• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Merauke. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah populasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Merauke. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah populasi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau. Pulau-pulau tersebut tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah populasi Indonesia lebih dari 237 juta jiwa dan lebih dari 207 juta jiwa penduduk beragama Islam, dengan demikian Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Berikut ini merupakan data 5 negara dengan populasi muslim terbesar di dunia yang disajikan pada Tabel 1.1 di bawah.

TABEL 1.1

5 NEGARA DENGAN POPULASI MUSLIM TERBESAR DI DUNIA

Negara Populasi Muslim Presentase Presentase Muslim di Dunia Indonesia 202.867.000 88,2% 12,9% Pakistan 174.082.000 96,3 11,1 India 160.945.000 13,4 10,3 Bangladesh 145.312.000 89,6 9,3 Mesir 78.513.000 94,6 5,0

Sumber : Pew Research Center, Forum on Religion&Public Life 2009 Banyak pulau yang dimiliki oleh Indonesia tentunya memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Mulai dari sumber daya alam hayati (pertanian, perkebunan, hutan, dan lain-lain) maupun non hayati (minyak bumi, timah, gas, emas, batu bara, dan lain-lain). Indonesia juga

(2)

memiliki banyak tempat yang indah dan bagus sebagai tujuan wisata baik untuk masyarakat nusantara maupun mancanegara. Mulai dari wisata alam, budaya, rekreasi, ziarah/religi, situs bersejarah, sampai dengan kuliner.

Berdasarkan TAP MPR No.IV/MPR/1978, yaitu bahwa pariwisata perlu ditingkatkan dan diperluas untuk meningkatkan penerimaan devisa, memperluas lapangan kerja dan memperkenalkan kebudayaan. Pembinaan serta pengembangan pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional. Pada tahun 2011 perolehan devisa dari pariwisata diperkirakan mencapai USD 8,5 miliar, naik 11,8% dibandingkan tahun 2010. Kenaikan ini melebihi pertumbuhan pariwisata dunia yang hanya berkisar 4,5%. Selain itu, untuk kontribusi terhadap devisa, sektor pariwisata berada di peringkat 5 setelah minyak dan gas bumi, minyak kelapa sawit, batubara, dan karet olahan. (sumber: liquidity.stiead.ac.id)

Menurut Ditjen Pemasaran Pariwisata, Kemenparekraf pada tahun 2013 mencatat kunjungan wisatawan muslim ke Indonesia mencapai 1.270.437 orang per tahun. Dari total tersebut, wisatawan muslim tidak hanya berasal dari Timur Tengah tetapi juga Eropa, mayoritas berasal dari Arab Saudi, Bahrain, Malaysia, Singapura dan Perancis. Dengan mengacu pada data tersebut, pengembangan pariwisata syariah memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan.

(3)

TABEL 1.2

KOMPOSISI AGAMA DI INDONESIA

Agama Persentase (dari populasi total)

Angka Absolut (juta) Islam 87,18 207,18 Kristen 6,96 16,53 Katolik 2,91 6,91 Hindu 1,69 4,01 Budha 0,72 1,70 Konghucu 0,05 0,12 Lainnya 0,13 0,30 Tidak Terjawab 0,06 0,14 Tidak Dinyatakan 0,32 0,76

Sumber: Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk 2010

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, terlihat presentase populasi yang beragama Islam sangatlah tinggi, yaitu sebesar 87,18%. Mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam dan sedang booming-nya pariwisata syariah di beberapa negara (Malaysia, Thailand, Singapura, Korea, Jepang, Taiwan, bahkan China), pada tahun 2013 pada acara Indonesia Halal Expo 2013 (INDHEX) melalui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Pariwisata Syariah Indonesia. Pariwisata Syariah dipandang sebagai cara baru untuk mengembangkan pariwisata Indonesia yang menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai Islami. Pengembangan Pariwisata Syariah meliputi empat jenis komponen usaha pariwisata, yaitu: perhotelan, restoran, biro atau jasa perjalanan wisata, dan spa. Selain itu, sarana penunjang pariwisata lainnya juga akan diikutsertakan.

Tujuan diadakannya program ini adalah untuk menggaet wisatawan dalam maupun luar negeri. Menurut Elisabeth dalam Khabar Southeast

(4)

Asia (2013), wisatawan muslim akan mencari pengalaman liburan yang sesuai dengan nilai-nilai mereka dan Indonesia adalah salah satu tujuan utama bagi jenis pasar tersebut. Selain itu, dimaksudkan juga untuk mendorong tumbuh kembangnya entitas bisnis syariah di lingkungan pariwisata Indonesia. Adapun salah satu langkah konkrit dalam usaha mengembangkan pariwisata syariah adalah dengan merancang produk dan daerah tujuan pariwisata syariah.

Konsep pariwisata syariah adalah kegiatan rekreasi yang disertai dengan nilai-nilai Islam. Pariwisata syariah berbeda dengan perjalanan religius menurut Dirjen Pengembangan Tujuan Kemenparekraf (2013).Pariwisata Syariah merupakan berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah yang memenuhi ketentuan syariah. Fasilitas dan layanan tersebut seperti menyediakan sarana ibadah, makanan yang halal, tidak menyediakan minuman yang beralkohol, memiliki fasilitas yang terpisah untuk pria dan wanita, dan lain-lainnya. Beberapa daerah yang potensial sebagai tujuan wisata syariah diantaranya adalah : Aceh, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Makassar, Yogyakarta, dan Lombok (sumber: mirajnews.com).

Provinsi Banten menjadi salah satu daerah wisata yang potensial menjadi tujuan wisata syariah karena berdasarkan Badan Pusat Statistik

(5)

tahun 2010 sekitar 94,67% masyarakat di Provinsi Banten beragama Islam. Banten juga memiliki banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi seperti pantai, wisata tirta, wisata sejarah, suaka alam, dan objek wisata lainnya. Wisatawan yang datang ke Banten tidak hanya wisatawan nusantara tetapi juga wisatawan mancanegara namun, jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Banten pada tahun 2008, 2010, dan 2012 mengalami penurunan. Jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara di Banten sampai dengan tahun 2012 ini tertera pada Tabel 1.3 di bawah.

TABEL 1.3

JUMLAH WISATAWAN NUSANTARA DAN MANCANEGARA DI BANTEN

Tahun Nusantara Mancanegara

2007 1.122.533 53.956 2008 1.026.168 91.364 2009 1 099 241 49 967 2010 1 095 999 54 853 2011 1.431.235 78.066 2012 1.339.920 100.690

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten 2013

Salah satu objek wisata di Provinsi Banten yang sudah terkenal di kalangan masyarakat adalah Pantai Carita.Pantai Carita ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.440/kpts/UM/1978 pada tanggal 15 juli 1978 sebagai Taman Wisata Alam. Pantai Carita merupakan pantai yang terletak di Kabupaten Pandegelang. Pantai Carita ini terkenal dengan

(6)

pasir pantainya yang putih sehingga membuat kawasan ini dikunjungi oleh para wisatawan.

Pantai Carita merupakan salah satu objek wisata yang dikunjungi sebagai tempat rekreasi keluarga, karena kondisi pantainya yang masih alami dan menyediakan berbagai macam hiburan seperti live music hingga pagelaran seni daerah (Disbudpar Banten). Beragam fasilitas permainan juga ditawarkan di pantai ini, seperti jetsky, banana boat, diving, snorkeling, dan lain-lain. Para wisatawan bisa menikmati pemandangan indah dari Gunung Krakatau ketika berada di Pantai Carita. Berdasarkan Disbudpar Banten wisatawan yang datang mayoritas wisatawan lokal yang berasal dari beberapa daerah di Banten.

Pada tahun 2015 ini jumlah wisatawan ke Pantai Carita menurun, jumlahnya hanya ribuan berbeda dengan pergantian tahun 2014 yang mencapai belasan ribu orang. Sutaedi Mantri Polisi Kecamatan Munjul, yang diperbantukan bertugas di Pantai Carita, membenarkan, berkurangnya kunjungan wisata. Menurut Sutaedi, liburan tahun baru tahun 2015 ke Pantai Carita tidak sepadat tahun 2014 tetapi tidak ada data ril jumlah pengunjung (sumber: media elektronik Radar Banten).

Meskipun Banten merupakan salah satu provinsi yang potensial sebagai wisata syariah namun, di Pantai Carita ini sendiri belum diimbangi dengan konsep wisata syariah. Di Pantai Carita fasilitas seperti tempat ibadah, tempat makan, tempat penginapan, dan MCK (Mandi Cuci Kakus)

(7)

memang sudah tersedia tetapi berdasarkan hasil observasi fasilitas-fasilitas tersebut belum menerapkan konsep syariah. Ini terlihat dari tempat ibadah (musolah) yang kurang bersih dan kurang nyaman bagi wisatawan yang beragama Islam, masih banyaknya rumah makan di sekitar pantai yang belum memaparkan sertifikasi halal, masih banyaknya tempat penginapan untuk para wisatawan yang belum berkonsep syariah, serta fasilitas pantai seperti MCK yang belum terpisah antara untuk wanita dan pria. Sedangkan tingkat kesadaran akan konsep syariah dan produk halal dikalangan masyarakat sudah meningkat. Hal ini ditandai dengan indek kesadaran produk halal yang berkisar 70% pada tahun 2009 meningkat menjadi 92% pada 2010, serta jumlah produk bersertifikasi halal naik 100% dalam kurun waktu 2009-2010 (sumber: LPPOM-MUI dalam Mi’raj Islamic News Agency).

Pada dasarnya keputusan seseorang dalam melakukan atau memilih kegiatan wisata sama halnya dengan keputusan pembelian, mereka mengeluarkan uang demi mendapatkan kepuasan. Oleh karena itu, memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang adalah hal yang penting. Dengan memahami faktor-faktor tersebut maka kita dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan para wisatawan, sehingga baik dari pihak pemerintah maupun pengelola dapat meningkatkan pelayanan dan fasilitas seperti yang diharapkan oleh para wisatawan dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Menurut

(8)

Suryani (2008) terdapat faktor-faktor individual yang melekat pada diri konsumen yang mempengaruhi perilaku konsumen seperti motivasi, kepribadian, pembelajaran, persepsi, dan sikap konsumen. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pengambilan keputusan.

Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang menetukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Schiffman dan Kanuk, dalam Ferrinandewi 2008). Kepribadian konsumen bersifat unik, dengan demikian tidak ada dua konsumen yang memiliki kepribadian yang sama persis. Dua orang yang sama-sama membutuhkan pelayanan jasa wisata, sangat memungkinkan untuk dilayani secara berbeda karena karakteristik kepribadiannya yang berbeda (Suryani, 2008). Sebagai contoh, seseorang yang cenderung suka berpetualang akan lebih cocok ditawarkan ataupun memilih jasa wisata alam seperti arung jeram atau penjelajahan ke alam bebas, sedangkan yang cenderung hati-hati, kurang berani mengambil resiko akan lebih cocok ditawari atau memilih wisata rohani yang berisiko rendah.

Pembelajaran konsumen seperti halnya belajar yang lain merupakan suatu proses yang selalu berkembang seiring dengan informasi baru yang diperoleh ataupun dari pengalamannya (Ferrinandewi, 2008). Ketika konsumen mengumpulkan berbagai informasi bahkan informasi tersebut ia dapatkan dengan mengalami sendiri maka terjadilah yang

(9)

disebut proses belajar. Seseorang yang memiliki kepribadian suka berpetualang akan mencari informasi mengenai hal-hal yang sesuai dengan kepribadiannya. Melalui informasi-informasi yang didapatkan, orang tersebut akan melakukan suatu pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa senang dan puas akan sesuatu yang di pilihnya maka akan lebih mudah bagi orang tersebut melakukan pengambilan keputusan selanjutnya. Selain variabel kepribadian dan pembelajaran, faktor sosial budaya secara nyata mempengaruhi keputusan wisatawan. Faktor sosial budaya seperti pribadi/personal, kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, budaya, subbudaya sangat mempengaruhi prilaku pembelian konsumen (Kotler dalam Hasan, 2012). Selanjutnya Menurut Berkowitz dalam Hasan (2012), faktor sosial budaya yang terdiri dari pribadi/personal, kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, budaya, dan subbudaya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen. Dari penjelasan tersebut maka dapat diketahui jika beberapa faktor dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka timbul keinginan peneliti untuk membuat penelitian yang berjudul “Mediasi Faktor Kepribadian dan Pembelajaran pada Pengaruh Budaya dan Sosial terhadap Pengambilan Keputusan Konsumen (Studi Kasus pada Wisatawan Nusantara Muslim di Pantai Carita, Pandegelang - Banten)’’.

(10)

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskanlah suatu perumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis. Perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apakah budaya dan sub budaya berpengaruh terhadap kepribadian wisatawan nusantara (wisnus) berkunjung ke Pantai Carita?

2. Apakah kelas sosial berpengaruh terhadap kepribadian wisnus berkunjung ke Pantai Carita?

3. Apakah kelompok referensi berpengaruh terhadap kepribadian wisnus berkunjung ke Pantai Carita?

4. Apakah keluarga berpengaruh terhadap kepribadian wisnus berkunjung ke Pantai Carita?

5. Apakah budaya dan sub budaya berpengaruh terhadap pembelajaran wisnus berkunjung ke Pantai Carita?

6. Apakah kelas sosial berpengaruh terhadap pembelajaran wisnus berkunjung ke Pantai Carita?

7. Apakah kelompok referensi berpengaruh terhadap pembelajaran wisnus berkunjung ke Pantai Carita?

8. Apakah keluarga berpengaruh terhadap pembelajaran wisnus berkunjung ke Pantai Carita?

9. Apakah pembelajaran berpengaruh terhadap pengambilan keputusan wisnus berkunjung ke Pantai Carita?

(11)

10. Apakah kepribadian berpengaruh terhadap pengambilan keputusan wisnus berkunjung ke Pantai Carita?

C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Bedasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang penulis susun diatas maka, tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh budaya dan sub budaya terhadap kepribadian wisatawan nusantara (wisnus) berkunjung ke Pantai Carita.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh kelas sosial terhadap kepribadian wisnus berkunjung ke Pantai Carita.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh kelompok referensi terhadap kepribadian wisnus berkunjung ke Pantai Carita. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh keluarga

terhadap kepribadian wisnus berkunjung ke Pantai Carita.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh budaya dan sub budaya terhadap pembelajaran wisnus berkunjung ke Pantai Carita. 6. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh kelas sosial

terhadap pembelajaran wisnus berkunjung ke Pantai Carita.

7. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh kelompok referensi terhadap pembelajaran wisnus berkunjung ke Pantai Carita.

(12)

8. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh keluarga terhadap pembelajaran wisnus berkunjung ke Pantai Carita.

9. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh kepribadian terhadap pengambilan keputusan wisnus berkunjung ke Pantai Carita. 10. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh pembelajaran

terhadap pengambilan keputusan wisnus berkunjung ke Pantai Carita. 2. Kontribusi Penelitian

Penelitian yang penulis susun sebagai skripsi ini, mungkin dapat memberikan kontribusi penting berupa :

a) Kontribusi Akademis

Untuk akademis penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi sebagai pendalaman pengetahuan dan bahan kajian untuk membandingkan antara teori dan praktek mengenai budaya dan sub budaya, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga, kepribadian, pembelajaran, dan pengambilan keputusan.

b) Kontribusi Praktisi

Untuk praktisi penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi sebagai masukan bagi para pemegang kebijakan di tingkat Pemerintahan Provinsi Banten maupun di Kabupaten Pandegelang dan para pengusaha dalam merencanakan kebijakan dan peraturan pariwisata yang sesuai serta untuk meningkatkan ekonomi daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat memperbaiki hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen yang diyakini dapat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan minat belajar siswa SMAN, SMKN, dan MAN dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, dan untuk mengetahui mana

Shell and Tube heat exchangers biasanya digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi (dengan tekanan yang lebih besar dari 30 bar dan suhu lebih besar dari 260 ° C..

Sebagai pengenal atau identitas peristiwa yang bersangkutan untuk membedakan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya.Sebagai pengenal kegiatan atau dummy atau penghubung

Analisis yaitu dengan menganilisis data yang diperoleh dari catatan rekam medik pasien berdasarkan identifikasi karakteristik pasien, karakteristik pengobatan, dan evaluasi

Kesibukan yang dimiliki oleh guru yang dituntut untuk mengajar minimal 24 jam perminggu disertai dengan tuntutan pekerjaan seperti persiapan membuat bahan ajar, koreksi dan

Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu keadaan sehat, secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi

Laba yang dihasilkan akan menjadi lebih banyak karena bahan baku yang Laba yang dihasilkan akan menjadi lebih banyak karena bahan baku yang digunakan ber bahan alami sehingga