PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MAN 1
SURAKARTA PADA PROGRAM UMUM
DAN PROGRAM MAPK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi
Diajukan Oleh:
FITRIATI YUNITA F100050177
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Teori
Sejalan dengan semangat reformasi, maka sudah saatnya dilakukan
reformasi pendidikan dengan berorientasi pada sikap kemandirian belajar yang
harus diimiliki oleh semua siswa. Dimana pendidikan sekolah kita harus memiliki
wawasan yang luas dengan berorientasi akademik dan kemanusiaan sekaligus.
Dengan memegang prinsip bahwa ”kesuksesan hidup seseorang tidak
semata-mata ditentukan oleh kecerdasan rasional (rational intellegence), melainkan juga
oleh kecerdasan emosional (emotional intellegence)”, maka sekolah harus
membantu peserta didik untuk belajar mandiri dalam segala aspek. Dengan
kemandirian belajar akan menujukkan sikap mandiri untuk belajar sendiri pada
diri anak itu sendiri.
Pendidikan dan pengajaran yang pertama kali dialami oleh setiap anak
manusia sebenarnya berfungsi untuk menegakkan nilai-nilai yang luhur guna
melaksanakan tugas-tugas kehidupan dengan penuh ketaqwaan di masa-masa
mendatang. Kedua orang tua sangat berperan dan menaggung perasaan
bertanggung jawab bukan saja terhadap masyarakat, bangsa dan negara serta
kemanusiaan tetapi juga terhadap Allah SWT yang memberikan kehidupan
kepada segenap makhluk-Nya. Perasaan bertanggung jawab inilah yang
menyebabkan dan menggerakkan setiap orang tua melaksanakan fungsi mereka
anak-anak berkemampuan mandiri dan bertanggung jawab atas segala kegiatan
yang dilakukannya. Pendidikan dan pengajaran yang tepat dan terselenggara
dengan sebaik-baiknya akan menyebabkan anak-anak didik mampu melakukan
pemilihan alternatif atas sejumlah permasalahan dan keadaan yang dihadapinya.
Perilaku mandiri merupakan aspek penting bagi individu dalam proses
belajar mengajar serta berdampak positif pada kualitas belajar individu karena
menyangkut inisiatif individu. Kemampuan individu untuk dapat belajar mandiri
tidak bisa terbentuk dengan sendirinya. Selain keluarga yang berperan penting
dalam menumbuhkan kemandirian belajar pada anak, sekolah juga memberikan
peranan penting dalam menumbuhkan kemandirian belajar pada anak. Dengan
berbagai macam program pendidikan yang dimiliki setiap sekolah akan
membentuk kemandirian belajar yang berbeda pula pada diri anak itu sendiri.
Seperti halnya di MAN 1 Surakarta ini yanng memiliki berbagai macam program
pendidikan yang berbeda-beda, sehingga akan membentuk kemandirian belajar
yang berbeda pula pada diri anak itu sendiri.
Program yang ada di MAN 1 Surakarta adalah Program umum, Program
MAPK dan Program Boarding School, diantara ketiga program tersebut
perbedaan yang menonjol dalam hal kemandiriann belajar adalah program umum
dan program MAPK. Hal ini dikarenakan siswa dengan Program umum ini
peserta didik tinggal dirumah masing-masing dan tidak wajib tinggal diasrama
karena bagi program umum pihak sekolah tidak menyediakan asrama. Dengan
siswa tinggal di rumah maka siswa tersebut memiliki sikap kemandirian belajar
dikatakan lebih rendah dari pada anak yang tinggal di asrama. Hal ini bisa di lihat
dari siswa program umum jadwal pembelajarannya disekolah lebih singkat dari
program MAPK. Program umum hanya belajar dari jam 7.15 sampai jam ½ 2.
diluar jam pembelajaran tersebut waktu lebih digunakan untuk kegiatan
ekstrakulikuler dan organisasi. Waktu maksimal mereka berada disekolahan hanya
sampai jam 17.00. Selain itu dalam belajar mereka lebih cuek dengan pola belajar
mereka, mereka lebih senang jika belajar jika ada ulangan tiba itupun kadang ada
yang belajar di sekolahan pagi itu juga dan seringnya lupa kalau akan ada ulangan
hari itu. Atau jika ada PR lebih senang dikerjakan di sekolahan dan menyontek
milik teman dengan alasan sulit mengerjakan sendiri di rumah, kadang mereka
kalau ingin belajar harus disuruh oleh orang tua mereka baru akan belajar atau
dengan kata lain mereka kurang bisa menggunakan waktu yang tersedia untuk
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk belajar, mereka lebih senang menonton
televisi, mein game, ataupun jalan-jalan. .Kebiasaan seperti inilah yang sebagian
besar dimiliki oleh siswa yang ada di program umum. Menurut Gunarsa
(Wulandari, 2005) bahwa cara pengasuhan merefleksikan harapan-harapan dan
sikap orang tua, pola asuh memberikan sumbangan dalam mewarnai
perkembangan terhadap bentuk-bentuk perilaku tertentu pada anak tak terkecuali
perilaku yang akan muncul dapat berupa perilaku mandiri.
Lain halnya dengan siswa program MAPK, siswa yang diwajibkan tinggal
di asrama dan memiliki konsisten tinggi pada ilmu agama islam ini mempunyai
kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan siswa umum, sehingga kemandirian
yang tinggi untuk belajar. Dengan program asrama yang dijalankan oleh siswa
MAPK ini mereka memiliki jadwal-jadwal khusus yang harus mereka jalankan,
baik itu jadwal sekolah pagi ataupun malam serta peraturan-peraturan yang ada di
asrama yang harus mereka patuhi. Pada awalnya mereka merasa berat dan
terbebani untuk menjalankan itu semua, akan tetapi dengan berjalannya waktu
mereka mulai beradaptasi dengan lingkungan baru mereka dan mulai merasa
nyaman untuk mengerjakan itu semua. sehingga itu semua akan menjadi sebuah
rutinitas yang menyenangkan dan siswa akan merasakan dampak positif dari hal
tersebut. Antara lain mereka memiliki kemandirian dalam segala hal, baik itu
dalam hal memutuskan suatu masalah, bertoleransi, rasa tanggung jawab, serta
memiliki kemandiria belajar yang tinggi, hal ini dikarenakan mereka mampu
menggunakan waktu luang dengan sebaik mungkin, yaitu dengan belajar
kelompok ataupun belajar sendiri sesuai denga jadwal pelajaran yang ada
disekolah. Menurut Widiastono (Saomah, 2007) bahwa sekolah-sekolah
berasrama memang secara sengaja menciptakan suatu kehidupan yang
mengutamakan kemandirian dan tanggung jawab dan hal lain pula yang ingin
dicari oleh para orang tua yang mengasramakan anak-anaknya.
Menurut Nashori (2009) menyatakan bahwa dampak positif anak tinggal
diasrama adalah berkembangnya kemandirian, ketika tinggal diasrama anak
menyelesaikan berbagai keperlauan pribadi, disamping tugas-tugas sekolah,
dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri. Hal ini berbeda dengan dirumah,
berbagai macam keperluaan dan tanggung jawab umumnya disediakan atau
Menurut Slameto (2004) berdasarkan hasil penelitiannya ditemukan bahwa
tingkat kemandirian belajar siswa tidak tinggi terutama dalam aspek penetapan
materi yang dipelajari, keterampilan belajar, pendekatan ilmiah dan penetapan
standard keberhasilan dalam belajar. Sedangkan dalam aspek penetapan tujuan
belajar dan prakarsa siswa untuk belajar sudah termasuk tinggi dan cenderung
sangat tinggi.
Menurut Saomah (2007) berdasarkan hasil penelitiannya bahwa siswa
yang tinggal di asrama memiliki kemandirian yaang tinggi dibandingkan dengan
siswa yang tinggal dengan orang tuanya. Temuan ini mengandung arti bahwa
kemandirian yang dimiliki siswa berkembang tidak hanya dalam konteks gaya
pengasuhan orangtua dirumah, tetapi juga dalam konteks sosial lainnya, dalam hal
ini konteks asrama. Hampir semua siswa yang tinggal diasrama dikategorikan
memiliki kemandirian yang tinggi. Sementara itu, siswa yang tinggal dengan
orang tua, hanya sebagian yang dikategorikan memiliki kemandirian yang tinggi.
Data tersebut mengidentifikasikan bahwa siswa kelas 1 SMU Plus Munthahhari
dengan gaya pengasuhan authoritative yang mereka persepsi dan tinggal dengan
orang tua ternyata masih memiliki taraf kemandirian yang rendah.
Dengan kemajuan zaman dimana tantangan zaman juga akan semakin
besar, maka setiap siswa sebagai generasi bangsa dituntut untuk memiliki
kemandirian yang kuat dalam dirinya sendiri. Diharapkan siswa mampu
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri tanpa menggantungkan hidupnya kepada
jawab atas segala perilaku sebagai manusia dewasa dalam melakukan segala
macam kewajiban guna kebutuhan sendiri.
Menurut Basri (2004) kemandirian dalam arti psikologis dan mentalis
mengandung pengertian keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu
memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Kamampuan
demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan
dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskanya, baik
dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya maupun segi-segi negatif atau
kerugian yang akan dialaminya.
Menurut Basri (2004) kemandirian berasal dari kata mandiri, dalam bahasa
jawa berarati berdiri sendiri. Kemandirian dalam arti psikologis dan mentalis
mengandung pengertian keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu
memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang benar secara
keseluruhan, sehingga hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Menurut Djamarah (2003) bahwa belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi-interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut Aristo Rahadi (2008) kemandirian belajar adalah kemampuan
seseorang untuk mengatur sendiri kegiatan belajarnya, atas inisiatifnya sendiri
Yulianda (2006) kemandirian belajar adalah kemampuan belajar yang menitik
beratkan pada tanggung jawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan
proses belajarnya dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
keputusan-keputusan tersebut.
Menurut Fadjar (Darmadji, 2009) madrasah adalah salah satu lembaga
pendidikan islam yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional.
Undang-undang RI Nomor 20 tahun tahun 2003 tentang sistem Pendiddikan
Nasional (Sisdiknas) pasal 17 menyebutkan bahwa Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) merupakan bagian dari pendidikan dasar dan
menengah dalam pendidikan nasional. Pasal 18 undang-undang yang sama
menyebutkan Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Kejuruan (MAK) sebagai
bagian dari pendidikan menengah. Dalam UU Nomor 2 tahun 1989 tentang
Sisdiknas sebelumnya yang ditindaklanjuti dengan lahirnya peraturan pemerintah
(PP) Nomor 28 tahun 1990 masing-masing tentang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah, madrasah juga diakui sebagai subsistem pendidikan
nasional. Keberadaan Madrasah Aliyah ini ditegaskan kembali lewat Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (SK Mendikbud) Nomor
0489/U/11992 yang menyatakan bahwa Madrasah Aliyah adalah Sekolah
Menengah Umum (SMU) yang berciri khas agama islam yang diselenggarakan
oleh depertemen agama. Keberadaan madrasah aliyah sebagai subsistem
pendidikaan nasional mempunyai berbagai konsekuensi, antara lain: pola
pembinaannya mengacu kepada sekolah-sekolah pemerintah di bawah
dan wajib memberikan bahan kajian sekurang-kurangnya sama dengan sekolah
menengaah atas (SMA). Selain itu, wajib mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN)
serta berbagai peraaturan yang diatur oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Depdikbud, sekarang Depdiknas).
MAN 1 surakarta adalah institusi pendidikan di bawah naungan
Departemen Agama. Status satuan pendidikan adalah sama dengan SMA dengan
muatan kurikulum yang persis sama (UU sistem pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003). Madrasah Aliyah Negeri 1 sendiri ini memiliki tiga program
pendidikan, yaitu: program umum, program MAPK dan yang terbaru adalah
program boarding school.
MAN umum sendiri merupakan program yang disediakan untuk mewadahi
dan menyalurkan bakat serta kemampuan setiap peserta didik yang bervariasi
dengan varians yang lebar, antara lain: Program ilmu alam, disediakan untuk
peserta didik yang berbakat dan ingin lebih mendalami ilmu-ilmu eksakta.
Laboratorium fisika, kimia dan biologi dilengkapi dengan alat-alat canggih seperti
mokroskop electron, osciloscop dan instrument-instrument yang berbasis internet.
Program ilmu sosial, mewadahi peserta didik yang konsen pada pengembangan
teori-teori dan konsep ilmu sosial dan ekonomi. Warung koperasi menjadi
laboratorium ekonomi untuk praktik para siswa. Program ilmu bahasa, mewadahi
peserta didik yang berbakat dan berkembang dalam bidang budaya dan
penguasaan bahasa asing baik yang manual maupun yang berbasis Komputer
disediakan untuk keperluan pengembangan bahasa asing baik inggris, arab, juga
Program keagamaan adalah program pendidikan dimana para peserta didik
wajib tinggal di asrama. Program ini mewadahi peserta didik yang memiliki
konsen tinggi pada pengembangan dan penguasaan agama islam. Pada program
ini peserta didik wajib tinggal di asrama untuk pendalaman ilmu-ilmu agama
secara intens mulai dari sholat malam hingga menjelang tidur, penuh dengan
kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman ajaran
agama islam.
Program Boarding school adalah program pendidikan dimana para peserta
didik wajib tinggal diasrama. Pada program ini peserta didik dipersiapkan secara
khusus dengan kelas khusus untuk berprestasi tinggi dibidang akademik, Pelajaran
tambahan diberikaan sore untuk pendalaman materi. Pemantauaan raport dari
kelas X untuk memuluskan jalan mendapatkan beasiswa dan PMDK di perguruan
tinggi negeri favorit. Dari ketiga program diatas, peneliti lebih memfokuskan diri
pada program umum dan program MAPK karena kedua program tersebut yang
akan peneliti jadikan subjek penelitian.
Dari penjelasan diatas, maka rumusan masalahnya adalah “apakah ada
perbedaan kemandirian belajar siswa MAN 1 Surakarta pada program umum dan
program MAPK ( Madarasah Aliyah Program Keagamaan)”.
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan kemandirian belajar siswa MAN 1 Surakarta pada program umum
2. Kemandirian belajar siswa MAN 1 Surakarta pada program umum dan
C. Mafaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
kepada guru bagaimana cara meningkatkan kemandirian belajar siswa itu
sendiri
2. Bagi Anak didik
Hasil penelitian ini mampu memberikan pandangan dan pengetahuan kepada
siswa agar kemandirian belajar siswa itu sendiri lebih ditingkatkan.
3. Bagi ilmu psikologi
Hasil penelitian ini memberikan informasi berupa wacana pemikiran dan
data-data empirik tentang perbedaan antara kemandirian belajar siswa MAN 1
Surakarta pada program umum dan program MAPK (Madrasah Aliyah