• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. commit to user"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara demokrasi dimana kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat 2 yang menyebutkan bahwa: “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar”. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Negara Indonesia menjunjung tinggi dan mengakui kekuasan berada di tangan rakyat. Sebab demokrasi adalah semacam sistem yang lebih berorientasikan masyarakat (based on communities). Demokrasi tidak akan berjalan stabil bila tidak mendapatkan dukungan riil masyarakat.

Demokrasi mengisyaratkan bahwa rakyat berhak ikut menentukan nasib suatu negara melalui aspirasi maupun partisipasinya dalam politik, sehingga rakyat tidak hanya dijadikan sebagai objek dari kebijakan-kebijakan Pemerintah tetapi juga berhak menjadi subyek atau partisipan politik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Robert A. Dahl yang menyatakan bahwa :

Democracy provides opportunities for effective participation, equality in voting, gaining enlightened understanding, exercising final control over the agenda, inclusion of adults, (dalamA RahmanZainuddin, 2001 : 31) Artinya, bahwa dengan demokrasi akan memberikan kesempatan kepada rakyat untuk partisipasi yang efektif, persamaan dalam memberikan suara, mendapatkan pemahaman yang jernih, melaksanakan pengawasan akhir terhadap agenda, dan pencakupan warga dewasa. Konsekuensi demokrasi tersebut akan memberikan standar ukuran umum dalam melihat suatu negara sebagai negara demokrasi. Dengan kata lain, ketika kesempatan-kesempatan yang merupakan konsekuensi dari standar ukuran umum negara demokrasi tersebut tidak dijalankan, maka negara tersebut tidak dapat dikualifikasikan sebagai negara demokratis.

(2)

commit to user

Berdasarkan konsep demokrasi tersebut diharapkan tidak hanya berkembang pada pemilihan wakil-wakil rakyat saja, tetapi juga partisipasi efektif rakyat menjadi bagian dalam proses penyelenggaraan Pemeritah dan rakyat diharapkan ikut serta mengawasi jalannya penyelenggaraan Pemerintah tersebut, atau dengan kata lain konsep demokrasi yang membutuhkan partisipasi efektif rakyat disebut demokrasi partisipatif.

Demokrasi partisipatif inilah yang menjadi model demokrasi yang dilaksanakan berdasarkan aspirasi masyarakat (aspiratif) yang mengutamakan nilai-nilai masyarakat dalam pengambilan suatu keputusan atau kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah, hal tersebut juga sesuai dengan konsep demokrasi partisipatif menurut pendapat Robert A. Dahl mengenai konsep demokrasi partisipatif yang menyatakan bahwa :

Dalamdemokrasipartisipatoris, akanmemberikanpeluang yang

luaskepadarakyatuntukberpartisipasi secara

efektifdalamprosespengambilankeputusan yang menyangkutkebijakanpublik.

Prinsipdalamdemokrasipartisipatorisadalahpersamaanbagiseluruhwarga negara dewasauntukikutmenentukan agenda dan melakukan kontrolterhadappelaksanaan agenda yang telahdiputuskan secara bersama.

Halinidilakukan agar

perjalanankehidupanbernegaramendapatkanpemahaman yang jernih pada sasaran yang tepatdalamrangkaterwujudnyapemerintahan yang baik.(dalamA RahmanZainuddin, 2001: 157)

Konsep demokrasi partisipatif inilah yang diharapkan mampu menjadi dasar dalam proses penyelenggaraan Pemerintah di Indonesia. Namun kenyataannya, demokrasi di negara Indonesia lebih berkembang dalam konteks pemilihan wakil-wakil rakyat dalam pemilihan umum saja yang selanjutnya wakil-wakilnyalah yang sepenuhnya menentukan kebijakan-kebijakan bagi masyarakat. Entah itu melibatkan masyarakat atau tidak, merugikan masyarakat tertentu atau tidak, artinya partisipasi masyarakat tidak sepenuhnya berjalan dengan baik atau partisipasi masyarakat hanya dijadikan formalitas untuk memudahkan Pemerintah mengambil keputusan atau kebijakan-kebijakan tertentu, seperti halnya yang terjadi di Kota Surakarta.

(3)

commit to user

Kenyataannya, di Kota Surakarta masih ada kebijakan yang dikeluarkan oleh PemerintahKota yang tidak berpihak pada masyarakat, hal ini mengerucut pada masyarakat yang dirugikan kepentingannya oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota tersebut atau masyarakat terpinggirkan/marginal. Masyarakat terpinggirkan yang terikat oleh kebijakan tertentu itu misalnya saja warga miskin, pemulung, pengamen, gelandangan, PRT, PSK, Pedagang Kaki Lima, Asongan dan penduduk dengan status sosial rendah lainnya, karena berstatus sosial rendah, mereka cenderung dipandang sebelah mata karena dianggap hanya sebagai obyek dari kebijakan Pemerintah setempat. Misalnya, ketika Pemerintah Kota merancang tata kota yang indah dan permai, masyarakat-masyarakat yang rugi atas hal tersebut merasa dipinggirkan/marginal akan diusir dari berbagai tempat publik yang diklaim milik Pemerintah, hal ini karenamasyarakat marginal dianggap tidak mengetahui hukum status tanah kepemilikan negara. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat marginal menjadi kambing hitam atas kepentingan Pemerintah. Ketika memutuskan suatu kebijakan, Pemerintah tidak selalu melibatkan masyarakatdan tidak selalu memperhatikan dampak merugikan yang timbul atas dikeluarkannya kebijakan Pemerintah tersebut.

Hal tersebut senada dengan pendapat dari Jurgen Habermas yang mengemukakan bahwa :

Mayanya ruang publik dikarenakan adanya keseberangan kepentingan kaum borjuis, intelektual, dan publik itu sendiri. Ketiga kepentingan itu saling bertabrakan dan konsekuensinya akan menggunakan segala cara untuk memenangkan ruang publiknya. Kaum borjuis akan menggunakan hegemoni modal dan kapitalnya. Dengan kapital melimpah, mereka menyingkirkan siapa saja yang melawan kepentingan ekonominya. Mudah kita jumpai berdirinya berbagai mal di kota besar yang secara langsung menggusur pasar-pasar tradisional yang dikuasai kaum miskin (yang marginal). Kaum intelektual akan menggunakan nalar dan analitis kritisnya untuk melanggengkan dirinya sebagai penguasa mutlak dalam intelektualitas ruang publik,(dalam Hardiman, F. Budi 2009 : 136 ).

Ketika masyarakat marginal di Kota Surakarta tidak dilibatkan dalam proses pembuatan kebijakan publik, maka muncullah kebijakan publik dari

(4)

commit to user

pemerintah yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan/kebijakan publik yang tidak partisipatif. Hal tersebut nanti yang akan terus meminggirkan kepentingan masyarakat yang terkait kebijakan yang merugikan tersebut. Kalaupun ada keinginan dan kemauan masyarakat untuk bergerak di wilayah politik Pemerintahan yang berpengaruh dalam pembuatan kebijakan publik, muncul kendala manakala minimnya pengetahuan masyarakat marginal tersebut mengenai prosedur menyampaikan keberatan atau komplain terhadap kebijakan yang merugikan mereka, ke arah mana komplain disampaikan, bagaimana menyampaikan komplain agar sampai pada titik temu masalah, apakah ada tindak lanjut dari komplain yang mereka sampaikan nantinya, dan sebagainya, serta bagaimana tata cara berpartisipasi dalam pembuatan suatu kebijakan publik yang menyangkut kehidupan dan kesejahteraannya nanti.

Penjelasan Pasal 2 ayat 4 huruf d Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Dalam Undang-Undang yang tersebut juga dijelaskan bahwa pendekatan sistem perencanaan pembangunan ada 4 macam, yaitu politik, teknokratis, partisipatif serta bottom-up dan top-down. Salah satu wahana yang dapat digunakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan adalah di Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).

Lebih khusus lagi peraturan tentang pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan/Musrenbang yang harus melibatkan partisipasi masyarakat tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri/Permendagri No 54 Tahun 2010, namun hasil dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan/Musrenbang tidak selalu berjalan baik karena di Kota Surakarta sendiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan/Musrenbang tidak sepenuhnya menjalankan partisipasi masyarakat marginal atau partisipasinya hanya bersifat formalitas saja, hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Konsorsium Monitoring dan Pemberdayaan

(5)

commit to user

Institusi Publik/KOMPIP Surakarta tentang evaluasi hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan/MusrenbangKota Surakarta Tahun 2012 untuk melihat sejauh mana tingkat pemahaman masyarakat dalam partisipasi dan bagaimanakan kualitas proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan/Musrenbang yang telah berjalan tersebut memperlihatkan 37 orang dari total 43 responden masyarakat telah mengetahui bahwa partisipasi itu merupakan salah satu hak rakyat. Ini berarti bahwa peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengetahuan mengenai hak dasar dinilai baik. Pada pertanyaan kedua menunjukkan bahwa 16 orang telah mengetahui alur proses perencanaan pembangunan tahunan di Kota Surakarta.

Sementara itu 21 orang menyatakan ragu-ragu dan 6 sisanya menyatakan tidak mengetahui alur proses. Hal ini menunjukkan bahwa upaya sosialisasi proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan/Musrenbang pada masyarakat belum menunjukkan hasil yang baik, karena hanya sedikit yang mengetahui tentang alur proses tersebut. Ini juga menunjukkan masyarakat masih minim mendapatkan akses informasi.

Berdasarkan hal tersebut, kaum marginal yang dirugikan oleh kebijakan tertentu di Kota Surakarta membutuhkan pendamping untuk memberikan dukungan suara yang lebih kokoh. Lembaga Swadaya Masyarakat Konsorsium Monitoring dan Pemberdayaan Institusi Publik/KOMPIP Surakarta yang mengambil inisiatif dengan merangkul berbagai kalangan masyarakat, terutama masyarakat marginaluntuk menyuarakan demokratisasi segala lini ruang publik yang diharapkan akan mampu meminimalisir berbagai kebijakan yang merugikan dari Pemerintah Kota.

Lembaga Swadaya Masyarakat Konsorsium Monitoring dan Pemberdayaan Institusi Publik/KOMPIP Surakarta berupaya membangun gerakan penyadaran ruang publik secara efektif melalui advokasi kebijakan publik bagi masyarakat marginal sehingga memberikan dorongan besar bagi kaum marginal melakukan perubahan dan transformasi sosial. Diharapkan melalui advokasi kebijakan publik tersebutdapatmeningkatkan demokrasi partisipatif masyarakat

(6)

commit to user

dalam proses kebijakan publik sehinggamasyarakattidak hanya menjadi obyek tetapi juga menjadi subyek politik dari kebijakan publik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota. Selain itu, apa yang dikehendaki oleh masyarakat dapat disampaikan secara langsung serta langsung tertuju pada pokok permasalahan, dengan adanya pelibatan masyarakat maka dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak terpikirkan oleh Pemerintah Kota saat proses kebijakan publik dilaksanakan. Masyarakat juga akan berfungsi sebagai alat kontrol proses pelaksanaan kebijakan tersebut. Advokasi kebijakan publik merupakan usaha sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesak terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merasa perlu mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui solusi dari lemahnya partisipasi masyarakat marginal terhadap kebijakan publik Kota Surakarta serta mengetahui implikasi dari advokasi yang dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat Konsorsium Monitoring dan Pemberdayaan Institusi Publik/KOMPIP Surakarta dalam meningkatkan demokrasi partisipatif masyarakat marginal Kota Surakarta. Hal itu menjadikan peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan mengambil judul Penguatan Demokrasi Partisipatif Masyarakat Marginal di Kota Surakarta Melalui Advokasi Kebijakan Publik (Studi Pada Konsorsium Monitoring Dan Pemberdayaan Institusi Publik/KOMPIP Surakarta Tahun 2012/2013).

B. Rumusan Masalah

Masalah merupakan hambatan dalam suatu proses dimana membutuhkan penyelesaian agar proses tersebut dapat berjalan dengan baik. Rumusan masalah penelitian merupakan petunjuk yang mengarahkan peneliti untuk memformulasikan secara ringkas, jelas, dan tajam tentang permasalahan utama yang ada dilatar belakang. Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

(7)

commit to user

1. Apa latar belakang penyebab lemahnya demokrasi partisipatif masyarakat marginal terhadap kebijakan publik di Kota Surakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan dan tindaklanjut Advokasi Kebijakan Publik yang dilakukan olehLembaga Swadaya Masyarakat Konsorsium Monitoring dan Pemberdayaan Institusi Publik/KOMPIP Surakarta terhadap masyarakat marginal di Kota Surakarta?

3. Bagaimana dampakAdvokasi Kebijakan Publik yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Konsorsium Monitoring dan Pemberdayaan Institusi Publik/KOMPIP Surakartaterhadap penguatan demokrasi partisipatif masyarakat marginal di Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan suatu arah dan cara yang hendak dicapai dalam melaksanakan suatu kegiatan. Untuk itu dalam melaksanakan suatu kegiatan tidak bisa terlepas dari tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian jika masalah dalam suatu penelitian sudah ditentukan maka tujuan penelitian tersebut adalah untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang penyebab lemahnya demokrasi partisipatif masyarakat marginal terhadap kebijakan publik di Kota Surakarta

2. Untuk mengetahui pelaksanaan dan tindaklanjut Advokasi Kebijakan Publik yang dilakukan olehLembaga Swadaya Masyarakat Konsorsium Monitoring dan Pemberdayaan Institusi Publik/KOMPIP Surakarta terhadap masyarakat marginal di Kota Surakarta

3. Untuk mengetahui dampak dari Advokasi Kebijakan Publik yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Konsorsium Monitoring dan Pemberdayaan Institusi Publik/KOMPIP Surakartaterhadap penguatan demokrasi partisipatif masyarakat marginal di Kota Surakarta.

(8)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Didalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. ManfaatTeoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu sosial pada umumnya serta Pendidikan Kewarganegaraan pada khususnya mengenai penguatan demokrasi partisipatif masyarakat marginal di Kota Surakarta melalui advokasi kebijakan publik.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam kepustakaan tentang advokasi kebijakan publik dan penguatan demokrasi partisipatif masyarakat marginal di Kota Surakarta.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi siapa saja yang ingin mengkaji lebih dalam lagi tentang pelaksanaan advokasi kebijakan publik.

2. ManfaatPraktis

a. Sebagai saran atau masukan kepada Pemerintah di Kota Surakarta untuk lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat marginal agar terwujud kebijakan publik yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat marginal di Kota Surakarta. b. Bagi masyarakat, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pemecahan masalah yang terkait dengan kehidupan sosial dalam masyarakat. c. Menjadi sarana bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan penalaran,

Referensi

Dokumen terkait

Penokohan merupakan penggambaran suatu watak tokoh dalam sebuah novel. "Tokoh tersebut digambarkan mempunyai karakter atau sifat, misalnya pemarah, periang,

Penelitian di kelas VII-A SMP Negeri 22 Surabaya dilatarbelakangi karena permasalahan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris pada materi Chapter 10 Attention

Fungsi speaker ini adalah mengubah gelombang listrik menjadi getaran suara.proses pengubahan gelombag listrik/electromagnet menjadi gelombang suara terjadi karna

Oleh karena munculnya kecemasan dan ketidakpastian dalam berkomunikasi antarbudaya, maka dibutuhkan pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian dalam berkomunikasi antara

Berangkat dari masalah yang ditemukan, penulis mengadakan penelitian dengan metode studi pustaka, observasi, perancangan, instalasi, uji coba serta implementasi untuk menemukan

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Dari hasil penelitian diduga bahwa tanaman bratawali merupakan tanaman utama pada ramuan jamu untuk penyakit diabetes berdasarkan jumlah kandungan senyawa yang dominan mirip

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) nilai rata-rata postes keterampilan komu- nikasi siswa pada kelas yang diterap- kan model pembelajaran berbasis