• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hyphotesis testing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hyphotesis testing"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Model Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hyphotesis testing study) yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai pengaruh karakteristik pemerintah daerah kabupaten/ kota di Indonesia terhadap audit delay atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Jenis penelitian ini adalah kausalitas yang dimaksudkan untuk mengungkapkan apakah karakteristik pemerintah daerah yang meliputi ukuran daerah, tipe daerah, status daerah, dan juga jumlah entitas akuntansi pemerintah daerah akan mempengaruhi audit delay.

3.2. Operasionalisasi Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini merupakan studi empiris yang bertujuan untuk memperoleh bukti ada tidaknya pengaruh karaktersitik pemerintah daerah ( ukuran pemerintah daerah, tipe pemerintah daerah, status pemerintah daerah, jumlah entitas akuntansi pemerintah daerah) terhadap audit delay pada pemerintah daerah kabupaten/ kota di Indonesia.

(2)

2 3.2.1. Variabel Dependen (DELAY)

Variabel dependen, sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013)

Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah audit delay. Audit delay adalah rentang waktu pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan. Dalam penelitian ini audit delay diukur berdasarkan waktu sejak tanggal Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) diterima oleh BPK sampai tanggal laporan audit, hal ini konsisten dengan penelitian Lase dan Sutaryo (2014). Formula untuk menghitung audit delay adalah sebagai berikut:

Audit delay= Ln ∑(tanggal penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) oleh Pemerintah Daerah kepada BPK sampai dengan tanggal laporan audit)

3.2.2. Variabel independen

Sugiyono (2013) mengatakan, Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(3)

3 3.2.2.1. Ukuran Pemerintah Daerah (SIZE)

Pemerintah daerah yang cenderung lebih besar memiliki goodgovernance dan internal kontrol yang lebih baik. Good governance dan internal kontrol yang akan baik akan dapat mengurangi waktu dari audit delay (Carslaw dan Kaplan, 1991).

Dalam penelitian ini ukuran pemerintah daerah diukur dengan menggunakan logaritma natural total aset dari masing-masing pemerintah daerah yang bersangkutan.

3.2.2.2. Tipe Pemerintah Daerah (TYPE)

Di Indonesia terdapat dua tipe pemerintahan daerah setelah provinsi yang memiliki kewenangan dan tingkatan yang sama yaitu kabupaten dan kota. Perbedaan dari keduanya dapat ditinjau dari berbagai aspek. Dari aspek luas wilayah, wilayah kabupaten relatif lebih luas dibanding wilayah pemerintah kota. Dari aspek kependudukan, kepadatan penduduk di daerah kabupaten lebih rendah dari daerah pemerintah kota. Dari mata pencaharian penduduk, daerah kabupaten umumnya bergerak di sektor pertanian, sedangkan daerah kota cenderung bergerak di bidang jasa dan perdagangan. Bidang sosial budaya, penduduk kota relatif memiliki tingkat pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.

(4)

4

Dalam penelitian ini tipe pemerintah daerah diukur dengan menggunakan variabel dummy. Kode satu (1) untuk pemerintah kota dan kode nol (0) untuk pemerintah kabupaten.

3.2.2.3. Status Pemerintah Daerah (STATUS)

Status daerah di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua yaitu daerah otonom dan daerah induk. Hal ini sebagai dampak dari disahkannya Undang- Undang No 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbarui dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Dalam penelitian ini, status diukur dengan dummy, kode satu (1) untuk pemerintah daerah dengan status daerah otonom baru (DOB) dan kode nol (0) untuk pemerintah daerah dengan status induk.

3.2.2.4. Entitas Akuntansi Pemerintah Daerah (SKPD)

Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/ pengguna barang dan oleh karenanya wajib melaksanakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan (PP No 24 tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan)

Entitas pelaporan adalah suatu unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut peraturan perundang- undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Pemerintah kabupaten/ kota adalah salah satu bentuk entitas pelaporan di

(5)

5

pemerintahan Indonesia dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) sebagai entitas akuntansinya.

Dalam penelitian ini, variabel entitas akuntansi diukur menggunakan jumlah dari Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) tiap daerah yang merupakan entitas akuntansi.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada sehingga tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2006). Jenis data dan sumber data dari penelitian ini dapat dilihat di bawah ini

Data dan Sumber Data

Tabel 3.1

Data Sumber Data

Ikhtisar Hasil Pemeriksaan semester 1 tahun 2015

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2014

Data Penyampaian LKPD kepada BPK

Pusat Informasi dan Komunikasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI

Pusat Informasi dan Komunikasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI

Pusat Informasi dan Komunikasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI

(6)

6 3.4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan kelompok individu, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian ini meliputi pemerintah kota dan kabupaten di Indonesia, sedangkan sampel merupakan sebagian dari populasi yang karakteristiknya diselidiki dan dapat dianggap dapat mewakili populasi (Sekaran, 2006). Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan menggunakan kriteria berdasarkan kebijakan peneliti.

Berikut adalah kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini

1. Pemerintah kota dan kabupaten seluruh Indonesia tahun 2014

2. Pemerintah kota dan kabupaten seluruh Indonesia tahun 2011 yang menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dan telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

3. Pemerintah kota dan Kabupaten yang menyajikan data dan informasi untuk pengukuran variabel penelitian

3.5. Teknik Analisis

Penelitian ini dirancang untuk memperoleh bukti mengenai pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap audit delay. Pengujian yang dilakukan menggunakan teknik analisis sebagai berikut.

(7)

7 3.5.1. Uji Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel yang dilihat dari rata- rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali,2011). Pengukuran statistik deskriptif meliputi pengukuran nilai rata- rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum. Mean menunjukkan nilai rata- rata dari data. Standar deviasi menunjukkan seberapa besar data bervariasi dari nilai rata- ratanya. Nilai maksimum menunjukkan nilai terbesar dan nilai minimum menunjukkan hal sebaliknya.

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum model analisis regresi digunakan dalam pengujian hipotesis. Tujuannya untuk memastikan bahwa hasil penelitian adalah valid dengan data yang digunakan secara teori dan tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini terdapat empat macam uji asumsi klasik, sebagai berikut:

3.5.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Uji statistik menjadi tidak valid jika asumsi ini dilanggar. Alat uji yang digunakan untuk

(8)

8

melihat uji normalitas yaitu dengan menggunakan uji non paramametrik Kolmogorov- Smirnov (K-S).

a. Apabila nilai Asymp.Sig. (2- tailed) < 0.05 maka H0 ditolak. Artinya data residual terdistribusi secara tidak normal.

b. Apabila nilai Asymp.Sig. (2- tailed) > 0.05 maka H0 diterima. Artinya data residual terdistribusi secara normal.

3.5.2.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan sebaliknya disebut heteroskedastisitas. Kebanyakan data yang mengandung heteroskedastisitas adalah data crossection, karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menguji heteroskedastisitas adalah uji glejser. Metode uji glejser meregresikan nilai absolute residual dengan variabel bebas (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

a. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka terjadi homoskedastisitas b. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.

(9)

9 3.5.2.3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolineartitas dalam suatu model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih dan tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi, karena VIF sama dengan 1/ tolerance. Syarat pengambilan keputusan dengan nilai tolerance dan VIF adalah sebagi berikut.

a. Jika nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 artinya tidak terjadi multikolineartias

b. Jika nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10 artinya terjadi multikolinearitas.

3.5.2.4. Uji Autokorelasi

Uji autorkorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2011). Autokorelasi muncul karena observasi berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian gejalan ini

(10)

10

menggunakan Run Test. Run Test digunakan untuk melihat apakah apakah data residual terjadi secara random atau tidak. Jika Asym. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual. Namun, jika Asym. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data residual bebas dari autokorelasi.

3.5.3. Pengujian Hipotesis

Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah model regresi berganda. Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, goodness of fit dapat diukur dari nilai koefisien determinasi (R2), nilai signifikansi F, dan nilai signifikansi t. Perhitungan statistik dapat dikatakan signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya jika, disebut tidak signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima (Ghazali, 2011).

Persamaan regresi berganda (mupltiple regression formula) untuk pengujian hipotesis ini adalah:

DELAY = α - β1SIZE + β2TIPE - β3STATUS + β4SKPD+ ε Keterangan persamaan regresi berganda:

DELAY : Audit delay β1, β2, …, β4 : Koefisien Regresi

(11)

11

ε : error

SIZE : ukuran pemerintah daerah

TIPE : tipe pemerintah daerah

STATUS : status pemerintah daerah

SKPD : jumlah SKPD dalam suatu daerah

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh karakteristik daerah terhadap audit delay dengan tingkat signifikansi yang masih bisa ditoleransi ditetapkan sebesar 0,05 (α = 5%). Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

3.5.3.1. Pengujian Koefisien Determinasi

Pada model regresi berganda, koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variasi pada variabel dependen (Ghazali, 2011). Nilai R2 yang mendekati nol diartikan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas, sebaliknya jika nilai R2 mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi variabel dependen (Ghazali, 2011).

Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Penelitian ini menggunakan Adjusted R2 dikarenakan nilai tersebut digunakan untuk mengevaluasi mana model regresi

(12)

12

terbaik. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

3.5.3.2. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji nilai F)

Uji statistik F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen (Ghazali, 2011). Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi 5%. Pengambilan keputusan apakah hasil uji F diterima atau ditolak adalah dengan melihat nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi dari prob F lebih statistik < 5 %, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keempat variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini bersama- sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.5.3.3. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)

Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghazali, 2011). Kriteria sebagai berikut.

1. H0 diterima jika nilai probabilitas (sig t) > 0,05 dan p value > 0,05 2. H0 ditolak jika nilai probabilitas (sig t) <0,05 dan p value < 0,05

Referensi

Dokumen terkait

Bila ketersediaan komputer terbatas atau tidak memungkinkan dibawa ke kelas, alternatif yang dapat dilakukan adalah menggunakan Lab TIK sebagai kelas untuk mengajar sehingga team

Hasil pengujian statistik uji F dengan nilai signifikansi 0,000, nilai ini sama dengan 0,000, Ftabel yaitu 2,76 dan Fhitung sebesar 71,108 sehingga Fhitung &gt; Ftabel yang

dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model LKS berbasis PBL dan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada Peningkatan tentang pembelajaran modifikasi bola basket dengan menggunakan bola karet terhadap hasil belajar shooting

Penelitian yang dilakukan pada Konsumen membeli produk handphone merek vivo di kalangan mahasiswa S1 Universitas Tadulako, pada indikator persepsi terhadap merek

Selain upaya-upaya yang telah disebutkan diatas upaya lain yang bisa atau dapat dilakukan demi tegaknya ideologi Pancasila sebagai Ideologi pertahanan dan ketahanan nasional

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh citra merek, distribusi, rasa terhadap keputusan

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR PERILAKU