• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk kerjasama regional diantara negara-negara yang ada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk kerjasama regional diantara negara-negara yang ada"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan merupakan salah satu anggota ASEAN (Association of south East Asian Nation). Yang mana, ASEAN merupakan salah satu bentuk kerjasama regional diantara negara-negara yang ada dikawasan Asia Tenggara, terutama bidang ekonomi, sosial dan kebudayaan. Salah satu tulang punggung perekonomian di negara- negara ASEAN adalah UMKM (Usaha mikro kecil dan menegah), usaha kecil memiliki peran penting dalam perekonomian nasional suatu bangsa. Di Amerika Serikat, usaha kecil membayar 44,3% dari total gaji di sektor swasta, mempekerjakan separuh dari seluruh tenaga kerja di sektor swasta, dan menciptakan 60% sampai 80% lapangan kerja baru selama satu dekade terakhir (US Small Business Administration, (2005) dalam Pinasti (2007:2). Termasuk di

Indonesia sendiri, dalam pertumbuhan perekonomian nasionalnya,

dipengaruhi oleh perekonomian yang ada di daerah. Dimana, perekonomian daerah dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi berskala kecil dan menengah.

Usaha mikro kecil dan menegah (UMKM) merupakan salah satu kekuatan ekonomi Indonesia, yang dijalankan oleh sebagian besar masyarakatnya . Selain itu, UMKM sebagai bagian penting dalam dunia usaha

(2)

nasional yang mempunyai peranan dan potensi yang sangat strategis, guna mewujudkan pembangunan perekonomian nasional yang baik. Peran UMKM sangat penting dalam penyerapan tenaga kerja, dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang ada di daerah. Dalam banyak persoalan, UMKM dapat menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Sektor UKM telah terbukti tangguh ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1998, dan hanya sektor UKM yang mampu bertahan dari kolapsnya perekonomian Indonesia pada masa itu. Sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. Mudradjad Kuncoro dalam Harian Bisnis Indonesia pada tanggal 21 Oktober 2008 mengemukakan bahwa, UKM terbukti tahan terhadap krisis dan mampu survive, karena pertama, tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak banyak utang ke perbankan karena mereka dianggap unbankable. Ketiga, menggunakan input lokal. Keempat, berorientasi ekspor ( nerisarvn.blogspot.com).

Perkembangan jumlah UMKM di Indonesia periode 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 2,57 persen yaitu dari 53.823.732 unit pada tahun 2010, menjadi 55.206.444 unit pada tahun 2011. UMKM merupakan pelaku usaha terbesar, dengan persentasenya sebesar 99,99 persen dari total pelaku usaha nasional pada tahun 2011. Pada tahun 2011, PDB nasional atas harga konstan tahun 2000 sebesar Rp. 2.377,1 triliun, kontribusi UMKM sebesar Rp. 1.369,3 triliun atau 57,60 persen, kontribusi UMKM tersebut meningkat sebesar Rp. 86,8 triliun atau 6,76 persen, dibandingkan tahun

(3)

sebelumnya. Peran UMKM terhadap pembentukan total nilai ekspor non migas mengalami peningkatan sebesar Rp. 11,5 triliun atau 6,56 persen yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp. 187,4 triliun atau 16,44 persen dari total nilai ekspor non migas. Selain itu, UMKM tahun 2011 mampu menyerap tenaga kerja sebesar 101.722.458 orang, atau 97,24 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, jumlah ini meningkat sebesar 2,33 persen atau 2.320.683 orang dibandingkan tahun 2010 (www.depkop.go.id).

Seperti yang dijelaskaan oleh M.Irfan (2000) dalam Anoraga dan Sudantoko (2002:244) Usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian suatu negara, memiliki peran yang penting. Bukan saja di Indonesia, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa posisi usaha kecil dan menengah mempunyai peranan strategis di negara-negara lain juga. Indikasi yang menunjukkan peranan usaha kecil dan menengah itu, dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDB, eksport non migas, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cukup berarti.

Sesuai dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah, serta Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UMKM RI No.23/PERM/MKUKM/XI/2005 yang menjadi dasar kebijakan pengembangan pedoman penumbuhan dan pengembangan sentra usaha kecil dan menengah.

Kabupaten Sukoharjo mempunyai berbagai macam UMKM, mulai dari industri mebel rotan, yang terdapat di Desa Trangsan dan Desa Mayang,

(4)

mebel kayu yang ada di Desa Bulakan, Telukan dan Parang Joro, tekstil yang dikembangkan mulai dari industri kecil yang menggunakan peralatan tradisional, hingga industri besar yang menggunakan peralatan modern, bordir yang ada di Kecamatan Mojolaban, Kartosuro dan Sukoharjo, sentra industri gamelan banyak terdapat di Desa Wirun dan Laban, tatah sungging terdapat di Desa Madegondo, Telukan dan Sonorejo, gitar yang ada di Desa Ngrombos dan Mancasan, grafir kaca ada di Desa Baki Pandeyan, Gondang, Pabelan dan Desa Manang, suttlecocks yang ada di Desa Gadingan, Wirun, dan Desa Kwarasan, serta sentra UKM jamu, dimana Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu penghasil jamu tradisional terbesar di Indonesia, dan telah mengangkat nama Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu daerah yang mempunyai komoditas unggulan, yang banyak terdapat di Kecamatan Nguter dan Sukoharjo (Potensi daerah Sukoharjo.pdf).

Jumlah seluruh UKM yang ada di Kabupaten Sukoharjo, pada tahun 2012 sebanyak 29.189 yang termasuk usaha mikro dan kecil sebanyak 28.618, jumlah ini merupakan jumlah keseluruhan UMK yang ada di Kabupaten Sukoharjo, baik yang mempunyai ijin maupun yang tidak berijin (www.sukoharjokab.go.id).

Dilihat dari jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap, oleh masing-masing golongan industri baik besar, menengah, dan kecil. Menunjukkan bahwa peran industri, terutama sektor usaha industri tekstil dan

(5)

aneka, menunjukkan besarnya penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut. Sebaliknya walaupun dalam penyerapan tenaga kerja terhitung relative sedikit, namun jika dilihat dari jumlah unit usaha, jumlah unit usaha yang paling banyak yaitu sektor industri agro dan hasil hutan, seperti terlihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1

Jumlah unit usaha dan Jumlah penyerapan tenaga kerja

Golongan Industri

Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja

IAHH ITA IKLME IAHH ITA IKLME

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Besar 52 19 93 10.939 46.754 3.234

Menengah 131 49 71 9.808 5.091 2.539

Kecil 6.842 4.295 5.371 27.453 17.029 21.855

Jumlah 7.025 4.363 5.464 48.200 68.874 27.628

Sumber : Dinas Perindag Kabupaten Sukoharjo

Keterangan :

IAHH : Industri Agro dan Hasil Hutan ITA : Industri Tekstil dan Aneka

IKLME : Industri Kimia, Logam, Mesin, dan Elektro

Pembangunan di sektor industri, merupakan priorias utama pembangunan ekonomi. Karena sektor industri memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Sukoharjo, dengan distribusinya terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 sebesar 29,93%. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Badan Penanaman Modal Kabupaten Sukoharjo, industri digolongkan menjadi industri besar, menengah, dan kecil. Dibandingkan tahun 2012, jumlah unit

(6)

usaha atau industri mengalami peningkatan sebesar 0,32% menjadi 16.906 unit dan 97,75% diantaranya adalah industri kecil. Ditinjau dari jumlah, juga mengalami kenaikan sebesar 1,40% sedangkan, nilai investasi pada tahun 2013 sebesar 2,27 triliyun rupiah dan nilai produksi sebesar 7,82 triliyun rupiah (www.sukoharjokab.bps.go.id).

Namun, terkadang sektor UMKM tidak lepas dari berbagai kendala yang sering dihadapi. Kendala-kendala yang dihadapi oleh UKM antara lain : kualitas sumber daya manusia yang rendah, tingkat produktifitas dan kualitas produk dan jasa rendah, kurangnya teknologi dan informasi, faktor produksi, sarana dan prasarana belum memadai, aspek pendanaan dan pelayanan jasa pembiyaan, iklim usaha belum mendukung (seperti Peraturan Perundangan Persaingan Sehat dan koordinasi pembinaan belum berjalan baik dalam Anoraga & Sudantoko (2002:245).

Ramdhansyah & Silalahi (2013:30) yang mendapati masalah utama yang dihadapi oleh UMKM adalah masalah permodalan (jurnal Pengembangan Model Pendanaan UMKM Berdasarkan Persepsi UMKM, jurnal keuangan dan bisnis, Vol.5, No.1). Dan untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi oleh UMKM, salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan pengembangan UMKM, baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun pihak swasta. Dalam Obura & Matovu (2011) journal article SMEs and Business Information Provision Strategies : Analytical Perspective menjelaskan,

(7)

“The development of the SMEs has long been regarded as crucial for the achievement of broader development objectives, including poverty alleviation, economic development and the promotion of more

democratic and pluralist societies”. pengembangan UKM telah lama dianggap penting untuk pencapaian tujuan pembangunan yang lebih luas, termasuk pengentasan kemiskinan, pembangunan ekonomi, dan promosi dari masyarakat yang lebih demokratis dan majemuk .

UKM perlu memiliki akses informasi yang memadai, untuk meningkatkan produktivitas dan untuk memfasilitasi pada akses pasar. Pembentukan sektor UMKM yang aktif dan pemanfaatan yang efektif dari informasi bisnis yang berkualitas, telah diidentifikasi sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan berkelanjutan bagi negara – negara maju dan berkembang (Corps 2005). Namun, di sebagian negara – negara berkembang, sektor UKM menderita karena kekurangan informasi bisnis, yang hanya tersedia dari lembaga-lembaga yang berdiri sendiri, lembaga ini sering lambat dan rumit untuk mengakses dan tidak disediakan secara terpadu (UNIDO 2005).

Selain itu, dalam Anggraeni dkk (2013) jurnal Pengembangan Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM) melalui fasilitas pihak eksternal dan potensi internal di Kota Malang, menjelaskan

“Program pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), sebagai salah satu instrument untuk menaikkan daya beli masyarakat, pada akhirnya akan menjadi katup pengaman dari situasi krisis moneter. Pengembangan UMKM menjadi sangat strategis, dalam menggerakkan perekonomian nasional, mengingat kegiatan usahanya mencakup hampir semua lapangan usaha. Sehingga, kontribusi UMKM menjadi sangat besar bagi peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah”.

(8)

Seperti UMKM yang ada di daerah lain, UMKM yang ada di Kabupaten Sukoharjo juga mengalami permasalahan yang sama, terutama dari sisi permodalannya. Guna membantu mengatasi permasalahan mengenai permodalan, maka Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo, sebagai

salah satu lembaga pemerintah daerah yang berwenang dalam

mengembangkan UMKM, melakukan beberapa upaya yang diwujudkan melalui beberapa program atau kegiatan. Dan salah satunya melalui kegiatan sosialisasi penyediaan informasi permodalan, yang mana kegiatan ini dilakukan dengan bentuk kegiatan sosialisasi, dengan cara mempertemukan pelaku UMKM dengan lembaga yang menyediakan permodalan. Dalam hal penyediaan informasi permodalan, Dinas Koperasi dan UMKM sebagai fasilitator, bagi para pelaku UMKM yang membutuhkan permodalan dan lembaga yang akan memberikan bantuan permodalan berupa pemberian kredit, yang bekerja sama dengan pihak perbankkan maupun BUMN.

Kegiatan ini sudah cukup lama dijalankan oleh Dinas Koperasi dan UMKM mulai tahun 2012, sosialisasi penyediaan informasi permodalan merupakan bentuk layanan dalam rangka membantu para pelaku UMKM untuk mendapatkan bantuan modal, dari lembaga yang menyediakan bantuan permodalan, dengan cara memberikan informasi permodalan yang disampaikan pada saat sosialisasi. Selain itu, dengan adanya kegiatan sosialisasi ini, maka akan membantu para penyedia modal untuk menawarkan atau menyampaikan permodalan yang dimiliki oleh tiap-tiap lembaga,

(9)

termasuk persyaratan pengajuannya. Dalam penelitian ini, akan melihat sosialisasi permodalan yang dilakukan pada tahun 2012, dan UMKM yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu, UMKM yang sudah mendapatkan sosialisasi penyediaan informasi permodalan dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2012. Seperti UKM jamur, jamu, emping yang mempunyai produk unggulan dan termasuk sentra UKM.

Kegiatan ini dilakukan karena didukung oleh kenyataan yang ada di lapangan, meskipun banyak sumber dana yang tersedia, tetapi sumber tersebut belum banyak dimanfaatkan, karena belum ada titik temu antara pelaku UMKM sebagai debitur dan lembaga penyedia modal sebagai pihak kreditur. Tujuan dari kegiatan sosialisasi penyediaan informasi permodalan ini adalah, membantu UMKM dalam memberikan informasi permodalan ke lembaga keuangan dan non keuangan. Sedangkan hasil yang diharapkan dengan adanya kegiatan ini ialah, akan lebih banyak UMKM yang memanfaatkan informasi permodalan yang telah diberikan oleh lembaga penyedia modal.

Dari sisi UMKM, beberapa kendala dalam memanfaatkan permodalan dari bank adalah suku bunga yang tinggi dan kesulitan memenuhi persyaratan agunan. Sedangkan dari sisi perbankan, permasalahan UMKM terletak pada kelayakan usaha, baik aspek keuangan maupun aspek pemasaran dan tenaga kerja (www.perpustakaan.depkeu.go.id).Dari gambaran sosialisasi penyediaan informasi permodalan diatas, penelitian ini ingin mengevaluasi pelaksanaan sosialisasi penyediaan informasi permodalan, karena tujuan evaluasi yang

(10)

dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas dengan melihat pada pencapaian tujuan, tepat sasaran dan sesuai dengan hasil yang diharapkan, serta melihat dampak setelah adanya sosialisasi ini dan hambatannya.

Namun demikian, karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, dalam penelitian ini lebih difokuskan pada efektivitas sosialisasi penyediaan informasi permodalan, sebagai salah satu langkah mengatasi permasalahan permodalan UMKM agar lebih berkembang. Selain itu, juga melihat sejauh mana dampak yang diberikan dengan adanya informasi permodalan dalam pengembangan UMKM dan hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan UMKM dalam melaksanakan sosialisasi ini.

Dari uraian diatas, dapat ditarik benang merah bahwa kinerja Dinas Koperasi dan UMKM dalam permodalan, salah satunya dapat dilihat dari efektivitas penyediaan informasi permodalan yang diberikan pada UMKM. Sedangkan efektifitas penyediaan informasi permodalan itu sendiri, dapat dilihat dari tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dan tepat sasaran. Untuk informasi permodalannya sendiri, melihat pada kemudahan dalam mendapatkan informasi tersebut.

Penjelasan diatas membuat peneliti ingin mengetahui tingkat efektifitas sosialisasi penyediaan informasi permodalan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo, dalam rangka pengembangan UMKM dilihat dari sisi permodalan. Yang mana, pengukuran

(11)

efektifitas penyediaan informasi permodalan ini, dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian sasaran dan tujuan dari pelaksanaan sosialisasi penyediaan informasi permodalan tersebut. Dengan memanfaatkan kualitas output (kualitas informasi) yang dihasilkan, dari proses pengolahan informasi tersebut.

Adapun sebagai outcome disini adalah, memperoleh pengetahuan mengenai lembaga permodalan baik keuangan maupun non keuangan, dan selanjutnya akan memanfaatkan informasi permodalan yang diberikan. Sedangkan sasaran dari sosialisasi penyediaan informasi permodalan ini adalah UMKM yang sudah mendapatkan sosialisasi penyediaan informasi permodalan dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2012. Seperti UKM jamur, jamu, emping yang mempunyai produk unggulan dan termasuk sentra UKM.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana efektifitas sosialisasi penyediaan informasi permodalan pada UMKM dalam rangka pengembangan UMKM di Kabupaten Sukoharjo ? 2. Bagaimana dampak sosialisasi penyediaan informasi permodalan terhadap

para pelaku UMKM dalam rangka pengembangan UMKM ?

3. Hambatan yang dihadapi oleh Dinas Koperasi dan UMKM dalam melaksanakan sosialisasi penyediaan informasi permodalan dalam rangka pengembangan UMKM ?

(12)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Operasional

a. Dengan penelitian ini diharapkan akan diketahui efektivitas dalam proses implementasi kegiatan sosialisasi.

b. Penyediaan informasi permodalan oleh Dinas Koperasi dan UMKM. c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat di ketahui apa saja dampak

yang dirasakan oleh pelaku UMKM sebagai sasaran dari kegiatan ini. d. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui apa saja hambatan

dalam proses implementasi kegiatan sosialisasi penyediaan informasi permodalan pada UMKM di Kabupaten Sukoharjo.

2. Tujuan Fungsional

Untuk memberikan masukan atas efektifitas kegiatan sosialisasi penyediaan informasi permodalan, dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Sukoharjo yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pelaksanaan kegiatan ini kedepannya.

3. Tujuan Individu

Untuk memenuhi persyaratan guna meraih gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(13)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai UMKM serta dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Pemerintah dan UMKM, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi UMKM dan mengevaluasi mengenai sosialisasi penyediaan informasi permodalan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM

3. Bagi penulis dan pembaca, hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan wawasan kepada penulis dan pembaca mengenai UMKM dan ikut berperan serta menyumbangkan pemikirannya dalam meningkatkan UMKM.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pengawasan dan pembinaan dari pemerintah terhadap kegiatan usaha pertambangan di wilayah masyarakat hukum adat, perlu penggembangan instrumen- instrumen

Untuk melindungi bayi ketika sedang dibawa di dalam faslitas RS, hal - hal ini harus menjadi perhatian: Hanya staf yang berwenang (menggunakan kartu identitas khusus,

Hal ini ditindak lanjuti dengan keluarnya peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.03/ Menhut-II/2005 tanggal 18 Januari 2005 tentang Pedoman Verifikasi izin Usaha Pemanfaatan Hasil

Jenis penelitian adalah operational research untuk mengetahui nilai pemakaian dan investasi obat, mengetahui jumlah pemesanan optimum dan waktu pemesanan kembali

Pada bab ini akan dilakukan analisis dan pembahasana dari hasil pengumpulan dan pengolahan data terhadap penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi orang tua dalam membina kecerdasan

Sutarwi, Pujiasmanto B, Supriyadi 2013, Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogaea (L.) Merr)

Dari hasil analisis perhitungan pathloss pada model Okumura dan model Lee diharapkan diperoleh model yang sesuai pada daerah suburban dengan karakteristik slope