39
PENGEMBANGAN SOFTSKILL SISWA MELALUI EKSTRAKURIKULER PRAMUKA
DI SMA NEGERI 3 ENREKANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah SatuSyarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
SINAR 10538301714
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2019
MOTTO
“Rahasia kesuksesan tidaklah sulit untuk ditemukan. Semakin baik anda berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain, semakin baik
pula kualitas hidup anda”.
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas karunia, hikmat dan karunia yang diberikan sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan. Tugas akhir ini saya persembahkan kepada :
Almamater tercinta program studi pendidikan sosiologi
Orang tua ( Aras dan Suyuti), terima kasih atas pengorbanan, kasih sayang, dukungan dan doa yang selalu kalian panjatkan untuk mengiringi setiap langkah dalam hidupku.
Saudara-saudaraku, teman-teman p2k teruntuk Risma, Satriani Sappe, Erni, Nurwani, Ayu Astari yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan doa untuk setiap apa yang kulakukan.
Terima kasih juga kepada Muhammad Musba, Muhammad Iqbal, dan Renaldi yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini.
ABSTRAK
Sinar. 2018. PengembanganSoft Skill Siswa MelaluiKegiatanEkstrakurikulerPramukadiSMANegeri 3 EnrekangSkripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing Muhammad Nawir dan Kaharuddin.
Tujuan penelitian ini adalah (i) Pengembangan soft skill siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka. (ii) Keterkaitan ekstrakurikuler pramuka dengan soft skill siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriktif yang bertujuan memahami suatu kasus secara keseluruhan serta peristiwa-peristiwa. Informan ditentukan secara purpusive sampling, berdasarkan karakteristik informan yang telah ditetapkan yaitu guru dan siswa. Teknik pengumpulan datanya dengan mengunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui berbagai tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, sedangkan keabsean data menggunakan triangulasi sumber, waktu dan teknik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (i) pengembangan soft skill siswa melalui ekstrakurikuler pramuka kerja keras yaitu mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah putus asa, kemandirian yaitu tidak bergantung pada orang lain dan kerja sma tim yaitu menyelesaika tugas secara berkelompok dari pada secara individu. (ii) keterkaitan ekstrakurikuler pramuka dengan soft skill siswa yaitu siswa yang mengikuti pramuka akan menimbulkan berjiwa sosial seperti peduli sesama untuk dibutuhkan komunikasi yang lebih baik dan tingkat percaya diri berubah setelah memasuki kegiatan ekstrakurikuler pramuka dibandingkan sebelum memasuki kegiatan ekstrakurikuler pramuka karena di dalam pramuka siswa diajarkan berinteraksi dengan orang lain
KATA PENGANGTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb..
Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Proposal ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.
Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu serta selalu
mendukung setiap aktivitas penulis. Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya memberi motivasi dan selalu menemani dengan candanya.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada: Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE, MM, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Drs. H. Nurdin, M.Pd.
Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Dr. Muhammad Nawir, M.Pd., selaku pembimbing I dan bapak Kaharuddin, M.Pd., Ph.D., selaku pembimbing II, serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terima kasih yang juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang selalu menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih, teman p2k SMP Negeri 4 Pa’jukukang, serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi atas kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senangtiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan.
Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Serta memberibermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membutuhkannya.
Amin, Ya Rabbal Alamin.. Wassalamu Alaikum Wr. Wb..
Makassar, Januari 2019 Penulis,
SINAR
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 9 C. Tujuan Penelitian ... 9 D. Manfaat Penelitian……….. 9 E. Defini Operasional ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 13
1. Pengembangan Soft Skill ... 13
2. Pengertian Soft Skill ... 16
4. Konsep Pramuka ... 22
5. Landasan Teori... 24
a. Teori Interaksi Sosial ... 24
b. Teori Struktur Fungsional…... ….. 25
6. Penelitian yang relevan ... 27
B. Kerangka Pikir ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Lokus Penelitian ... 31
C. Informan Penelitian ... 31
D. Fokus Penelitian... 32
E. Instrumen Penelitian ... 33
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 34
G. Teknik Pengumpulan Data ... 35
H. Teknik Analisis Data... … 36
I. Teknik Keabsahan Data ... 38
BAB IV DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN dan DESKRIPSI KHUSUS LATAR PENELITIAN A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian ... 39
1. Sejarah Singkat Kabupaten Enrekang ... 39
2. Kondisi Geografis dan Iklim ... 42
3. Topologi, Geologi dan Hidrologi ... 43
5. Keadaan Sosial Budaya ... 47
B. Deskripsi Khusus SMA Negeri 3 Enrekang ... 50
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 3 Enrekang ... 50
2. Keadaan Lokasi Sekolah ... 51
3. Visi Misi Sekolah ... 51
4. Kualifikasi Guru ... 52
5. Data Jumlah Sekolah ... 55
6. Sejarah Berdirinya Gerakan Pramuka di SMA N 3 Enrekang 55 7. Kegiatan Ekstrakurikuler di SMA Negeri 3 Enrekang ... 57
BAB V HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 60
1. Pengembangan soft skill siswa melalui ekstrakurikuler pramuka 60 2. Keterkaitan ekstrakurikuler pramuka dengan soft skill siswa 69 B. Pembahasan ... 77
1. Pengembangan soft skill siswa melalui ekstrakurikuler pramuka 77 2. Keterkaitan ekstrakurikuler pramuka dengan soft skill siswa 81 BAB VI SIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel Tabel 2.1 ... 31 Tabel 3.1 ... 40 Tabel 4.1 ... 43 Tabel 4.2 ... 46 Tabel 4.3 ... 52 Tabel 4.4 ... 55 Tabel 4.5 ... 58
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi seperti sekarang. Pendidikan memberikan peran penting dalam kehidupan manusia. Semua yang menyangkut dalam kehidupan manusia, pasti membutuhkan pendidikan, baik akademis maupun non akademis. Di era global saat ini, perkembangan dan perubahan yang terjadi pada masyarakat begitu pesat, sehingga seiring dengan hal itu, juga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dalam berbagai aspek, misalnya dalam lingkungan kerja, dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan hard skill saja tetapi juga memiliki kemampuan dalam aspek soft skill.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Karena melalui pendidikan, manusia akan mengalami perkembangan, perubahan, dan peningkatan dalam segi pengetahuan, kepribadian, keterampilan bahkan skill yang dimiliki. Untuk itu, peserta didik sebagai generasi penerus bangsa harus berusaha menggali segala potensi yang ada di dalam dirinya sehingga kelak tidak hanya memiliki kecerdasan akademik, tetapi juga menguasai berbagai macam keterampilan.
Pengembangan soft skill yang dimiliki oleh setiap orang tidak sama sehingga mengakibatkan tingkatan soft skill yang dimiliki masing-masing individu
juga berbeda. Padahal penggunaan soft skill yang baik, sangat penting bagi siapapun. Realita yang ada bahwa pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan yang terpenting dalam dunia pendidikan untuk mencapai pendidikan karakter yang di harapkan oleh pendidik dan peserta didik.
Komponen yang ada dalam pendidikan tentunya menjadi penting untuk menunjang terciptanya pendidikan yang maksimal, terutama pada ekstrakurikuler. (Syaiful Bahri Djamarah, 2010:24)telah mengungkapkan bahwa pada dasarnya pendidikan nasional merupakan pedoman umum bagi pelaksanaan pendidikan dalam jenis dan jenjang pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional diperlukan tujuan lainnya sebagai tujuan bawahannya. Dengan kata lain tujuan pendidikan nasional masih memerlukan tujuan yang lebih khusus sebagai perantara untuk mencapainya, salah satunya yaitu tujuan kurikuler.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sidiknas) menyatakan sebagai pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi ini kemudian diperkuat dengan tujuan pendidikan nasional yakni : untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dunia pendidikan pun mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill). Merupakan suatu realita bahwa sistem pendidikan di Indonesia saat ini lebih berorientasikan pada muatan hardskill, bahkan sering kali mengabaikan unsur soft skill.
Pernyataan di atas akan nilai dan makna filosofis dalam artibahwa pendidikan bukan semata-mata mengejar keterampilan intelektual tetapi softskilljuga. Pengembangan softskill peserta didik tidak hanya dilakukan di dalam kelasyang telah terstruktur dengan jelas melalui kurikulum tetapi juga dilakukan di luarstruktur kurikulum atau yang sering disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler.Pendidikan di sekolah yang ideal menyampaikan nilai-nilai atau memberikanpengaruh yang positif terhadap peserta didik yang nantinya tercermin dalamkebiasaan baik peserta didik dan kemudian menjadi kedisiplinan. Pendidikanmerupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pembangunan bangsa yanglebih baik lagi.
Ketidakseimbangan pendidikan di dalam kelas yang lebih tertumpu pada hard skill, tentu saja perlu segera diatasi, antara lain dengan memberikan bobot lebih pada pengalaman softskill. Implementasi softskill tersebut dapat dilakukan baik melalui kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Kemampuan yang harus dikuasai siswa semakin banyak. Bukan hanya kemampuan akademik yang baik namun siswa juga dituntut untuk mampu menguasai keterampilan soft skill yang baik. Pelatihan soft skill pada siswa dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka.
Soft skill dianggap sebagai keterampilan yang menentukan sukses tidaknya proses pendidikan. Sedangkan menurut Elfindri, dkk., (2011: 67), soft skill merupakan bagi keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan mempunyai soft skill membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual.
Menurut Mediawan, dkk., (2012: 15), dalam kegiatan ekstrakurikuler, diciptakan berbagai jenis metode permainan (game), seperti bermain serius, prososial, kelompok, persaingan kreativitas, dan lain sebagainya. Pada hakekatnya, bermain merupakan kebutuhan segenap para siswa. Para pakar pendidikan maupun ahli dibidang psikologi mengatakan bahwa bermain merupakan alat untuk menyatakan perasaan merdeka akan pribadinya guna mengembangkan kreativitas. Oleh karena itu, jelaslah betapa penting program ekstrakurikuler dalam mengembangkan potensi dan kemampuan. Sehingga terlihat sebenarnya kegiatan ekstrakurikuler juga dapat mengasah softskill yang ada pada diri siswa terutama kreativitasnya.
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa diluar jam belajar standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum yang dilakukan dibawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan minat, bakat, kepribadian, serta kemampuan soft skill siswa yang lebih luas diluar dari dikembangkan oleh kurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi antara lain sebagai pengembangan individu, pengembangan kemampuan sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
Ekstrakurikuler pramuka merupakan ekstrakurikuler yangdiwajibkan bagi siswa tingkat dasar (SD/sederajat) hingga tingkat menengah (SMP/sederajat, SMA/sederajat, DML/sederajat). Dasar hukum bagi wajib diselenggarakannya ekstrakurikuler pramuka bagi siswa tingkat dasar dan menengah antara lain telah tercantum pada UU Nomor 12 tahun 2010, PP Nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasinal Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan.
Ekstrakurikuler pramuka dapat dilakukan di dalam maupun diluar sekolah. Pola kegiatan pendidikan kepramukaan antara lain upacara pembukaan dan penutupan serta keterampilan kepramukaan yang meliputi : simpul dan ikatan, mendaki gunung, peta dan kompas, berkemah, wirausaha,serta teknologi dan komunikasi. Pola-pola ini dapat disesuaikan dengan sekolah masing-masing.
Salah satu ekstrakurikuler yang ada disekolah, yaitu pramuka di mana dalamnya terdapat nilai-nilai yang bagus dalam pembentukan peserta didik, mereka dilatih dan dididikuntuk meningkatkan sikap disiplin, kreatif, sopan, dan memiliki kemampuanuntuk memimpin.Dampak yang dapat dilihat pada peserta
didik yang mengikuti kegiatan pramuka dengan peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan pramuka yang ada di sekolahsangat berdampak pada sifat yang ditimbulkan oleh masing-masing peserta didiktersebut. Peserta didik yang mengikuti kegiatan pramuka lebih menonjolkan sifatyang berakhlak mulia, patriotik, taat hukum, disiplin dibanding peserta didikyang tidak mengikuti kegiatan tersebut, karena peserta didik tersebut telah terbiasadengan peraturan-peraturan yang dapat melatih karakter peserta didik terutamapada kedisiplinan peserta didik.
Pelaksanaan pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah, sejalan dan relevan dengan amanat Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum2013, memerlukan buku panduan atau petunjuk pelaksanaan yang dikembangkanoleh setiap satuan pendidikan yang mengacu pada Peraturan Menteri No.81Atahun 2013 tetapi ditindaklanjuti dengan adanya SKB Mendikinas dan KetuaKwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang petunjuk pelaksanaan.
Gerakan pramuka adalah suatu alat pemersatu kaum muda menjadi manusiaberkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwakepada Tuhan Yang Maha Esa kuat mental dan tinggi moral, terampil serta kuatjasmaninya. Kaum muda ini nantinya memiliki jiwa Pancasila setia dan patuhkepada negara kesatuan Republik Indonesia dan menjadi masyarakat yang bergunaserta memiliki kepribadian hidup dan alam lingkungan baik lokal, nasionalmaupun internasional sesuai pasal 4 Anggaran Dasar gerakan pramuka, yangberbunyi menanamkan dan menumbuhkan disiplin peserta didik, dikepramukaan mempergunakan sepuluh pilar yang menjadi kode kehormatan.
Kode kehormatanmempunyai makna suatu norma (aturan) yang menjadi ukuran kesadaranmengenai akhlak yang tersimpan dalam hati yang menyadari harga dirinya, sertamenjadi standar tingkah laku pramuka di masyarakat (Kwarnas, 2010: 4). Sepuluhpilar tersebut bernama “Dasa Dharma”, yaitu: (1) takwa kepada Tuhan YangMaha Esa, (2) cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, (3) patriot yangsopan dan kesatria, (4) patuh dan suka bermusyawarah, (5) rela menolong dantabah, (6) rajin, terampil dan gembira, (7) hemat, cermat dan bersahaja, (8)disiplin, berani dan setia, (9) bertanggung jawab dan dapat dipercaya dan 10) sucidalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Undang-Undang No.12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka menjelaskan bahwa Gerakan Pramuka bertujuan untuk meningkatkan setiap pramuka agarmemiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, serta berakhlak mulia, berjiwapatriotik, taat hukum, disiplin, serta menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa,dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga danmembangun Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu, mengamalkan Pancasila,serta melestarikan lingkungan hidup. Undang-Undang tersebut dijelaskanbahwa pendidikan kepramukaan yang diajarkan dalam gerakan pramukamenitikberatkan pada proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, danakhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilaikepramukaan.
Nilai-nilai karakter kepramukaan adalah nilai-nilai positif yang diajarkan dan ditanamkan kepada para anggota pramuka. Nilai-nilai ini merupakan nilai moral yang menghiasi perilaku anggota pramuka Sudrajad, (2012: 2).
Undang-Undang No. 12 Tahun 2010 pasal 11 tentang Gerakan Pramuka menyebutkan nilai-nilai kepramukaan yaitu: (1) Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) kecintaan pada alam dan sesama manusia, (3) kecintaan pada tanah air dan bangsa, (4) kedisiplinan, keberanian dan kesetiaan, (5) tolong-menolong, (6) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya, (7) jernih dalam berpikir, berkata dan berbuat, (8) hemat, cermat dan bersahaja, (9) rajin dan terampil.
Masalah yang ada tentang aspek soft skill perlu juga dilihat dari proses pembelajaran yang ada di SMA Negeri 3 Enrekang. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 3 Enrekang ditemukan beberapa kekurangan dalam hal aspek soft skill komitmen, komunikasi, tanggung jawab, kreatifitas, dan kerjasama.
Jika melihat realitas diatas, dapat dilihat bahwa pendidikan soft skill sudah sepantasnya jika menjadi kebutuhan penting dalam dunia pendidikan sehingga harus dimasukkan dalam kurikulum pendidikan atau kegiatan ekstrakurikuler, melalui kegiatan ekstrakurikuler tersebut pengembangan soft skill dan potensi diri dapat dikembangkan secata optimal karena tidak terbatas oleh waktu dan tempat serta lebih leluasa dalam mengembangkan soft skill, pendidikan soft skill idealnya bukan saja hanya diterapkan untuk anak didik saja, tetapi juga bagi pendidik. Pendidik seharusnya memberi muatan-muatan pendidikan soft skill kepada siswa-siswinya.
Sebagai paparan diatas, soft skill memiliki peran penting dalam perkembangannya. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui “pengembangan soft skill melalui ekstrakurikuler pramuka di SMA Negeri 3 Enrekang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengembangan soft skill siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMA Negeri 3 Enrekang ?
2. Bagaimana keterkaitan soft skill dan ekstrakurikuler pramuka di SMA Negeri 3 Enrekang ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas,adapun tujuannya sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengembangan soft skill siswa melalui kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di SMA Negeri 3 Enrekang.
2. Untuk mengidentifikasi keterkaitan soft skill dan ekstrakurikuler pramuka di SMA Negeri 3 Enrekang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Penelitian ini dapat membawa wawasan keilmuan dalam upaya untuk usaha pengembangan komunikasi khususnya sosiologi yang menyangkut tentang interaksi sosial.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis pada penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Bagi Siswa
Untuk meningkatkan upaya keterampilan sosial dan berkomunikasi melalui kegiatan pramuka.
b. Bagi Guru
Sebagai masukan untuk lebih memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolahnya.
c. Bagi Sekolah
Sebagai masukan dalam usaha meningkatkan kualitas peserta didik. d. Bagi Peneliti
Memberi bahan masukan maupun perbandingan bagi penulis selanjutnya dengan pokok bahasan yang bersinggungan dengan penelitian tersebut.
E. DefenisiOperasional 1. Soft skill
Soft skill merupakan keterampilan atau kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan mempunyai soft skili membuat keberadaan seseorang akan semakin
terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan komunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual. Elfindri dkk (2011:67). 2. Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada luar kelas yang tidak terpaut oleh kurikulum. Kegiatan ini meliputi kegiatan-kegiatan seperti organisasi yang ada di sekolah. Contoh organisasi yang ada di sekolah yaitu organisasi pramuka.
Siswa yang
mengikutikegiataneksrakurikulertersebutdituntutuntuklebihkreatifdalamkeahl ianpadasemuabidang, khususnyapadabidangbakat dan minat yang menjaditujuannya.Hal inikarenamerekamenjadipembedaantarasiswa yang
mengikutiekstrakurikulerdantidak.Padasiswa yang
telahmengikutikegiatanekstrakurikuler minimal memiliki mental berbicara di depanumum,
dandapatmengatasisemuakeadaandimanasiswaharusdituntutkreatif,
interaktifdandapatdalammenghadapimasalahdanpembelajarandalamkelasatau dalammasyarakat.
3. Pramukaan
Pramukaan merupakan proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik menyenangkan, menantang yang dilakukan di alam terbuka dengan sasaran akhir pembentukan watak. Kepramukaan juga termasuk dalam pendidikan non
formal. Sebagai pendidikan non formal, defenisi pendidikan pramuka adalah proses pendidikan yang melengkapi pendidikan di lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan dan Metode Pendidikan Kepramukaan dengan sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengembangan Soft Skill
Dalam kamus bahasa Indonesia kata “pengembangan” secara etimologi yaitu berarti proses/cara, perbuatan mengembangkan. Secara istilah, kata pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan alat atau cara yang baru, dimana selama kegiatan tersebut terus dilakukan. Bila setelah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan akhirnya alat atau cara tersebut dipandang cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan tersebut.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatan fungsi, manfaat, aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Pengembangan secara umum berarti pola pertumbuhan, perubahan secara perlahan (evolution) dan perubahan secara bertahap.
Menurut Seels & Richey (Alim Sumarno, 2012) pengembangan berarti proses menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk fitur fisik. Pengembangan secara khusus berarti proses menghasilkan
bahan-bahan pembelajaran. Sedangkan menurut Tessmer dan Richey ( Alim Sumarno, 2012) pengembangan memusatkan perhatiannya tidak hanya pada analisis kebutuhan, tetapi juga isu-isu luas tentang analisis awal-akhir, seperti analisis kontekstual. Pengembangan bertujuan menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji lapangan.
Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang utuh, selaras, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuan, sebagai bekal atas prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan, mengembangkan diri kearah tercapainya martabat, mutu, dan kemampuan manusiawi yang optimal serta pribadi mandiri (Iskandar Wiryokusumo, 2011).
Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya untuk menciptakan mutu yang lebih baik.
Banyak di antara kita tahu bahwa soft skill seseorang ditentukan dengan tolak ukur seseorang itu dalam mengembangkan soft skill nya. Soft skill itu sendiri tidak akan berjalan sempurna apabila tidak diiringi dengan hard skill, begitupun sebaliknya. Soft skill akan nampak apabila seseorang telah
menemukan jatih dirinya. Namun ada juga yang tidak akan mendapatkan soft skill dari dirinya sendiri apabila seseorang tersebut tidak ada keinginan untuk berubah dalam hidupnya dari pola hidup yang buruk ke pola hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Karena soft skill itu sendiri akan lahir apabila seseorang memiliki motivasi yang besar untuk berubah lebih baik dari sebelumnya.
Soft skill sangan berkaitan dengan suatu keterampilan yang harus seimbang. Istilah keterampilan soft skill ialah istilah yang mengacu pada kepribadian seseorang yang diasah dari dalam lalu di lengkapi pula dengan keterampilan hard skill. Sehingga soft skill itu mempunyai atribut, dengan demikian meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, karakter, kebiasaan, dan sikap. Atribut-atribut tersebut dimiliki oleh setiap orang yang tentunya tidak sama antara satu dengan yang lainnya, yang biasanya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: kebiasaan, berfikir, berkata, bersikap, dan bertindak.
Ada 3 hal perkembangan soft skill yang menjadi hal yang penting untuk diketahui yaitu :
a. Kerja keras (hard work)
Untuk memaksimalkan suatu kerja tentu membutuhkan upaya kerja keras dari diri sendiri maupun lingkungan. Hanya dengan kerja keras, orang akan mampu mengubah garis hidupnya sendiri. Melalui pendidikan yang terencana, terarah dan didukung pengalaman belajar, peserta didik akan memiliki daya tahan dan semangat hidup bekerja keras. Etos kerja perlu dikenalkan sejak
dini di sekolah melalui berbagai kegiatan intra ataupun ekstrakulikuler di sekolah. Peserta didik dengan tantangan ke depan yang lebih berta tentu harus mempersiapkan diri sedini mungkin melalui pelatihan melakukan kerja praktik sendiri maupun kelompok.
b. Kemandirian
Ciri peserta didik mandiri adalah responsive, percaya diri dan berinisiatif. Responsif berarti peserta didik tanggap terhadap persoalan diri dan lingkungan. Sebagai contoh bagaimana peserta didik tanggap terhadap krisis global warming dengan kampaye hijaukan sekolahku dan gerakan bersepeda tanpa motor. Menjaga kepercayaan diri seorang peserta didik untuk memaksimalkan potensi peserta didik harus sinerges dengan kerja kerasnya.
c. Kerja sama tim
Keberhasilan adalah buah dari kebersamaan. Keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok adalah pola klasik yang masih relevan untuk menampilkan karakter ini. Pola pelatihan outbond yang sekarang marak diselenggarakan merupakan pola peniruan karakter ini.
2. Pengertian softskill
Soft skills merupakan keunggulan personal seseorang yang terkait dengan hal-hal non teknis, termasuk di antaranya kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi, dan kemampuan mengendalikan diri sendiri. Secara lebih rinci,
Soelistyyowati (2008) menjelaskan hakikat dan komponen, serta indikator soft skills. Soft skill adalah suatu kemampuan yang bersifat afektif yang dimiliki seseorang, selain kemampuannya atas penguasaan teknis formal intelektual suatu bidang ilmu, yang memudahkan seseorang untuk dapat diterima di lingkungan hidupnya dan lingkungan kerjanya, soft skills berpengaruh kuat terhadap kesuksesan seseorang dan memperkuat pembentukan pribadi yang seimbang dari segi hard skill. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa soft skills adalah kemampuan yang dimiliki seseorang, yang tidak bersifat kognitif, tetapi lebih bersifat afektif yang memudahkan seseorang untuk mengerti kondisi psikologis diri sendiri, mengatur ucapan, pikiran, dan sikap serta perbuatan yang sesuai dengan norma masyarakat, berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Soft skill adalah suatu kelebihan/bakat yang terpendam dalam diri kita masing-masing dan dapat diperolehnya melalui pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan diri seseorang atau berlatih keras untuk mengembangkan bakat yang dimiliki. Dan kesimpulannya setiap manusia itu memiliki apa yang namanya soft skill namun tidak banyak manusia yang mengetahui cara memperolehnya.
Menurut beberapa ahli, pengertian soft skill diantaranya : Soft Skill atau keterampilan lunak menurut Berthhall (Diknas, 2008) dan Elfindri (2011) Mendefinisikan soft skill sebagai merupakan tingkah laku personal dan interpersonal yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia melalui pelatihan, pengembangan kerja sama tim, inisiatif, baik
untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun keterampilan spritual. Lebih lanjut semua sifat yang menyebabkan berfungsinya hard skill yang dimiliki. Soft skill dapat menentukan arah pemanfaatan hard skill. Jika seseorang memilikinya dengan baik, maka ilmu dan keterampilan yang dikuasainya dapat mendatangkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi pemiliknya dan lingkungannya. Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki soft skill yang baik, maka hard skill dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa soft skill adalah perilaku individu yang tidak terlihat wujudnya dan bersifat personal maupun interpersonal yang dapat berkembang dan meningkatkan kualitas diri seseorang.
a. Manfaat soft skill
Ada beberapa manfaat yang memang langsung bisa dirasakan. Manfaat yang bisa menunjang kinerja atau kehidupan untuk menghadapi segala sesuatu dalam kondisi dan situasi terutama dalam pembelajaran. Beberapa manfaat tersebut sebagai berikut :
1) Mampu berpartisipasi dalam tim 2) Mampu mengajar orang lain 3) Mampu memberikan layanan 4) Mampu memimpin sebuah tim 5) Bisa bernegosiasi
6) Mampu menyatukan sebuah tim di tengah-tengah perbedayaan budaya.
7) Mengambil keputusan menggunakan keterampilan 8) Menggunakan kemampuan memecahkan masalah
3. Konsep Kegiatan Ekstrakurikuler a. Konsep Ekstrakurikuler
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pengertian Ekstra adalah tambahan diluar yang resmi, sedangkan kurikuler adalah bersangkutan dengan kurikulum. Sedangkan ekstrakurikuler adalah kegiatan luar sekolah pemisah atau sebagian ruang lingkup pelajaran yang diberikan diperguruan tinggi atau pendidikan menengah tidak merupakan bagian integral dari mata pelajaran yang sudah diterapkan dalam kurikulum.
Secara sederhana istilah kegiatan ekstrakurikuler mengandung pengertian yang menunjukkan segala macam, aktivitas di sekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran. Menurut A. Hamid Syarief (1995), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program intrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler diarahkan untuk memantapkan pembentukan kepribadian dan juga untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program intrakurikuler dengan keadaan
dan kebutuhan lingkungan. Adapun beberapa pendapat tentang defenisi Ekstrakurikuler, yaitu :
1) Dr. rohmad Mulyana kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran yang bertujuan untuk melatih siswa pada pengalaman-pengalaman nyata.
2) Dr. H.M Daryanto dalam bukunya mengartikan, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan untuk membantu memperlancar pengembangan individu murid sebagai manusia seutuhnya.
3) Dra. H.Zuhairini dalam bukunya mengartikan, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam terjadwal (termasuk pada waktu libur) yang dilakukan diluar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.
Jadi beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat paedagogis dan menunjang pendidikan dalam rangka ketercapaian tujuan pendidikan.
b. Jenis dan pelaksanaan Ekstrakurikuler
Menurut Amir Daien kegiatan ekstrakurikuler dibagi menjadi dua jenis, yaitu bersifat rutin dan bersifat periodic. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat rutin adalah bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan secara terus-menerus, seperti latihan bola volley, latihan sepakbola,
pramuka dan sebagainya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodic adalah bentuk kegiatan yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu saja, seperti lintas alam, camping, pertandingan olahraga dan sebagainya.
Jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat atau berkelanjutan, yaitu jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara secara terus menerus selama satu periode tertentu. Untuk menyelesaikan satu program kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya diperlukan waktu yang lama.
2) Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodic atau sesaat yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan sewaktu-waktu tertentu saja.
Banyak macam dan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah-sekolah dewasa ini. Mungkin tidak ada yang sama dalam jenis maupun pengembangannya. Dikemukakan oleh Oteng Sutisna bahwa banyaknya upaya organisasi yang bersifat ekstrakurikuler tetapi langsung berkaitan dengan mata pelajaran di kelas. Beberapa diantaranya adalah seni music, drama, olahraga, prammuka, yang berpusat pada mata pelajaran.
Aktifitas ekstrakurikuler yang ada di dalam kegiatan kemahasiswaan. Semua ini memiliki fungsi dan tujuan masing-masing,
lebihnya untuk mengembangkan bakat dan minat yang menghasilkan suatu keahlian atau soft skill.
4. Konsep Pramuka a. Konsep pramuka
Kepramukaan merupakan proses pendidikan dalam bentuk kognitif dan psikomotorik yang menyenangkan bagi anak-anak dan pemuda di bawah tanggungjawab orang dewasa yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolahdan keluarga, oleh karena itu kegiatan pramuka diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka Estiva (2012: 5). Secara harfiah pramuka dapat diartikan “paling depan”. Kata pramuka merupakan rangkaian dari kata “Pra”, Mu, Ka”. Pra yang merupakan singkatan dari kata “praja” yang berarti rakyat atau warga. Mu singkatan dari kata “Muda” yang berarti belum dewasa. Ka singkatan dari kata “karana” yang berarti perbuatan, penghasilan. Dengan demikian gerakan pramuka berarti gerakan rakyat atau warga negara yang masih muda yang sanggup dan menuju berkarya.
Selain pengertian di atas, Powell dalam Sunardi (2006: 3) mendefinisikan kepramukaan sebagai berikut.
“Kepramukaan ini bukan suatu ilmu yang harus dipelajari dengan tekun, bukan pula merupakan kumpulan ajaran-ajaran dan naskah-naskah dari suatu buku. Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembangaan bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkan”.
Berdasarkan pengertian di atas kegiatan pramuka adalah sebuah proses pendidikan yang menekankan aspek kognitif dan aspek psikomotorik peserta didik. Menurut Sunardi dalam proses pelaksanannya kegiatan pramuka disampaikan dengan metode dan strategi yang menyenangkan di alam terbuka.
b. Fungsi Kegiatan Pramuka
Mengacu Permendikbud RI Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013, lampirang III dijelaskan bahwa fungsi kegiatan ekstrakurikuler pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir yaitu :
1) Fungsi pengembangan, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan.
2) Fungsi sosial, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan interbalisasi nilai moral dan nilai sosial.
3) Fungsi rekreatif, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasan rileks, mengembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadi kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta didik. 4) Fungsi persiapan karir, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler
berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan kapasitas.
5. Landasan Teori
a. Teori Interaksi Sosial
Gillin dan Gillin dalam Ika Widyaningsi (2010) interaksi sosial dalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lain Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan membutuhkan individu lain atau makhluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat, manusia dituntut untuk berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai. Secara etimologis, interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi) dan inter (antara). Jadi, Interaksi adalah suatu rangkaian tingkah laku yang terjadi antara dua orang atau lebih dari dua atau beberapa orang yang saling mengadakan respons secar timbal balik. Oleh karena itu, interaksi dapat pula diartikan sebagai saling mempengaruhi perilaku masing - masing. Hal ini bisa terjadi antara individu dan individu lain, antara individu dan
kelompok, atau antara kelompok dan kelompok lain.. Hubungan sosila yang dimaksud dapat berupa hubungan antar individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu.
b. Teori Struktural Fungsional
Dalam sungsional structural Talcot Parson, terdapat empat fungsi penting untuk untuk semua sistem tindakan yang sering dikenal dengan singkatan AGIL (Adaptation, Goeal Attainment, Integration dan Latncy). Menurut Parson, agar suatu masyarakat bisa tetap survive maka di dalamnya harus terdapat ke empat fungsi tersebut. Ada empat fungsi penting yang diperlukan semua sistem yang dinamakan AGIL yang antara lain : (Rindra Sulistiyono, 2018)
1) Adaptation (adaptasi), sebuah sistem harus menanggunlangi situasi eksternal yang gawat. Artinya sebuah sistem yang ada pada masyarakat tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyusaikan lingkungan tersebut dengan kebutuhannya.
2) Goal Attainment (Pencapaian tujuan), sebuah sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan utamanya. Artinya sebuah sistem sosial yang ada dalam masyarakat akan tetap langgeng selama pencapaian tujuan dari sistem sosiakl tersebut masih dapat terdefinisikan oleh anggota masyarakatnya.
3) Integration (Integrasi), sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya. 4) Latency (Pemeliharaan Pola) maksudnya sistem tersebut akan
mungkin tetap survive, jika sistem itu mampu memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki dirinya baik berupa motivasi individu mapun pola-pola cultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
Agar dapat tetap bertahan, maka suatu sistem harus mempunyai keempat fungsi ini. Person mendesain skema AGIL ini untuk digunakan di semua tingkat dalam sistem teorinya, yang aplikasinya, yaitu organism perilaku adalah sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah lingkungan eksternal. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya. Sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem kultur melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan actor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak.
6. Penelitian yang Relevan
Adapun beberapa hasil penelitian yang relevan atau berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut : Irawati, 2015. “ Pengembangan Soft Skill bagi Siswa MAN Temanggung”. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa rendahnya kemampuan softskill yang dimiliki oleh siswa hingga tingkat mahasiswa, mereka rata-rata sudah bagus dalam penguasaan hard skill, tetapi lemah dalam soft skill. Dalam hal itu terjadi bisa karena proses pembelajarannya, orang tua maupun guru belum secara konsisten menanamkan soft skill kepada siswa, terutama dalam penguasaan komunikasi, rasa empati, dan atribut soft skill lainnya yang bermanfaat bagi siswa dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Bukan hanya di lingkungan akademis dituntut untuk mengembangkan soft skill, tetapi pengasahan soft skill juga di dalam agama disuruh untuk mengasahnya supaya menjadi seseorang yang professional dan ahli di bidang yang digeluti.
Muh. Tri Bintang Pamungkas, 2016. “ Pengaruh Ekstrakurikuler Terhadap Soft Skill mahasiswa semester VII Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa ekstrakurikuler berpengaruh signifikan soft skill mahasiswa. Ini berarti variabel tingkat ekstrakurikuler yang tinggi menentukan faktor dominan yang mempengaruhi soft skill mahasiswa. Dengan itu dapat diketahui bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan mahasiswa dalam lingkup kurikulum memang mempengaruhi soft skill mahasiswa.
Berdasarkan analisis data dari penelitian tersebut terdapat hasil bahwa pengembangan soft skill menunjukan kemampaun interpersonal dan personal. Dimana kemampuan interpersonal yang meliputi komunikasi, kerjasama, dan bimbingan pergaulan. Kemampuan personal meliputi kecerdasan emosi dan pengendalian diri, belajar efektif, percaya diri, berfikir positif, kreativitas, menumbuhkan jiwa pemimpin sejak dini, menjadi pribadi mandiri, dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
B. Kerangka Fikir
Pembelajaran di SMA kurang memperhatikan soft skill, terbukti jika belajar kelompok/diskusi selalu mengandalkan salah satu teman yang dianggap pintar, kurang menghargai guru, masuk kelas masih terlambat. Dan kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran berfokus pada hard skill saja. Sepantasnya pembelajaran soft skill mendapat perhatian khusus di sekolah menjadi tempat peserta didik dalam mengembangan soft skill.
Hasil belajar dari peserta didik diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku itu dapat diamati dari berbagai dimensi, yaitu dari ranah kognitif, afektif, maupun ranah psikomotorik sebagai suatu tahapan hasil belajar.
Di SMA Negeri 3 Enrekang terdapat beberapa ekstrakurikuler di antaranya: Olahraga, Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR) dan Seni. Ekstrakurikuler yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Dengan adanya kegiatan kestrakurikuler pramuka ini dihrapakan dapat menngembangkan soft skill siswa.
Siswa merupakan salah satu objek penting di Sekolah. Kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah baik itu intra maupun ekstra dapat menggali potensi yang dimiliki oleh siswa dan juga membentuk kedisiplinan siswa tersebut. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa dimaksudkan agar membantu pihak sekolah dalam mengambangn soft skill peserta didiknya.
Bagan Kerangka Fikir
Tabel 2.1 Bagan Kerangka Fikir SMA Negeri 3 Enrekang
Pengembangan soft skill
Keterkaitan soft skill dan ekstrakurikuler pramuka Pengembangan soft skill siswa
melalui ekstrakurikuler pramuka
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus mengenai “Pengembangan Soft Skill Melalui Ekstrakurikuler Pramuka”. Menurut Cresswell (2012: 259), beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu yang pertama, peneliti kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih menekankan pada interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data serta peneliti kualitatif harus terjung langsung kelapangan, untuk melakukan observasi partisipasi. Keempat, penelitian menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar. Terakhir, proses penelitian kualitatif bersifat induktif dimana peneliti membuat konsep, hipotesa atau dugaan sementara, dan teori berdasarkan data lapangan dalam proses penelitian.
Dengan pendekatan studi kasus ini, membantu peneliti untuk mengadakan studi mendalam tentang pengembangan soft skill siswa melalui ekstrakurikuler pramuka. Dengan metode ini peneliti bertujuan melihat suatu kasus secara keseluruhan serta peristiwa-peristiwa atau kejadian yang nyata untuk mencari kekhususannya atau ciri khasnya.
Menurut Bodgan dan Taylor dalam Meleong (2019: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisansi dari narasumber atau pelaku yang diamati. Sedangkan studi kasus adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus pengembangan soft skill siswa melalui ekstrakurikuler pramuka secara lebih mendalam dengan melibatkan mengumpulan beraneka sumber informasi. Cresswell (2012: 49) mendefinisikan studi kasus sebagai suatu ekplorasi dari sistem-sistem yang terkait (bounded system) atau kasus.Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya.Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan studi dokumenter, tetapi semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan dan kesimpulan.
B. Lokus Penelitian
Penelitian ini, secara geografis terletak di kota Enrekang Provinsi Sulawesi-Selatan. Lokasi penelitian ini bertempat di SMA Negeri 3 Enrekang Kelurahan Kambiolangi Kecamatan Alla. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Penelitian ini berkaitan tentang pengembangan soft skill melalui ekstrakurikuler pramuka di SMA Negeri 3 Enrekang.
C. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah objek penting dalam sebuah penelitin. Informan adalah orang-orang dalam latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam
penelitian ini, yang menjadi informan penelitian yakni siswa 4 orang dan guru 2 orang. Teknik penentuan informan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Purposive sampling atau Judgmental sampling, yaitu penarikan informan secara purposif merupakan cara penarikan informan yang dilakukan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian. Dengan memfokuskan penelitian terhadap pengembangan soft skill siswa melalui ekstrakurikuler pramuka di SMA Negeri 3 Enrekang yang menyangkut dua hal pokok :
1. Pengembangan softskillsiswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMA Negeri 3 Enrekang.
a. Kerja Keras : Untuk memaksimalkan suatu kerja tentu membutuhkan upaya kerja keras dari diri sendiri maupun lingkungan. Hanya dengan kerja keras, orang akan mampu mengubah garis hidupnya sendiri. Melalui pendidikan yang terencana, terarah dan didukung pengalaman belajar, peserta didik akan memiliki daya tahan dan semangat hidup bekerja keras.
b. Kemandirian : Ciri peserta didik mandiri adalah responsive, percaya diri dan berinisiatif. Responsif berarti peserta didik tanggap terhadap persoalan diri dan lingkungan. Menjaga kepercayaan diri seorang peserta didik untuk memaksimalkan potensi peserta didik harus sinerges dengan kerja kerasnya.
c. Kerja sama tim : Keberhasilan adalah buah dari kebersamaan. Keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok adalah pola klasik yang masih relevan untuk menampilkan karakter ini.
2. Keterkaitan soft skill dengan ekstrakurikuler pramuka
a. Berjiwa sosial, dimana dalam pramuka lebih banyak membahas tentang peduli sesama untuk dibutuhkan komunikasi yang baik bagi setiap individu.
b. Tingkat percaya diri, dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler siswa tidak lagi merasa malu dan tingkat kepercayaan dirinya dalam ekstrakurikuler lebih tinggi dibadingkan yang tidak mengikuti ekstrakurikuler.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sebuah alat bantu untuk memperoleh data dalam penelitian. Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur penelitian yang sangat penting karena berfungsi sebagai sarana pengumpulan data yang banyak menentukan keberhasilan suatu penelitian. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Dalam pengumpulan data instrumen penelitian yang disediakan berupa:
1. Pedoman wawancara
Pedoman adalah panduan, petunjuk dan acuan. Sedangkan wawancara adalah percakapan yang berupa tanya jawab yang dilakukan oleh narasumber dan pewawancara yang terdiri dari dua orang bahkan lebih dalam waktu yang telah ditentukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pedoman wawancara yakni panduan dalam melakukan kegiatan wawancara yang terstuktur dan
telah ditetapkan oleh pewawancara dalam mengumpulkan data-data penelitian baik itu tugas akhir, skripsi dan lain sebagainya. Pedoman wawancara terdiri dari sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.
2. Lembar observasi
Instrumen (alat ukur) yang digunakan pada teknik observasi yaitu berupa lembar observasi (pedoman observasi). Lembar observasi adalah daftar kegiatan-kegiatan yang mungkin timbul dan akan diambil.
3. Dokumentasi
Secara umum dokumentasi adalah aktivitas atau proses sistematis dalam melakukan pengumpulan, pencarian, penyelidikan, pemakaian dan penyediaan dokumen untuk mendapatkan keterangan, penerangan pengetahuan dan bukti serta menyebarkannya kepada pengguna. Ada juga yang mendefenisikan dokumentasi sebagai aktivitas atau proses penyediaan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat berdasarkan pencatatan sebagai sumber informasi.
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer sekunder.
1. Data primer, yaitu data dari penelitian yang langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer yang dimaksud adalah data yang dikumpulkan melalui metode wawancara dan pengamatan langsung (observasi). Saat wawancara, peneliti menggunakan digital dan tape
recording untuk merekam langsung data dari para informan. Data yang berbentuk rekaman tersebut kemudian, peneliti tuliskan kembali dalam bentuk transkrip yang kemudian peneliti tabulasi dengan cara melihat poin-poin penting yang mendukung untuk analisis hasil penelitian.
2. Data sekunder, merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, tapi melalui perantara pihak lain. Seperti penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang diperoleh dari buku-buku, laporan-laporan/kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, lembaga swasta maupun ormas yang ada dalam masyarakat.
G. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian dan juga sumber data, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara mendalam. Wawancara dapat di artikan sebagai proses berupa tanya jawab dengan berhadapan muka untuk mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang informan. Metode-metode penelitian wawancara terstruktur dan terbuka , artinya penulis menempatkan pertanyaan yang baku, akan tetapi tanya jawab berlangsung secara bebas dan terbuka, dengan senantiasa berusaha terjalin keakraban.
2. Observasiyaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang akan diteliti.
3. Dokumentasi. Diperlukan seperangkat alat atau instrumen yang memandu untuk pengambilan data-data dokumen. Ini dilakukan agar
dapat menyeleksi dokumen mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak. Data dokumen dapat berupa foto, gambar, peta, grafik, struktur organisasi, catatan-catatan bersejarah dan sebagainya.
4. Telaah Pustaka yaitu dengan membaca, memahami dan menginterpretasikan buku-buku, artikel-artikel, makalah yang ada hubungannya dengan pembahasan ini.
H. Teknik Analisi Data
Sebuah penelitian tidak akan berarti jika hasil penelitian tersebut tidak punya nilai. Penelitian dikatakan memiliki faidah apabila hasil penelitian tersebut bisa dipertanggung jawabkan. Dengan menggunakan analisis data yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian melalui tritmen penelitian yang procedural dan dapat dipertanggung jawabkan ke ilmiahannya.
Analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menganalisis, mempelajari serta mengolah data tertentu. Sehingga dapat diambil kesimpulan yang konkret tentang persoalan yang diteliti. Penelitian yang akan dilakukan adalah tergolong tipe penelitian deskriptif kulitatif analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Analisis dilakukan terhadap data yang dijabarkan dengan metode deskriptif-analitis. Teknik ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara obyektif dan sistematis data yang ada dan dapat divalidasi keabsahannya.
Aktivitas dalam analisis data yaitu: 1. Reduksi data (Data Reduction)
Dengan reduksi data peneliti mencoba menggabungkan, menggolongkan, mengklasifikasikan, memilah-milah atau mengelompokkan data dari penelitian dilapangan. Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data, dan mencari bila diperlukan.
2. Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Melalui penyajian data tersebut maka data akan tersusun dalam pola hubungan yang disajikan dalam bentuk bagan, uraian singkat, laporan tulisan yang dijelaskan (yang bersifat naratif).
3. Verification (conclusion drawing)
Selanjutnya langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan (Verification), yaitu menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam uraian singkat tersebut. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditentukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dikaitkan dengan penelitian ini tentu saja proses verifikasi atau kesimpulan awal dapat dilakukan misalnya kesimpulan mengenai data-data tentang budaya senioritas dikalangan mahasiswa.
I. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada data sumber lain yang telah diperoleh sebelumnya, maksudnya apabila data yang diterima dari satu sumber adalah meragukan, maka harus mengecek kembali ke sumber yang lain, tetapi sumber data tersebut harus setara derajatnya. Kemudian peneliti menganalisis data tersebut sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dan diminta dengan sumber-sumber data tersebut.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau ketidakakuratannya.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengambilan data penelitian.
BAB IV
DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN DESKRIPSI KHUSUS LATAR PENELITIAN
A. Deskrpsi Umum Kabupaten Enrekang sebagai Daerah Penelitian 1. Sejarah Singkat Kabupaten Enrekang
Sejakabad XIV,daerah ini disebut MASSENREMPULU' yang artinyameminggir gunung atau menyusur gunung, sedangkan sebutan Enrekang dari ENDEG yang artinya NAIK DARI atau PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan ENDEKAN. Masih ada arti versi lain yang dalam pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam Adminsitrasi Pemerintahan telah dikenal dengan nama “ENREKANG” versi Bugis sehingga jika dikatakan bahwa Daerah Kabupaten Enrekang adalah daerah pegunungan sudah mendekati kepastian.
Sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit sambung-menyambung mengambil ± 85% dari seluruh luas wilayah sekitar 1.786.01 Km².Menurut sejarah, pada mulanya Kabupaten Enrekang merupakan suatu kerajaan besar yang bernama MALEPONG BULAN, kemudian kerajaan ini bersifat MANURUNG dengan sebuah federasi yang menggabungkan 7 kawasan kerajaanyang lebih dikenal dengan federasi ”PITUE MASSENREMPULU “ yaitu:
a. Kerajaan Endekan yang dipimpin oleh Arung/Puang Endekan b. Kerajaan Kassa yang dipimpin oleh Arung Kassa'
d. Kerajaan Tallu Batu Papan (Duri) yang merupakan gabungan dari Buntu Batu, Malua, Alla'. Buntu Batu dipimpin oleh Arung/Puang Buntu Batu, Malua oleh Arung/Puang Malua, Alla' oleh Arung Alla'
e. Kerajaan Maiwa yang dipimpin oleh Arung Maiwa f. Kerajaan Letta' yang dipimpin oleh Arung Letta'
g. Kerajaan Baringin (Baringeng) yang dipimpin oleh Arung Baringin Pitu (7) Massenrempulu' ini terjadi kira-kira dalam abad ke XIV M. Tetapi sekitar pada abad ke XVII M, Pitu (7) Massenrempulu' berubah nama menjadi Lima Massenrempulu' karena Kerajaan Baringin dan Kerajaan Letta' tidak bergabung lagi ke dalam federasi Massenrempulu'. Akibat dari politik Devide et Impera, Pemerintah Belanda lalu memecah daerah ini dengan adanya Surat Keputusan dari Pemerintah Kerajaan Belanda (Korte Verkaling), di mana Kerajaan Kassa dan kerajaan Batu Lappa' dimasukkan ke Sawitto. Ini terjadi sekitar 1905 sehingga untuk tetap pada keadaan Lima Massenrempulu' tersebut, maka kerajaan-kerajaan yang ada didalamnya yang dipecah.
Beberapa bentuk pemerintahan di wilayah Massenrempulu' pada masa itu, yakni:
a. Kerajaan-kerajaan di Massenrempulu' pada Zaman penjajahan Belanda secara administrasi Belanda berubah menjadi Landshcap. Tiap Landschap dipimpin oleh seorang Arung (Zelftbesteur) dan dibantu oleh Sulewatang dan Pabbicara /Arung Lili, tetapi kebijaksanaan tetap ditangan Belanda sebagai Kontroleur. Federasi Lima Massenrempulu' kemudian menjadi: Buntu Batu, Malua, Alla'(Tallu Batu Papan/Duri),
Enrekang (Endekan) dan Maiwa. Pada tahun 1912 sampai dengan 1941 berubah lagi menjadi Onder Afdeling Enrekang yang dikepalai oleh seorang Kontroleur (Tuan Petoro).
b. Pada zaman pendudukan Jepang (1941–1945), Onder Afdeling Enrekang berubah nama menjadi Kanrikan. Pemerintahan dikepalai oleh seorang Bunkem Kanrikan.
c. Kemudian sejak tanggal 27 Desember 1949 sampai 1960, Kawasan Massenrempulu' berubah menjadi Kewedanaan Enrekang dengan pucuk pimpinan pemerintahan disebut Kepala Pemerintahan Negeri Enrekang (KPN Enrekang) yang meliputi 5 (lima) SWAPRAJA, yakni:
1) Swapraja Enrekang 2) Swapraja Alla
3) Swapraja Buntu Batu 4) Swapraja Malua 5) Swapraja Maiwa
Yang menjadi catatan atau lembaran sejarah yang tak dapat dilupakan bahwa dalam perjuangan atau pembentukan Kewadanaan Enrekang (5 Swapraja) menjadi Daswati Daerah Swantara Tingkat Ii Enrekang atau Kabupaten Massenrempulu'. (Perlu ingat bahwa yang disetujui kelak dengan nama Kabupaten Dati II Enrekang mungkin karena latar belakang historisnya).
Adapun pernyataan resolusi tesebut antara lain:
a. Pernyataan Partai/Ormas Massenrempulu' di Enrekang pada tanggal 27 Agustus 1956
b. Resolusi Panitia Penuntut Kabupaten Massenrempulu di Makassar pada tanggal 18 Nopember 1956 yang diketuai oleh almarhum Drs. H.M. RISA c. Resolusi HIKMA di Parepare pada tanggal 29 Nopember 1956
d. Resolusi Raja-raja (ARUM PARPOL/ORMAS MASSENREMPULU') di Kalosi pada tanggal 14 Desember 1956.
2. Kondisi Geografis dan Iklim
Kabupaten Enrekang termasuk dalam salah satu wilayah dalam Provinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis terletak pada 3° 14’ 36” - 3° 50’ 00” LS dan 119° 40’53” - 120° 06’ 33” BT dan berada pada ketinggian 442 m dpl, dengan luas wilayah sebesar 1.786,01 km². Posisi ini terletak tepat di Jnatung Provinsi Sulawesi Selatan. Secara administrasi Kabupaten Enrekang juga terletak di poros tengah Trans Sulawesi melalui jalan Strategis Nasional untuk pariwisata di Tana Toraja.
Kabupaten Enrekang berbatasan dengan Tana Toraja di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Sidrap, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidrap dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pinrang.
Kabupaten Enrekang merupakan salah satu wilayah strategis di Sulawesi Selatan dengan penetapan menurut Rencana Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Kawasan Strategis untuk pengembangan Tanaman Hortikultura dan Kopi.
Secara adminitrasi, Kabupaten Enrekang terdiri dari 12 Kecamatan, 112 Desa dan 17 Keluruhan.
Tabel 4.1 Luas Daerah Kecamatan di Kabupaten Enrekang
No Kecamatan Luas Daerah (km2) %
1. Maiwa 392,87 22,00 2. Bungin 236,83 13,26 3. Enrekang 291,19 16,30 4. Cendana 91,01 5,1 5. Baraka 159,15 8,91 6. Buntu Batu 126,65 7,09 7. Anggeraja 125,34 7,02 8. Malua 40,36 2,26 9. Alla 75,74 4,24 10. Curio 178,51 9,99 11. Masalle 40,36 2,26 12. Baroko 28,04 1,57 Jumlah 1.786,06 100
Musim yang terjadi di Kabupaten Enrekang ini sama dengan musim ada di daerah lain yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu musim hujan dan musin kemarau dimana musim hujan terjadi pada bulan November – Juli sedangkan kemarau terjadi pada bulan Agustus – Oktober.
3. Topologi, Geologi dan Hidrologi a. Topologi
Topografi Wilayah Kabupaten Enrekang ini pada umumnya mempunyai wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai dengan ketinggian 47 - 3.293 m dari permukaan laut serta tidak mempunyai wilayah pantai. Secara umum keadaan Topografi Wilayah wilayah didominasi oleh bukitbukit/gunung-gunung yaitu sekitar 84,96% dari luas wilayah Kabupaten Enrekang sedangkan yang datar hanya 15,04%.