• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha Noerma Rachamwati Fani Miftah Rizkiyah Boby Fansha Graha : Sukirman S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha Noerma Rachamwati Fani Miftah Rizkiyah Boby Fansha Graha : Sukirman S."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL

PROSES PENYEMPURNAAN MENGKERET (KREPING) PADA KAIN KAPAS DAN

RAYON VARIASI KONSENTRASI NaOH, WAKTU KONTAK DAN JARAK MOTIF

Disusun Oleh :

Nama

: Jakariya Nugraha

10020067

Noerma Rachamwati

10020050

Fani Miftah Rizkiyah

10020054

Boby Fansha Graha

07020015

Dosen

: Sukirman S.ST

Asisten

: Desiriani

Witri S.ST

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

(2)

PROSES PENYEMPURNAAN MENGKERET (KREPING) PADA KAIN KAPAS DAN

RAYON VARIASI KONSENTRASI NaOH, WAKTU KONTAK DAN JARAK MOTIF

I. MAKSUD DAN TUJUAN

1.1 Maksud

Memberikan efek mengkeret (kreping) pada kain dengan menggunakan zat kimia

1.2 Tujuan

Mengetahui dan membandingkan efek kreping yang dilakukan pada bahan kapas dan

rayon. Mengetahui hasil pencelupan yang dilakukan pada kain yang telah dilakukan

proses penyempurnaan krep

II. TEORI DASAR

Penyempurnaan Kreping

Yang dimaksud dengan penyempurnaan kreping adalah membuat kain menjadi tidak rata (berkeriput). Benang dengan puntiran tinggi memiliki kecenderungan besar untuk terbuka dan puntirannya bila dibebaskan dari penahanya, akan tetapi bila kedua ujung benang tersebut dipegang, sehingga pembukaan puntiran tidak dapat berlangsung sempurna, lalu saling didekatkan maka akan terbentuk gelungan-gelungan (loops) kecil di sepanjang benang akibat dari gaya torsional benang yang semula bertahan dan kemudian terbebaskan saat kedua ujung benang didekatkan. Kecenderungan pembukaan puntiran pada benang atau energi torsionalnya sangat ditentukan oleh derajat puntirannya, sehingga semakin tinggi puntiran suatu benang maka semakin besar pula kecenderungannya untuk terbuka dari puntiran. Pada benang yang terbuat dari serat hidrofil kecenderungan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh sifat penggelembungannya pada pembasahan, semakin besar penggelembungan seratnya semakin besar pula kecenderungan benang untuk terbuka dari puntirannya.

Penggelembungan serat yang terjadi pada pembasahan mengakibatkan mengkeret kain kearah lebarnya, akan tetapi karena pembukaan puntiran benang tertahan oleh pinggiran kain, maka energi puntiran benang beralih dan terpakai untuk membentuk gelungan-gelungan seperti yang telah dijelaskan diatas. Mengingat bahwa benang pada kain tersusun dalam suatu anyaman tertentu maka pembentukan gelungan tidak dapat berlangsung sempurna sehingga menimbulkan suatu efek gelombang atau riak pada permukaan kain yang dikenal dengan istilah krep (crepe). Dengan demikian prinsip penyempurnaan krep adalah mengkeret benang dengan puntiran tinggi dan kecenderungan untuk terbuka dari puntirannya, serta didasarkan pada sifat penggelembungan serat. Berdasarkan prinsip ini

(3)

maka serat dengan penggelembungan besar di dalam air sangat baik begi pembuatan benang ataupun krep. Selulosa yang diregenerasi banyal dipilih untuk proses ini karena penggelembungannya yang besar didalam air (dalam keadaan basah serat rayon memiliki volume dua kali daripada volumenya dalam keadaan kering absolut).

Penyempurnaan Krep untuk Rayon

Konstruksi yang paling umum untuk kain krep adalah benang krep untuk pakan dan normal untuk lusi, dengan pergantian arah puntiran setiap dua helai benang pakan. Syarat lain yang harus dipenuhi untuk memperoleh krep yang merata dipandang dari efeknya maupun kerapatannya adalah dimungkinkannya pergerakan benang pada kain selama proses.

Proses kreping sebaiknya tidak dilakukan bersamaan dengan pemasakan. Larutan sabun dan suhu tinggi pada proses pemasakan akan menyebabkan struktur lain menjadi lebih terbuka sehingga tercipta ruang yang lebih besar bagi benang untuk membentuk gelungan dan menghasilkan efek krep yang kasar dan cenderung tidak rata. Untuk mencegah timbulnya bekas kusut (crease marks) maka kain harus dikerjakan dalam bentuk lebar. Ada beberapa cara penanganan kain dalam proses kreping, yaitu cara : 1. rangka bintang

2. lipatan buku

3. loop

4. kontinyu

kerataan dan kehalusan krep pada dasarnya sangat ditentukan oleh struktur benang, kain, konsentrasi dan suhu larutan. Benang dengan puntiran tinggi yang terbuat dari filamen kasar dan menggunakan kanji ringan (soft size) biasanya akan menghasilkan krep kasar bila dikerjakan dalam larutan dengan konsentrasi dan suhu tinggi. Sedangkan krep halus dapat diperoleh dari benang puntiran rendah yang terbuat dari filamen dengan kanji berat (hard size) dan menggunakan larutan dengan konsentrasi dan suhu rendah.

Penyempurnaan Krep untuk Kapas

Pada dasarnya terdapat 2 cara untuk membuat kain krep kapas, yaitu sebagai berikut :

1. Membuat kain dengan benang-benang krep atau yang mempunyai antihan tinggi. Pada cara ini efek krep yang terjadi tergantung dari relaksasi dari antihan benang.

2. Penggunaan zat kimia yang dapat menyebabkan penggelembungan serat kapas.

Pembuatan kain krep kapas cara pertama sama seperti pada cara pembuatan kain krep pada rayon. Hasil proses kreping melalui penggelembungan setempat tidak menampakkan efek riak seperti yang diperoleh dari penggunaan benang puntiran tinggi, meskipun demikian ada kesamaan hal dalam efek mulur seperti yang biasa ditemui pada struktur krep. Pembentukan krep dengan cara ini lebih

(4)

merupakan hasil proses kimia dengan menggunakan zat penggembung (swelling agent) seperti soda kostik, asam sulfat, seng klorida.

Penggembungan setempat melalui teknik pencapan (pencapan langsung maupun rintang) merupakan prinsip dari pembuatan krep dengan mengguanakan zat kimia. Pada perendaman dalam air serat pada bagian yang mengandung soda kostik akan menggelembung dan mengkeret, serta menyebabkan bagian kain lainnya kusut, sehingga menimbulkan efek berkerut-kerut pada permukaan kain.

Penyempurnaan Krep untuk Serat Sintetik

Kain dari serat campuran dapat memberikan efek krep yang khas. Efek krep yang terkenal pada kain yang dibuat dari benang-benang filamen yang dibuat dengan bulk yarns (benang yang mengkeret) atau dengan false-twisting yarns (benang dengan antihan palsu). Efek yang diperoleh pada permukaan kain dapat seperti kulit, pasir atau bintik-bintik bulu, yang dalam hal ini tergantung dari kwalitas benang dan motif dari embossing kalander.

III. PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Bahan : kain kapas, kain rayon, kain polyester/kapas, kain polyester/ rayon Alat – alat :  Pengaduk  Gelas ukur 500 ml  Screen  Kertas  Rakel  Neraca  Cangkir

3.2 Resep dan Fungsi Zat

 Resep penyempurnaan kreping

Pengental (tapioca) : 4 %

NaOH 30 % : 400 9/L

NaOH 20 %

Invadin MC : 1 ml/L

(5)

 Resep pencelupan dengan zat warna reaktif Zat warna reaktif dingin : 1 %

NaCl : 20 g/L

Na3CO3 : 10 g/L

Zat pembasah : 1 g/L

Volt (1 : X) : 1 : 20

 Fungsi Zat

- NaOH 30% dan 20% berfungsi sebagai pemberi efek kreping pada bahan.

- Pengental (tapioca) berfungsi sebagai pengental yang tahan terhadap alkali kuat, dan membuat larutan kreping menjadi pasta yang siap dicapkan untuk mendapatkan motif kreping yang sesuai dengan kasa.

- Pembasah tahan alkali berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan serat, sehingga zat-zat dapat masuk kedalam bahan.

- Zat warna reaktif dingin berfungsi untuk memberikan warna secara merata pada bahan dan untuk mengetahui hasil penyempurnaan kreping yang telah dicelup dengan zat warna reaktif. - Na2SO4 berfungsi untuk menanbah penyerapan zat warna reaktif pada bahan.

- Na2CO3 berfungsi memperbesar kelarutan zat warna dalam larutan celup dan zat anti

kesadahan dalam air celupan, serta menetralkan asam-asam hasil dari reaksi yang terdapat pada larutan celup. Memfiksasi zat warna dan membentuk ikatan Kovalen.

3.3 Cara Kerja

- Dibuat pengental dari tapioca dan NaOH, diatur banyaknya pengental agar didapat pasta pengental yang baik

- Bahan dicap dengan pasta tersebut, dan didiamkan selama 20, 25, 30 menit

- Bahan dibilas dengan air panas sampai kandungan NaOH yang ditandai dengan pegangan licin hilang

- DInetralkan kandungan kebasaan kain dengan dimasukan ke dalam larutan asam cuka CH3COOH

- Kain di cuci dengan air dingin sampai bersih - Kain di angin-angin sampai kering

- Selanjutnya ditimbang kain dan dilanjutkan pada proses pencelupan kain hasil krepping dengan zat warna reaktif dingin.

(6)

- Bahan yang sudah dicelup ditunggi sampai kering dan di evaluasi kekerutan bahan dan pengaruhnya terhadap penyerapan zat warna.

3.4 Diagram Alir

3.5 Perhitungan Bahan

Bahan yang digunakan untuk proses penyempurnaan efek mengkerut ini adalah dibuat dalam bentuk pasta yang terdiri dari NaOH, Pengental tapioca dan balace. Berikut adalah komposisi kandungan pastanya

a. Pasta induk NaOH 20 %

Tapioca

: 4/100x500 = 20 gram

NaOH

: 20/100 x 500 = 100 gram

Air

: 500-20-100 = 380 gram

b. Pasta induk NaOH 30 %

Tapioka

: 4/100x500 = 20 gram

NaOH

: 30/100 x 500 = 150 gram

Air

: 500-20-150 = 330 gram

Pembuatan Pasta Pencetakan pasta ke bahan Didiamkan 20', 25' dan 30' Pembilas bahan dengan air dingin

Penetralan dengan asam asetat

Pencelupan

(7)

c. Larutan Celup ZW. Reaktif Dingin

Berat total

: 155,8 gram

Vlot 1:20

: 20 x BB = 3116 liter

ZW reaktif dingin 1% : 1/ 100 x 1,558 = 1.558 gram

NaCl 10 g/l

: 10/1000 x 3116 = 31,16 gram

Na2CO3 2 g/l

: 2/1000 x 3116 = 6,232 gram

Air

: 3077,05 liter

3.6 Data Percobaan

IV. PEMBAHASAN

Praktiukum kali ini adalah penyempurnaan untuk menghasilkan efek mengkerut pada kain.

Kain yang digunakan adalah kain dari serat kapas dan rayon viskosa. Pada prinsipnya cara

kimia ini adalah dengan cara menggembungkan serat kapas sehingga diperoleh mengkeret

yang besar dan akan timbul efek gelombang yang diinginkan. Sedang untuk bahan yang

digunakan untuk menghasilkan efek kerut ini adalah Natrium Hidroksida secara tidak merata

sesuai dengan motif yang digunakan. Pemakaian motifnya pun diatur sedemikian rupa

(8)

sehingga menghasilkan kerut yang teratur. Dan motif yang digunakan pada praktiku kali ini

adalah motif semi blok.

Kemudian besarnya efek kerut yang dihasilkan bisa diatur dengan memvariasikan

konsentrasi Natrium Hidroksida, waktu kontak dengan natrium hidroksida, jenis serat serta.

Sedang untuk mengukurnya diukur dengan cara melihat hasil dari efek keriput (krep) dan

ketuaan warna motif (pada bagian yang dicap NaOH). Indikator dari pengukuran sendiri adalah

dengan dibuat grade penilaian dari angka 0 – 10. Semakin tinggi nilai maka semakin baik hasil

pengukurannya, begitu juga sebaliknya. Berikut adalah pembahasan dari hasil penyempurnaan

kreping.

a. Pengaruh waktu kontak, konsentrasi NaOH dan jarak motif terhadap efek kerutan

Pada grafik diatas jika membandingkan antara konsentrasi NaOH pada kapas terlebih dahulu.

Terlihat bahwa kapas yang diberikan NaOH berkonsentrasi 30% lebih tinggi nilai kekerutannya

0 1 2 3 4 5 6

Category 1 Category 2 Category 3 Category 4

Series 2 Series 3 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

20 Menit 25 Menit 30 Menit

Pengaruh waktu kontak NaOH dan Konsentrasi terhadap efek kerut pada kain kapas dan rayon motif semi blok 0,5 cm ke 1 cm (A) dan semi blok 1 cm ke 1 cm

(B) Konsentrasi 20 % Kapas A Konsentrasi 30 % Kapas A Konsentrasi 20 % Kapas B Konsentrasi 30 % Kapas B Konsentrasi 20 % Rayon A Konsentrasi 30 % Rayon A Konsentrasi 20 % Rayon B Konsentrasi 30 % Rayon B

(9)

dibandingkan dengan nilai pada kapas yang diberikan NaOH 20%. Ini berarti semakin tinggi

konsentrasinya NaOH maka akan semakin tinggi nilai kekerutannya. Hal ini adanya sifat

penggelumbungan pada penampang melintang serat kapas oleh NaOH. Dengan sifat

penggembungan yang ditimbulkannya, dimana pada konsentrasi tinggi efek penggelembungan

akan meningkat, ketika penampang melintangnya bertambah besar sedangkan volume serat tetap,

maka kain akan menjadi mengkeret. Ketika bagian yang diberi kontak dengan NaOH mengkeret

maka akan timbul gaya tarik menarik antar benang sehingga bagian yang tarik menarik tersebut

akan meningkat tetalnya sedangkan bagian yang tidak akan membentuk gelombang. Banyaknya

efek gelombang yang timbul tergantung dari gaya menariknya, semakin besar gaya tariknya

(mengkeret) maka semakin jelas pula efek gelombang yang nampak.

Namun ketika dilihat kembali nilai efek kekerutan dari kain kapas yang waktu kontaknya

30 menit, nilainya dari 25 menit. Padahal pada kain kapas yang waktu kontaknya 20 menit

mengalami kenaikan pada waktu kontak 25 menit. Walaupun yang turun adalah pada jenis kapas

(A) yaitu kapas yang diberikan motif semi block 0,5 cm ke 1cm. Hal ini mungkin bisa

diasumsikan bahwa pasta NaOH yang diberikan mengalami kejenuhan. Dan jika asumsi ini

benar maka kita bisa menyimpulkan waktu kontak yang optimum untuk penyempurnaan

kreeping ini adalah selama 25 menit. Tapi ini harus dilakukan penelitian lebih lanjut,

dikarenakan hasil ini didapatkan hanya dari satu kali praktikum percobaan dengan variable uji

yang sedikit.

Terlepas dari masalah itu, ada hal menarik lagi dari grafik diatas. Yaitu ,pada kapas B

nilai efek kekerutan selalu lebih kecil daripada kapas A. Kapas A sendiri adalah kapas yang

diberi NaOH dengan motif semi block 0,5 cm ke 1 cm, sedangkan kapas B 1 cm ke 1 cm. Hal ini

mungkin bisa disebabkan oleh jarak antara kain yang terkena NaOH dengan yang tidak berbeda.

Dari literature yang didapatkan bahwa, efek kerut juga dipengaruhi oleh jarak motif semi blok.

Jika perbedaan jaraknya lebih besar maka akan menimbulkan kerut yang lebih sedikit. Hal ini

disebabkan efek kerut akan kalah dengan sifat mulur kain.

Kemudian untuk kain rayon, relative tidak begitu kelihatan efek kerut yang dihasilkan.

Disebabkan karena adanya perbedaan penampang melintang rayon dengan kapas. Penampang

melintang kapas berbentuk ginjal, sehingga jika ada kontak dengan NaOH akan

menggelembung.

Penggelembungan serat yang terjadi pada pembasahan mengakibatkan mengkeret kain kearah lebarnya, akan tetapi karena pembukaan puntiran benang tertahan oleh pinggiran kain, maka

(10)

energi puntiran benang beralih dan terpakai untuk membentuk gelungan-gelungan. Mengingat bahwa benang pada kain tersusun dalam suatu anyaman tertentu maka pembentukan gelungan tidak dapat berlangsung sempurna sehingga menimbulkan suatu efek gelombang.

Tetapi rayon tidak, rayon

berbentuk bergerigi.

b. Pengaruh waktu kontak, konsentrasi NaOH dan jarak motif terhadap ketuaan warna

Untuk menyimpulkan bahwa hasil peyempurnaan kreping bagus, tidak cukup hanya melihat dari kekerutaanya saja. Ketahanan kekerutan tersebut dalam proses pencelupannya pun harus diperhitungkan. Oleh karena itu, selain menganalisa kekerutan, kamipun menganalisa hasil dari proses pencelupannya berupa ketuaan warna. Ketuaan warna sendiri salah satu factor yang sangat memepengaruhinya adalah penyerapan zat warna pada kain. Dari literature, kami menemukan bahwa kenaikan penyerapan zat warna sebanding lurus dengan konsentrasi NaOH. Data diatas juga cenderung menunjukan demikian, terlepas dari adanya sedikit penurunan pada waktu kontak 25 menit. Tapi pada saat waktu 30 menit naik kembali. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya daya serap kain kapas setelah digelembungkan oleh NaOH.

Penambahan daya serap kain pada kain diakibatkan oleh adanya perubahan bentuk penampang serat yang menjadi semakin bulat setelah proses merserisasi karena adanya reorientasi rantai-rantai molekul selulosa menyebabkan deretnya lebih kristalin dan sejajar dan teratur.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

20 Menit 25 Menit 30 Menit

Konsentrasi 20 % Kapas A Konsentrasi 30 % Kapas A Konsentrasi 20 % Kapas B Konsentrasi 30 % Kapas B Konsentrasi 20 % Rayon A Konsentrasi 30 % Rayon A Konsentrasi 20 % Rayon B Konsentrasi 30 % Rayon B

(11)

Sehingga gugus hidroksil yang dapat diakses (accesable) oleh zat warna menjadi lebih mudah / lebih terjangkau.

Sedangkan untuk rayon, ini lebih disebabkan oleh daya serap rayon yang lebih tinggi dari pada kapas. Sehingga rayon mampu menyerap zat warna reaktif dingin dengan lebih banyak sehingga mengakibatkan rayon terlihat lebih tua warna nya daripada yang kapas.

V. KESIMPULAN

Kenaikan konsentrasi NaOH berbanding lurus dengan lamanya waktu kontak antara

NaOh dengan kapas untuk menghasilkan efek kerut.

Jarak motif semi block mempengaruhi efek kerut yang dihasilkan

Kain kapas lebih mengkerut daripada kain rayon

Waktu kontak dengan NaOH yang paling optimum adalah selama 25 menit

Konsentrasi NaOH berbanding lurus dengan ketuaan warna yang dihasilkan

VI. DAFTAR PUSTAKA

Soeparman, Dkk, “Teknologi Penyempurnaan Tekstil”, Institut Teknologi Tekstil,

Bandung, 1977.

Muchsinin, “penyempurnaan kreping kain kapas100% variasi konsentrasi kostik soda

dan waktu proses” Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, bandung, 2004.

Susyami dkk “bahan ajar praktek teknologi penyempurnaan kimia’ Sekolah Tinggi

Teknologi Tekstil, Bandung. 2005

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sigmund Freud adanya gangguan tugas pekembangan pada masa anak terutama dalam hal berhubungan dengan orang lain sering menyebabkan frustasi, konflik, dan perasaan takut,

Berdasarkan riwayat kontak, gejala klinis dan foto Rontgen toraks, ternyata limfadenitis tuberkulosis yang didiagnosis berdasarkan FNAB pada pembesaran kelenjar limfe, tidak

Hasil penting dari kegiatan PKM berbasis program studi telah memberi dampak yang baik dalam beberapa hal yaitu: (a) keterampilan bercocok tanam hidroponik dengan sistem

bahwa sebagai tindak lanjut atas berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan

Dari penjelasan tersebut di atas, maka dapat didefenisikan secara operasional tentang Visi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sebagai berikut : “Bahwa Dinas Pendidikan

Teori lain yang mengatakan bahwa alat peraga dalam pengajaran dapat bermanfaat sebagai berikut: Meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk berpikir sehingga mengurangi

Hasil penelitian menunjukan: (1) panduan model tux paint yang dikembangkan meliputi ; (a) pengenalan tools aplikasi tux paint, (c) langkah – langkah penerapan menggambar

Gambar 5.30 Penampang Melintang di Pias Srandakan pada 12 April 2017 Perhitungan untuk Pias Hilir Jembatan Srandakan tidak dilakukan karena adanya Palung di dekat