• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mandiri, baik dibidang ekonomi, politik, sosial, dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mandiri, baik dibidang ekonomi, politik, sosial, dan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Dengan bergulirnya reformasi, pemerintah daerah dituntut untuk mengelola sumber daya manusia dan sumber daya alam, agar menciptakan masyarakat yang mandiri, baik dibidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya.Maka diperlukan konsep pemberdayaan yang berbasis kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang dimana diperlukan peran pemerintah dalam penanganan dengan baik agar masyarakat dapat bersaing di era globalisasi seperti sekarang ini.

Terwujudnya sistem desentralisasi yang secara legal dilahirkan lewat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dimana Pemerintah menyerahkan wewenang pemerintahan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurusurusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia 1 Perubahan aturan negara tersebut menempatkan daerah menjadi aktor sentral dalam pengelolaan sumber daya apapun yang ada didaerah, dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya.

Pemberdayaan masyarakat mengacu kepada empowerment community, yaitu perwujudan kapasitas (capacity building) masyarakat yang bernuansa pada pemberdayaan sumber daya manusia melalui pengembangan kelembagaan pembangunan mulai dari tingkat pusat sampai tingkat pedesaan,

      

(2)

seiring dengan pembangunan sistem sosial-ekonomi rakyat, prasarana dan sarana.2

Salah satu kelompok masyarakat yang membutuhkan pemberdayaan adalah masyarakat pesisir, karena masyarakat pesisir pada umumnya merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara sosial, ekonomi, dan kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain3 Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.Kelompok ini yang mendominasi pemukiman di wilayah pesisir, di pantai pulau-pulau besar dan kecil di seluruh Indonesia.Sebagian masyarakat pesisir adalah pengusaha skala kecil dan menengah.Namun lebih banyak dari mereka yang bersifat subsistem, menjalani usaha dan kegiatan ekonominya untuk menghidupi keluarga sendiri, dengan skala yang begitu kecil sehingga hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan jangka waktu sangat pendek.4Terkait hal ini pemerintah daerah berupaya untuk mengembangkan ekonomi masyarakat secara keseluruhan dalam pemberdayaan masyarakat, terutama pada kelompok masyarakat di pesisir.

      

2 A. Vitayala, Tantangan dan Prospek Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Otonomi

Daerah, Pustaka Wirausaha Muda, Bogor, 2000, hal. 23

3 Christiawan Hendratmoko dan Hidup Marsudi, Analisis Tingkat Keberdayaan Sosial Ekonomi

Nelayan Tangkap di Kabupaten Cilacap, Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Edisi Mei 2010, hal. 1-17

4Victor P.H. Nikijuluw, Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta Strategi

Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu, Makalah, disajikan pada Pelatihan Pengelolaan Pesisir Terpadu di Hotel Permata yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB, Bogor, 29 Oktober 2001, hal. 1

(3)

Memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya menciptakan kemandirian dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.Oleh karena itu dibutuhkan strategi dalam rangka pemberdayaan bagi masyarakat pesisir.Menurut Harper dalam Hayati,5 bahwa ada 4 (empat) strategi yang dapat dipakai untuk melakukan pemberdayaan, yaitu:pertama, strategi fasilitatif (fasilitative strategies) dimana pemerintah daerah diharapkan dapat bertindak sebagai fasilitator. Tugas dari fasilitator ini seringkali membuat kelompok target menjadi sadar terhadap pilihan-pilihan dan keberadaan sumber-sumber. Pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat pembudidaya rumput laut mencari penyelesaian atas kesulitan yang tengah dihadapi.Kedua, strategi edukatif (educative strategies) dimana pemerintah daerah membentuk pengetahuan dan keahlian masyarakat.Pendekatan ini untuk memberikan suatu pemahaman dan pengetahuan baru dalam mengadopsi suatu perubahan berdasarkan karakteristik demografi masyarakat pesisir.Ketiga, strategi persuasif (persuasive strategies) yang berupaya membawa perubahan melalui kebiasaan dalam berperilaku masyarakat pesisir. Keempat, strategi kekuasaan (power strategies) diaman pemerintah daerah yang mempunyai sumber-sumber untuk memberi bonus (anggaran dana) atau sanksi pada target serta mempunyai kemampuan untuk memonopoli atau menghimpun akses.

      

5 Sri Haryati, Sri Haryati. Kajian Pemberdayaan Petani Rumput Laut dan Kontribusinya Terhadap

Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta, Program Pascasarjana IPB, Bogor, 2003, hal. 20-21

(4)

Pemberdayaan di segala aspek kehidupan masyarakat diisyaratkan mampu meningkatkan kemandirian dalam konteks pembangunan. Pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras (aspek) pemberdayaan (empowerment setting) melalui: 6 (1)aras mikro, adalah pemberdayaan dilakukan terhadap klien untuk membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya,(2) aras mezzo, adalah pemberdayaan dilakukan terhadap kelompok klien dengan menggunakan kelompok sebagai media interfensi, dan (3) aras makro, pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas.Pendekatan pemberdayaan tersebut mewajibkan peningkatan pemberdayaan masyarakat, baik masyarakat perkotaan, desa, kelurahan dan masyarakat pesisir dengan harapan agar mampu mendorong peningkatan ekonomi dari berbagai sektor.

Dalam rangka mensukseskan strategi pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah daerah maka Terdapat empat prinsip yang sering digunakan, yaitu: 7 (1) Kesetaraan, yakni adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang melakukan program-program pemberdayaan masyarakat maupun antara laki-laki dan perempuan; (2)Partisipatif, artinya program pemberdayaan harus dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah program yang sifatnya parstisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat; (3) Keswadayaan, yaitu menghargai dan mengedepankan kemampuan       

6 . Huraerah abu. 2011. Pengorganisasian dan penggembangan masyarakat. Bandung; humaniora 7 Sri Najiyati, Agus Asmana, I Nyoman N. Suryadiputra, Pemberdayaan Masyarakat di Lahan

(5)

masyarakat daripada bantuan pihak lain sehingga tidak memandang orang miskin sebagai obyek yang tidak berkemampuan (the have not), melainkan sebagai subyek yang memiliki kemampuan serba sedikit (the have little); dan (4) Berkelanjutan, artinya program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri sehingga secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.

Jika kita mendengar nama Kalimantan Timur yang terbesit biasanya adalah sebagai sebuah Propinsi yang kaya akan sumber daya alam (SDA) sektor migas, itulah gambaran dan memang pada kenyataanya daerah ini dikaruniai begitu besar kekayaan alam yang ada di perut bumi. Fenomena tersebut memang begitu adanya dan hampir sebagian besar Kabupaten di Kalimantan Timur mempunyai potensi yang cukup besar di sektor minyak dan gas bumi.Padahal di Kalimantan Timur juga memiliki potensi di bidang pertanian atau perikanan, yaitu rumput laut yang berada di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara.

Budidaya rumput laut di Kabupaten Penajam Paser Utara sudah dilakukan nelayan sejak tahun 2006. Kegiatan tersebut sempat redup, karena ketidakpastian pembeli dan harganya yang relatif murah Rp. 4.000/kg dalam bentuk kering, namun kini kegiatan budidaya rumput laut di saat ini telah menjadi mata pencaharian utama dan merupakan usaha primadona bagi masyarakat yang berada di wilayah pesisir pantai, mereka menggiatkan

(6)

budidaya rumput laut. Semakin banyak jumlah nelayan yang ikut serta, jumlah panen yang dihasilkan bisa semakin meningkat.

Kabupaten Penajam Paser Utara dengan panjang garis pantai ± 272,5 km2 atau sekitar 27.250 Ha sangat berpotensi untuk melakukan pengembangan budidaya laut, Kecamatan Penajam dan Kecamatan Waru merupakan daerah yang berpotensi untuk pengembangan budidaya rumput laut. Potensi lahan yang sementara bisa dikembangkan untuk budidaya rumput laut seluas ± 874 hektar dan tidak menutup kemungkinan potensi lahan tersebut bisa meningkat hingga menjadi 40.837,5 Ha (15% dari panjang garis pantai). Berdasarkan perhitungan, tiap hektar lahan itu dapat menghasilkan sekitar ±14.4 ton rumput laut kering setiap tahun.Sementara itu, lahan yang digunakan untuk kegiatan rumput laut baru seluas ±77,25 hektar dengan total potensi rumput laut kering sebesar ±1.112,4 ton kering.

Menurut data Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Penajam Paser Utara, Bahwa sampai saat ini total pemanfaatan lahan budidaya baru ≤ 245 ha dengan kapasitas produksi rata-rata sebesar 600 ton/bulan, dimana Kawasan pengembangan tersebar di beberapa desa di 2 (dua) Kecamatan Utama yaitu sepanjang Pesisir Kecamatan Penajam dan Kecamatan Waru. Melihat cukup pesatnya perkembangan aktivitas budidaya, bukan mustahil kabupaten PPU akan menjelma sebagai sentralpenghasil rumput laut baru sebagaimana Kabupaten tetangganya Tarakan dan Bontang yang telah lebih dulu menjadi sentral produsen rumput laut Kalimantan Timur.

(7)

Mengingat besarnya potensi rumput laut yang dibudidayakan dan adanya komitmen pemerintah daerah untuk memberdayakan masyarakat pesisir di Kabupaten Penajam Paser Utara, khususnya di Kecamatan Penajam sebagai ibukota Kabupaten Penajam Paser Utara, maka perlu adanya penelitian mengenai “Strategi Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Studi Pada Petani Rumput Laut di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu bagaimana strategi pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat petani petani rumput laut di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat petani rumput petani rumput di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

a. Memberikan wacana dan referensi bagi para akademisi baik mahasiswa jurusan ilmu pemerintahan maupun mahasiswa jurusan lainnya.

(8)

b. Sebagai bahan ilmu pengetahuan tentang bagaimana pemberdayaan masyarakat petani rumput laut di Kabupaten Penajam Paser Utara.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literaturatau bahan ajaran bagi para dosen mengenai pemberdayaan masyarakat di daerah pesisir. 2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi dinas terkait dalam pemberdayaan masyarakat di daerah pesisir

b. Dapat dijadikan bahan rekomendasi dan kontribusi kepada pemerintah daerah dalam menjalankan kebijakan pemberdayaan masyarakat di daerah pesisir.

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual mengurai tentang beberapa istilah atau konsep yang terkait pada penelitian yang dilakukan.Adapun konsep-konsep yang dibuat dalam penelitian ini agar berfokus sesuai dengan tujuan yang dicapai oleh peneliti, sehingga batasan-batasan tidak keluar dari konteksnya.

1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Kertonegoro,8 mengemukakan konsep strategi sebagai suatu rencana yang menyeluruh dan terpadu mengenai kegiatan-kegiatan utama organisasi yang akan menentukan keberhasilannya untuk mencapai tujuan pokok dalam lingkungan yang penuh tantangan.Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk membangun daya mayarakat dengan mendorong, memberikan

      

(9)

motivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang akan dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.9

Menurut Harper dalam Hayati,10ada 4 (empat) strategi yang dapat dipakai untuk melakukan pemberdayaan masyarakat, yaitu:(1) Strategi Fasilitatif (fasilitative strategies) yang dipergunakan saat kelompok yang dijadikan target (pembudidaya rumput laut) mengetahui ada suatu masalah dan membutuhkan perubahan serta adanya keterbukaan terhadap bantuan dari luar untuk terlibat; (2) Strategi Edukatif (educative strategies) yang digunakan untuk membentuk pengetahuan dan keahlian masyarakat; (3) Strategi Persuasif (persuasive strategies) yang berupaya membawa perubahan melalui kebiasaan dalam berperilaku masyarakat; dan (4) Strategi Kekuasaan (power strategies) dimana agen perubah (pemerintah daerah) mempunyai sumber-sumber untuk memberi bonus (anggaran dana) atau sanksi pada target serta mempunyai kemampuan untuk memonopoli atau menghimpun akses.

2. Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.Kelompok ini yang mendominasi pemukiman di wilayah pesisir, di pantai pulau-pulau besar

      

9 Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, Bina Rena

Pariwara, Jakarta, 1997, hal. 165

10Sri Haryati. Kajian Pemberdayaan Petani Rumput Laut dan Kontribusinya Terhadap

Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta, Program Pascasarjana IPB, Bogor, 2003, hal. 20-21 

(10)

dan kecil di seluruh Indonesia.11 Masyarakat pesisir pada umumnya merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara sosial, ekonomi, dan kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain.12

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Atau dapat dikatakan definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dari informasi tersebut akan diketahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel itu dilakukan. Dengan penelitian dapat ditentukan apakah prosedur pengukuran yang sama akan dilakukan atau diperlukan prosedur pengukuran yang baru.13Adapun indikator-indikator strategi pemerintah daerahdalam pemberdayaan masyarakat pesisir di Kabupaten Penajam Paser Utara, antara lain:

1. Strategi fasilitatif (fasilitative strategies) 2. Strategi edukatif (educative strategies) 3. Strategi persuasif (persuasive strategies) 4. Strategi kekuasaan (power strategies)

 

      

11Victor P.H. Nikijuluw, Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta Strategi

Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu, Makalah, disajikan pada Pelatihan Pengelolaan Pesisir Terpadu di Hotel Permata yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB, Bogor, 29 Oktober 2001, hal. 1

12 Christiawan Hendratmoko dan Hidup Marsudi, Analisis Tingkat Keberdayaan Sosial Ekonomi

Nelayan Tangkap di Kabupaten Cilacap, Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Edisi Mei 2010, hal. 1-17

13 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gajah Mada University Press,

(11)

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Didalam penelitian ini, penulis mengunakan jenis penelitian deskriptif yaitu, “prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengerakkan, melukiskan keadaan subyek, obyek penelitian (seorang, lembaga masyarakat dan lain-lain) saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak.14 Dan kemudian penulis akan memberikan gambaran mengenai strategi pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat pesisir,khususnya petani atau pembudidaya rumput laut di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat pesisir, khususnya petani atau pembudidaya rumput laut di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utaradilaksanakan di Kantor Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (P3K) Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang

       14

(12)

ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi.15Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Dinas P3K Kabupaten Penajam Paser Utara dan ketua-ketua kelompok pembudidaya rumput laut.

b. Sampel

Sampel merupakan sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling.16Dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.Teknik pemilihan sampel secara acak (seperti yang lazim digunakan dalam penelitian kuantitatif), dengan sendirinya tidak relevan.Untuk memilih sampel (dalam hal ini informan kunci atau situasi sosial) lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya, bilamana dalam proses pengumpulan data tidak lagi ditemukan variasi informasi baru, proses pengumpulan informasi dianggap sudah selesai. Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah sampel. Dalam hal ini, jumlah sampel (informan) bisa sedikit, tetapi juga bisa banyak, terutama tergantung dari: a) tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan b) kompleksitas dan keragaman fenomena sosial yang diteliti.17

      

15Sudjana, Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung, 1996, hal. 6

16Husaini Usman dan Purnomo S. Akbar, MetodologiPenelitian Sosial, Bumi Aksara, Jakarta,

2004, hal. 44

17 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT. RajaGrapindo Persada, Jakarta, 2005,

(13)

Oleh karena jumlah penyuluh lapangan Dinas P3K dan masyarakat pembudidaya rumput laut di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara cukupbanyak maka peneliti menggunakan teknik sampel dalam pengumpulan data, dengan memperhatikan dari segi kehidupan sosialnya, karakteristik atau ciri-ciri dan sifat-sifat dalam keseharian dan budaya yang dimiliki yaitu teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling), sehingga yang menjadi sampel atau informan dalam penelitian ini adalah:

1) Ketua Penyuluh Lapangan Dinas P3K 1 orang 2) Ketua kelompok pembudidaya rumput laut 3 orang 4. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari narasumber penelitian.Dalam penelitian ini sumber data primernya adalah orang-orang yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang ada kaitannya dengan masalah-masalah dalam penelitian, yaknipenyuluh lapangan Dinas P3K dan masyarakat pembudidaya rumput laut di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara. Sumber data primer tersebut adalah:

1) Ketua Penyuluh Lapangan Dinas P3K 1 orang 2) Ketua kelompok pembudidaya rumput laut 3 orang

(14)

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku literatur, data dari instansi yang berupa dokumen, peraturan perundang-undangan dan informasi lain serta laporan yang terkait dengan masalah penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Teknik Interview

Wawancara atau interview dapat diartikan tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung.Dalam kaitannya dengan teknik interview, dapat ditegaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.18 Jenis wawancara yang dipakai untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan instrumen wawancara berupa daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dan wawancara tidak terstruktur dengan didasarkan atas masalah dalam penelitian.

b. Teknik Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan kegiatan pengamatan dan pencatatan secara sistematis yang langsung

      

18 Lexy J. Moloeng, Metode penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal.

(15)

terhadap gejala-gejala dan peristiwa yang sudah diteliti.19 Data yang diperoleh dari metode observasi adalah pelaksanaan strategi pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat pesisir, khususnya petani rumput laut di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara. c. Teknik Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui peninggalan-peninggalan, terutama berupa arsip dan termasuk buku-buku tentang pendapat/delik, hukum, teori, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.20 Data yang didapat dari hasil penelitian melalui dokumentasi ini adalah data pelengkap dari bahan penelitian yaitu dengan cara pencatatan atau pengutipan dari dokumen-dokumen, arsip-arsip dan sumber-sumber lainnya untuk melengkapi data primer yang diperoleh langsung dari responden.

6. Teknik Analisa Data

Bogdan dan Taylor dalam Moloeng, 21 mendefinisikan metode kualitatif sebagi prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah: a. Pengumpulan data yang terdiri dari:

1) Mengedit data, yaitu memeriksa data yang terkumpul apakah sudah lengkap dan benar sehingga siap untuk diproses lebih lanjut.

       19 Ibid, hal. 100. 20 Ibid, hal. 130. 21 Ibid, hal. 5

(16)

2) Mengkode data, yakni data yang terkumpul diberi kode tertentu dan dikelompokkan.

3) Klasifikasi data, yakni menyeleksi data yang terkumpul sesuai dengan sumber data masing-masing.

b. Pengelolaan dan penyajian data yaitu setelah data terkumpul diklasifikasikan dengan macam kebutuhan, kemudian dilakukan pengelolaan data dengan cara mengklasifikasikan dalam bentuk uraian. c. Pengembangan dan pengambilan alternatif yakni setelah data diolah

maka diambil beberapa alternatif yang terbaik atau dijadikan sebagai bahan penyampaian informasi dan pengambilan keputusan22.

Setelah meninjau pendapat diatas maka metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian kualitatif yaitu dengan cara menggambarkan fenomena-fenomena yang ditangkap dilapangan, Selanjutnya dengan analisis dan interpretasi data penulis berusaha mencari jalan keluar atau pemecahan masalah sehingga mendapatkan kesimpulan.

       22

Referensi

Dokumen terkait

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

Field research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian yaitu mencari data terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang kongret

Metode yang digunakan untuk steganografi dalam penelitian adalah Low Bit Encoding dengan enkripsi

1) Sumber data primer, sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini sumber data primernya adalah Dosen Kewirausahaan dan mahasiswa Politeknik

BANK berhak dengan ketentuan dan syarat-syarat yang dianggap baik oleh BANK untuk menjual dan/atau mengalihkan sebagian atau seluruh hak tagih BANK, baik pokok maupun bunga,

Zat ini diklasifikasikan sebagai sama berbahayanya dengan debu mudah terbakar oleh Standar Komunikasi Bahaya OSHA 2012 Amerika Serikat (29 CFR 1910.1200) dan Peraturan Produk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi listrik yang dihasilkan oleh generator termoelektrik dengan menggunakan berbagai jenis limbah organik (tatal kayu akasia, tatal

Terdapat hubungan yang bermakna antara pemakaian anti nyamuk bakar dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak balita di Puskesmas Panyabungan Jae