• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MAN 1 SURAKARTA PADA PROGRAM UMUM DAN PROGRAM MAPK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MAN 1 SURAKARTA PADA PROGRAM UMUM DAN PROGRAM MAPK."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MAN 1

SURAKARTA PADA PROGRAM UMUM

DAN PROGRAM MAPK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan Oleh:

FITRIATI YUNITA F100050177

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Teori

Sejalan dengan semangat reformasi, maka sudah saatnya dilakukan

reformasi pendidikan dengan berorientasi pada sikap kemandirian belajar yang

harus diimiliki oleh semua siswa. Dimana pendidikan sekolah kita harus memiliki

wawasan yang luas dengan berorientasi akademik dan kemanusiaan sekaligus.

Dengan memegang prinsip bahwa ”kesuksesan hidup seseorang tidak

semata-mata ditentukan oleh kecerdasan rasional (rational intellegence), melainkan juga

oleh kecerdasan emosional (emotional intellegence)”, maka sekolah harus

membantu peserta didik untuk belajar mandiri dalam segala aspek. Dengan

kemandirian belajar akan menujukkan sikap mandiri untuk belajar sendiri pada

diri anak itu sendiri.

Pendidikan dan pengajaran yang pertama kali dialami oleh setiap anak

manusia sebenarnya berfungsi untuk menegakkan nilai-nilai yang luhur guna

melaksanakan tugas-tugas kehidupan dengan penuh ketaqwaan di masa-masa

mendatang. Kedua orang tua sangat berperan dan menaggung perasaan

bertanggung jawab bukan saja terhadap masyarakat, bangsa dan negara serta

kemanusiaan tetapi juga terhadap Allah SWT yang memberikan kehidupan

kepada segenap makhluk-Nya. Perasaan bertanggung jawab inilah yang

menyebabkan dan menggerakkan setiap orang tua melaksanakan fungsi mereka

(3)

anak-anak berkemampuan mandiri dan bertanggung jawab atas segala kegiatan

yang dilakukannya. Pendidikan dan pengajaran yang tepat dan terselenggara

dengan sebaik-baiknya akan menyebabkan anak-anak didik mampu melakukan

pemilihan alternatif atas sejumlah permasalahan dan keadaan yang dihadapinya.

Perilaku mandiri merupakan aspek penting bagi individu dalam proses

belajar mengajar serta berdampak positif pada kualitas belajar individu karena

menyangkut inisiatif individu. Kemampuan individu untuk dapat belajar mandiri

tidak bisa terbentuk dengan sendirinya. Selain keluarga yang berperan penting

dalam menumbuhkan kemandirian belajar pada anak, sekolah juga memberikan

peranan penting dalam menumbuhkan kemandirian belajar pada anak. Dengan

berbagai macam program pendidikan yang dimiliki setiap sekolah akan

membentuk kemandirian belajar yang berbeda pula pada diri anak itu sendiri.

Seperti halnya di MAN 1 Surakarta ini yanng memiliki berbagai macam program

pendidikan yang berbeda-beda, sehingga akan membentuk kemandirian belajar

yang berbeda pula pada diri anak itu sendiri.

Program yang ada di MAN 1 Surakarta adalah Program umum, Program

MAPK dan Program Boarding School, diantara ketiga program tersebut

perbedaan yang menonjol dalam hal kemandiriann belajar adalah program umum

dan program MAPK. Hal ini dikarenakan siswa dengan Program umum ini

peserta didik tinggal dirumah masing-masing dan tidak wajib tinggal diasrama

karena bagi program umum pihak sekolah tidak menyediakan asrama. Dengan

siswa tinggal di rumah maka siswa tersebut memiliki sikap kemandirian belajar

(4)

dikatakan lebih rendah dari pada anak yang tinggal di asrama. Hal ini bisa di lihat

dari siswa program umum jadwal pembelajarannya disekolah lebih singkat dari

program MAPK. Program umum hanya belajar dari jam 7.15 sampai jam ½ 2.

diluar jam pembelajaran tersebut waktu lebih digunakan untuk kegiatan

ekstrakulikuler dan organisasi. Waktu maksimal mereka berada disekolahan hanya

sampai jam 17.00. Selain itu dalam belajar mereka lebih cuek dengan pola belajar

mereka, mereka lebih senang jika belajar jika ada ulangan tiba itupun kadang ada

yang belajar di sekolahan pagi itu juga dan seringnya lupa kalau akan ada ulangan

hari itu. Atau jika ada PR lebih senang dikerjakan di sekolahan dan menyontek

milik teman dengan alasan sulit mengerjakan sendiri di rumah, kadang mereka

kalau ingin belajar harus disuruh oleh orang tua mereka baru akan belajar atau

dengan kata lain mereka kurang bisa menggunakan waktu yang tersedia untuk

dimanfaatkan sebaik mungkin untuk belajar, mereka lebih senang menonton

televisi, mein game, ataupun jalan-jalan. .Kebiasaan seperti inilah yang sebagian

besar dimiliki oleh siswa yang ada di program umum. Menurut Gunarsa

(Wulandari, 2005) bahwa cara pengasuhan merefleksikan harapan-harapan dan

sikap orang tua, pola asuh memberikan sumbangan dalam mewarnai

perkembangan terhadap bentuk-bentuk perilaku tertentu pada anak tak terkecuali

perilaku yang akan muncul dapat berupa perilaku mandiri.

Lain halnya dengan siswa program MAPK, siswa yang diwajibkan tinggal

di asrama dan memiliki konsisten tinggi pada ilmu agama islam ini mempunyai

kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan siswa umum, sehingga kemandirian

(5)

yang tinggi untuk belajar. Dengan program asrama yang dijalankan oleh siswa

MAPK ini mereka memiliki jadwal-jadwal khusus yang harus mereka jalankan,

baik itu jadwal sekolah pagi ataupun malam serta peraturan-peraturan yang ada di

asrama yang harus mereka patuhi. Pada awalnya mereka merasa berat dan

terbebani untuk menjalankan itu semua, akan tetapi dengan berjalannya waktu

mereka mulai beradaptasi dengan lingkungan baru mereka dan mulai merasa

nyaman untuk mengerjakan itu semua. sehingga itu semua akan menjadi sebuah

rutinitas yang menyenangkan dan siswa akan merasakan dampak positif dari hal

tersebut. Antara lain mereka memiliki kemandirian dalam segala hal, baik itu

dalam hal memutuskan suatu masalah, bertoleransi, rasa tanggung jawab, serta

memiliki kemandiria belajar yang tinggi, hal ini dikarenakan mereka mampu

menggunakan waktu luang dengan sebaik mungkin, yaitu dengan belajar

kelompok ataupun belajar sendiri sesuai denga jadwal pelajaran yang ada

disekolah. Menurut Widiastono (Saomah, 2007) bahwa sekolah-sekolah

berasrama memang secara sengaja menciptakan suatu kehidupan yang

mengutamakan kemandirian dan tanggung jawab dan hal lain pula yang ingin

dicari oleh para orang tua yang mengasramakan anak-anaknya.

Menurut Nashori (2009) menyatakan bahwa dampak positif anak tinggal

diasrama adalah berkembangnya kemandirian, ketika tinggal diasrama anak

menyelesaikan berbagai keperlauan pribadi, disamping tugas-tugas sekolah,

dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri. Hal ini berbeda dengan dirumah,

berbagai macam keperluaan dan tanggung jawab umumnya disediakan atau

(6)

Menurut Slameto (2004) berdasarkan hasil penelitiannya ditemukan bahwa

tingkat kemandirian belajar siswa tidak tinggi terutama dalam aspek penetapan

materi yang dipelajari, keterampilan belajar, pendekatan ilmiah dan penetapan

standard keberhasilan dalam belajar. Sedangkan dalam aspek penetapan tujuan

belajar dan prakarsa siswa untuk belajar sudah termasuk tinggi dan cenderung

sangat tinggi.

Menurut Saomah (2007) berdasarkan hasil penelitiannya bahwa siswa

yang tinggal di asrama memiliki kemandirian yaang tinggi dibandingkan dengan

siswa yang tinggal dengan orang tuanya. Temuan ini mengandung arti bahwa

kemandirian yang dimiliki siswa berkembang tidak hanya dalam konteks gaya

pengasuhan orangtua dirumah, tetapi juga dalam konteks sosial lainnya, dalam hal

ini konteks asrama. Hampir semua siswa yang tinggal diasrama dikategorikan

memiliki kemandirian yang tinggi. Sementara itu, siswa yang tinggal dengan

orang tua, hanya sebagian yang dikategorikan memiliki kemandirian yang tinggi.

Data tersebut mengidentifikasikan bahwa siswa kelas 1 SMU Plus Munthahhari

dengan gaya pengasuhan authoritative yang mereka persepsi dan tinggal dengan

orang tua ternyata masih memiliki taraf kemandirian yang rendah.

Dengan kemajuan zaman dimana tantangan zaman juga akan semakin

besar, maka setiap siswa sebagai generasi bangsa dituntut untuk memiliki

kemandirian yang kuat dalam dirinya sendiri. Diharapkan siswa mampu

menciptakan lapangan pekerjaan sendiri tanpa menggantungkan hidupnya kepada

(7)

jawab atas segala perilaku sebagai manusia dewasa dalam melakukan segala

macam kewajiban guna kebutuhan sendiri.

Menurut Basri (2004) kemandirian dalam arti psikologis dan mentalis

mengandung pengertian keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu

memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Kamampuan

demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan

dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskanya, baik

dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya maupun segi-segi negatif atau

kerugian yang akan dialaminya.

Menurut Basri (2004) kemandirian berasal dari kata mandiri, dalam bahasa

jawa berarati berdiri sendiri. Kemandirian dalam arti psikologis dan mentalis

mengandung pengertian keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu

memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang benar secara

keseluruhan, sehingga hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Menurut Djamarah (2003) bahwa belajar adalah serangkaian

kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil

dari pengalaman individu dalam interaksi-interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

Menurut Aristo Rahadi (2008) kemandirian belajar adalah kemampuan

seseorang untuk mengatur sendiri kegiatan belajarnya, atas inisiatifnya sendiri

(8)

Yulianda (2006) kemandirian belajar adalah kemampuan belajar yang menitik

beratkan pada tanggung jawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan

proses belajarnya dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan

keputusan-keputusan tersebut.

Menurut Fadjar (Darmadji, 2009) madrasah adalah salah satu lembaga

pendidikan islam yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional.

Undang-undang RI Nomor 20 tahun tahun 2003 tentang sistem Pendiddikan

Nasional (Sisdiknas) pasal 17 menyebutkan bahwa Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan

Madrasah Tsanawiyah (MTs) merupakan bagian dari pendidikan dasar dan

menengah dalam pendidikan nasional. Pasal 18 undang-undang yang sama

menyebutkan Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Kejuruan (MAK) sebagai

bagian dari pendidikan menengah. Dalam UU Nomor 2 tahun 1989 tentang

Sisdiknas sebelumnya yang ditindaklanjuti dengan lahirnya peraturan pemerintah

(PP) Nomor 28 tahun 1990 masing-masing tentang pendidikan dasar dan

pendidikan menengah, madrasah juga diakui sebagai subsistem pendidikan

nasional. Keberadaan Madrasah Aliyah ini ditegaskan kembali lewat Surat

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (SK Mendikbud) Nomor

0489/U/11992 yang menyatakan bahwa Madrasah Aliyah adalah Sekolah

Menengah Umum (SMU) yang berciri khas agama islam yang diselenggarakan

oleh depertemen agama. Keberadaan madrasah aliyah sebagai subsistem

pendidikaan nasional mempunyai berbagai konsekuensi, antara lain: pola

pembinaannya mengacu kepada sekolah-sekolah pemerintah di bawah

(9)

dan wajib memberikan bahan kajian sekurang-kurangnya sama dengan sekolah

menengaah atas (SMA). Selain itu, wajib mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN)

serta berbagai peraaturan yang diatur oleh Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan (Depdikbud, sekarang Depdiknas).

MAN 1 surakarta adalah institusi pendidikan di bawah naungan

Departemen Agama. Status satuan pendidikan adalah sama dengan SMA dengan

muatan kurikulum yang persis sama (UU sistem pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2003). Madrasah Aliyah Negeri 1 sendiri ini memiliki tiga program

pendidikan, yaitu: program umum, program MAPK dan yang terbaru adalah

program boarding school.

MAN umum sendiri merupakan program yang disediakan untuk mewadahi

dan menyalurkan bakat serta kemampuan setiap peserta didik yang bervariasi

dengan varians yang lebar, antara lain: Program ilmu alam, disediakan untuk

peserta didik yang berbakat dan ingin lebih mendalami ilmu-ilmu eksakta.

Laboratorium fisika, kimia dan biologi dilengkapi dengan alat-alat canggih seperti

mokroskop electron, osciloscop dan instrument-instrument yang berbasis internet.

Program ilmu sosial, mewadahi peserta didik yang konsen pada pengembangan

teori-teori dan konsep ilmu sosial dan ekonomi. Warung koperasi menjadi

laboratorium ekonomi untuk praktik para siswa. Program ilmu bahasa, mewadahi

peserta didik yang berbakat dan berkembang dalam bidang budaya dan

penguasaan bahasa asing baik yang manual maupun yang berbasis Komputer

disediakan untuk keperluan pengembangan bahasa asing baik inggris, arab, juga

(10)

Program keagamaan adalah program pendidikan dimana para peserta didik

wajib tinggal di asrama. Program ini mewadahi peserta didik yang memiliki

konsen tinggi pada pengembangan dan penguasaan agama islam. Pada program

ini peserta didik wajib tinggal di asrama untuk pendalaman ilmu-ilmu agama

secara intens mulai dari sholat malam hingga menjelang tidur, penuh dengan

kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman ajaran

agama islam.

Program Boarding school adalah program pendidikan dimana para peserta

didik wajib tinggal diasrama. Pada program ini peserta didik dipersiapkan secara

khusus dengan kelas khusus untuk berprestasi tinggi dibidang akademik, Pelajaran

tambahan diberikaan sore untuk pendalaman materi. Pemantauaan raport dari

kelas X untuk memuluskan jalan mendapatkan beasiswa dan PMDK di perguruan

tinggi negeri favorit. Dari ketiga program diatas, peneliti lebih memfokuskan diri

pada program umum dan program MAPK karena kedua program tersebut yang

akan peneliti jadikan subjek penelitian.

Dari penjelasan diatas, maka rumusan masalahnya adalah “apakah ada

perbedaan kemandirian belajar siswa MAN 1 Surakarta pada program umum dan

program MAPK ( Madarasah Aliyah Program Keagamaan)”.

B. Tujuan Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan kemandirian belajar siswa MAN 1 Surakarta pada program umum

(11)

2. Kemandirian belajar siswa MAN 1 Surakarta pada program umum dan

(12)

C. Mafaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

kepada guru bagaimana cara meningkatkan kemandirian belajar siswa itu

sendiri

2. Bagi Anak didik

Hasil penelitian ini mampu memberikan pandangan dan pengetahuan kepada

siswa agar kemandirian belajar siswa itu sendiri lebih ditingkatkan.

3. Bagi ilmu psikologi

Hasil penelitian ini memberikan informasi berupa wacana pemikiran dan

data-data empirik tentang perbedaan antara kemandirian belajar siswa MAN 1

Surakarta pada program umum dan program MAPK (Madrasah Aliyah

Referensi

Dokumen terkait

internal dalam hotel dengancara Insumo membina hubungan sosial dilakukan dengan piknik bersama dan kerja bakti; (4) Penerapan komunikasi bisnis untuk publik internal

Permasalahan yang dibahas pada penelitian Nisrina Dini Izzati (2017) adalah apakah rasio keuangan yang meliputi FDR, IPR, NPF, APB, IRR,PDN FBIR, OER dan ROA berpengaruh

Di era smart phone (sistem android) peneliti merasa dapat mengemas proses pembelajaran, kemasan ini akan lebih menarik dan mudah diakses dimana saja.Tujuan dari

Hal ini berpengaruh pada skor tingkat kesehatan bank akan mengalami penurunan dan semakin tinggi jumlah NPL semakin besar probabilitas bank masuk dalam kategori

Praktikum ini bertujuan mengetahui menu utama ArcView dan untuk melakukan pengoreksian geometri pada data Raster peta yang belum memiliki referensi geografis

Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi yang dilakukakan oleh Aliansi Mahasiswa Sidoarjo dalam membela Pedagang Kaki Lima (PKL) Gading Fajar adalah dengan melakukan

Permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari rasio solvabilitas, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan

Hasil penelitian menunjukkan konflik terjadi disebabkan ketidaksepakatan ganti rugi antara warga dengan panitia pembangunan.. Ketidaksepakatan tersebut terletak pada