informasi publik yang diusung pasangan nomor urut 1, yakni Capres dan Cawapres Probowo Subianto - Hatta Rajasa, dijelaskan oleh Suhardi, Ketua Umum Partai Gerindra yang juga orang penting di Debat Capres-Cawapres putaran pertama yang digelar di Balai Sarbini Jakarta, Senin (9/6) malam.
Laporan Utama
Timses pemenangan Capres nomor urut 1 tersebut. “Kami sangat menghargai bahkan sangat apresiasi tentang keterbukaan ini. Tadi dalam pidatonya Pak Prabowo sudah jelas menyinggung tentang keterbukaan, demokrasi, keterbukaan pers, dan beliau sangat konsen dan akan menjaga kemerdekaan pers dan keterbukaan informasi ini dengan sebaik-baiknya,” kata Suhardi kepada Buka!Informasi Publik saat acara peluncuran Kampanye Damai dan Berintegritas di Hotel Bidakara Jakarta, Selasa (3/6) malam.Suhardi mengatakan sudah melihat bagaimana media online, cetak, televisi, dan media lainnya yang sudah bisa menyampaikan segala macam bentuk informasi kepada publik. “Tapi tentu saja, jangan sampai orang menjadi tidak tertib karenanya,” kata mantan Dekan Fakultas Kehutanan UGM ini.
Menurutnya dalam setiap diri kita, termasuk pemerintah dan Presiden, ada hak tapi juga ada kewajiban, seperti kewajiban bersama menciptakan ketertiban. “Karena kalau kita tidak tertib dan hanya terus menerus berjuang mendapatkan hak saja tanpa kewajiban maka akan membuat ketertiban tidak terjaga, nanti akan terjadi gejolak yang tidak kita harapkan,” sambungnya. Untutk itu, ia mengatakan bahwa pelaksanaan keterbukaan harus tertib, disiplin, menjamin ketertiban umum, dan bertanggung jawab. “Saya kira ini yang kita harapkan dari keterbukaan itu,” katanya lagi.
Mengenai keterbukaan di instansi pemerintah, Suhardi mengatakan kalau berkaitan dengan pencegahan korupsi maka biasanya ketertutupan itu
mengindikasikan pasti ada sesuatu di sana. Ia mengatakan akan memberikan
pelajaran bagi masyarakat atau aparatur negara untuk menjauhkan diri dari korupsi. “Dengan cara meningkatkan gaji aparatur negara, dikenyangkan perutnya, dan dicukupkan kesejahteraannya, dari sana akan lebih mudah kita mengajak ke arah keterbukaan,” kata dia menekankan.
Menurut Suhardi, patut diingatkan bahwa keterbukaan yang benar harus dilandasi oleh kejujuran dan dapat memberikan mereka peningkatan kesejahteraan. Dengan pola seperti itu, menurutnya maka seluruh aparat akan merasa nyaman denga keterbukaan. Apalagi persyaratan
mewujudkan good governance adalah bagaimana pemerintah mampu menjamin kebutuhan dasar. Sehingga ketika mereka diajak terbuka, mengurangi dan
memerangi korupsi, pasti lebih mudah. “Kami akan memberikan gaji yang cukup kepada pejabat-pejabat pemerintah, jaminan kehidupan mereka, kemudian kita juga bisa mengimplementasikan suatu peraturan dan meminta mereka melakukan keinginan kita yang salah satunya tentang keterbukaan informasi tadi, lalu akan gampang mengajak mereka terbuka dan tidak korupsi,” kata mantan Dirjen di Kemenhut di era Presiden Gus Dur ini.
Saat disinggung bagaimana sikap pemerintahan Prabowo-Hatta jika terpilih terhadap Komisi Informasi Pusat sebagai agen keterbukaan informasi public, ia mengatakan pasti akan meningkatkan kerja sama. Menurut Suhardi tidak mungkin KIP bekerja sendiri, pasti akan terus di-support oleh pemerintahan Prabowo-Hatta.
Keterbukaan Capres Jokowi-JK
Sementara itu, pandangan terhadap visi dan misi keterbukaan informasi publik yang dimiliki oleh pasangan nomor urut 2, yakni Joko Widodo- M Jusuf Kalla yang lebih populer dengan sebutan Jokowi-JK,
penjelasan diberikan salah satu orang penting di Timses pasangan ini kepada Buka! Yaitu dari Patrice Rio Capella. Sekjen Partai Nasional Demokrat (Nasdem) ini mengatakan yakin bahwa visi dan misi yang diemban Jokowi-JK itu telah
mencantumkan keterbukaan. Bahkan ia menyebutkan bahwa unsur transparansi itu sudah dibuktikan pada saat Jokowi menjabat sebagaiGubernur DKI Jakarta.
“Cerminan transparansi yang dilakukan oleh Jokowi pada saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pasti akan diteruskan ketika beliau menjadi orang nomor 1 di
Indonesia ini. Tidak perlu janjilah kita, tinggal lihat fakta dan bukti-bukti yang ada,” ujar Patrice penuh keyakinan. Ketika ditanyakan mengenai keterbukaan dana kampanye Jokowi-JK, Patrice menjelaskan bahwa data seluruh dana kampanye sudah diserahkan kepada KPU sesuai dengan ketentuan yang diatur. Bahkan ia menyebutkan bahwa pada saat Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta, seluruh rekening Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa diakses oleh seluruh
masyarakat sehingga masyarakat mudah untuk mengawasi tata pemerintah yang membuatnya bersih dari korupsi. “Uraian lebih rinci dari visi dan misi Jokowi-JK tentang keterbukaan informasi publik terdapat pada poin kelima tentang visi dan misi Berdaulat dalam Bidang Politik. Di situ disebutkan bahwa mereka akan membangun keterbukaan informasi dan komunikasi publik dalam kebijakan informasi dan komunikasi politik yang memprioritaskan tujuh hal.
Pertama, akan meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan instansi Pemerintah Pusat dan Daerah untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas. Kedua, mewajibkan seluruh instansi membuat laporan kinerja serta membuka akses informasi publik, seperti diatur dalam Undang-Undang tentang Keterbukaan Informasi Publik untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu transparan, efektif dan efisien, akuntabel, serta dapat dipertanggungjawabkan.
Ketiga, mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik dengan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang
Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi
Sekjen Partai Nasdem Patrice Rio Capella
Laporan Utama
Buka! EDISI 04 | April - Juni 2014
6
baik. Keempat, menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan
pengambilan suatua keputusan publik. Kelima, menata kembali kepemilikan frekuensi penyiaran yang merupakan bagian dari hajat hidup orang banyak sehingga tidak terjadi monopoli atau penguasaan oleh kelompok orang (kartel) industri penyiaran. Keenam, mendorong inovasi dan pengembangan industri teknologi informasi dan komunikasi sehingga Indonesia tidak sekadar pasar industri teknologi informasi asing tapi mampu menciptakan dan memproduksi teknologi informasi sehingga menjadi tuan rumah di negera sendiri.
Suara Akademisi dan LSM
Seorang akademisi yang juga Ketua Dewan Pers Bagir Manan mengatakan bahwa para kandidat calon presiden itu memang seharusnya mengedepankan visi dan misi tentang keterbukaan informasi publik. Menurut Bagir, sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, maka para kandidat calon presiden harus mengerti bahwa demokrasi sejalan dengan kebebasan media massa yang merupakan salah satu unsur demokrasi.
“Oleh karena itu keterbukaan merupakan prinsip yang harus ada karena kita sudah memilih demokrasi. Dan apabila Presiden terpilih nanti tidak mau terbuka maka kita yang harus mendorong keterbukaan itu,” kata Bagir kepada Buka! di sela-sela penandatanganan dan peluncuran Gugus Tugas Pengawasan dan Pemantauan Pemberitaan, Penyiaran, dan Iklan Kampanye Pilpres 2014 di Ballroom Hotel Sultan Jakarta, Selasa (3/6).
Mantan Ketua MA ini juga menjelaskan bahwa di kalangan kampus sudah tidak ada lagi masalah di bidang keterbukaan informasi, ilmu akan berkembang setelah
adanya keterbukaan dan semuanya harus dipaksakan untuk terbuka di bumi demokrasi ini. “Sebenarnya keterbukaan di orang kampus sudah hal yang umum terjadi,” katanya menambahi.
Secara terpisah, Ketua LSM Fitra Ucok Sky Khadafi mengatakan bahwa para kandidat Capres dan Cawapres harus mendorong keterbukaan informasi, karena lembaga yang menangani tentang keterbukaan
informasi masih ada, yaitu KIP. Presiden terpilih nanti harus tetap dikawal oleh beberapa lembaga penyokong seperti Fitra. “Saya masih optimistis terhadap kepemimpinan ke depan dalam menangani keterbukaan informasi publik jika kita kawal terus,” kata Ucok.
Ia juga menekankan bahwa Presiden terpilih nanti harus menegakkan
keterbukaan informasi publik yang tegas, konsisten, dan membantu masyarakat dalam keterbukaan informasi. “Dengan demikian, masyarakat juga dapat
membatu Presiden dalam mengawasi dan menegakkan eksekusi anggaran sebagai bagian dari keterbukaan,” katanya.
Menyinggung soal sikap LSM Fitra dalam rangka meningkatkan peran pemilih untuk dapat memilih calon Presiden yang pro terhadap kebijakan Keterbukaan Informasi Publik pada Pilpres mendatang, ia mengatakan terserah pemilih. “Tapi Presiden terpilih harus meningkatkan keterbukaan informasi seperti informasi APBN dan APBD harus bisa dipublikasi ke masyarakat. Oleh sebab itu diharapkan pemimpin besok bisa mendorong badan publik terhadap keterbukaan anggaran,” kata lelaki yang banyak memantau dan
mengkritisi anggaran pemerintah pusat maupun daerah ini. Lain lagi dikatakan oelh Ibrahim Zuhdy Fahmy Badoh, Direktur Program Transparency International Indonesia yang mantan aktivis ICW. Fahmy mengatakan bahwa dalam pemilihan presiden mendatang Capres dan Cawapres perlu
mencantumkan keterbukaan informasi sebagai salah satu program penting, karena keterbukaan informasi merupakan wujud dukungan atas perbaikan pelayanan masyarakat dan dukungan untuk
pemerintahan yang bersih secara umum. “Capres yang mendukung keterbukaan
Ketua Komisi Informasi Pusat (KIP) Abdulhamid Dipopramono berpidato pada peresmian Gugus Tugas Pengawasan dan Pemantauan Pemberitaan dan Iklan Kampanye Pilpres 2014 di Hotel Sultan Jakarta, Selasa (3/6).
Ketua Dewan Pers Bagir Manan
Ketua LSM Fitra Ucok Sky Khadafi
Direktur Program TII Ibrahim Zuhdy Fahmy Badoh
informasi juga dapat dipastikan sebagai sosok yang menghargai hak mendasar publik dan mendukung demokrasi yang transparan dan akuntabel,” kata Fahmy. Menurut dia, kedua kandidat yang ada saat ini sudah mencantumkan tentang keterbukaan informasi sebagai salah satu prinsip pemerintahan yang akan
diterapkan di masa mendatang. “Persoalannya adalah sejauh mana keterbukaan itu akan diterapkan? Jawaban atas pertanyaan ini belum jelas terjawab di dalam naskah visi dan misi yang
disampaikan masing-masing calon tersebut ke KPU,” ujar Fahmy.
Fahmy menambahkan, Presiden ke depan dapat melanjutkan program pemerintahan yang sekarang dengan semakin
memperluas implementasi keterbukaan informasi hingga ke daerah-daerah, terutama pada instansi penyedia layanan dasar. Selain itu, menurutnya, dukungan secara politik dapat dilakukan dengan memperbesar anggaran Komisi Informasi, baik pusat maupun daerah, dalam mensosialisasikan program keterbukaan, melakukan penguatan kapasitas petugas pelayanan informasi, dan mengupayakan adanya data base terintegrasi antar-pemerintah di tingkat pusat dan
pemerintah pusat dengan pemerintahan di tingkatan daerah.
“Tantangan terbesar Presiden dan Wakil Presiden terpilih mendatang adalah
bagaimana menerapkan keterbukaan dan akses informasi terhadap sektor-sektor strategis seperti sumber daya alam, hutan, laut, pertambangan, dan sebagainya,” kata dia. Selama ini, menurut Fahmy,
keterbukaan di sektor strategis sangat minim sehingga banyak terjadi kebocoran anggaran pendapatan, juga belanja anggaran negara. “Presiden juga harus membuat protokol yang jelas terkait bagaimana memberikan jaminan keterbukaan informasi anggaran publik terutama dalam proses perencanaan dan proses pembuatan perda atau UU APBD/APBN,” sambung dia. “Presiden mendatang harus lebih mendorong pelaksanaan UU KIP Tahun 2008 di tanah air karena ini adalah sebuah tanggung jawab dan juga kewajiban
pemimpin terhadap konstitusi kegara,” tandasnya.
Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Parliamentary Center (IPC), Sulastio mengatakan kepada Buka! bahwa hal yang harus dilakukan untuk
mewujudkan Keterbukaan Informasi Publik adalah adanya kemauan politik dan contoh dari pemimpin, mulai dari Presiden, Gubernur, dan seterusnya. Keterbukaan Informasi Publik harus menjadi agenda dari reformasi birokrasi. Selain itu, menurutnya, secara regulasi harus ada kejelasan tentang siapa yang melakukan kontrol dan penegakan atas regulasi Keterbukaan Informasi Publik.
“Regulasi KIP juga perlu terus diuji,” kata Sulastio. Untuk itu ia mengingatkan, harus ada pihak yang menjadi motor
penggeraknya. Dia mengatakan bahwa IPC, misalnya, telah melakukan uji akses terhadap penyelenggara Pemilu di Jakarta, Jatim, Sulsel, dan Aceh. “Dari situ ada dua dampak yang diharapkan. Pertama, Badan Publik semakin peduli dan mempersiapkan diri. Kedua, memberi pembelajaran dan inspirasi bagi warga negara agar mau menggunakan haknya atas informasi.
“KIP perlu di-branding agar menjadi tren bagi Badan Publik. Sebagaimana publik membenci korupsi, begitulah pula sikap yang perlu mereka tunjukkan pada Badan Publik yang tertutup. Untuk itu perlu dukungan media, secara konsisten,” ujar Sulastio.
Lelaki yang akrab disapa Tio ini
menjelaskan, Keterbukaan Informasi Publik saat ini sudah sampai pada penciptaan regulasi dan proses implementasi. Namun proses ini masih lamban karena ternyata ada masalah pada paradigma
penyelenggara dan penegakan regulasi. Dengan kondisi ini, menurutnya, Keterbukaan Informasi Publik sebagai sebah budaya masih butuh proses panjang.
Terkait dengan Pilpres, Tio mengatakan bahwa Presiden mendatang dapat mendorong KIP secara serius ke pemerintahan di tingkat
provinsi/kabupaten/kota, dengan catatan jika dia sendiri memiliki integritas untuk itu. Caranya, dengan menjadi contoh atas implementasi UU KIP itu. “Paradigma birokrasi saat ini belum sadar dan peduli pada pentingnya keterbukaan informasi,” kata Tio yang sejak awal tahun 2000-an sudah mendorong dan mengawal proses penyusunan UU KIP.
Laporan Utama
Direktur Eksekutif IPC Sulastio
Kedua pasangan Capres-Cawapres nomor urut 1 Prabowo-Hatta dan nomor urut 2 Jokowi-JK pada deklarasi kampanye damai di Hotel Bidakara Jakarta, Selasa (3/6)
Gunakan Hak Suara Anda
pada 9 Juli 2014
Aspirasi
Buka! EDISI 04 | April - Juni 2014
8
Ifsyanusi
Komisioner Komisi Informasi Provinsi Bengkulu Mengingat banyaknya media kampanye yang dimanfaatkan oleh masing-masing lawan politik saat ini, tidak berlebihan jika publik menuntut adanya Informasi Publik yang transparan dan akuntabel dari Badan Publik terkait dengan visi dan misi duet kepemimpinan negeri ini ke depan. Sudah saatnya semua Badan Publik yang terlibat dalam proses dan tahapan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada 9 Juli 2014 mendatang membentuk dan menyampaikan Informasi Publik berkaitan visi dan misi Capres dan Cawapres, agar publik dapat menerima informasi yang benar dengan cara yang cepat sebagai landasan berpijak bagi pemilih dalam menentukan pilihannya pada Pilpres mendatang.
Daan Satriana
Ketua Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat
Jika di tingkat dunia negara kita tercatat sebagai perintis gerakan OGP dan pengakuan untuk beberapa gagasan keterbukaan, maka penerapan keterbukaan informasi oleh Badan Publik di dalam negeri masih menyisakan pekerjaan rumah. Birokrasi memerlukan “mitra kritis”. Keberadaan dan penguatan “mitra kritis” ini menjadi strategis, terutama dalam era otonomi daerah yang tidak
memungkinkan pemerintah pusat melakukan kendali ketat dalam pelaksanaan pemerintahan semua tingkatan. Ini yang perlu dibuktikan terlebih dahulu sebagai perwujudan komitmen presiden kita yang baru. Selanjutnya, sebagai “mitra kritis” Komisi Informasi perlu didukung menjadi lembaga independen dan profesional.
Dewi Amanatun Suryani
Ketua Komisi Informasi Provinsi DIY
Apa yang dijanjikan oleh kedua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden tidak secara eksplisit menyampaikan tentang upaya mewujudkan keterbukaan informasi dalam visi-misinya. Sosialisasi visi-misi dan program Capres/Cawapres yang diusung menjadi penting untuk terus dikampanyekan sebagai bagian dari informasi yang patut disampaikan kepada publik dan bentuk pendidikan bagi pemilih. Jika salah satu di antara keduanya kelak terpilih, implementasi dari visi-misi yang dipaparkan dapat diawasi
pelaksanaannya sehingga transparansi dan akuntabilitas penyelenggaran negara dapat terwujud bukan hanya retorika dan pencitraan belaka, tapi kenyataan.
Mahyudin Yusdar
Ketua Komisi Informasi Provinsi Riau
Hingga awal bulan ini, seluruh Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang diterima Komisi Informasi Provinsi Riau, bertajuk keterbukaan pengelolaan anggaran. Kondisi demikian tentu menunjukkan bahwa, di era keterbukaan, ternyata masih banyak Badan Publik menderita “penyakit kronis” karena diserang “virus”
ketertutupan. Sejatinya, keterbukaan informasi menjadi “suplemen” untuk mendorong akses publik terhadap informasi secara luas. Demi kemajuan bangsa dan negara, sangat menjadi kewajiban bagi Presiden dan Wakil Presiden mendatang mengedepankan dan menjunjung tinggi keterbukaan informasi di Indonesia. Keterbukaan informasi seharusnya menjadi “frame emas” dalam membingkai tujuan luhur kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
M. Syauqie
Ketua Komisi Informasi Provinsi NTB
Sudah waktunya bagi Presiden terpilih nanti untuk memperkuat atau memperbesar supply side (sisi pemberian pelayanan informasi) pada Badan Publik melalui regulasi yang efektif dan operasional tentang transparansi. Pada bagian lain, demand side
(Pemohon/Pengguna Informasi) diberikan keleluasaan mengakses sesuai dengan aturan yang berlaku tetapi tidak perlu di push. Keterbukaan Informasi Publik bukanlah bola salju yang tercerai berai ketika sampai di tujuan, tetapi sebagai perekat kohesivitas bangsa menuju satu Indonesia yang bermartabat.
Nelson Hans Paiki
Komisioner Komisi Informasi Provinsi Papua Harapan besar rakyat Indonesia terutama masyarakat Papua adalah dapat memiliki Presiden yang tidak alergi terhadap keterbukaan informasi. Hal ini bagi rakyat Papua penting karena sampai saat ini
sebagaimana kendala di provinsi lainnya, Informasi Publik masih menjadi sesuatu yang susah didapatkan. Keberadaan KI saat ini sebenarnya menjadi momentum penting dalam keterbukaan informasi dan sangat membutuhkan peran pemerintah yang baru dalam mendorong transparansi dan mewujudkan tujuan UU Keterbukaan Informasi Publik. Semoga Pilpres tahun ini dapat melahirkan pemimpin yang lebih terbuka dan transparan dalam
pelaksanaan pemerintahannya. Saya berharap agar Presiden terpilih
mendatang benar-benar memperhatikan keterbukaan informasi publik terutama di Badan Publik pemerintah.
Capres dan Cawapres yang Pro-Keterbukaan Informasi Publik
Perubahan struktur pemerintahan Indonesia melalui Pemilihan Umum Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden diharapkan membawa angin segar bagi terwujudnya pemerintahan yang terbuka di Indonesia. Berikut pandangan dan harapan beberapa Komisioner Komisi Informasi Provinsi terhadap dua kandidat Capres dan Cawapres.
Fokus
Badan Pertanahan Nasional (BPN) Republik
Indonesia hingga Kantor Pertanahan yang berada di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota sering menjadi pihak Termohon dalam Sengketa Informasi Publik. Timbulnya sengketa informasi karena informasi yang diminta Pemohon dikecualikan oleh BPN. Bagaimana putusan KIP?
ejak Komisi Informasi Pusat (KIP) dibentuk pada Juni 2009, terdapat beberapa Sengketa Informasi Publik yang melibatkan Termohon Badan
Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan yang berada di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota. Berdasarkan catatan redaksi Buka! Informasi Publik. Di antara Kantor Pertanahan yang pernah menjadi Termohon dalam Sengketa Informasi Publik adalah Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Pertanahan Provinsi Jawa Timur, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Kota Bekasi, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Kota Depok, dan Kabupaten Ciamis.
Informasi yang menjadi obyek sengketa pun sangat
dikarenakan tidak ditanggapinya permohonan informasi dan adanya pengecualian informasi.
Misalnya pada sengketa informasi terhadap Termohon Kantor Pertanahan Kabupetan Ciamis, Kantor Pertanahan Depok, dan Provinsi Sumatera Barat.
Dalam sengketa informasi yang terjadi di Ciamis dengan Pemohon Imam Bambang Setiawan terhadap Termohon Kantor Pertanahan Kabupaten Ciamis dengan Register Nomor 039/IV/KIP-PS/2013. Berdasarkan permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang diajukan Pemohon, timbulnya sengketa informasi ini disebabkan penolakan dari Termohon untuk memberikan informasi. “…pihak yang berhak mendapatkan petikan, salinan, atau rekaman dokumen adalah pemegang hak yang
bersangkutan dan instansi untuk pelaksanaan tugasnya,“ jelas Termohon dalam surat tanggapan keberatan yang
diajukan Pemohon. Sementara informasi yang diminta Pemohon adalah berkaitan Data Hasil Identifikasi Tanah Telantar di Kabupaten Ciamis yang di dalamnya juga berisi data nominatif. Selain beralasan, Pemohon tidak berwenang mendapatkan informasi, Termohon juga mendalilkan keputusan tanah telantar dilarang diberikan kepada pihak tidak
berwenang. “Berdasarkan Pasal 12 Peraturan Kepala BPN
S
Majelis Komisioner, Pemohon, dan Termohon mendengarkan keterangan Ahli yang dihadirkan Majelis pada sidang sengketa terhadap BPN Kabupaten Ciamis tentang informasi tanah telantar.
Maraknya Sengketa
Informasi Pertanahan
Fokus
Buka! EDISI 04 | April - Juni 2014
10
No. 5 Tahun 2011, warkah tentang keputusan penetapan tanah telantar dan data lainnya dilarang diberikan kepada pihak yang tidak berwenang,” jawaban Termohon dalam surat tanggapan atas keberatan Pemohon.
Berdasarkan alasan penolakan dan dikecualikannya informasi yang diminta Pemohon, kemudian Pemohon mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik. Majelis Komisioner yang diketuai Abdulhamid Dipopramonon beranggotakan Yhannu Setyawan dan Evy Trisulo mulai menyidangkan sengketa ini pada tanggal 12 September 2013.
Setelah enam kali sidang, termasuk menghadirkan ahli, dalam putusan yang dibacakan pada tanggal 24 April 2014, dalam pertimbangan hukumnya, Majelis
Komisioner KIP pada pokoknya berpendapat bahwa Data Hasil Identifikasi Tanah Telantar adalah bagian dari warkah penetapan tanah telantar sebagaimana dimaksud Pasal 12 Perka BPN No. 5 Tahun 2011.
Oleh karena itu, Majelis Komisioner menganggap dalil pengecualian dan uji konsekuensi Termohon beralasan hukum, maka sesuai Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3) Perki 1 Tahun 2013 Majelis melakukan uji kepentingan publik. Hasil pengujian kepentingan publik yang dilakukan oleh Majelis tidak ditemukan adanya kepentingan publik yang lebih besar yang menghendaki informasi tersebut untuk dibuka.
Majelis berpendapat bahwa kepentingan publik yang lebih besar akan terganggu apabila informasi yang diminta Pemohon dibuka karena informasi tersebut berisi data nominatif penggarap lahan eks HGU yang seharusnya belum dibuat dan diterbitkan oleh pihak BPN dalam proses penertiban tanah telantar.
Dalam membuat data nominatif, menurut keterangan ahli, harus keluar dulu SK Penetapan Kepala BPN (Pusat) bahwa tanah tersebut merupakan tanah telantar.
Sedangkan pada saat ini penetapan dari Kepala BPN tersbut belum ada sehingga status tanah tersebut belum jelas. Data nominatif akan ditepkan dengan SK tersendiri setelah SK Penetapan sebagai tanah telantar terbit, sehingga tidak mungkin SK Data Nominatif yang berisi nama penggarap, lokasi, dan luasannya akan ada jika SK Penetapan sebagai tanah telantar belum ada.
Menurut Majelis, data yang diminta Pemohon baru dapat dibuat manakala proses penertibannya telah selesai dan telah memasuki proses pendayagunaan, sebagaimana diatur dalam Perka BPN No. 5 tahun 2011. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan di atas maka Majelis Komisioner yang menyidangkan sengketa a quo berkesimpulan bahwa informasi yang diminta Pemohon adalah informasi yang dikecualikan dan sudah
seharusnya tertutup. “Permohonan Pemohon Ditolak untuk Seluruhnya.”
Putusan ini pun tidak memperoleh suara bulat dari Majelis Komisioner yang memeriksa dan memutus. Ada pendapat berbeda (dissenting opinion) datang dari Anggota Majelis Komisioner Yhannu Setyawan yang berpendapat bahwa Data Hasil Identifikasi dan Penelitian Tanah Telantar merupakan salah satu data yang menjadi dasar dikeluarkannya Keputusan Kepala BPN tentang Penetapan Tanah Telantar.
Dengan demikian data tersebut termasuk dalam kategori informasi tersedia setiap saat sebagaimana disebutkan oleh Pasal 11 ayat (1) huruf b UU KIP juncto Pasal 13 ayat (1) huruf b Perki No. 1 Tahun 2010 tentang SLIP.
Lain lagi dengan sengketa informasi yang terjadi antara Pemohon Samuel Sammy Abednego terhadap
Termohon Kantor Pertanahan Kota Depok yang diberi
Kondisi sebuah tanah telantar. Tanah telantar yang tidak digarap oleh pemiliknya yang umumnya pengusaha banyak disengketakan
oleh masyarakat.
Sidang Ajudikasi antara PLKSM-PCC
Fokus
Register Nomor 015/II/KIP-PS/2013. Timbunya sengketa
informasi ini bermula ketika Pemohon pada tanggal 4
Desember 2012 mengajukan permohonan informasi, dan
surat keberatan diajukan pada 24 Desember 2013 tidak
mendapat tanggapan dari Termohon sehingga Pemohon
kemudian mengajukan permohonan Penyelesaian
Sengketa Informasi Publik ke KI Pusat pada tanggal 12
Februari 2013.
Adapun informasi yang menjadi pokok sengketa terkait
dengan permohonan informasi berupa buku
tanah/warkah tanah Sertifikat Hak Milik (SHM) 640 dan
641/Sawangan (sekarang menjadi wilayah Kota Depok).
Dalam persidangan yang diketuai Majelis Komisioner
John Fresly yang beranggotakan Abdulhamid
Dipopramono dan Dyah Aryani, Termohon menyatakan
informasi yang dimohonkan Pemohon merupakan
informasi yang dikecualikan/tertutup.
Informasi yang diminta oleh Samuel Sammy terkait
dengan penerbitan SHM juga pernah terjadi antara
Pemohon Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat Padang Consumer Crisis (LPKSM) dengan
Termohon Kantor Pertanahan Wilayah Provinsi Sumatera
Barat yang diberi Register Nomor 385/XII/KIP-PS/2011.
“Informasi sebagaimana yang diminta Pemohon
merupakan informasi yang dikecualikan berdasarkan
Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah dan Pasal 192 Peraturan
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah.”
Pemohon meminta informasi tersebut bukan tanpa
alasan, dalam persidangan Pemohon mendalilkan tanah
milik orangtunya tersebut telah digusur dan dikuasi
orang lain “…bidang tanah tersebut telah digusur secara
semena-mena,” ungkap Pemohon.
Sebelum menjadi sengketa informasi, sengketa tanah ini
dahulu dikenal dengan kasus Sawangan pada Tahun
1999-2001. Selain mendalilkan tanah orangtuanya (Tjang
Eng Moy) digusur, Pemohon meminta informasi untuk
dijadikan dasar dalam melakukan upaya hukum untuk
mempertahankan hak-haknya atas tanah tersebut.
“Berdasarkan Pasal 12 Peraturan Kepala
BPN No. 5 Tahun 2011, warkah tentang
keputusan penetapan tanah telantar dan
data lainnya dilarang diberikan kepada
pihak yang tidak berwenang.”
Penyelesaian sengketa informasi ini pun menjadi
perhatian Majelis Komisioner. Mengingat informasi yang
diminta Pemohon cukup lama dokumennya dibuat,
Majelis Komisioner juga melakukan pemeriksaan
setempat di Kantor Pertanahan Kota Depok, hal ini juga
dilakukan Majelis Kemisioner dalam sengketa informasi
yang melibatkan Termohon Kantor Pertanahan
Kabupaten Ciamis.
Berdasarkan hasil persidangan, dan kajian yang
dilakukan Majelis Komoisioner terhadap sengketa ini,
akhirnya Majelis Komisioner berpendapat bahwa
informasi yang diminta Pemohon merupakan informasi
yang terbuka dan wajib diberikan Termohon.
“Berdasarkan ketentuan Pasal 187 ayat (1) Perkaban No.
3 Tahun 1997, disebutkan Informasi tentang data fisik
dan data yuridis yang ada pada peta pendaftaran, daftar
tanah, surat ukur dan buku tanah terbuka untuk umum
dan dapat diberikan kepada pihak yang berkepentingan
secara visual atau secara tertulis,’ kata Majelis saat
membacakan putusan secara bergantian pada tanggal
17 Januari 2014.
Berdasarkan pertimbangan yuridis, akhirnya majelis
mengabulkan permohonan Pemohon. “Menyatakan
Informasi yang dimohonkan Pemohon berupa buku
tanah/warkah tanah Surat Hak Milik (SHM) No. 640 dan
641/Sawangan merupakan informasi terbuka untuk
Pemohon,” kata Ketua Majelis dan memerintahkan
Termohon untuk memberikan informasi sebagaimana
diminta Pemohon dalam jangka waktu 14 hari kerja sejak
Majelis Komisioner sedang melakukan pemeriksaan setempat di kantor Pertanahan Kota Depok.
Opini
Buka! EDISI 04 | April - Juni 2014
12
Partai Politik
Terbukalah!
Agus Wijayantyo Nugroho Tenaga AhliKomisi Informasi Pusat
artai politik sudah menjadi bagian urat nadi dalam berdemokrasi. Partai politik merupakan sarana untuk mencapai kekuasaan. Kehidupan partai politik tidak bisa juga dilepaskan dari konstituennya karena dalam sistem politik di Indonesia yang menerapkan mekanisme
parlementary threashold bagi partai politik untuk dapat masuk diparlemen, jumlah dukungan menjadi mutlak diperlukan.
Realita yang terjadi, partai politik perlu mendapatkan jumlah suara yang signifikan untuk dapat memperoleh tiket ke parlemen. Yang lebih menakjubkan, untuk dapat memikat hati rakyat maka partai politik perlu dukungan financial yang tidak sedikit. Hal tersebut makin dipicu adanya hubungan transaksional antara pemilih dengan partai politik. UU Partai Politik Pasal 34 telah menyebutkan pendanaan partai politik bersumber dari iuran anggota; sumbangan yang sah menurut hukum; dan bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Adapun untuk pelaporan dana dari pemerintah diatur dalam pasal 34 ayat (4) dan pasal 34 A UU Partai Politik.
Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, partai politik dikategorikan sebagai Badan Publik sehingga partai politik dituntut untuk
mempublikasikan atau mengumumkan semua informasi yang dimiliki kecuali informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam pasal 17 UU KIP.
Laporan keuangan partai politik merupakan dokumen terbuka dan wajib dipublikasikan berdasarkan Pasal 15 huruf d dan e UU KIP yang disebutkan informasi lain yang
ditetapkan oleh Undang-Undang yang berkaitan, sehingga hal tersebut harus merujuk pula pada UU Partai Politik. Menilik dari UU KIP dan UU Partai Politik, maka laporan keuangan partai politik merupakan Informasi Publik dan sudah seharunya dipublikasikan agar publik tahu apa yang ada dalam partai politik bahkan dalam laporan tersebut akan menunjukkan kinerja dan capaian partai politik dalam menjalankan program kegiatan yang berhubugan dengan rakyat.
Pada saat ini umumnya Partai politik masih sulit membuka laporan keuangannya. Partai politik terbukalah!
Transparansi
Mencegah
Korupsi
Tya Tirtasari
Tenaga Ahli Komisi Informasi Pusat
erbagai pendekatan pemberantasan korupsi yang telah dijalankan Pemerintah Indonesia, seperti kita ketahui bersama, lebih cenderung ke arah represif. Paradigma itulah yang berkembang di masyarakat dan dinilai sebagai upaya yang efektif untuk menimbulkan efek jera.
Kendati Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sudah banyak melakukan perbaikan atau pembenahan pada pelayanan publik, tapi praktiknya, masyarakat masih belum merasakan manfaatnya secara optimal.
Ditambah lagi belum tuntasnya reformasi birokrasi secara menyeluruh, terutama dalam hal rightsizing, business process, dan sumber daya manusia, hal itu kerap dituding sebagai masalah utamanya.
Semakin tinggi kesadaran masyarakat akan haknya, maka kemudahan dan kecepatan dalam layanan administratif dan keterbukaan Informasi Publik menjadi tuntutan yang utama karena merupakan kebutuhan mendasar masyarakat sebagaimana dijamin dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Berbagai upaya untuk melakukan pemberantasan korupsi sudah dilakukan, namun saat ini, salah satu indikator utama keberhasilannya adalah keterbukaan informasi. Hal tersebut sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Menurut data dari empat tahun implementasi UU KIP
informasi yang banyak diminta oleh masyarakat sebagai Pemohon Informasi adalah RKA/K/L, DPA, laporan keuangan, laporan kinerja, serta pengadaan barang dan jasa.
Namun di antara informasi yang diminta tersebut banyak juga masyarakat yang sudah sadar haknya untuk mengakses informasi yang telah dijamin oleh UU KIP, masyarakat sudah mengakses mengenai informasi agraria, info sumber dana, perizinan, dan kontrak/perjanjian.
Dengan kesiapan Badan Publik dalam implementasi UU KIP ini maka tingkat korupsi akan semakin mengecil karena keterbukaan informasi dari Badan Publik ini sudah diimplementasikan.
Badan Publik harus siap menjalankan UU KIP menjadi instrumen untuk mencegah korupsi. Apalagi dengan terbitnya Inpres Nomor 2 Tahun 2014.
Kegiatan KI Pusat
Komisioner KI Papua
Segera Dilantik
erjuangan panjang para Komisioner Komisi Informasi Provinsi Papua (KI Papua) akhirnya membuahkan hasil. Mereka akan segera dilantik oleh
Gubernur Papua Lukas Enembe, rencananya tanggal 18 Juni 2014. Untuk keperluan itu, Komisioner Papua Petrus Mambai bersama aktivis Lany Jaya Tery Yigibalom dan Tolikora Beny Kogoga menemui langsung Ketua Komisi Informasi Pusat (KIP) Abdulhamid Dipopramono di Ruang Kerja Ketua KIP Jakarta, Jumat (13/6).
Setelah menunggu selama empat bulan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Pengangkatan dari Gubernur Papua sejak Februari 2014, maka dipastikan pada 18 Juni 2014 Gubernur Papua akan melantik KI Papua. Untuk itu, Petrus datang secara khusus ke jakarta untuk menemui Ketua KIP guna mengundang hadir pada acara pelantikan KI Papua di Kantor Gubernur Papua. “Penetapan waktu pelantikan tanggal 18 Juni dilakukan oleh Pak Gubernur sendiri dan beliau sangat berharap agar Ketua KIP datang
menyaksikan acara tersebut,” kata Petrus. ---
Setwan Jambi
Konsultasikan
Pengunduran Diri
Ketua KI Jambi
ebanyak empat orang Staf
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi melakukan konsultasi ke Komisi Informasi Pusat (KIP) menyangkut kisruh pengunduran diri Ketua KI Jambi Fikri Riza. Keempat Staf Sekwan Jambi itu adalah Syahrul Aman, Edi Maharani, Erina Farah Fadilah, dan Rosmala Dewi. Mereka diterima Sekretaris KIP Bambang Hardi Winata di Ruang Rapat Sekretaris KIP Jakarta, Jumat (13/6). Dalam pertemuan tersebut, Bambang memberikan masukan agar DPRD Jambi segera memanggil Ketua KI Jambi yang telah mengajukan surat pengunduran diri ke Gubernur dan DPRD Jambi.
Pengunduran diri tersebut menurut Syahrul sudah diamini Gubernur Jambi. “Saya sarankan ambil jalan tengah dengan terlebih dahulu memanggil Pak Fikri agar tetap bertahan sebagai Ketua KI Jambi supaya KI Jambi tetap jalan,” kata Bambang.
Setelah itu, menurut Bambang, DPRD Jambi memanggil Gubernur Jambi guna mengklarifikasi surat Gubernur karena saat Fikri menyatakan mundur belum dilakukan Rapat Pleno para Komisioner KI Jambi. “Sesuai dengan Pasal 34 ayat 2 huruf b UU KIP, pengunduran diri Komisioner baru sah jika didahului dengan Rapat Pleno, padahal Fikri mundur tanpa melalui mekanisme tersebut,” kata dia lagi. ---
Rapat Calon SC Rakernis
dan Rakornas KI Berjalan
Lancar
omisi Informasi (KI) berencana menggelar acara tahunan berupa Rapat Kerja Teknis (Rakernis) dan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas). Untuk merancang kegiatan-kegiatan tersebut, Komisi Informasi Pusat (KIP) mengadakan rapat dengan para calon anggota Steering Committee (SC) di Jakarta, Rabu (12/6), yang dihadiri selain oleh Komisioner KIP juga oleh Juniardi (Ketua KI Lampung), Alamsyah Basri (Ketua KI Banten), Farhan Yunus (Ketua KI DKI), Siti Mariam (Wakil Ketua KI DKI), Budi Yoga Permana (Wakil Ketua KI Jawa Barat).
Juga hadir Joko Tetuko (Ketua KI Jawa Timur), Aswar Hasan (Ketua KI Sulawesi Selatan), Eko Satiya Husada (Ketua KI Kalimantan Timur), M Syauqie (Ketua KI NTB), dan Ajeng Roslinda (Komisioner KI NTB). Ketua KI Jateng Rahmulyo Adiwibowo menyatakan komitmennya namun tidak hadir karena sedang
menangani beberapa sidang di Semarang. Rapat calon SC tersebut berjalan lancar. Rakernis direncanakan dilaksanakan di Jakarta pada 24 – 26 Juni sedangkan Rakornas digelar di Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB) pada medio
September 2014. Pada rapat Rabu ini telah disepakati penetapan personel SC dan tugas-tugas yang akan dijalankannya. Semula rapat hanya akan membahas empat hal yang dibahas SC, yakni mententukan time frame dan lokasi
Rakernis dan Rakornas, mata acara Rakernis dan Rakornas, poin-poin yang akan dibahas di Rakernis dan rakornas, serta agenda-agenda dan wacana eksternal yang akan dibangun oleh Rakornas. Namun rapat berkembang lebih maju, sudah menginventarisasi dan memberi masukan substansi yang akan dibahas di Rakernis dan Rakornas. Untuk menuju Rakornas setelah Rakernis, akan dilakukan minimal dua kali forum Sinkronisasi Rakornas. Karena terbatasnya dana di KIP maupun KI Daerah, maka SC akan memanfaatkan berbagai bentuk forum yang sudah dirancang oleh KI Provinsi sebelumnya yang tidak terkait dengan Rakornas. Dalam waktu dekat antara lain akan memanfaatkan forum seminar “Penguatan Kelembagaan untuk Independen dan Profesional” yang digelar oleh KI Kalimantan Timur pada 16 dan 17 Juni 2014. “Kami siap menyediakan forum di luar acara resmi seminar untuk teman-teman SC rapat dan konsolidasi," kata Eko Satiya, Ketua KI Kaltim.
---
P
S
Kegiatan KI Pusat
Buka! EDISI 04 | April - Juni 2014
14
Forum Anti-Korupsi
Indonesia ke-4:
Keterbukaan Informasi
sebagai Pencegah
Korupsi
etua Komisi Informasi Pusat (KIP) Abdulhamid Dipopramono berbicara mengenai Pencegahan Korupsi melalui Keterbukaan Informasi dalam Pengelolaan Anggaran Publik di Indonesia, saat menjadi pembicara dalam Forum Anti-Korupsi Indonesia ke-4 di Hotel Double Tree, Jakarta, Kamis (12/6). Forum Anti-Korupsi kembali dilaksanakan oleh UNODC, Bappenas, Kemitraan, KPK, ICW, dan Transparency International (TI), merupakan acara tahunan sejak 2010 dengan rangkaian seminar/workshop dan pleno yang diselenggarakan pada Senin-Kamis (9-12/6). Pertemuan ini
dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk mendorong keterlibatan seluruh komponen bangsa dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan korupsi. Abdulhamid memaparkan, pemerintahan yang tertutup, tidak transparan, dan tidak terbuka informasinya, adalah
pemerintahan yang korup. Di kementerian yang lamban dalam keterbukaan informasi terbukti banyak kasus korupsi. Juga yang terjadi di Pemprov dan Pemkot/Pemkab yang tertutup. “Anggaran Badan Publik adalah dari uang rakyat/publik yang harus dipertanggung-jawabkan setiap saat,” tegasnya. Selanjutnya ia menandaskan, keterbukaan informasi merupakan upaya pencegahan korupsi karena jika
pemerintahan/Badan Publik sudah terbuka, maka pejabat publik akan sulit melakukan manipulasi anggaran dan berbagai bentuk korupsi lainnya karena akan selalu dipantau/diawasi oleh publik dalam mekanisme keterbukaan.
Acara Forum Anti-korupsi digelar
mengingat upaya pemberantasan korupsi di Indonesia masih berjalan stagnan dalam dua tahun terakhir. Sehingga, Indonesia masih perlu meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di masa mendatang dengan langkah yang lebih terintegrasi dan sistemis. Komitmen Pemerintah Indonesia untuk memberantas korupsi bersama-sama negara-negara di dunia dibuktikan dengan meratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menentang Korupsi (United Nations Convention Againts Corruption, UNCAC 2003) melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 2006.
Pertemuan Forum Anti-Korupsi Indonesia ke-4 bertujuan untuk memfasilitasi keterlibatan multistakeholder dalam penguatan dan pemantauan implementasi UNCAC, memfasilitasi keterlibatan
multistakeholder dalam memberikan fokus perhatian pada sektor-sektor yang teridentifikasi rawan korupsi. Serta menggalang dukungan publik luas dalam upaya bersama masyarakat Indonesia melakukan kegiatan pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Forum ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat dan pemerintah di antaranya kementrian dan kembaga pemerintah level nasional maupun daerah, perwakilan masyarakat madani dan CSO, pakar dan akademisi, lembaga studi dan pusat kajian korupsi di perguruan tinggi atau
masyarakat, jurnalis dan perwakilan media masa nasional maupun internasional, serta kalangan perusahaan swasta dan
organisasinya. Pembukaan resmi acara tersebut dilakukan oleh Presiden SBY di Istana Negara pada Selasa (10/12), antara lain dihadiri Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisyahbana dan Ketua The Global Organization of Parliamentarians Against Corruption (GOPAC) Indonesia, Pramono Anung Wibowo. Ketua KIP juga hadir di acara tersebut.
---KIP Temui Sekda, KI
Bengkulu Dapat
Penguatan
iga Komisioner Komisi Informasi Pusat (KIP) menemui Sekretaris Daerah Provinsi Bengukulu Sumardi
di Kantor Gubernur Bengkulu, Selasa (10/6). Komisioner KIP Henny S Widyaningsih, Rumadi, dan Yhannu Setyawan bersama Ketua KI Bengkulu Emex Verzoni, Wakil KI Bengkulu
Firmansyah, Komisioner Mirzan P Hidayat, dan Ipsyanusi menyampaikan kepada Sekda Pemprov Bengkulu tentang perlunya penguatan KI Bengkulu yang sampai sekarang belum memiliki Sekretariat yang solid.
Setelah mendapatkan sejumlah masukan yang komprehensif dari Komisioner KIP, akhirnya Sekda Sumardi menyatakan siap membantu secara penuh kepada KI Bengkulu. “Saya perintahkan sekarang agar semua fasilitas kesekretariatan KI Bengkulu dipenuhi supaya bisa bekerja dengan baik,” kata Sumardi di depan Kabid Aplikasi Telematika Dishukominfo Bengkulu Bambang Heryawan.
Di depan para komisioner KIP dan KI Bengkulu, Sumardi melanjutkan bahwa selain kebutuhan sarana dan prasana yang harus dilengkapi terhadap KI Bengkulu. Ia juga memastikan penambahan petugas sekretariat KI Bengkulu yang benar-benar dapat bekerja penuh di KI Bengkulu sehingga tenaganya dapat dipergunakan secara maksimal tanpa harus memikirkan tugas di Dishubkominfo Bengkulu. Dalam kesempatan itu, ia juga mengupayakan agar penganggaran KI Bengkulu dibuatkan tersendiri yang terpisah dari anggaran Dishubkominfo. Sumardi mengatakan dengan adanya pengganggaran tersendiri, maka diharapkan tidak akan terjadi
keterlambatan anggaran bagi program dan kegiatan KI Bengkulu.
Sumardi juga menjelaskan bahwa
sebenarnya Pemprov Bengkulu senantiasa taat undang-undang sehingga perlu terus memfasilitasi KI Bengkulu. Karena keberadaan KI Bengkulu merupakan
K
Kegiatan KI Pusat
perintah undang-undang keterbukaan informasi public yang harus ditaati. Komisioner KIP Henny menjelaskan bahwa KIP juga melakukan pemeringkatan Badan Publik guna mengukur keterbukaan informasi public termasuk untuk Pemerintah Provinsi. “Pemprov Bengkulu belum pernah masuk sepuluh besar, kami berharap pada pemeringkatan 2014 ini dapat masuk sepuluh besar,” jelas Henny. ---
KIP Kedatangan KI Jambi,
KI NTB, dan DPRD Tikep
omisi Informasi Pusat (KIP) kedatangan Ketua KI Jambi Fikri Riza, Ketua KI Nusa Tenggara Barat M Syauqie, dan Ketua Badan Legislasi DPRD Kota Tidore Kepulauan (Tikep) Ridwan Mohammad Yamin. Ketiga tamu bersama rombongannya itu tiba hampir bersamaan sebelum Sholat Jumat (6/6) yang diterima secara terpisah di Kantor Sekretariat KIP Jakarta.
Untuk Ketua KI Jambi dan Ketua KI NTB diterima oleh Sekretaris KIP Bambang Hardi Winata di Ruang Kerja Sekretaris KIP. Ketua KI Jambi diterima terlebih dahulu karena dia bersama Staf Sekretariat KI Jambi Noer lebih duluan tiba, kemudian secara bergantian Bambang menerima Ketua KI NTB.
Sementara itu, terpisah di Ruang Rapat KIP Jakarta, Wakil Ketua KIP John Fresly bersama Kepala Bagian Perencanaan Daulat Siregar dan Asisten Ahli KIP Feri Firdaus menerima delegasi DPRD dan Pemkot Tikep. Rombongan perangkat Pemerintah Kota Tikep berjumlah 12 orang itu melakukan konsultasi ke Komisi Informasi Pusat (KIP).
Pada kesempatan konsultasi itu, Ridwan menyampaikan bahwa sekarang ini ada dorongan dari masyarakat Kota Tikep agar segera dibentuk Komisi Informasi di sana.
Sehubungan dengan itu, ia mengatakan atas inisiatif DPRD Tikep telah dibentuk Tim Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Ia mengatakan dalam Perda itu nanti diharuskan adanya Komisi Informasi di Kota Tidore Kepulauan. Sehubungan itu, menurut ia diperlukan sejumlah masukan dari KIP agar KI yang terbentuk nanti dapat bekerja efektif.
Kemudian Komisioner John dan Daulat sama-sama mengingatkan pentingnya dukungan pendanaan dari Pemkot Tikep jika harus membentuk KI Tikep. Menurut mereka selama ini persoalan KI Daerah paling banyak masalah dukungan
pendanaan yang kurang sehingga posisi KI jadi kurang maksimal.
---
SKB Gugus Tugas KPU,
Bawaslu, KPI, dan KIP
tentang Kampanye
Pilpres Diluncurkan
omisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan Komisi Informasi Pusat (KIP) kembali bersinergi membuat kesepakatan bersama terkait Pengawasan dan Pemantauan Pemberitaan, Penyiaran, dan Iklan Kampanye Pilpres 2014. Acara peluncuran digelar di Ballroom Hotel Sultan Jakarta pada Selasa (3/6) dengan penandatanganan naskah kesepakatan oleh Ketua KPU Husni Kamil Manik, Ketua Bawaslu Muhammad, Ketua KPI
Judhariksawan, dan Ketua KIP Abdulhamid Dipopramono.
Sinergi tersebut merupakan kali kedua bagi keempat lembaga negara setelah sebelumnya meneken kesepakatan bersama terkait Pemilu Legislatif yang telah digelar sebelumnya. Selain Ketua-nya, dari KIP juga hadir Wakil Ketua John Fresly, beberapa Asisten Ahli, dan Karel Martel Salim dari KI-Online. Acara juga dihadiri Ketua Dewan Pers Bagir Manan, Ketua Komisi I DPR RI Machfudz Sidiq, para pimpinan media massa nasional, wartawan, dan pemerhati media. Pada kesempatan tersebut Ketua KIP Abdulhamid selain menyatakan
komitmennya untuk bersama-sama melaksanakan dan mengamankan seluruh isi kesepakatan bersama juga memakai kesempatan tersebut untuk
menyosialisasikan UU KIP, lembaga KIP, Perki Pemilu, serta sengketa Informasi. “KIP mendorong masyarakat untuk mengakses seluas-luasnya Informasi Publik, termasuk Informasi Pemilu,” kata dia.
“Frekuensi yang dikelola oleh lembaga penyiaran adalah juga milik publik sehingga harus bisa dimanfaatkan masyarakat secara adil, termasuk memberikan kesempatan sama terhadap para capres-cawapres dan timses-nya di media penyiaran,” kata Abdulhamid. Dia menegaskan bahwa informasi terkait seluruh tahapan Pemilu adalah merupakan informasi terbuka karena diselenggarakan oleh negara. “Termasuk informasi mengenai dana kampanye capres-cawapres, kekayaan pribadi mereka, dan siapa-siapa anggota timses-nya,” sambung dia.
Namun dia mengingatkan bahwa tidak semua informasi Pilpres dapat
disengketakan ke Komisi Informasi, seperti informasi tentang hasil tes kesehatan, kejiwaan, dan kecerdasan para calon presiden dan wakil presiden. Untuk informasi pemeriksaan tersebut, menurut Abdulhamid tidak bisa diakses publik karena tidak termasuk informasi publik dan sudah diatur pada pasal 17 huruf h angka 4 UU KIP.
Secara khusus Abdulhamid juga menyinggung bahwa Perki Pemilu (Perki No 1/2014) telah diterapkan oleh KI Suawesi Tengah. Di sana Pemohon dari sebuah parpol peserta pemilu Legislatif menyengketakan KPU Provinsi Sulawesi Tengah dengan permohonan informasi formulir C-1. “Jadi pada Pemilu Legislatif, Perki Pemilu sudah diterapkan sehingga untuk Pilpres pun KIP siap menyidangkan
K
Kegiatan KI Pusat
Buka! EDISI 04 | April - Juni 2014
16
sengketa Informasi Pemilu dari masyarakat,” sambung Ketua KIP. ---
Tingkatkan Kapasitas
PPID, Bappenas
Konsultasi ke KIP
epala Bagian Humas Badan Publik (BP) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Ismet Mohamad Suhud bersama tim PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi) melakukan konsultasi ke Komisi Informasi Pusat (KIP). Dalam pertemuan konsultasi yang dilaksanakan di ruang rapat lantai 4 KIP Jakarta, Senin (2/6), tim PPID Bappenas diterima Komisioner KIP Henny S. Widyaningsih, Rumadi, Dyah Aryani, dan Yhannu Setyawan.
Pada kesempatakan itu, Ismet mengatakan kedatangannya ke KIP sebagai upaya meningkatkan kapasitas PPID Bappenas melalui konsultasi langsung ke para Komisioner KIP. “Sekarang ini, Bappenas sudah sering kedatangan pemohon informasi sehingga perlu mendapatkan masukan apakah semua data informasi kementerian lain yang ada di Bappenas dapat pula diberikan kepada pemohon,” katanya yang didampingi Kasubag Hubungan Antar Lembaga Ridha Agus, Staf Humas Preciosa, Dewi, dan David. Rumadi mengatakan pertanyaan itu persis sama dengan pertanyaan yang
disampaikan Kementerian Keuangan yang memang memiliki data anggaran seluruh kementerian. Namun Henny mengatakan, sebenarnya jika ingin fair maka seharusnya data informasi seharusnya disampaikan langsung oleh kementerian bersangkutan bukan lewat Bappenas.
“Hanya memang dalam undang-undang keterbukaan informasi publik ada juga kewenangan dari Badan Publik yang
menerima informasi dapat
menyampaikannya tapi seyogianya berkoordinasi dengan Badan Publik sebagai pemilik informasi tersebut,” jelas Henny.
Sementara itu, Yhannu mengatakan sebenarnya Bappenas memiliki fungsi koordinatif sehingga bisa saja memberikan informasi yang diminta pemohon. Bahkan Dyah mengatakan karena Bappenas merupakan think thank (wadah pemikir) maka tidak hanya memberikan informasi tapi dapat membuat pemeringkatan Badan Publik.
---
DPRD Wonogiri
Konsultasikan
Pembentukan KI
ebanyak 17 orang rombongan anggota Komisi A DPRD dan Humas Pemerintah Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah melakukan konsultasi ke Komisi Informasi Pusat (KIP) di Ruang Rapat Sekretariat KIP Jakarta, Senin (12/5). Rombongan itu diterima Komisioner Dyah Aryani dan Henny S. Widyaningsih serta Tenaga Ahli Tya Tirtasari dan Asisten Ahli KIP Arief Ainul Yaqin.
Pada kesempatan itu, Komisioner Dyah mengingatkan bahwa hak inisiatif DPRD Wonogiri untuk membentuk KI Kabupaten adalah bagus. Namun diingatkannya, agar terlebih dahulu menata Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di setiap SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dengan membuat kategorisasi tentang informasi yang harus tersedia setiap saat, informasi serta-merta, informasi berkala, dan informasi yang dikecualikan.
Sementara Komisioner Henny mengharapkan agar DPRD Wonogiri berhati-hati jika ingin membuat KI Kabupaten karena pengalaman menunjukkan sejumlah KI Kabupaten
belum jalan akibat tidak ada dukungan sekretariat dari Pemerintah setempat. “Kecuali DPRD Wonogiri dapat mengawal terus KI tersebut sehingga mendapat perhatian dan pembiayaan dari Pemkab Wonogiri,” kata Henny tegas.
---
Tiga Bulan Tak Dilantik,
KI Papua Mengadu ke KIP
eski sudah mendapatkan Surat Keputusan (SK) Pengangkatan dari Gubernur Papua sejak Februari 2014, namum hingga kini para Komisioner Komisi Informasi (KI) Papua belum juga dilantik oleh Sang Gubernur. Guna mendorong pelantikan, Komisioner KI Papua Petrus Yoram Mambai
didampingi Herman Waiwe mengadu ke KIP.
Mereka diterima Komisioner Dyah Aryani dan Tenaga Ahli Fathul Ulum di Ruang Rapat KIP, Jakarta, Senin (12/5). Usai pertemuan tersebut, mereka juga bertemu Ketua KIP Abdulhamid Dipopramono. Komisioner KIP Dyah Aryani mengatakan, seharusnya Gubernur segera melantik para Komisioner KI Papua karena sudah tertunda selama lima bulan dari sejak lolos fit and proper test. “Jika Gubernur Papua segera melantik Komisioner KI Papua, maka hal ini dapat menjadi gengsi tersendiri bagi Papua karena umumnya KI di kawasan timur belum terbentuk. KI Papua nantinya dapat menjadi pioneer,” ungkap Dyah.
Sementara Abdulhamid ketika dicurhati oleh Petrus mengatakan bahwa KIP akan segera mendorong lagi agar Gubernur Papua melantik para Komisioner KI Papua. “Apa yang dibutuhkan oleh teman-teman Komisioner KI Papua? Jika memang KIP harus bersurat, akan segera kami buatkan,” kata Abdulhamid.
K
Kegiatan KI Pusat
Seperti diketahui bahwa Komisioner KI Papua yang terdiri Nelson Hans Paiki, Andriani Wally, Petrus Y Mambai, Armin, dan Joel BA Wanda telah lolos fit and proper test dari DPRD Papua sejak Oktober 2013. Namun hingga Februari 2014 belum dibuatkan SK oleh Gubernur, sehingga pada medio Februari itu juga Ketua KIP di Jayapura mendesak Gubernur agar segera menerbitkan SK. Setelah itu lalu Gubernur menerbitkan SK. Namun setelah SK terbit, tidak ada progres untuk pelantikannya.
---
Komisioner KIP Minta
Pemerintah Jelaskan
Penyakit MERS
emerintah diminta memberi informasi sejelas mungkin kepada warga Indonesia mengenai Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS), terutama pada masyarakat yang akan menunaikan ibadah umrah. Komisioner Informasi Pusat (KIP) Rumadi mengatakan di Jakarta, Rabu (7/5) bahwa, selain melakukan sosialisasi, pemerintah dinilai perlu memberi perlindungan kesehatan yang maksimal kepada warga negara yang hendak melaksanakan ibadah umrah. "Kementerian Kesehatan harus memastikan warga Indonesia tidak terinveksi virus korona yang menjadi menyebab penyakit MERS sebelum dan setelah umrah," katanya. Mengingat virus ini semakin mewabah di banyak negara, Kementerian Agama diminta
mempertimbangkan kemungkinan moratorium pemberangkatan jamaah umrah untuk sementara waktu.
“Kalau hal ini tidak dilakukan dan tidak ada informasi yang memadai soal ini,
masyarakat akan semakin banyak yang menjadi korban" ujar Rumadi. Sebelumnya diberitakan, Direktur Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama Anggito Abimayu menyatakan, untuk mengantisipasi MERS, calon jemaah berusia 65 tahun ke atas, ibu hamil, dan anak di bawah 12 tahun dianjurkan untuk tidak berangkat umrah ke Arab Saudi saat ini.
Jumlah jemaah umrah asal Indonesia ke Arab Saudi rata-rata 150.000 orang perbulan, sebanyak 30 persen diantaranya berusia di atas 65 tahun. Imbauan ini berlaku sampai ada kepastian virus itu tidak mewabah di Timur Tengah. ---
Dalam Rapat DPRD NTT,
Ketua KIP Nyatakan
Gubernur Langgar UU
etua Komisi Informasi Pusat (KIP) Abdulhamid Dipopramono diundang mengikuti Rapat Paripurna Komisi A DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (7/5). Rapat yang dihadiri 16 SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di NTT itu pada giliran pertama, pukul 0.9.30 WITA,
mendengarkan penjelasan Ketua KIP. Lalu secara bergilir mendengar penjelasan seluruh SKPD.
Ketua KIP mengapresiasi DPRD NTT yang sejak tahun 2010 sudah mengalokasikan dana untuk pembentukan KI Provinsi, tetapi kecewa dengan Gubernur yang komitmennya rendah dalam realisasi dan sudah melanggar undang-undang. “Undang-Undang KIP mengamanatkan agar dua tahun setelah diundangkan, sudah terbentuk KI di semua provinsi,” kata Abdulhamid. Selanjutnya ia
menjelaskan bahwa saat ini Indonesia juga menjadi chairman dari Open Government Partnership, yakni perkumpulan negara-negara berpemerintahan terbuka di seluruh dunia, sehingga harus menjadi
pelopor dalam keterbukaan. “Apalagi belum lama ini diterbitkan Keppres Nomor 2 Tahun 2014 yang memberikan peran KIP dan keterbukaan informasi dalam upaya pemberantasan korupsi,” lanjutnya. Dia juga mengatakan bahwa pemerintahan yang tertutup patut diduga menyimpan sesuatu masalah.
Dalam kesempatan tersebut Ketua Komisi A DPRD NTT, Gabriel Beribina, menyatakan mengapresiasi dan berterima kasih atas kehadiran dan penjelasan Ketua KIP di rapat DPRD NTT. “Semua penjelasan Ketua KIP akan kami teruskan ke Pemda. Secara kebetulan besok kami juga mengundang Sekda NTT, jadi bisa segera sampai,” kata dia.
Sementara Wakil Ketua Komisi A, Gusti Beribe, mengatakan bahwa soal keterbukaan dan pembentukan KI harus masuk dalam Laporan
Pertanggungjawaban Gubernur. “Saya lihat dalam draf Laporan Gubernur belum ada, jadi harus ditambahkan,” kata dia. ---
KIP Sayangkan Kinerja
Gubernur NTT dalam
Keterbukaan Informasi
omisi Informasi Pusat (KIP) bersama Pattiro Kupang menggelar Dialog Publik bertema “Menakar Komitmen Pemprov NTT dalam Pembentukan Komisi Informasi Provinsi” di Hotel Ima Kupang, Selasa (6/5). Dialog digelar atas dasar keprihatinan terhadap belum dibentuknya KI Provinsi NTT, padahal Oktober tahun lalu KIP sudah menyambangi dan mendorong Pemprov NTT. Ketua KIP pun juga sudah menyurati Gubernur agar segera membentuk KI. Hadir sebagai peserta antara lain kalangan organisasi masyarakat sipil/LSM/NGO, Perguruan Tinggi, aparat Pemda, dan media massa.
Dialog yang dipandu oleh Komisioner KIP Dyah Aryani tersebut menghadirkan Ketua