Tokoh Agama dan Padiatapa
dalam Implementasi REDD+
Agus Setyarso
Juni 2011
Bahasan
•
Beberapa prinsip
•
Konsep padiatapa – kesepahaman multipihak
•
Konsekuensi Padiatapa pada implementasi
REDD+ dan Peran tokoh agama
Prinsip
• “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” – UUD 1945 Pasal 29 Ayat (1)
• Dalam Negara Pancasila, agama dapat
menyediakan basis moral dan spiritual dalam
kehidupan negara dan masyarakat seperti dalam sistem hukum dan budaya politik
• Pengabaian nilai-nilai agama, menumbuhkan penyakit social yang kronis, seperti kegemaran berkorupsi, aqidah tauhid melemah, perilaku
tidak mencerminkan akhlak agamis (Islami), serta suka melalaikan ibadah
• Adalah sebuah fakta tak terbantahkan bahwa bangsa Indonesia memiliki keberagaman yang tinggi. Itu dapat dilihat dalam kelompok-kelompok masyarakat maupun dalam kondisi geografis, dan bentang lingkungannya
• Para pendiri negara telah menyadari realitas tersebut sebagai landasan bagi pembangunan bangsa Indonesia. Atas dasar itulah mereka merumuskan bahwa negara Indonesia terdiri dari Zelfbesturende landschappen dan Volksgemeenschappen di dalam UUD 1945 (sebelum amandemen).
• Langkah ini mempunyai dua sisi implikasi. Pertama
dengan menyerap kekhasan tiap kelompok masyarakat, maka negara Indonesia yang dibentuk berupaya
menciptakan satu bangsa. Kedua, pengabaian terhadap eksistensi kelompok-kelompok tersebut akan
berimplikasi pada kegagalan cita-cita membangun satu bangsa Indonesia
• Dari perspektif ketatanegaraan, Pasal 18 UUD 1945 beserta Penjelasannya adalah uraian lebih jauh dari semboyan bhineka tunggal ika. Ke-bhineka-an
terwujud dalam berbagai kelompok masyarakat dengan susunan asli. Bahwa susunan asli tersebut adalah
sebuah sistem pengurusan diri sendiri yang bersifat
lengkap untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan hak asal-usul.
• Dan bahwa penghormatan terhadap keberadaan masyarakat dengan susunan asli berada di pundak Negara dengan catatan bahwa susunan asli tersebut tidak membentuk sebuah Negara di dalam teritori Negara Republik Indonesia. Semua ini merupakan landasan menuju kepada pencapaian cita-cita
kebangsaan, yaitu ke-tunggal-ika-an sebagai bangsa Indonesia.
•
Globalisasi sistem ekonomi pasar dan
informasi, perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi, dan diserapnya
prinsip-prinsip demokrasi dan HAM ke dalam
perjanjian-perjanjian dan
kesepakatan-kesepakatan internasional dalam bidang
ekonomi dan perdagangan serta kerjasama
antara negara dalam pembangunan, telah
menghadirkan urgensi dan tantangan baru
dalam hubungan negara dan masyarakat
(Draft Naskah Akademik RUU Pengakuan Dan
Perlindungan Hak Masyarakat Adat)
• Kita memerlukan generasi yang handal, dengan beberapa sikap yang selalu berpegang pada nilai-nilai iman dan taqwa, memiliki daya kreatif dan innovatif, menjalin kerja sama berdisiplin, kritis dan dinamis, memiliki vitalitas tinggi, tidak
mudah terbawa arus, sanggup menghadapi realita baru di era kesejagatan ini.
• Memahami nilai nilai budaya luhur, punya makna jati diri yang jelas, menjaga martabat, patuh dan taat beragama, menjadi agen perubahan, dengan motivasi yang bergantung kepada Allah,
mengamalkan nilai nilai ajaran agama sebagai kekuatan spritual, dinamis dalam mewujudkan sebuah kemajuan fisik material, tanpa harus mengorbankan nilai nilai kemanusiaan
Persetujuan atas dasar informasi awal
tanpa paksaan (PADIATAPA)
• Padiatapa atau FPIC (Free and Prior Informed Consent) adalah satu proses yang memungkinkan masyarakat adat dan atau masyarakat lokal untuk menjalankan hak-hak fundamentalnya untuk menyatakan apakah mereka setuju atau tidak setuju terhadap sebuah aktivitas, proyek, atau kebijakan yang akan
dilaksanakan di ruang kehidupan masyarakat dan berpotensi berdampak kepada tanah, kawasan, sumberdaya dan perikehidupan masyarakat (DKN-UNREDD, 2011)
• Padiatapa merupakan salah satu alat untuk menjamin bahwa pelaksanaan REDD+ di Indonesia memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat adat dan atau masyarakat lokal
• Elemen Free
– bahwa masyarakat memberikan persetujuan atau
memutuskan untuk tidak menyetujui sebuah rencana aktivitas, proyek atau kebijakan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
• elemen Prior
– bahwa perolehan persetujuan itu dilakukan sebelum kebijakan atau kegiatan itu dilakukan. Kendati demikian, dalam keadaan memaksa dapat juga persetujuan
masyarakat diperoleh saat kegiatan sedang berlangsung.
• elemen Informed
– bahwa sebelum proses pemberian persetujuan,
masyarakat harus benar-benar mendapat informasi yang utuh dalam bahasa dan bentuk yang mudah dimengerti oleh masyarakat.
• Diperkirakan lebih dari 25.000 buah desa di
Indonesia yang seluruh atau sebagian wilayahnya berada didalam kawasan hutan (Kemenhut:
2007,2009). World Bank (2009), memperkirakan ada 6 juta jiwa yang perikehidupannya
bergantung pada sumber dayayang terdapat didalam kawasan hutan
• Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) yang merekam sengketa agraria di Indonesia sejak 1953 sampai dengan 2000, berjumlah 1455
kasus, melibatkan 242.088 Keluarga, 533.866 jiwa dan lahan seluas 1.456.773 hektar yang
Pertimbangan Hukum
• UUD 1945 pasal 18
• UN Declaration of the Rights of Indigenous Peoples, (UNDRIP)
• Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati,
• Konvensi Internasional Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi (ICERD),
• Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia
• Penjelasan UU No. 11 TAHUN 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic and Cultural Rights
• TAP MPR nomor IX tahun 2001
• Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
• UU nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
•
COP 16 United Nations Convention on Climate
Change (UNFCCC) di Cancun-Meksiko
meminta agar negara berkembang
memastikan partisipasi penuh dan efektif dari
pemangku kepentingan yang relevan, antara
lain masyarakat adat dan atau masyarakat
lokal dalam pembangunan dan
mengimplementasikan strategi nasional atau
rencana aksi REDD+
Ketika kepedulian nasional dan
lokal terhadap hak-hak
mendasar masyarakat semakin
surut, dimainkanlah instrumen
internasional untuk “memaksa”
Konsekuensi Padiatapa pada
implementasi REDD+ dan
•
Pelaksanaan kegiatan REDD+ di Indonesia
diwadahi dalam lima bentuk kegiatan utama
yaitu:
– mengurangi laju deforestasi, – mengurangi degradasi hutan,
– menjaga ketersediaan karbon melalui konservasi hutan,
– menerapkan sustainable forest management, dan – meningkatkan stok karbon hutan
”apabila penduduk negeri beriman
dan bertaqwa dibukakan untuk
• Panduan bagi manusia akhir zaman untuk meraih keberhasilan dan menghindari atau mencegah
kegagalan dalam kehidupan berasal dari dua jenis (Dimyati, 2011 - (INDBESHIS)):
(1) panduan dari Ilahi melalui Rasulullah SAW berupa wahyu yang didokumentasikan dalam bentuk Al Quran dan As Sunnah yang makna dan modus implementasinya selalu diwariskan secara
berkesinambungan kepada para awliya dan ulama; dan
(2) panduan yang berasal dari hasil telaahan,
penelitian dan kajian manusia atas keragaman tabiat dan perilaku alam yang melahirkan ilmu pengetahuan.
• Baik modus implementasi Al Quran dan As Sunnah maupun hasil galian atas ilmu
pengetahuan alam dan seisinya selalu
berkembang sesuai dengan konteks ruang dan waktu.
• Sejatinya pemanfaatan dan penerapan keduanya harus berjalan seiring sejalan dalam tiap konteks ruang dan waktu tersebut. Namun keseiringan, kesejalanan dan keselarasan antara keduanya sering terkendala oleh kurangnya pemahaman, penghayatan dan pengalaman manusia dalam memadukan keduanya dalam suatu tindak
NEGARA TOKOH AGAMA MASYARAKAT SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN INTERAKSI EKSTERNAL
• Pemerintah telah menetapkan pengurusan REDD+ melalui pendekatan nasional dengan implementasi di tingkat sub nasional
• REDD+ mempunyai muatan internasional tinggi pengaruh kepentingan eksternal sangat tinggi
– Standards
– Dana, investasi
– Insentif
– Seleksi areal “proyek”
– Mekanisme perdagangan
– Pemantauan, pelaporan, dan verifikasi
• Tatakepemerintahan REDD+ masih belum selesai berproses
•
Masyarakat masih terpilah ke dalam 2
kategori:
– Masyarakat pada lingkungan pasar kapitalistik
– Masyarakat pada lingkungan kehidupan tradisional
•
Di antara kedua kelompok tersebut terdapat
supra struktur yang terbangun dari
masyarakat cukong dan koruptor
•
REDD+ ditanggapi secara berbeda oleh setiap
kelompok
Yang diinginkan di PADIATAPA
• Sebelum mendapatkan persetujuan dari Lembaga REDD+ yang relevan, pemerkarsa proyek yang
berkeinginan melaksanakan kegiatan REDD+ harus melakukan proses FPIC di areal tersebut
• Pelaksanaan FPIC diterapkan dengan
menggunakan panduan yang berlaku untuk Indonesia dan pelaksanaannya disesuaikan dengan konteks sosial budaya dan ekonomi setempat.
•
Prinsip-prinsip yang harus dipegang
pelaksanaan FPIC dalam Kegiatan REDD+ di
Indonesia adalah:
(1) Transparan (2) Akuntabilitas
(3) Inklusivitas yaitu menjamin efektivitas (4) Integritas yaitu konsistensi dalam
(5) Partisipasi
(6) Kebebasan lahir-bathin menyatakan pendapat dan bebas dari tekanan kepentingan.
• Tahapan padiatapa:
– Prakondisi – peningkatan pemahaman
– Pengambilan Keputusan/kesepakatan
– Verifikasi pemenuhan Padiatapa
– sosialisasi hasil kesepakatan
• Pengaturan mengenai kelembagaan dilakukan dengan cara memperkuat rencana desain
kelembagaan safeguard dan penyelesaian konflik yang sedang berjalan
• Revisi sejumlah peraturan perundang-undangan
Sumberdaya hutan dan lingkungannya
pada konteks REDD+
• Sumberdaya hutan dan lingkungan terus menderita oleh sebab:
– Konversi tanpa memperhitungkan neraca lingkungan/ karbon
– Kebakaran lahan dan hutan
– Illegal logging dan perambahan dalam berbagai bentuk
– Praksis pengelolaan hutan termasuk kawasan lindung dan konservasi yang buruk
– Kesadaran yang kurang untuk membangun hutan baru
Yang DAPAT diperankan oleh
tokoh agama...
“bacalah...”
• Tanamlah pohon kamboja di pekuburan
• Jika menanam, menghadaplah ke arah qiblat
• Jika tanahmu semakin tandus, tanamlah tanduk (kambing, kerbau, sapi). Tuliskan sepenggal ayat Al-Qur’an atau hadist pada tanduk tersebut
(rajah)
• Dengarlah bumi bernafas – waspadalah jika bumi berhenti bernafas
makna relasional antar manusia dan alam, yang didasari iman dan ilmu
Kisah perjalanan lebah madu
• Perjalanan lebah madu hutan begitu panjang. Mulai dari tugas mulia lebah jantan Apis dorsata menyapa dan mengunjungi bunga mekar di pagi hari di antara pohon yang menawarkan terapi alami untuk sakit perut, sakit malaria, kanker, darah
tinggi, gula darah, yang tersebar dari lantai hutan sampai pada pucuk pohon setinggi 30 meter. Apis dorsata menjalankan
tugas tanpa mengeluh, tanpa mengharapkan imbalan. Setelah penuh pundi-pundi nya dengan sari berbagai bunga, si lebah hutan kembali ke sarang dan menyerahkan semua hasilnya untuk kehidupan koloninya, dan kehidupan manusia.
Kemudian tengok sejenak Firman Allah dalam ayat 68 hingga 69 surah An-Nahl:
"Tuhanmu yang menjadikanmu dan yang mengetahui keistimewaan dan susunan tubuhmu, lahir dan batinmu, mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon dan di tempat-tempat yang di buat oleh manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap macam bunga-bungaan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah memudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu, keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda (kebesaran tuhan) bagi orang-orang yang berfikir"
Design INDBESHIS
• Menyusun konsep dan prosedur operasional pemanfaatan sumberdaya alam dan hayati untuk umat manusia sambil melestarikan tabiat dan nilainya.
• Mencegah perlakuan yang tidak bertanggung jawab, tidak adil, dan tidak berimbang terhadap sumberdaya alam dan hayati.
• Mendorong peningkatan kapasitas ilmiah dan spiritual dari manusia dalam menangani sumberdaya alam dan hayati.
• Memfasilitasi pemaduan pendekatan ilmiah dan spiritual dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam dan hayati.
• Menyediakan wahana dan cara untuk meningkatkan dialog dan kerjasama lintas keyakinan dengan mengembangkan agenda bersama, yaitu mengatasi dampak perubahan iklim seraya memanfaatkan sumberdaya alam dan hayati secara bijaksana dengan memberdayakan segala kapasitas ilmiah dan spiritual.