• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

3 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Risiko

Risiko adalah Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004) dan Efek dari ketidakpastian tujuan (ISO 31000:2009).

Manajemen risiko adalah Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan. (AS/NZS 4360:2004). Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi berkaitan dengan risiko. (ISO 31000:2009).

Secara garis besar, proses manajemen risiko dapat dijelaskan seperti ilustrasi berikut ini:

(2)

4 2.1.1 Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko adalah proses menemukan, mengenal, dan mendeskripsikan risiko (ISO 31000:2009). Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengelola risiko adalah mengidentifikasinya.

Jika kita tidak dapat mengidentifikasi/mengenal/mengetahui, tentu saja kita tidak dapat berbuat apapun terhadapnya. Identifikasi risiko ini terbagi menjadi dua, yaitu identifikasi risiko proaktif dan identifikasi risiko reaktif.

Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan dengan cara proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi rumah sakit mencapai tujuannya. Disebut mencari karena risikonya belum muncul dan bermanifestasi secara nyata. Metode yang dapat dilakukan diantaranya: audit, inspeksi, brainstorming, pendapat ahli, belajar dari pengalaman rumah sakit lain, FMEA, analisa SWOT, survey, dan lain-lain.

Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan setelah risiko muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden/gangguan. Metoda yang dipakai biasanya adalah melalui pelaporan insiden.

Tentu saja, lebih baik kita memaksimalkan identifikasi risiko proaktif, karena belum muncul kerugian bagi organisasi. Bagi rumah sakit, cara paling mudah dan terstruktur untuk melakukan identifikasi adalah lewat setiap unit. Setiap unit diminta untuk mengidentifikasi risikonya masing-masing. Setelah terkumpul, seluruh data identifikasi itu dikumpulkan menjadi satu dan menjadi identifikasi risiko rumah sakit.

2.1.2 Analisa Risiko

Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan peringkat risiko (ISO 31000:2009). Setelah diidentifikasi, risiko dianalisa. Analisa risiko dilakukan dengan cara menilai seberapa sering peluang risiko itu muncul; serta berat-ringannya dampak yang ditimbulkan (ingat, definisi risiko adalah: Peluang terjadinya sesuatu yang

(3)

5

akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan). Analisa peluang dan dampak ini paling mudah jika dilakukan dengan cara kuantitatif. Caranya adalah dengan memberi skor satu sampai lima masing-masing pada peluang dan dampak. Makin besar angka, peluang makin sering atau dampak makin berat. Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi kita dapatkan, kedua angka itu kemudian dikalikan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan peringkat. Mengapa perlu peringkat? Tentu saja, risiko perlu diberi peringkat, untuk mendapatkan prioritas penanganannya. Makin tinggi angkanya, makin tinggi peringkatnya dan prioritasnya.

2.1.3 Evaluasi Risiko

Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan/atau besarnya dapat diterima atau ditoleransi (ISO 31000:2009). Sedangkan kriteria risiko adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnya risiko dievaluasi (ISO 31000:2009). Dengan evaluasi risiko ini, setiap risiko dikelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai dengan peringkatnya. Dengan demikian, tidak ada risiko yang terlewati, dan terjadi pendelegasian tugas yang jelas sesuai dengan berat – ringannya risiko.

2.1.4 Penanganan Risiko

Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko (ISO 31000:2009). Bentuk-bentuk penanganan risiko diantaranya:

1. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan aktivitas yang menimbulkan risiko;

2. Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang (lebih baik, lebih menguntungkan);

3. Menghilangkan sumber risiko; 4. Mengubah kemungkinan; 5. Mengubah konsekuensi;

(4)

6

6. Berbagi risiko dengan pihak lain (termasuk kontrak dan pembiayaan risiko);

7. Mempertahankan risiko dengan informasi pilihan.

2.1.5 Pengawasan (Monitor) dan Tinjauan (Review)

Pengawasan dan tinjauan memang merupakan kegiatan yang umum dilakukan oleh organisasi manapun. Namun, untuk manajemen risiko ini perlu dibahas, karena ada alat bantu yang sangat berguna. Alat bantu itu adalah Risk Register (daftar risiko).

Risk Register adalah Pusat dari proses manajemen resiko organisasi (NHS). Alat manajemen yang memungkinkan suatu organisasi memahami profil resiko secara menyeluruh. Ini merupakan sebuah tempat penyimpanan untuk semua informasi resiko (Risk Register Working Group 2002).

Catatan segala jenis resiko yang mengancam keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Risk Register Working Group 2002). Ini adalah ‘dokumen hidup’ yang dinamis, yang dikumpulkan melalui proses penilaian dan evaluasi resiko organisasi (Risk Register Working Group 2002). Risk register dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Risk register korporat, digunakan untuk risiko ekstrim (peringkat 15 – 25)

2. Risk register divisi, digunakan untuk risiko dengan peringkat lebih rendah atau risiko yang diturunkan dari risk register korporat karena peringkatnya sudah turun. Untuk mengurangi beban administrasi, risiko rendah (peringkat 1 – 3) tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar.

Risk Register ini bersifat sangat dinamis. Setiap bulan bisa saja berubah. Perubahan itu dapat berupa:

(5)

7

2. Tindakan pengendalian risikonya berubah karena terbukti tindakan pengendalian risiko yang ada tidak cukup efektif. 3. Peringkat risikonya berubah karena dampak dan peluangnya

berubah.

4. Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko korporat, karena peringkatnya sudah lebih rendah dari 15 (dipindahkan ke risk register divisi).

2.2 Kasus Penculikan Bayi Valencia di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 2.2.1 Kronologi Penculikan

Pelaku penculikan bayi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Kota Bandung, pada Selasa malam, 25 Maret 2014, mengenakan jas dokter berwarna putih. Menurut orang tua bayi, Tony Manurung, 26 tahun, penculik sempat menyatakan bayinya harus dirawat. "Pelakunya wanita hitam manis, matanya agak sipit, tingginya sekitar 165 sentimeter, agak gemuk," kata Toni ketika menggelar jumpa pers di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Rabu, 26 Maret 2014.

Sewaktu kejadian, kata Toni, penculik mengenakan jas dokter, kacamata dengan lensa bening dan bingkai hitam, kerudung, serta rok jins yang panjang dan berenda. "Dia mengaku dokter bagian administrasi." Penculikan ini terjadi setelah istrinya, Lasmaria Manulang, 23 tahun, melahirkan bayi perempuan di ruang bersalin kelas III, Alamanda, di RS Hasan Sadikin pada Selasa pagi, 25 Maret 2014, sekitar pukul 09.30 WIB. "Setengah jam sebelum melahirkan, istri saya sempat melihat pelaku mondar-mandir di dekat ruang bersalin. Tapi waktu itu istri saya tidak curiga," kata Toni.

Beberapa saat setelah melahirkan anak keduanya itu, Lasmaria sempat dikunjungi perempuan tersebut. Waktu itu perempuan tersebut sempat menanyakan kondisi Lasmaria. Menjelang sore, Lasmaria dan bayinya dipindahkan ke ruang perawatan Alamanda. Sekitar pukul 16.00, perempuan itu kembali mengunjungi Lasmaria. Dia kembali menanyakan

(6)

8

kondisi kesehatan Lasmaria. Lalu, sekitar pukul 19.15, perempuan itu lagi-lagi datang. Dia menanyakan waktu kepulangan Lasmaria. Waktu itu Tony mengatakan bahwa dia, istri, bayi mereka akan pulang esok."Dia juga meminta KTP saya, tapi dibalikin. Dan saya melihat perubahan raut muka perempuan itu, seperti kecewa," kata Toni.

Lalu perempuan yang disangka dokter oleh pasangan suami-istri itu kembali bertanya-tanya kepada Lasmira yang saat itu sedang tiduran. "Pelaku bertanya ke istri saya, masih mules enggak? Masih menahan kencing? Dia (pelaku) bilang kencing aja, jangan ditahan," kata Toni. Perempuan itu kemudian meminta Toni mengantar Lasmira ke kamar mandi untuk membersihkan noda darah yang masih menempel pada kaki istrinya tersebut. "Dia memegang bayi dan bilang mau dia bawa ke ruang perawatan bayi. Karena kami menyangka dia dokter, kami menurut saja (meninggalkan bayi) terus saya antar istri ke kamar mandi," ujar Toni. Setelah keluar dari kamar mandi, Toni melihat bayinya sudah tidak ada di tempat tidur. "Saat itu saya belum curiga. Lalu saya lapor perawat magang karena selimut bayi tertinggal di kasur." Mendapat laporan itu, perawat magang bingung karena petugas dari ruang bayi tidak pernah menyuruh orang mengambil bayi Toni. Perawat itu kemudian panik dan melapor ke petugas keamanan, yang langsung mengecek rekaman CCTV. Saat itulah Tony baru sadar bahwa bayinya diculik.

2.2.2 Pembahasan Kasus

Kasus penculikan bayi di rumah sakit merupakan kasus dominan diantara seluruh kasus penculikan bayi. Dari penelitian, diketahui bahwa kasus penculikan bayi di rumah sakit menempati peringkat pertama dengan prosentase 55.6%, selanjutnya penculikan bayi di rumah 35.3%, dan sisanya di tempat lain. Untuk kejadian di rumah sakit, lokasi terbanyak adalah di ruang ibu (55%), selanjutnya di ruang bayi, ruang perawatan anak, dan tempat lain di rumah sakit dengan prosentase yang kurang lebih sama. Dengan data itu, kita dapat mengambil kesimpulan

(7)

9

bahwa rumah sakit, terutama ruang ibu adalah tempat paling rawan untuk terjadinya kasus penculikan bayi.

Oleh karena itu, kita harus melakukan berbagai upaya agar kasus tersebut tidak terjadi di rumah sakit kita. Berikut ini adalah hal – hal yang perlu dilakukan:

1. Segera setelah bayi lahir, dan sebelum bayi dipisahkan dari ibunya, gelang identitas dipasang.

2. Seluruh staf yang bekerja di RS diharuskan menggunakan kartu identitas yang masih berlaku. Pada kartu identitas tersebut harus terdapat nama, nomor karyawan dan pas foto berwarna yang dapat dilihat dengan jelas.

3. Staf RS dan dokter yang melakukan kontak langsung dengan bayi harus menggunakan kartu identitas khusus yang hanya dipakai oleh mereka, dan diketahui oleh orang tua bayi. Lebih baik lagi jika kartu tersebut sekaligus berfungsi sebagai kartu akses elektronik untuk dapat membuka pintu di area kamar bayi.

4. Kartu identitas harus dipakai pada pakaian di atas pinggang, sisi depan ada di bagian depan, identitas pada kartu tidak luntur atau hilang dengan cara apapun, tidak ditambah asesoris apapun yang dapat menutupi kartu.

5. Sistim kartu identitas harus digunakan oleh seluruh staf, termasuk mahasiswa dan staf sementara. Penerbitan seluruh kartu identitas harus terkendali. Untuk kartu identitas sementara, pengendaliannya harus dilakukan dengan lebih ketat untuk memastikan kartu identitas tidak hilang atau dipakai oleh orang yang tidak berhak, atau disalahgunakan dengan cara apapun.

6. Panduan pencegahan penculikan bayi di RS bagi orang tua harus dibagikan kepada para orang tua (pertimbangkan juga untuk ditempel di pintu kamar mandi pasien). Informasi yang sama harus disampaikan

(8)

10

kepada seluruh staf dan dokter yang kontak dengan bayi dan pasien anak.

7. Staf pada semua tingkatan harus mendapat sosialisasi mengenai melindungi bayi dari penculikan, termasuk, namun tidak terbatas pada, informasi perihal profil penculik, perilaku tidak wajar, prosedur pencegahan, dan rencana respon insiden gawat.

8. Untuk melindungi bayi ketika sedang dibawa di dalam faslitas RS, hal - hal ini harus menjadi perhatian: Hanya staf yang berwenang (menggunakan kartu identitas khusus, atau seseorang yang menggunakan gelang identitas yang sama dengan bayi tersebut) yang diperbolehkan membawa bayi. Bayi tidak boleh ditinggal tanpa pengawasan langsung. Bayi di antar ke ibunya dengan cara masing – masing bayi dibawa satu demi satu. Staf RS dilarang membawa beberapa bayi secara bersamaan sekaligus dalam satu waktu ke ruang bersalin, ruang bayi, atau tempat lain. Bayi tidak boleh digendong, tapi diletakkan di dalam kotak bayi beroda.

9. Bayi selalu ditempatkan pada posisi yang terlihat dan dalam pengawasan langsung dari orang-orang berikut ini: staf RS yang bertugas, ibu, anggota keluarga lain, atau teman dekat yang ditunjuk oleh ibu. Mereka diberi pemahaman perihal prosedur yang harus dipatuhi jika bayi sedang bersama ibu, namun ibunya ingin tidur, ke kamar mandi, dan / atau dalam pengaruh obat bius.

10. Jika ibu dalam keadaan mengantuk ketika bayi diantar ke ruang bersalin, staf harus berhati – hati. Ibunya harus dibangunkan terlebih dahulu sampai sadar penuh sebelum menerima bayi. Dan sebelum meninggalkan ruangan, staf juga harus memastikan ibu dalam keadaan sadar penuh. Jika ibu tidak dapat menahan kantuknya, bayi tidak boleh diserahkan.

11. Pada kondisi rawat gabung, letakkan kotak bayi pada posisi dimana tempat tidur ibu berada diantara pintu keluar dan kotak bayi.

(9)

11

12. Jangan mencantumkan nama lengkap ibu atau bayi atau identitas lain (alamat rumah, nomor telepon, dan lain - lain) di tempat yang dapat dilihat oleh pengunjung. Jika diperlukan, gunakan nama keluarga saja. Jangan tampilkan nama lengkap ibu atau bayi atau identitas lain pada kotak bayi, ruangan, atau papan pasien. Menempatkan identitas bayi di tempat yang dapat dilihat pengunjung dapat mengakibatkan bayi dan keluarganya berada dalam bahaya setelah pulang.

13. Tetapkan kebijakan pengendalian akses untuk unit perawatan (ruang bayi, ruang bersalin, NICU, ruang anak) untuk memaksimalkan keamanan. Sebaiknya seluruh pintu masuk di area ini dipasang perangkat kunci akses elektronik yang hanya dapat dibuka dengan kartu akses tertentu dan terbatas. Di depan lobby atau pintu masuk, perintahkan staf keamanan untuk berjaga dan menanyakan kepada pengunjung perihal ibu yang mana yang akan mereka kunjungi. Jika pengunjung tersebut tidak mengenal pasien atau tidak dapat menyebutkan nama, maka ijin berkunjungnya ditolak. Kunjungan di luar jam berkunjung tidak diperbolehkan. Jika karena satu dan lain hal ada kunjungan di luar jam berkunjung, maka pengunjung tersebut harus meninggalkan kartu identitas dan dicatat oleh petugas keamanan.

14. Staf RS harus segera melaporkan setiap orang yang tanpa identitas, tidak dikenal, perilaku atau aktifitas yang mencurigakan, ke perawat yang bertugas. Perawat tersebut harus segera menghubungi pihak keamanan.

15. Pada saat pulang, gelang identitas harus ditunjukkan kepada petugas. Petugas kemudian mencocokkan gelang yang terdapat pada pergelangan tangan dan kaki bayi dengan gelang yang dipakai oleh ibu dan ayah, atau orang lain yang ditunjuk.

16. Staf RS harus mengantar bayi, ibu, dan keluarganya pada saat pulang sampai masuk ke dalam mobil. Bayi dibawa menggunakan kotak bayi beroda. Jika ibu ingin membawa bayi sendiri, ibunya menggunakan

(10)

12

kursi roda. Tidak diperbolehkan membawa bayi dengan cara digendong di lingkungan rumah sakit.

17. Jangan melakukan publikasi berupa pemberitahuan kelahiran ke media massa. Juga, jangan mengirimkan tanda ucapan selamat yang terpampang di depan rumah. Hal ini dapat menyebabkan mereka berada dalam bahaya.

18. Jika menyediakan pelayanan kunjungan rumah, petugas yang datang ke rumah harus menggunakan kartu identitas yang hanya digunakan oleh mereka, dikontrol dengan ketat oleh RS, dan diketahui oleh orang tua. Terapkan sistim dimana orang tua dihubungi sebelum kunjungan, untuk memberi tahu tanggal dan jam kunjungan, nama petugas yang datang, dan tanda identitas yang digunakan.

2.2.3 Penjagaan Keamanan Fasilitas

1. Pasang alarm pada seluruh pintu tangga darurat. Terapkan kebijakan respon atas bunyi alarm, yang mengatur tentang staf yang bertanggung jawab untuk mematikan dan menyalakan kembali, yang dilakukan hanya setelah observasi langsung terhadap tangga darurat, serta orang yang menggunakannya. Sistim alarm sama sekali tidak boleh dimatikan.

2. Pasang sistim kamera keamanan untuk memantau aktifitas di ruang bersalin, ruang bayi, NICU, dan ruang rawat anak. Kamera harus diletakkan di titik - titik strategis agar dapat meliput ruang rawat, koridor, tangga darurat dan lift; serta dirancang untuk dapat merekam seluruh wajah pengunjung. Rekaman video harus dipastikan berfungsi. Masa rekam minimal 1 minggu sebelum ditimpa rekaman baru.

3. Seluruh pintu ruang bayi harus memiliki perangkat kunci akses elektronik, tetap terkunci sepanjang waktu, dan hanya dapat dibuka oleh staf yang memiliki hak akses tertentu dan terbatas. Staf yang

(11)

13

berwenang harus ada di dalam ruang bayi sepanjang waktu jika ada bayi di dalam ruang bayi.

4. Seluruh seragam harus diletakkan di lokasi yang aman dan tidak boleh dipinjamkan kepada orang yang tidak berwenang. Jika ada ruang locker dimana staf ganti / meletakkan pakaian, seluruh pintu menuju ruang tersebut harus memiliki perangkat kunci akses elektronik, hanya dapat dibuka oleh staf yang memiliki hak akses tertentu dan terbatas, dan aksesnya diawasi secara ketat sepanjang waktu.

2.2.4 Prosedur Penanganan Penculikan Anak/Bayi

1. Bila ada laporan kehilangan bayi, segera kumpulkan ciri – ciri korban dan beritahukan kepada pihak keamanan rumah sakit.

2. Pihak keamanan rumah sakit segera melakukan prosedur pengamanan dengan cara seluruh pintu akses keluar masuk rumah sakit dilakukan penjagaan secara ketat dan ditutup. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan keluar atau masuk ke rumah sakit.

3. Pihak keamanan rumah sakit segera menghubungi operator telepon untuk melakukan Paging Kode PINK.

4. Tim penanggulangan bencana segera berkoordinasi di posko bencana mengenai status penculikan bayi, memberitahukan ciri – ciri korban, dan briefing rencana penanggulangan.

5. Dilakukan pencarian di seluruh area rumah sakit.

6. Pihak keamanan rumah sakit bekerja sama dengan pihak kepolisian terdekat untuk dilakukan penutupan area luar rumah sakit. Apabila korban tidak berhasil ditemukan didalam area rumah sakit, maka pihak keamanan dapat memperluas pencarian ke area luar dengan ruang lingkup yang lebih luas.

7. Pihak rumah sakit menanyakan lagi lebih lanjut kepada unit keperawatan mengenai cici-ciri lebih detail dari korban untuk diinformasikan kepada pihak terkait / luar. Informasi keluar hanya

(12)

14

boleh dilakukan oleh public relation rumah sakit atas persetujuan direktur.

8. Pihak keamanan mengamankan area tempat penculikan berlangsung. 9. Pihak keamanan mengamankan rekaman video CCTV minimal

selama 7 hari sebelum kejadian.

2.2.5 Diagram Analisis Manajemen Risiko Klinis

Kurangnya Keamanan Pasien di Ruang Bayi Tidak Ada Komunikasi & Informasi tentang Identitas Pegawai di Rumah Sakit - Penculikan Bayi

Hilang Bayi Citra RS

Menurun

Ruang Bayi/Dokter/Keamanan Pasien

Tingkatkan Keamanan Id Card Pegawai Kartu Identitas Khusus

(13)

15 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Risiko berkaitan dengan kondisi yang menyebabkan kerugian. Kondisi ini senantiasa ada dan menuntut perhatian manajemen untuk mengelolanya dengan tepat. Inti pembahasan Manajemen risiko meliputi identifikasi atas risiko yang ada, mengukur beratnya risiko, dan menanganinya dengan pendekatan / strategi tertentu.

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan / pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko bukanlah sesuatu yang berjalan begitu saja, melainkan suatu upaya yang sistematik dan terstruktur serta terus menerus.

3.2 Saran

1. Para Staff RS, Dokter, Perawat, Koasisten (Koas) dan Mahasiswa Magang diwajibkan memakai ID Card Resmi jika mau masuk ke ruangan termasuk (Ruang Bayi, Ruang Bersalin, NICU, Ruang Anak).

2. Mengurangi akses pintu masuk di setiap ruangan dan menempatkan Security di setiap sudut ruangan dan kamera CCTV.

3. Segera Laporkan setiap ada orang yang tanpa identitas, tidak dikenal, perilaku atau aktifitas yang mencurigakan ke petugas.

4. Segera setelah bayi lahir dan sebelum bayi dipisahkan dari ibunya, gelang identitas dipasang.

(14)

16

5. Pada saat pulang, gelang identitas harus ditunjukkan kepada petugas. Petugas kemudian mencocokkan gelang yang terdapat pada pergelangan tangan dan kaki bayi dengan gelang yang dipakai oleh ibu dan ayah, atau orang lain yang ditunjuk.

6. Petugas harus mengantar bayi, ibu, dan keluarganya pada saat pulang. Jika ibu ingin membawa bayi sendiri, ibunya menggunakan kursi roda. Tidak diperbolehkan membawa bayi dengan cara digendong di lingkungan rumah sakit.

(15)

17

DAFTAR PUSTAKA

Risk Management a Journey not a Destination, Kevin W Knight, 2006 CASU and Risk Register Working Group 2002

ISO 31000:2009 AS/NZS 4360:2004

JCHAO Patient Safety, WHO. 2005

www.lean-indonesia.com/kejadian-sentinel penculikan-bayi-di.html di akses 3 April 2015 pukul 19.52 WIB

Gambar

Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko
Gambar 2.2 Diagram Analisis Manajemen Risiko Klinis

Referensi

Dokumen terkait

Pentingnya pengelolaan prasarana dan sarana air limbah yang ada di Bandara Adisutjipto Yogyakarta dilakukan sebagai salah satu pendukung dalam mewujudkan Eco-Airport di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas sumber daya manusia, penerapan standar akuntansi pemerintah dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap

Model Stimulasi Kecerdasan Visual Spasial Dan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini Melalui Metode Kindergarten Watching Siaga Bencana Gempa Bumi Di Paud

mereka Mengingat peran dan h g s i ibu untuk menentukan kondisi generasi dimasa yang akan datang maka perlu dilakukan upaya-upaya tidak hanya me~ngkatkan

Obat anastesi disemprotkan dengan sebuah alat berbentuk tabung melengkung yang berfungsi sebagai penyemprot obat anastesi lidokain 0,5 sampai 1 ml perkali semprotan dengan

pilih tidak terdaftar dalam pemilu terdaftar dalam daftar pemilih

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa