• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup luas, dengan variasi agroklimat yang tinggi, merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan hortikultura, baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun.

Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah dilihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia dalam waktu yang akan datang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan sebagainya. Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut.

Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas hortikultura diharapkan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga ditunjang oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor. Belum banyaknya pihak yang menyadari potensi dari komoditas hortikultura, yang hasil produksinya 3-7 kali lebih besar dibandingkan komoditi pangan dan bahan baku industri. Berdasarkan perkembangan konsumsi masyarakat Indonesia untuk buah-buahan impor sangat tinggi yaitu senilai Rp 10 trilyun/tahun (Kompas, 2007), Buah impor selama ini membanjiri supermarket hingga kios buah pinggir jalan. Porsi ini yang harus di ambil alih, minimal dapat diimbangi.

(2)

2 Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional, sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Secara keseluruhan produksi hortikultura menunjukkan peningkatan sebesar 7,43 % Sedangkan untuk pencapaian luas panen mengalami peningkatan sebesar 7,86 %1

No

. Secara keseluruhan perkembangan produksi hortikultura dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura Tahun 2007-2008

Kelompok Komoditas Produksi Peningkatan

(%) Tahun 2007 Tahun 2008*) 1. 2. 3. 4. Buah-buaha (Ton) Sayuran (Ton) Tanaman Hias :

Tan. Hias potong (Tangkai) Draceana (Batang) Melati (Kg) Palem (Pohon) Tanaman Biofarmaka (Kg) 17.116.622 9.455.464 9.189.976 2.041.962 15.775.751 1.171.768 474.911.940 18.241248 10.393.407 11.037.463 2.355.403 16.597.668 1.304.178 489.702.035 7,15 9,92 9,55 1,89 12,10 9,00 15,20 3,11 Rata-rata 7,43

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 20092

Kenyataan bahwa pertumbuhan positif ekonomi di Indonesia diiringi dengan peningkatan konsumsi / belanja rumah tangga membuat kebutuhan produk-produk hasil hortikultura khususnya buah-buahan mengalami kenaikan jumlah permintaan. Kenaikan permintaan tersebut akan menciptakan peluang Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa kesadaran masyarakat untuk mengusahakan komoditas hortikultura semakin tinggi, selain untuk pemenuhan konsumsi, juga dapat mendatangkan keuntungan. Menghadapi persaingan yang semakin tajam diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang konkrit, sehingga mampu membangun suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup dan berkembang secara mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia.

1http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index. [10Mei 2009]

(3)

3 usaha yang menjanjikan keuntungan, namun setiap usaha pasti memiliki persaingan usaha baik dari dalam negeri maupun produk dari luar negeri. Untuk persaingan dalam negeri, petani kecil maupun kelompok tani harus bersaing dengan pengusaha swasta yang menghasilkan produk hortikultura yang serupa untuk dapat diterima oleh konsumen.

Dalam persaingan internasional dengan adanya arus globalisasi, tidak mungkin dihindari semakin lama produk hortikultura yang masuk ke Indonesia dari negara-negara lain akan semakin beragam jenisnya dan volumenya semakin banyak. Menghadapi kenyataan ini maka produk hortikultura harus bersaing dengan produk dari negara lain. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut dengan tanpa mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tentunya perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian tujuan di atas dapat terlaksana dengan baik.

Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan hortikultura ialah produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya (Dudung Abdul Adjid, 1993). Kepedulian masyarakat di Indonesia untuk mengonsumsi buah ternyata masih rendah. Sebagai salah satu negara penghasil buah terbesar di dunia, konsumsi buah di Indonesia masih lebih rendah dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Dari hasil Survei Sehat Nasional (Susenas) yang diadakan BPS tahun 2004, 60,44 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Rata-rata hanya mengonsumsi satu porsi buah setiap hari3.

3 Pekan Raya Hortikultura Ke-4 Tahun 2009 Target Konsumsi Sayuran 43,5 Kg Dan

(4)

4

Tabel 2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Sampai 2015

Tahun Populasi Penduduk(Juta) Peningkatan Populasi per 5 Tahun (%) Konsumsi per Kapita (kg) Total Konsumsi (ribu ton) 2000 213 30,5 36,76 7.830 2005 227 32,5 45,70 10.375 2010 240 34,0 57,92 13.900 2015 254 44,5 78,74 20.000

Sumber : Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (IPB, 2002)

Jumlah konsumsi buah-buahan dan sayuran di Indonesia pada tahun 2007-2008 juga mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan pertumbuhan penduduk juga mempengaruhi permintaan buah dan sayuran untuk pemenuhan kebutuhan asupan gizi masyarakat.

Tabel 3. Konsumsi Buah-buahan dan Sayuran Tahun 2007-2008

Komoditi Konsumsi (kg/th/kapita) Peningkatan

(%) 2007 Tahun 2008 Buah-buahan Sayuran 34,06 40,90 35,52 41,32 4,29 1,03 Jumlah 74,96 76,84 2,51 Sumber : www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura4

Menurut organisasi pangan sedunia (FAO - Food and Agricultural Organization), idealnya dibutuhkan tiga porsi buah setiap hari supaya manfaat buah bisa didapatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi buah-buahan di Indonesia, sampai saat ini hanya 35,52 kilogram per kapita/tahun pada tahun 2008. Angka itu masih cukup jauh dari rekomendasi FAO yaitu sebesar 65,75 kg per kapita/tahun untuk konsumsi buah setiap negara. Dibanding negara lain di Asia Tenggara jumlah konsumsi buah di Indonesia termasuk rendah. Malaysia sudah mengonsumsi buah 52 kg per kapita/tahun, Filipina 67 kg per kapita/tahun, sedang Thailand sudah mencapai 92 kg perkapita/tahun5

Selain potensi pasar yang masih sangat besar, Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura juga cukup baik hasilnya. Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura sepanjang 2005, nilai PDB hortikultura mencapai US$ 44 miliar. Skala itu semakin meningkat di tahun selanjutnya menjadi US$ 46 miliar. Di

.

4 www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura 5 Op.cit

(5)

5 tahun 2007, pemerintah telah menargetkan nilai PDB hortikultura mencapai US$ 49 miliar, dan US$ 51 miliar pada 2008.

Tabel 4. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2007-2008

No Kelompok Komoditi PDB (Milyar) Peningkatan/P enurunan (%) Tahun 2007 Tahun 2008 1. 2. 3. 4. Buah-buahan Sayuran Tan.Biofarmaka Tanaman Hias 42.362 25.567 4.105 4.741 42.660 27.423 4.118 6.091 4,02 7,18 0,32 28,48 Total 76.795 80.292 4,55

Sumber : Litbang Deptan6

Salah satu buah konsumsi yang digemari oleh masyarakat di Indonesia adalah buah lengkeng. Lengkeng merupakan tanaman yang telah sejak lama dikenal dan lazim ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman pagar pembatas lahan dan tanaman pekarangan. Tanaman ini dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara budidaya sederhana dapat tumbuh dan berproduksi baik. Namun sebagian besar kebutuhan lengkeng harus diimpor dari Thailand dan Republik Rakyat China (RRC)7

Keunggulan lengkeng adalah memperkuat limpa, meningkatkan produksi darah merah, menambah selera makan, dan menambah tenaga. Buah lengkeng baik untuk dikonsumsi saat proses pemulihan stamina, sehingga kondisi kesehatan berangsur membaik. Konsumsi yang dianjurkan untuk perbaikan kondisi kesehatan adalah minimal segenggam tangan setiap harinya. Manfaat sehat lainnya masih banyak, antara lain menyehatkan usus, perbaikan proses penyerapan makanan, melancarkan buang air kecil, mengatasi cacingan, . Berbeda dengan produksi buah lengkeng dataran tinggi dari sentra produksi di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih sangat terbatas sudah habis terjual di pasar setempat, tidak sampai ke luar daerah. Selain itu, kesulitan pengembangan yang dihadapi adalah tidak adanya varietas baru yang lebih unggul dan sifat agroklimat tanaman yang menghendaki udara sejuk (pegunungan) sebagai tempat tumbuhnya.

6 http://hortikultura.litbang.deptan.go.id [19 Mei 2009] 7http://www.trubus-online.co.id/itoh ngebruk [19 Mei 2009]

(6)

6 menyehatkan mata, mengobati sakit kepala, keputihan, dan hernia. Buah lengkeng juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber minuman penguat, karena bersifat sebagai tonik.

Rendahnya produksi lengkeng Indonesia karena selama ini buah lengkeng di Jawa hanya dihasilkan dari daerah dataran tinggi beriklim sejuk (800–1.200 meter di atas permukaan laut), seperti di Ambarawa dan Temanggung (Jawa Tengah), dan Batu dan Tumpang (Jawa Timur).

Tabel 5. Daerah Sentra Produksi Tanaman Lengkeng di Jawa Tengah

No Daerah

Sentra Lokasi

Ketinggian Tempat (m/d.p.l)

Ciri Khas Buah

1 Bandungan Unggaran 700 Kuning cokelat, manis 2 Grabag

(Magelang) Merbabu 800 Coklat merah, rasa manis khas 3 Pingit Temanggung 600 Merah kuning, rasa khas 4 Muntilan Merapi 800 Kuning jambu, rasa khas 5 Kalibening

Kayuwangi Salatiga 600 Coklat, rasa khas 6 Cepogo Merbabu 600 Kuning coklat, manis

Sumber : Sutardi, Balai Penelitian Getas.

Pohon-pohon tradisional di daerah sentra produksi tersebut rata-rata berumur puluhan tahun. Bahkan ada yang 100 tahun, dan tidak pernah diremajakan ataupun dibudidayakan secara intensif. Setiap tahunnya Indonesia mengimpor ± 20.000 ton lengkeng dari berbagai negara, terutama Thailand8

Pada tahun 2005 telah ditemukan terobosan baru yakni lengkeng yang berbuah di dataran rendah berudara panas. Ternyata jenis lengkeng yang dapat beradaptasi dan berproduksi di dataran rendah ini terutama berasal dari Thailand . Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah lengkeng cenderung terus meningkat. Sekarang ini buah lengkeng segar maupun olahan berasal dari Thailand. Luas areal tanaman lengkeng di Tailand sekitar 2.300 Ha dengan produksi 20.000 ton/tahun. Di Indonesia, produksi buah lengkeng belum tercatat secara statistik oleh Biro Pusat Statistik (BPS) karena masih dianggap sebagai buah minor (Rukmana 2005).

(7)

7 (Bie Kiew, Ido, Sichompu), Vietnam (Ping Pong, Diamond River), dan Malaysia (Itoh), walaupun ada juga yang asli Indonesia, seperti varietas Selarong dan Sugiri. Penelitian analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River perlu dilakukan agar memberikan informasi baru kepada masyarakat tentang adanya lengkeng varietas baru dari luar negeri yang dapat dibudidayakan di dataran rendah dan dilakukan pengujian layak atau tidaknya varietas lengkeng tersebut apabila dibudidayakan di Indonesia

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah yang subur di pulau jawa memilki potensi untuk dikembangkannya komoditas lengkeng dataran rendah, terutama lengkeng dataran rendah varietas Diamond River. Dibandingkan dengan varietas lain yang sejenis, lengkeng Diamond River memiliki keunggulan yang bersifat ekonomis yaitu lebih disukai pasar karena buah manis, berdaging lebih tebal dan berbiji kecil, sehingga berpotensi untuk diusahakan.

Kabupaten Bogor dikenal sebagai sentra buah-buahan unggulan, seperti manggis, rambutan, dan durian. Sebagai daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, Kabupaten Bogor sangat cocok untuk ditanami buah-buahan (tanaman hortikultura). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sentra produksi beberapa komoditas unggulan yang tinggi. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sentra Produksi Buah-buahan Unggulan di Kabupaten Bogor 2008

No Komoditas Luas lahan

(Ha) Kecamatan Utama

1 Manggis 989 Leuwi Sadeng, Jasinga, Sukamakmur

2 Rambutan 5.301 Cileungsi, Jonggol, Sukamakmur, Kalapanunggal 3 Durian 3.308 Jonggol, Jasinga, Gunung Sindur

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (diolah)

Ketiga buah unggulan tersebut merupakan hasil utama buah-buahan unggulan yang merupakan tanaman buah musiman yang sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Masih banyak kelemahan terdapat pada tanaman buah unggulan tersebut, seperti : membutuhkan waktu yang lama dari proses

(8)

8 penanaman sampai proses tanaman mulai berbuah, hanya berbuah satu tahun sekali, membutuhkan lahan yang sangat luas, berbuah pada saat panen raya sehingga harga jual buah relatif rendah (Rambutan Rp 500,-/Kg, Manggis Rp. 2.500,-/Kg, Durian Rp. 5000,-/Kg). Hal-hal tersebut membuat banyaknya pertimbangan apabila ingin diusahakan sejak awal. Lain halnya dengan lengkeng Diamond River yang memiliki keunggulan antara lain : waktu yang dibutuhkan relatif singkat (18 bulan) dari proses penanaman sampai berbuah, berbuah dua kali setahun atau lebih, harga jual buah relatif stabil (Rp. 7.000,- sampai dengan Rp. 7.500,-/Kg di tingkat petani dan Rp. 16.000,- di tingkat pedagang), dan dapat diusahakan dalam bentuk tabulampot.

Belum terpenuhinya kebutuhan konsumsi lengkeng di Indonesia membuat Indonesia masih melakukan impor untuk pemenuhan kebutuhan lengkeng di masyarakat. Hampir sepanjang tahun pasar buah Indonesia dipenuhi oleh buah lengkeng. Padahal produksi lengkeng lokal untuk daerah Temanggung (sentra produksi) Jawa Tengah hanya mencapai 2.691,10 ton dengan jumlah tanaman 13.067 (Diperta Temanggung, 2005). Sementara impor lengkeng terbanyak berasal dari Thailand dan Tiongkok sebanyak 21.000 ton. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan untuk mengusahakan lengkeng di Indonesia sangat memiliki prospek, dan dapat mengurangi ketergantungan kepada lengkeng impor. Bertitik tolak dari perkembangan keadaan tanaman lengkeng di Thailand maka pengembangan tanaman lengkeng di Indonesia sebaiknya berkembang pesat, minimal mengimbangi impor buah lengkeng selama ini.

Masih tersedianya lahan untuk dijadikan areal usaha budidaya lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor menjadikan usaha lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor merupakan sebuah usaha yang memiliki prospek dari segi ekologis dan ekonomis. Adapun luas lahan pertanian di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7.

(9)

9

Tabel 7. Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor :

No Potensi Luas (Ha)

1 Lahan Sawah 48.321.00

2 Lahan Bukan Sawah 109.786.61

- Tegal/kebun 57.609.00

- Ladang huma -

- Perkebunan Besar Negara 4.422.08

- Perkebunan Besar Swasta 3.649.76

- Perkebunan rakyat 14.054.59

- Ditanami pohon/hutan rakyat 25.980.17

- Tambak -

- Kolam tebat/empang 2.359.00

- Padang penggembalaan 757.00

- Sementara tidak diusahakan 955.00

Jumlah 158.107.61

sumber : Buku Saku Potensi dan Peluang Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor 20079

Di Indonesia, salah satu perusahaan yang mengusahakan lengkeng Diamond River adalah PT. Mekar Unggul Sari. Untuk itu pada tanggal 16 Januari 2005 bertempat di Taman Wisata Mekarsari telah diresmikan berdirinya Forum Kerjasama Pengembangan Lengkeng Dataran Rendah yang anggotanya terdiri dari para penangkar buah/ pengusaha, MPPI dan Peneliti, instansi terkait

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masih sekitar 955.00 Ha yang sementara belum diusahakan untuk lahan pertanian di Kabupaten Bogor, sehingga masih dapat dilihat potensi lahan untuk mengusahakan lengkeng Diamond River sebagai usaha pertanian yang berprospek di masa yang akan datang.

PT. Mekar Unggul Sari atau yang lebih dikenal dengan nama Taman Wisata Mekarsari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agrowisata buah tropis dan wahana rekreasi keluarga. Selain sebagai tempat wisata, Taman Wisata Mekarsari juga merupakan tempat pengembangan dan penelitian buah tropis, baik dari seluruh wilayah Indonesia, maupun dari mancanegara. Gagasan pembangunan Taman Wisata Mekarsari berasal dari Almarhumah Ibu Tien Soeharto yang berkeinginan untuk membangun sebuah tempat koleksi dan pelestarian plasma nutfah tropis khas Indonesia maupun sebagai wahana penelitian, budidaya dan wisata.

(10)

10 (Deptan). Forum ini sepakat untuk menyumbangkan varietas-varietas lengkeng dataran rendah yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya yaitu para penangkar benih buah untuk ditanam di Taman Wisata Mekarsari sebagai tanaman percontohan yang akan diteliti dan dievaluasi pertumbuhannya secara berkala. Forum ini juga dibentuk untuk menyusun strategi untuk mengembangkan tanaman lengkeng dataran rendah di seluruh wilayah Indonesia dalam usaha mengurangi ketergantungan impor dari Thailand dan RRC. Sejumlah 16 varietas telah ditanam untuk dievaluasi pertumbuhannya dan akan diseleksi sebagai pohon induk yang layak10

1. Apakah pengusahaan buah lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan dilihat dari aspek pasar, aspek produksi, aspek oganisasi, dan aspek sosial dan lingkungan ?

.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian yaitu :

2. Apakah pengusahaan lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan dilihat dari aspek finansial ?

3. Bagaimana tingkat kepekaan pengusahaan lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, penurunan jumlah produksi serta kenaikan biaya variabel ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penilitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha lengkeng Diamond River dari aspek pasar,

aspek produksi, aspek organisasi, aspek sosial dan menganalisa kelayakan finansial pengembangan bisnis lengkeng Diamond River

2. Menganalisis tingkat kepekaan usaha lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil produksi.

(11)

11

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna

bagi : 1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dan bahan acuan untuk mengembangkan bisnis lengkeng Diamond River dengan mengoptimalkan lahan yang belum digunakan pada PT. Mekar Unggul Sari dalam rangka pemenuhan permintaan konsumen.

2. Memberikan informasi kepada pemilik modal dan petani sebagai pertimbangan melakukan usaha alternatif yang kemudian dinilai mampu memperoleh pendapatan dari usahatani lengkeng Diamond River.

3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai tambahan pengetahuan maupun sebagai informasi untuk melaksanakan studi yang relevan di masa yang akan datang.

4. Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti sendiri untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalankan kuliah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari sebagai percontohan untuk dikembangkan di Kabupaten Bogor. Adanya keterbatasan data sehingga belum tentu data-data sama dan tidak 100% benar.

Gambar

Tabel 3.  Konsumsi Buah-buahan dan Sayuran Tahun 2007-2008
Tabel  4. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2007-2008  No         Kelompok          Komoditi  PDB (Milyar)  Peningkatan/Penurunan          (%)      Tahun 2007    Tahun 2008    1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian di SMK Negeri 1 Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 4.3 tentang klasifikasi minat berwirausaha bahwa sebanyak 36 siswa dengan persentase

Oracle VM VirtualBox merupakan salah satu aplikasi virtual yang dapat dipakai untuk melakukan instalasi system operasi aplikasi virtual yang dapat dipakai untuk

Gambar 1.14 Diagram Persentase Persepsi Pelatih Terhadap SDM Berdasarkan diagram persentase persepsi pelatih di atas maka sumber daya manusia (SDM) yang ada di Akademi

DR.RUPNATHJI ( DR.RUPAK NATH )... DR.RUPNATHJI ( DR.RUPAK

dilakukan dengan cara boleh melindungi makanan dan dilakukan dengan cara boleh melindungi makanan dan permukaan yang bersentuhan dengan makanan atau permukaan yang bersentuhan

Menurut studi yang dilakukan oleh Antariksa Budileksmana (2005: 491) menyatakan bahwa dengan periode pengamatan pada return pasar tahun 1999- 2004, pengujian membuktikan

10 Perubahan Kadar Cadmium (Cd) pada perokok Aktif pasca dilakukan titik Akupuntur Surakarta Univ Setia Budi Ska 11 Perubahan Kadar CO (Carbon Monoksida) pasca tindakan akupuntur

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang, penulis ingin mengetahui seberapa besar Korelasi antara kesejahteraan ini terhadap tanggung jawab guru PAI di Madrasah Aliyah Negeri