• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Pembuatan Pulp Semi-Mekanis Tandan Kosong Sawit dengan Metode RSM-CCD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Optimasi Pembuatan Pulp Semi-Mekanis Tandan Kosong Sawit dengan Metode RSM-CCD"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Optimasi Pembuatan Pulp Semi-Mekanis Tandan Kosong Sawit

dengan Metode RSM-CCD

Rendy Satria, Ikmal Maulvi Sani, Valiant Holy, Hari Rionaldo, Zulfansyah, Said Zul Amraini

Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau

Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km. 12,5 Pekanbaru 28293 [email protected]

Abstrak

Percobaan pembuatan pulp TKS dengan proses semi mekanis dipelajari pada reaktor batch skala laboratorium. Rancangan percobaan RSM-CCD digunakan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi NaOH 16, 18 dan 20%, nisbah padatan terhadap cairan 1/8, 1/10 dan 1/12, dan waktu pemasakan 30, 45 dan 60 menit terhadap kualitas pulp TKS (yield dan kadar lignin). Dari hasil percobaan diperoleh yield pulp 32 – 52% dengan kadar lignin 8 – 23%. Analisis Respone

Surface dan Multi-optimisasi untuk mendapatkan kondisi operasi optimum, yang

menghasilkan yield pulp maksimum dan kadar lignin minimum, dilakukan menggunakan bantuan software Minitab (Trial Version). Hasil analisis RSM memperlihatkan bahwa nisbah padatan terhadap cairan memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap kualitas pulp, diikuti dengan waktu pemasakan dan konsentrasi NaOH. Kualitas pulp optimum, yaitu yield 38% dan kadar lignin 14% dicapai pada kondisi operasi konsentrasi NaOH 18%, nisbah padatan terhadap cairan 1/8,0765 dan waktu pemasakan 28,456 menit.

Keywords: pulp, pulping semi-mekanis, tandan kosong sawit, RSM-CCD

1. Pendahuluan

Konsumsi kayu pulp yang cenderung meningkat setiap tahunnya menimbulkan kekhawatiran kurangnya pasokan kayu sebagai bahan baku utama industri pulp. Pengadaan pasokan kayu pulp paling banyak diperoleh dari Hutan Tanaman Industri (HTI). Namun, program HTI yang dilakukan belum berjalan dengan baik, dari 7,8 juta Ha yang dialokasikan hanya 23,5% yang ditanami [Forest Watch Indonesia/Global Forest Watch, 2001]. Selain itu pengadaan pasokan bahan baku pulp juga diperoleh dari hutan tropis yang jumlahnya juga semakin berkurang setiap tahun.

Bahan bukan kayu (non-wood) merupakan bahan berlignoselulosa sehingga dapat menjadi alternatif bahan baku pulp. Sumber bahan non-wood ini berasal dari limbah pertanian dan perkebunan, maupun rumput-rumputan.

(2)

tahun [Darianto 2008]. TKS memiliki kadar selulosa 50%, lignin 16% dan hemiselulosa 19,6% [Azman et al. 2002 dan Law et al. 2007]. Selama ini penanganan TKS dilakukan dengan cara membakarnya pada incenerator sehingga dihasilkan abu yang bisa dijadikan pupuk kalium. Penanganan dengan cara tersebut selain tidak ekonomis juga berdampak negatif terhadap lingkungan yaitu terjadinya pencemaran udara oleh asap hasil proses pembakaran TKS. Sehingga pemanfaatan TKS sebagai bahan baku alternatif pulp lebih menarik untuk dikembangkan.

Penelitian non-wood sebagai bahan baku pulp telah banyak dilakukan, baik dengan proses kimia, semikimia maupun mekanik [Byrd dan Hunter 2005, Snell et al. 2004, Kamishima et al. 1994, Hosokawa et al. 1989]. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa pulp yang dihasilkan dari bahan non-wood dapat dijadikan kertas maupun produk turunan selulosa lainnya. Namun demikian, pengolahan non-wood menjadi pulp dengan metode-metode tersebut belum begitu tepat. Kebanyakan pulp non-wood diproses secara kimia menggunakan proses kraft (sulfat). Proses ini memiliki kelemahan yaitu menimbulkan pencemaran lingkungan akibat penggunaan senyawa sulfur dan teknologi pemucatan pulp yang bebas klorin membutuhkan biaya besar.

Pembuatan pulp non-wood diharapkan dapat dilakukan dengan proses relatif lebih murah, ramah lingkungan dan membutuhkan energi lebih sedikit. Organosolv pulping merupakan metode pembuatan pulp dengan menggunakan pelarut organik yang ramah lingkungan. Namun, proses ini masih belum bisa diandalkan karena sulitnya recovery pelarut organik yang digunakan. Begitu juga dengan proses Chemi-Thermo Mechanical Pulping (CTMP) dan Thermo Mechanical Pulping (TMP) yang membutuhkan energi cukup banyak. Pemrosesan pulp menggunakan larutan basa alkali (alkaline base pulping) merupakan metode pembuatan pulp yang bebas sulfur dan dapat dilakukan dengan pasokan energi lebih sedikit dibandingkan dengan CTMP dan TMP, seperti proses semi mekanis yang dilakukan pada suhu didih normal larutan pemasak.

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kondisi operasi optimum yang menghasilkan yield tinggi dan kadar lignin rendah.

2. Metodelogi

Bahan baku pulp yang digunakan pada penelitian ini adalah Tandan Kosong Sawit (TKS). Sebelum digunakan, TKS dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian, dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mengurangi kadar airnya. TKS yang telah dikeringkan disimpan dalam bungkusan plastik yang ditutup rapat untuk sterilisasi bahan baku agar tidak tercampur dengan bahan kimia lainnya dan menghindari terjadinya pembentukan jamur. Larutan pemasak yang digunakan yaitu larutan sodium hidroksida (NaOH). Skema pembuatan pulp dapat dilihat pada Gambar 1.

(3)

 

Gambar 1. Skema Percobaan Pembuatan Pulp

Rangkaian percobaan dilakukan dengan disain percobaan CCD untuk melihat pengaruh linier, kuadratik dan interaksi tiga faktor yang berpengaruh terhadap kualitas pulp TKS (yield dan kadar lignin) pada tiga tingkatan berbeda. Kondisi operasi yang dipelajari adalah konsentrasi NaOH 16, 18 dan 20%, nisbah padatan terhadap cairan 1/8, 1/10 dan 1/12, dan waktu pemasakan 30, 45 dan 60 menit.

Metode response surface dengan model tempuhan percobaan CCD digunakan untuk mengevaluasi data hasil percobaan. Data hasil percobaan, yaitu yield dan kadar lignin pulp dimodelkan ke bentuk persamaan empiris orde dua. Kasus multi-optimisasi diselesaikan menggunakan program minitab 15.1.1 trial

version.

3. Hasil Dan Pembahasan

Data hasil percobaan pembuatan pulp berupa yield dan kadar lignin pulp ditampilkan dalam Tabel 1. Yield pulp yang dihasilkan berkisar 30,8 – 51,22% dan kadar lignin pulp 6,01 – 23,47%. Untuk mempelajari pengaruh faktor-faktor konsentrasi NaOH (A), nisbah padatan terhadap cairan (B) serta waktu pemasakan (C) pada yield pulp (Y1) dan kadar lignin (Y2), tingkatan faktor dibuat dalam kode

(4)

Tabel 1. Hasil percobaan pada variasi kondisi proses orde dua Run

Natural Variables Coded Variables

Yield (%) Lignin (%) NaOH (%) S/L t (menit) A B C 1 16 0,125 30 -1 -1 -1 35,37 21,56 2 16 0,125 60 -1 -1 1 35,64 22,38 3 16 0,083 30 -1 1 -1 42,16 11,05 4 16 0,083 60 -1 1 1 46,74 7,49 5 20 0,125 30 1 -1 -1 36,08 19,62 6 20 0,125 60 1 -1 1 32,37 23,47 7 20 0,083 30 1 1 -1 51,22 11,23 8 20 0,083 60 1 1 1 33,73 21,43 9 14,64 0,1 45 -1,682 0 0 38,57 13,40 10 21,36 0,1 45 1,682 0 0 40,58 10,31 11 18 0,15069 45 0 -1,682 0 47,65 6,01 12 18 0,07483 45 0 1,682 0 39,68 8,47 13 18 0,1 19,77 0 0 -1,682 35,32 16,08 14 18 0,1 70,23 0 0 1,682 47,42 13,23 15 18 0,1 45 0 0 0 30,80 21,26 16 18 0,1 45 0 0 0 32,90 17,39 17 18 0,1 45 0 0 0 34,55 12,50 18 18 0,1 45 0 0 0 32,81 8,60 19 18 0,1 45 0 0 0 35,21 21,70 20 18 0,1 45 0 0 0 39,64 18,05 3.1 Yield Pulp

Secara umum yield pulp cenderung menurun seiring bertambahnya nisbah padatan-cairan dan waktu pemasakan. Pengaruh nisbah padatan-cairan terhadap yield pulp pada konsentrasi NaOH tetap, yaitu 18% diperlihatkan dalam Gambar 2. Yield tertinggi, yaitu 52% dihasilkan pada kondisi nisbah padatan-cairan 1/12, konsentrasi NaOH 20% dan waktu pemasakan 30 menit. Sedangkan yield terendah (31%) dihasilkan pada kondisi proses nisbah padatan terhadap cairan 1/10, konsentrasi NaOH 18% dan waktu pemasakan 45 menit.

Peningkatan konsentrasi NaOH dari 16 hingga 20% tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap yield pulp. Namun, peningkatan nisbah padatan terhadap cairan dan waktu pemasakan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap yield pulp. Peningkatan nisbah padatan-cairan menyebabkan bertambahnya kadar air dalam cairan pemasak sehingga mendorong terjadinya

(5)

0.4 0.5 1 0 -1 0 5 0.6 0 -1 -2 -2 1 2 yield B C A 0 Hold Values

Surface Plot of yield vs C, B

Gambar 2. Pengaruh nisbah padatan-cairan (B) dan waktu pemasakan(C) pada

konsentrasi NaOH 18% terhadap yield pulp

3.2 Lignin Pulp

Lignin pulp cenderung menurun seiring bertambahnya konsentrasi NaOH dan waktu pemasakan pada nisbah padatan-cairan tetap, yaitu 1/10 diperlihatkan pada Gambar 3. Lignin terendah, yaitu 6% dihasilkan pada kondisi nisbah padatan-cairan 1/6,636, konsentrasi NaOH 18% dan waktu pemasakan 45 menit. Sedangkan lignin terbesar, yaitu 23,47% dihasilkan pada kondisi proses nisbah padatan terhadap cairan 1/8, konsentrasi NaOH 20% dan waktu pemasakan 60 menit.

Peningkatan nisbah padatan terhadap cairan dari 1/8 hingga 1/12 tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap lignin pulp. Namun, peningkatan konsentrasi NaOH dan waktu pemasakan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap lignin pulp. Bertambahnya konsentrasi NaOH memperbesar jumlah lignin yang berhasil disisihkan dari biomassa (derajat delignifikasi). Berkurangnya kadar lignin pulp disebabkan terjadinya pemutusan ikatan -aril eter dalam makromolekul lignin oleh ion hidrogen (H+) dari NaOH sehingga lignin yang lepas dari makromolekul lignoselulosa larut dalam larutan pemasak. Sedangkan, waktu pemasakan cenderung menurunkan lignin pulp sehingga akan membuat NaOH bereaksi lebih cepat dengan lignin karena semakin banyak pemutusan ikatan lignin maka akan memperbesar jumlah lignin tersisihkan.

(6)

0.10 0.15 0.20 -2 -1 0 1 0 20 0.25 -1 -2 1 1 0 lignin C A B 0 Hold Values

Surface Plot of lignin vs C, A

Gambar 3. Pengaruh konsentrasi NaOH (A) dan waktu pemasakan (C) terhadap

kadar lignin pulp pada nisbah padatan- cairan 1/10

3.3 Optimasi Yield dan Kadar Lignin Pulp

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan persamaan model orde dua dalam bentuk variabel kode. Persamaan yang dibentuk menggambarkan hubungan antara

yield pulp (Y) sebagai fungsi konsentrasi NaOH (A), nisbah padatan terhadap

cairan (B) dan waktu pemasakan (C). Model orde dua yang dibentuk dapat digunakan untuk memperkirakan respon dengan koefisien determinasi, R2 = 0,4347 pada tingkat signifikansi 95%. Nisbah padatan terhadap cairan (B) dan waktu pemasakan (C) merupakan faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap

yield pulp, sebaliknya konsentrasi NaOH (A) ternyata tidak memberikan pengaruh

yang signifikan. Faktor kuadratik konsentrasi NaOH (A2), kuadratik nisbah padatan terhadap cairan (B2) dan kuadratik waktu pemasakan (C2) ternyata memberikan pengaruh yang negatif terhadap respon yield pulp. Sedangkan interaksi faktor-faktor memberikan pengaruh yang negatif terhadap respon yield pulp. Model orde dua yang dibentuk, setelah mengeliminasi faktor-faktor yang tidak berpengaruh pada tingkat signifikasi 95% dengan uji-t, disajikan dalam persamaan 1 dan 2.

Dalam pembuatan pulp diinginkan produk pulp dengan yield yang tinggi dan kadar lignin yang rendah. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan optimasi agar didapatkan kondisi proses yang terbaik yang menghasilkan pulp optimum. Pada Gambar 4 dapat dilihat optimasi pembuatan pulp semi mekanis dari TKS. Pada penelitian ini didapatkan pulp optimum yaitu yield 38% dan kadar lignin

(7)

Y1 = 0,3441 – 0,0022 A + 0,0153 B + 0,0029 C + 0,0126 A2 + 0,0271 B2

+ 0,0189 C2 – 0,0017 AB – 0,0325 AC – 0,0118 BC (1)

Y2 = 0,1637 + 0,0059 A - 0,0232 B + 0,0047 C - 0,0033 A2 - 0,01961 B2

+ 0,0065 C2 + 0,01871 AB + 0,021 AC + 0,0024 BC (2)

dengan, Y1 = Yield Pulp

Y2 = Lignin Pulp

A = Konsentrasi NaOH

B = Nisbah padatan terhadap cairan C = Waktu pemasakan

 

HighCur Low 0.41265D New d = 0.33759 Maximumyield y = 0.3844 0.41265 DesirabilityComposite -1.6818 1.6818 -1.6818 1.6818 -1.6818 1.6818A B C [0.0] [0.4901] [-1.1028]

Gambar 4. Optimisasi RSM-CCD pembuatan pulp semi mekanis dari tandan

kosong sawit.

4. KESIMPULAN

Hasil analisis Response Surface Method– Central Composite Design (RSM-CCD) memperlihatkan bahwa nisbah padatan terhadap cairan memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap kualitas pulp, diikuti dengan waktu pemasakan dan konsentrasi NaOH. Kualitas pulp optimum, yaitu yield 38% dan kadar lignin 14% dicapai pada kondisi operasi konsentrasi NaOH 18%, nisbah padatan terhadap cairan 1/8,0765 dan waktu pemasakan 28,456 menit.

(8)

Daftar Pustaka

Azman, N., A. E. Putra, Zulfansyah dan P.S Utama. (2002) Pembuatan Pulp dari Tandan Kosong Sawit dengan Proses Milox, Prosiding Skripsi Terbaik

Universitas Riau 2002, Pekanbaru, Lembaga Penelitian Universitas Riau,.

Byrd, M. Hunter, R.W.(2005) Simplified Pulping and Bleaching of Corn Stalk, Canada, Dept. of Wood & Paper Science, NC State University. Available from :www.hurterconsult.com/HTMLobj-1008/ [Accessed 12 Agustus 2006]. Darianto, J.S. (2008), Limbah Sawit, Bahan Baku Pulp yang Murah, Available

from:<http://www.SitusHijau.co.id, [Accessed 21 November 2009].

Forest Watch Indonesia and Global Forest Watch. (2001) Potret Keadaan Hutan Indonesia, Bogor, Indonesia: Forest Watch Indonesia and Washington D.C. Global Forest Watch.

Hosokawa, J., Matsuo, R. Kamishima, H. Akamatsu, I. Bin Husin, M. Bin Miswan, O. Ramli, R. O. (1989) Chemithermomechanical Pulping of Oil Palm Fronds Using Bunch Ash Extract as Chemical, Appita, Vol. 42 (No. 6), pp. 429-432.

Kamishima, H. Hosokawa, J. Akamatsu, I. Satoh, T. Bin Hasan, K. Bin Ramli, R. Bin Husin, M. Hassan, D. H. A. H. (1994) Development of Chemithermomechanical Pulping Process of Oil Palm Fronds, Mokuzai

Gakkaishi, Vol. 40 (No. 7), pp. 777-782.

Law K.N., Daud W. R. W, Ghazali A. (2007) Morphological and Chemical Nature of Fiber Strands of Oil Palm Empty-Fruit-Bunch (OPEFB),

Bioresource Technology, 2(3),351-362.

Montgomery,D.C. (1991) Design and Analysis of Experiments,3nd ed. New York,J. Wiley & Sons.

Snell, R. Mott, L. Suleman, A. Sule, A. Mayhead, G. (2004) Potassium-Based Pulping Regimes for Oil Palm Empty Fruit Bunch Material, Bangor, Biocomposite Center. Available from:<www.bc.bangor.ac.uk-/_03_research4_pulp_paper.htm [Accessed 12 Agustus 2006]

Gambar

Gambar 1. Skema Percobaan Pembuatan Pulp
Tabel 1. Hasil percobaan pada variasi kondisi proses orde dua  Run
Gambar 2. Pengaruh nisbah padatan-cairan (B) dan waktu pemasakan(C) pada  konsentrasi NaOH 18%  terhadap yield pulp
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi NaOH (A) dan waktu pemasakan (C) terhadap  kadar lignin pulp pada nisbah padatan- cairan 1/10
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perumusan masalah pada penelitian ini yaitu untuk mengkaji produksi isolat lignin melalui proses delignifikasi dengan variasi waktu pemasakan, penambahan katalis basa

Grafik di atas menunjukkan pengaruh antara pengenceran lindi hitam dan konsentrasi NaOH pada saat pemasakan lindi hitam tandan kosong kelapa sawit (TKKS) terhadap rendemen lignin

Berdasarkan hal-hal di atas maka perlu dilakukan pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit sebagai alternatif bahan baku pulp dengan menggunakan metode yang

Berdasarkan hasil persamaan regresi dan uji F-hit data maka kondisi optimum untuk pengolahan TKKS menjadi bubur kertas kertas dengan persen (%) yield terbesar adalah

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, tentang pembuatan pulp dari serabut kelapa sawit dengan kajian kadar NaOH dan lama waktu pemasakan, dihasilkan pulp yang memiliki

Pola ini menunjukkan bahwa lamanya waktu pemasakan dalam pembuatan pulp pelepah sawit dalam media asam formiat memiliki waktu optimum untuk kadar lignin yang minimal, dan pola

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu pemasakan dan temperatur pemasakan terhadap penurunan kadar lignin, menentukan orde reaksi delignifikasi campuran Tandan Kosong

Hasil penelitian terbaik diperoleh dengan menggunakan konsentrasi NaOH 10% dengan waktu pemasakan 150 menit, dengan diperoleh yield, kadar selulosa, dan kadar lignin secara berurutan