• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM

KELUARGA HARAPAN TERHADAP PENINGKATAN

KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA

(Kasus Desa Tegal Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

Oleh:

SRI LINDAWATI

I34070054

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

ABSTRACT

SRI LINDAWATI. ANALYSIS THE IMPLEMENTATION OF PROGRAM

KELUARGA HARAPAN POLICY ON THE IMPROVEMENT OF HEALTH QUALITY AND FAMILY EDUCATION. Study Case in Tegal Village Kemang Sub-District Bogor Regency West Java Province. (Supervised by

SAHARUDDIN)

Poverty is a situation where a person or household is facing difficulties to fulfill its basic needs, while its supportive environment is lack in contribute the opportunity to improve the welfare continually or even out of the vulnerability. In order to handle the problems in poverty, government issued “Program Keluarga Harapan” that aims to eliminate the poverty by health quality and “RTSM” education improvement with the recipient’s criteria who has kid about 0-15 years and/or pregnant women/childbed and present on the choosen location.

This research is maintained in Tegal Village Kemang Sub-District Bogor Regency. The background of site selection because this area has the most number of RTSM in Kemang Sub-District about 611 RTSM. The objective of this research is willing to observe the result of PKH, covering about target accuracy, role of village government in the process of RTSM selection, funding allocation form and observe how well that the mothers improve health and family education quality. The research is maintained using quantitative and qualitative approach with sampling frame about 90 respondent in amount that were classified based on PKH fund received.

The result of this reasearch shows that PKH fund is distributed on low RTSM about 76% and 34% for medium RTSM, while for the allocation of fund PKH is olny about 42 RTSM using this fund accurately, but about 48 another RTSM use fund not accurately for needs outside health and family education. The result of the analysis also shows that there is significant relation between PKH fund with mother’s effort to improve family health quality, and there is also significant relation between mentoring PKH with mother’s effort to improve family education.

(3)

RINGKASAN

SRI LINDAWATI. Analisis Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan

terhadap Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pendidikan Keluarga (Kasus Desa Tegal Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat). Dibawah Bimbingan SAHARUDDIN.

Kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuah dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secata berkesinambungan atau keluar dari kerentanan (Cahyat dkk, 2007). Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada RTSM yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi terpilih, dimana penerima bantuannya adalah ibu. Kolaborasi antara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik. Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan RTSM.

Masing-masing aktor memiliki peran masing-masing, dalam hal ini pemerintah desa memang secara struktural tidak tercantum dalam struktur organisasi PKH sehingga kelemahannya kurang begitu terlibat pelaksanaan PKH secara keseluruhan sedangkan pemerintah desa adalah insitusi yang paling dekat dengan masyarakat sehingga minimal mereka memiliki informasi tentang kondisi masyarakat di desanya. Hasil analisis berdasarkan “empat tepat kebijakan” menjelaskan bahwa secara tepat kebijakan menunjukkan bahwa program ini dibuat untuk mengurangi kemiskinan melalui peningkatan kondisi kesehatan dan pendidikan keluarga. Secara tepat pelaksana, program ini belum mampu melibatkan keterlibatan aktor di luar pemerintah, misalnya swasta dan masyarakat sendiri. Tepat target, guna melihat ketepatan sasaran/target PKH, dilakukan klasifikasi terhadap RTSM penerima PKH menjadi 5 indikator kemiskinan, yaitu

(4)

pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga, tanggungan keluarga, kepemilikan aset, dan status rumah. Lima indikator ini diambil dari hasil penyederhanaan terhadap 14 indikator kemiskinan menurut BPS. Proses pemilihan RTSM penerima PKH dilakukan dari analisis data yang didapatkan dari 90 responden di Desa Tegal Kecamatan Kemang yang menunjukkan bahwa dana PKH disalurkan kepada RTSM rendah sebesar 76% dan 34% untuk RTSM sedang. Sementara tepat lingkungan, berkaitan penerimaan publik dari penerima program ini, yaitu pemerintah desa dan individu. Disinilah PKH memiliki kelemahan karena kurang bisa melibatkan pemerintah desa dan para tokoh sebagai opinion leader guna menunjang keberhasilan program ini.

Dalam hal pengalokasian dana PKH, umumnya dana PKH yang didapatkan masyarakat banyak digunakan untuk keperluan sandang dan pangan keluarga sehingga tercatat sebanyak 48 RTSM menggunakan dana PKH secara tidak tepat dan sebanyak 42 RTSM menggunakan dana PKH untuk keperluan kesehatan dan pendidikan keluarga. Di sisi lain, untuk mengukur upaya ibu meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan keluarga, maka dilakukan uji statistika yang menunjukkan adanya perbedaan hubungan antara PKH dengan upaya ibu meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan keluarga. Ternyata yang berhubungan dan bernilai signifikan adalah dana PKH dengan upaya ibu meningkatkan kualitas kesehatan keluarga dan partisipasi pendampingan PKH dengan upaya ibu meningkatkan kualitas pendidikan keluarga. Sementara, tidak ada hubungan antara dana PKH dengan upaya ibu meningkatkan kualitas pendidikan keluarga dan tidak ada hubungan partisipasi pendampingan PKH dengan upaya ibu meningkatkan kualitas kesehatan keluarga.

Melihat hal ini, maka diperlukan adanya bentuk pemberdayaan terhadap RTSM penerima bantuan dengan melihat karakteristik rumah tangga, karena setiap rumah tangga pasti memiliki ciri dan kebutuhan yang berbeda sehingga disinilah peran institusi lokal yang perlu dilibatkan, misalnya peran pemerintah desa dan para opinion leader yang mampu menggerakan masyarakat melalui pemberdayaan.

(5)

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM

KELUARGA HARAPAN TERHADAP PENINGKATAN

KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA

(Kasus Desa Tegal Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

Oleh: Sri Lindawati

I34070054

SKRIPSI

Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Sri Lindawati NIM : I34070054

Judul : Analisis Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan terhadap Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pendidikan Keluarga (Kasus Desa Tegal Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Saharuddin, MS NIP. 19641203 199303 1 001 Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS

NIP. 19550630 198103 1 003 Tanggal Pengesahan: ___________________

(7)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN DAN

PENDIDIKAN KELUARGA (KASUS DESA TEGAL KECAMATAN

KEMANG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT)”. INI BENAR-BENAR HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA BERTANGGUNGJAWAB ATAS PERNYATAAN INI.

Bogor, Desember 2011

Sri Lindawati NIM. I34070054

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan H.Royadi dan Hj. Siti Saodah, dilahirkan di Tangerang pada tanggal 1 September 1989. Sejak kecil tinggal di Tangerang tepatnya di Desa Balaraja dan menimba ilmu di sana hingga Sekolah Menengah Atas. Riwayat pendidikan penulis, yaitu TK Islam Nurul Huda, SDN Kadaung II Balaraja, SMPN I Balaraja, dan SMAN I Balaraja. Penulis kemudian melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor dengan mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti studi dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), penulis sempat menjabat sebagai Ketua OSIS dan aktif di beberapa organisasi ekstrakulikuler sekolah, misalnya PMR dan PASKIBRA. Saat di perguruan tinggi, penulis aktif di kegiatan organisasi diantaranya pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis menjabat Dewan Pengurus Asrama A1 Asrama Putri TPB IPB dan pengurus Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) tahun 2007-2008. Pengalaman organisasi yang pernah diikuti selama 2008-2010 adalah anggota Multimedia LDK Al- Hurriyyah, anggota Politik, Advokasi, dan Kajian Strategi BEM FEMA, Kepala Departemen Sosial dan Lingkungan BEM FEMA, terakhir sebagai Sekretaris Kementerian Kebijakan Kampus BEM KM IPB 2010/2011dan tergabung dalam Forum Perempuan BEM seluruh Indonesia (FP BEM SI).

Penulis juga aktif di beberapa kepanitiaan skala kampus dan nasional, misalnya pernah menjadi Ketua Divisi Acara Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia tahun 2009, Ketua Divisi Acara Conference of Human Ecology Student of Indonesia (COHESI) tahun 2009 dan sebagai Ketua Divisi Acara Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2010. Penulis juga pernah mendapatkan Juara 2 Kompetisi Pemberdayaan Masyarakat se Bogor dan 5 besar dalam karya tulis dengan judul “Kajian Pangan Transgenik dalam Perspektif Islam”. Saat ini, penulis juga aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam (2009-2011), pernah menjadi asisten mata kuliah Sosiologi Pedesaan (2010-2011) dan Dasar-Dasar Komunikasi (2010-2011).

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala nikmatNya memberi kelapangan, kemudahan, dan kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan terhadap Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pendidikan Keluarga (Kasus Desa Tegal Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)”.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka kemiskinan di Indonesia, khususnya rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan. Dalam mengatasi permasalahan ini, pemerintah mengeluarkan Program Keluarga Harapan (PKH) yang ditujukkan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memenuhi persyaratan. Skripsi ini akan memaparkan bagaimana hasil pelaksanaan PKH yang meliputi peran dan hubungan diantara aktor yang terlibat juga keterkaitannya dengan peningkatan kualitas ibu dalam bidang kesehatan dan pendidikan serta dijelaskan implementasi PKH sebagai sebuah kebijakan penanggulangan kemiskinan. Pemilihan lokasi penelitian di Desa Tegal Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor yang merupakan desa dengan RTSM terbanyak penerima PKH di Kecamatan Kemang sehingga dirasa cukup representatif untuk mencermikan implementasi kebijakan PKH ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga hasil goresan ilmiah ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, khususnya terkait pelaksanaan PKH sehingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan.

Bogor, Desember 2011

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala nikmatNya memberi kelapangan, kemudahan, dan kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan terhadap Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pendidikan Keluarga (Kasus Desa Tegal Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)”. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada teladan terbaik di muka bumi, Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat.

Penulis juga akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dari mulai tahap pembuatan proposal penelitian, penelitian di lapangan, pengolahan data hingga penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Saharuddin M.S sebagai dosen pembimbing yang selalu membimbing dan memberikan arahan dengan sabar kepada penulis mulai dari studi pustaka hingga skripsi ini.

2. Ibu Ekawati S Wahyuni dan Bapak Iman K. Nawiredja sebagai dosen penguji yang telah memberi saran dan kritik membangun kepada penulis dalam perbaikan skripsi.

3. Keluarga tercinta, Bapak H. Royadi dan Ibu Hj. Siti Saodah sebagai motivasi terbesar penulis dalam mengerjakan skripsi ini, selalu memahami, mendoakan agar penulis sukses menjadi sarjana yang membanggakan kedua orang tua serta kepada kedua kakak penulis Ida Farida dan Anugerah Eka Pria.

4. Dr. Pudji Muljono sebagai dosen pembimbing akademik penulis yang selalu siap menerima kehadiran penulis terkait urusan akademik dan beasiswa selama kuliah di IPB.

5. Mba Evi dan Bapak Erik sebagai pendamping PKH di Desa Tegal yang telah mengantarkan penulis berkeliling desa untuk menemui responden juga Ibu Nunung dan Bapak Kosim sebagai ketua kelompok PKH Desa Tegal yang juga bersedia menemani dan menerima penulis repotkan untuk mengumpulkan ketua kelompok dalam melakukan pendataan.

(11)

6. Dinas Sosial Kabupaten Bogor dan UPPKH Kabupaten Bogor, Bapak Dian Mulyadianta beserta pengurus UPPKH Kabupaten Bogor yang telah memberikan informasi dan arahan bagi penulis dalam menentukan lokasi penelitian.

7. Teman-teman yang telah membantu penulis dalam proses penelitian juga penyusunan skripsi ini, Aminia Novriani, Dedek Apriani, Diah Irma Ayuningtyas, Sitta Azmi Farchany, Risma Junita, Siti Halimatusadiah, Sekarsari Hutami Wijaya, Filda Nuria, Retno Kartikawati dan Mery Purnamasarie.

8. “The Cyrcle Sky” yang selalu ada mendengarkan cerita penulis setiap pekan, Sri Handayani, Rodiah Rumata, Latifah Hanum, Nida, Ade Kiki Zakia, dan Maslichah Azzuhro juga Mba Lubnah sebagai guru terbaik penulis disaat sedang membutuhkan motivasi dan semangat.

9. Rekan-rekan seperjuangan di BEM KM IPB 2010/2011 terutama Kementerian Kebijakan Kampus BEM KM IPB juga Sahabat Al Fatih, Al Banna yang tetap ikhlas berjuang menyelasaikan amanahnya walaupun sudah tingkat akhir.

10. Sahabat-sahabat SKPM 44, serta teman-teman di luar Departemen SKPM lainnya (al-iffah) yang telah memberikan pengalaman baru dan semangat kepada penulis.

11. Segala pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Desember 2011

Sri Lindawati NIM. I34070054

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………..

xv

DAFTAR GAMBAR………...

xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….

xvii

BAB I PENDAHULUAN………..

1

1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Rumusan Masalah………... 4

1.3 Tujuan Penelitian………... 6

1.4 Kegunaan Penelitian……….. 6

BAB II PENDEKATAN TEORITIS………..

8

2.1 Tinjauan Pustaka………..………. 8

2.1.1 Konteks dan Ruang Lingkup Kebijakan Publik…………... 8

2.1.2 Implementasi Kebijakan Publik………..………... 9

2.1.3 Kemiskinan Rumah Tangga……….. 11

2.1.4 Program Penanggulangan Masalah Kemiskinan……….…….. 14

2.1.5 Program Keluarga Harapan sebagai Program Penanggulang Kemiskinan……… 15

2.1.5.1 Latar Belakang Program Keluarga Harapan………... 15

2.1.5.2 Fokus Program Keluarga Harapan………... 17

2.1.5.3 Stakeholders Program Keluarga Harapan…………... 19

2.1.6 Kualitas Sumberdaya Manusia: Kesehatan dan Pendidikan…. 19 2.2 Kerangka Pemikiran……….. 21

2.3 Hipotesis Penelitian………... 24

2.4 Definisi Operasional……….. 24

BAB III PENDEKATAN LAPANG………..

30

3.1 Lokasi dan Waktu……… 30

3.2 Pendekatan Penelitian……….. 30

3.3 Teknik Pemilihan Informan dan Responden………... 31

3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data……….. 31

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data………. 33

BAB IV GAMBARAN UMUM………..

35

(13)

4.2 Kondisi Ekonomi………. 36

4.3 Kondisi Sosial………..…... 38

BAB V HASIL PROGRAM KELUARGA HARAPAN

5.1 Proses Pemilihan RTSM Penerima PKH……… 42

5.1.1 Program Keluarga Harapan sebagai Kebijakan Publik……….. 42

5.1.2 Keterlibatan Aktor dalam Pemilihan RTSM Penerima PKH…. 43 5.1.2.1 Pendamping PKH Desa Tegal Kecamatan Kemang…. 44 5.1.2.2 Badan Pusat Statistika Kabupaten Bogor……….. 47

5.1.2.3 Dinas Sosial Kabupaten Bogor………. 49

5.1.2.4 UPPKH Kabupaten Bogor……… 50

5.1.2.5 Hubungan antara Aktor………. 51

5.1.3 Keterlibatan Pemerintah Desa dalam Pelaksanaan Program Keluarga Harapan……….. 52

5.1.4 Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan………… 54

5.1.5 Klasifikasi RTSM Penerima PKH………. 57

5.2 Alokasi Dana PKH……….. 63

5.2.1 Program Keluarga Harapan sebagai Program Penanggulangan Kemiskinan……… 63

5.2.2 Pengunaan Dana PKH oleh RTSM……… 64

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS

KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA

66 6.1 Penguatan Kapasitas Rumah Tangga Penerima PKH………. 66

6.2 Hubungan PKH dengan Upaya Ibu Meningkatkan Kualitas Kesehatan Keluarga……… 68

6.2.1 Hubungan Dana PKH dengan Upaya Ibu Meningkatkan Kualitas Kesehatan Keluarga………. 69

6.2.2 Hubungan Partisipasi Pendampingan PKH dengan Upaya Ibu Meningkatkan Kualitas Kesehatan Keluarga………. 70

6.3 Hubungan PKH dengan Upaya Ibu Meningkatkan Kualitas Kesehatan Keluarga……… 71

6.3.1 Hubungan Dana PKH dengan Upaya Ibu Meningkatkan Kualitas Pendidikan Keluarga……… 72

6.3.2 Hubungan Partisipasi Pendampingan PKH dengan Upaya Ibu Meningkatkan Kualitas Pendidikan Keluarga……… 73

BAB VII PENUTUP………

76

7.1 Kesimpulan………. 76

(14)

DAFTAR PUSTAKA

………. 78

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1 Karakteristik Rumah Tangga Miskin menurut BPS, Tahun

2011………. 14

Tabel 2 Jumlah Bantuan per RTSM per Tahun (Rp) menurut Pedoman Umum PKH, Tahun 2008……….. 18 Tabel 3 Jumlah dan Persentase Luas Wilayah menurut Penggunaan

Lahan di Desa Tegal Kecamatan Kemang, Tahun 2011……. 36 Tabel 4 Jumlah dan Persentase Kondisi Ekonomi menurut Pekerjaan

Penduduk Desa Tegal Kecamatan Kemang, Tahun 2011…… 37 Tabel 5 Distribusi Penduduk menurut Usia dan Jenis Kelamin di

Desa Tegal Kecamatan Kemang, Tahun 2011... 39 Tabel 6 Tugas Pendamping PKH... 44 Tabel 7 Jumlah Rumah Tangga Layak PPLS 2008 Kabupaten Bogor

Provinsi Jawa Barat………. 59

Tabel 8 Klasifikasi RTSM Penerima PKH di Desa Tegal, Tahun

2011………. 61

Tabel 9 Alokasi Dana PKH di Desa Tegal, Tahun 2011……….. 65 Tabel 10 Koefisien Korelasi, Signifikan, dan N dalam Hubungan Dana

PKH dengan Upaya Ibu Meningkatkan Kualitas Kesehatan Keluarga menurut Analisis Spearman, Tahun 2011………….

69

Tabel 11 Koefisien Korelasi, Signifikan, dan N dalam Hubungan Partisipasi Pendampingan dengan Upaya Ibu Meningkatkan Kualitas Kesehatan Keluarga menurut Analisis Spearman, Tahun 2011………...

70

Tabel 12 Koefisien Korelasi, Signifikan, dan N dalam Hubungan Dana PKH dengan Upaya Ibu Meningkatkan Kualitas Pendidikan Keluarga menurut Analisis Spearman, Tahun 2011………….

72

Tabel 13 Koefisien Korelasi, Signifikan, dan N dalam Hubungan Partisipasi Pendampingan dengan Upaya Ibu Meningkatkan Kualitas Pendidikan Keluarga menurut Analisis Spearman, Tahun 2011………...

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1 Model Implementasi Kebijakan menurut Grindle (1980) dalam Dwijowijoto (2003)……..……… 10 Gambar 2 Skema Penanggulangan Kemiskinan menurut Wynandin

Imawan (2008) dalam Hasbi (2008)………. 15 Gambar 3 Kerangka Berpikir Analisis Implementasi Kebijakan

Program Keluarga Harapan terhadap Peningkatkan Kualitas Kesehatan dan Pendidikan Keluarga ………..

23

Gambar 4 Kondisi Ekonomi menurut Klasifikasi Rumah Tangga Desa Tegal Kecamatan Kemang, Tahun 2011………... 38 Gambar 5 Distribusi Penduduk menurut Agama yang dianut Penduduk

Desa Tegal Kecamatan Kemang, Tahun 2011……….……. 38 Gambar 6 Kondisi Fasilitas menurut Jumlah Sarana Kesehatan di Desa

Tegal Kecamatan Kemang, Tahun 2011………. 40 Gambar 7 Kondisi Fasilitas menurut Jumlah Sarana Pendidikan di Desa

Tegal Kecamatan Kemang, Tahun 2011…... 40 Gambar 8 Struktur Organisasi PKH menurut Kementerian Sosial RI,

Tahun 2008………. 43

Gambar 9 Struktur Kepengurusan UPPKH Kabupaten Bogor, Tahun

2011………. 51

Gambar 10 Klasifikasi RTSM Penerima PKH di Desa Tegal, Tahun

2011………. 62

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1 Denah Lokasi Penelitian……… 82

Lampiran 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian………... 83

Lampiran 3 Kerangka Sampling Penelitian………... 84

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian……….. 92

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuah dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau keluar dari kerentanan (Cahyat dkk, 2007). Data Badan Pusat Statistik tahun 2011 menyatakan bahwa di daerah Jawa Barat terdapat 4.773.700 penduduk miskin. Hal ini menunjukan bahwa permasalahan kemiskinan masih menjadi permasalahan klasik bangsa Indonesia. Secara umum kemiskinan jika dilihat dari penyebabnya dapat dikategorikan menjadi kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan kultural terjadi diakibatkan ketidakmampuan memanfaatkan potensi diri, menyiakan sumberdaya yang ada, dan menjauhkan diri dari kegiatan kemasyarakatan serta budaya kemiskinan melalui garis keturunan keluarga. Kemiskinan struktural sebagai akibat faktor eksternal yang memberikan tekanan hebat yang membuat seseorang atau kelompok menjadi tidak berdaya, misalnya akibat sistem dan struktur sosial dalam masyarakat (Susanto, 2006).

Disadari bahwa salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatiannya. Salah satu konsep perhitungan kemiskinan yang banyak diaplikasikan di negara termasuk Indonesia adalah konsep kebutuhan dasar yang dilakukan oleh BPS. BPS melakukan pendataan rumah tangga miskin dengan menggunakan 14 variabel kemiskinan dimana variabel ini memiliki hubungan sangat erat dengan kemampuan memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan dasar non makanan (basic needs approach). Untuk mengukur tingkat kemiskinan di Indonesia, BPS selama ini menggunakan dua cara. Pertama, untuk mengestimasi jumlah dan persentase penduduk miskin BPS menggunakan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dengan menggunakan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan

(19)

dasar. Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang mempunya rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Data kemiskinan yang bersifat makro ini hanya menunjukkan jumlah agregat dan pesentase penduduk miskin, tetapi tidak menunjukan siapa si miskin dan dimana alamat mereka sehingga kurang operasional di lapangan. Meskipun demikian, data ini sangat bermanfaat untuk mengevaluasi penambahan/pengurangan jumlah penduduk miskin dari waktu ke waktu. Selain itu, banyak informasi penting lainnya yang bisa digali dan sangat bermanfaat untuk program pengentasan kemiskinan. Kedua, dengan melakukan Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk (PSE) tahun 2005 yang kemudian digunakan untuk menentukan SDM penerima BLT yang memuat informasi nama kepala rumah tangga yang berhak menerima bantuan dan lokasi tempat tinggalnya (Suhariyanto, 2006)

Upaya pengentasan kemiskinan biasanya ditunjukan kepada sasaran penduduk miskin tanpa mengambil sasaran keluarganya secara utuh, padahal keluarga justru memiliki anak yang mungkin saja sekolah atau tidak sekolah dikarenakan kekurangan dana sehingga munculah program dan kegiatan untuk pengentasan kemiskinan yang ditunjukan langsung kepada rumah tangga dan penduduk miskin melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia sebagai sumberdaya utama pembangunan. Menurut UNDP (1995) untuk menjamin tercapainya pembangunan manusia terdapat empat pokok yang perlu diperhatikan, yaitu produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan. Kondisi ini ternyata belum sepenuhnya dimiliki oleh bangsa Indonesia, misalnya masih terjadi permasalahan kemiskinan yang berkaitan erat dengan dunia kesehatan dan pendidikan yang tercermin melalui lingkaran perangkap kemiskinan. Rendahnya penghasilan keluarga menyebabkan keluarga tersebut sulit memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan bahkan tingkat minimum sekalipun (Depsos, 2008).

Guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, pemerintah akhirnya mengeluarkan beberapa kebijakan publik dan program yang bertujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui kesehatan dan pendidikan. Dalam mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program- program atau melalui formulasi kebijakan turunan dari kebijakan publik tersebut.

(20)

Kebijakan publik yang terbaik adalah kebijakan publik yang mendorong semua warga masyarakat untuk membangun daya saingnya masing-masing, bukan semakin menjerumuskan pada pola ketergantungan, dimana pada prinsipnya ada “empat tepat” yang harus dipenuhi dalam keefektifan implementasi kebijakan atau program, yaitu tepat secara kebijakan, tepat secara pelaksanaan, tepat target, dan tepat lingkungan (Dwijowijoto, 2003).

Menjawab permasalahan kemiskinan melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia khususnya dalam hal kesehatan dan pendidikan, hadirlah Program Keluarga Harapan (PKH) yang merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang berada pada kategori I berupa Program Bantuan dan Perlindungan Sosial karena program ini langsung menyentuh Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang berada di pedesaan dan perkotaan khususnya melalui peningkatan kualitas RTSM dalam bidang kesehatan dan pendidikan khususnya ibu yang menjadi sasaran penerima program ini.

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada RTSM jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas SDM yaitu kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama PKH adalah membantu mengurangi kemiskinan dengan cara meningkatkan kualitas SDM pada RTSM sebagai penerimanya. Sasaran penerima PKH adalah RTSM yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan PKH adalah ibu atau wanita yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada ibu maka nenek, tante/ bibi, atau kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Program ini juga merupakan program kolaborasi dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik (Depsos, 2008).

Data Badan Pusat Statistik tahun 2006 melalui hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) BPS tahun 2006 jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Bogor sebanyak 1.105.156 jiwa sedangkan hasil pendataan rumah tangga miskin tahun 2008 jumlahnya sebanyak 256.782 rumah tangga. Jumlah

(21)

tertinggi di Jawa Barat dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Data ini ditambah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor yang mencatat sepajang 2010 jumlah penderita gizi buruk yang ditangani sebanyak 143 kasus, SDM yang masih rendah karena pendidikan minim, ekonomi lemah sehingga berdampak perilaku hidup sehat yang kurang terjaga.

Kondisi ini mendorong berbagai upaya pemerintah untuk memberikan berbagai macam kebijakan dan program penanganan kemiskinan, salah satu yang tercatat adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Berdasarkan Data Unit Pelaksana PKH (UPPKH) Pusat mencatat Kabupaten Bogor berada di peringkat 22 dari 80 kota dan kabupaten seluruh Indonesia. Saat verifikasi Juni 2010, Kabupaten Bogor mendapat persentase rata-rata 94.73% sehingga berada di peringkat 22 namun hasil tersebut dinilai cukup baik 1.

1.2 Rumusan Masalah

Persoalan kemiskinan bukan merupakan gejala baru yang terjadi di Indonesia, melainkan sudah lama menghinggapi masyarakat khususnya di Pulau Jawa. Dalam buku tentang sejarah ekonomi sosial Indonesia, Prof. Burger menggambarkan bahwa lebih dari 100 tahun yang lalu pemerintah Belanda mulai meresahkan kemiskinan yang terjadi di Pulau Jawa akibat penambahan jumlah penduduk dan sistem tanam paksa (Soedjatmoko, 1983). Disamping itu, masalah kemiskinan bukan hanya berkaitan dengan masalah material namun juga non material, yang menyangkut kesempatan memperoleh pendidikan, kesehatan, transportasi, pekerjaan, dan lainnya (Susanto, 2006). Hal ini menunjukan bahwa pengentasan masalah kemiskinan diperlukan adanya keterlibatan beberapa pihak yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Menurut Dian Mulyadianta, Ketua UPPKH Kabupaten Bogor tahun 2010, sejak 2007 hingga triwulan kedua 2010, bantuan bersyarat PKH berjumlah Rp 69.467.969.000,00 untuk 14.930 RTSM yang tersebar di 16 kecamatan di 155 desa. Adapun 16 kecamatan yang warga ikut program pemerintah pusat ini adalah Cariu, Megamendung, Ciawi, Ciomas, Dramaga, Ciampea, Gunung

1 Radar Bogor Edisi 22 September 2010. Kabupaten Bogor Peringkat 22. http:// www.radar-bogor.co.id [diunduh 3 Maret 2011].

(22)

Sindur, Ciseeng, Cigombong, Tenjolaya, Leuwisadeng, Kemang, Ranca Bungur, Bojong Gede, Tajur Halang dan Cibinong2. Adanya program PKH yang digulirkan kepada rumah tangga miskin di daerah Kabupaten Bogor akan berdampak pada kehidupan masyarakat itu sendiri.

Sebagai penerima PKH, setiap RTSM pastilah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, walaupun BPS telah memilih berdasarkan 14 indikator kemiskinan. Namun yang terjadi di lapangan adalah bahwa melalui 14 indikator yang digunakan dalam pemilihan RTSM penerima PKH belum mampu menggambarkan kebutuhan masing-masing RTSM. Temuan yang didapatkan adalah pada kelompok RTSM penerima memiliki perbedaan terkait aset atau kondisi rumah tangganya. Misalnya ada diantara mereka yang kepemilikan asetnya tinggi namun juga ada yang sedikit atau ada yang kondisi rumahnya baik dengan lantai keramik dan dinding tembok namun ada pula yang berdinding bilik, sehingga dirasakan perlu untuk mengklasifikasikan dimana posisi RTSM itu berdasarkan kategori yang lebih bervariasi, sederhana namun mampu melihat dimana posisi RTSM berada. Hal ini juga ditunjang dengan kondisi bahwa ada beberapa rumah tangga yang tidak masuk dalam penerima PKH namun secara kondisi fisik rumah lebih membutuhkan dibandingkan penerima PKH yang terdaftar sehingga dikhawatirkan terjadi ketidaktepatan sasaran.

Disamping itu, jika melihat struktur organisasi PKH, banyak melibatkan beberapa aktor tingkat pusat hingga kecamatan, mulai dari Departemen Sosial, PT Pos, UPPKH, dan pendamping. Namun kelemahannya adalah tidak tercantum peran pemerintah desa dalam struktur tersebut, padahal menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005, pemerintah desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan badan permusyawarahan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan kata lain, pemerintah desa memiliki peran strategis dalam menentukan RTSM

2 Barus Petrus. 2010. 3 dari 100 Warga Kabupaten Bogor Hidup Sangat. http://www.bogor- kita.com/pemerintahan/layanan-publik/774-3-dari-100-warga-kabupaten-bogor-hidup-sangat-miskin.html [diunduh 3 Maret 2011].

(23)

penerima PKH dikarenakan pemerintah desa merupakan institusi yang mengetahui asal usul dan kondisi masyarakatnya. Selain itu, pemerintah desa juga berperan dalam proses pelaksanaan dan pengawasan program. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanan proses pemilihan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) penerima PKH dan sejauhmana keterlibatan pemerintah desa dalam pemilihan RTSM tersebut?

2. Bagaimana bentuk alokasi dana oleh Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) penerima PKH?

3. Bagaimana upaya ibu penerima PKH meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan keluarga?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis proses pemilihan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) penerima PKH dan mengetahui keterlibatan pemerintah desa dalam pemilihan RTSM tersebut.

2. Mengetahui alokasi penggunaan dana oleh Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) penerima PKH

3. Mengetahui upaya ibu penerima PKH meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan keluarga.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, khususnya bagi:

1. Peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan berbagai konsep dan teori berkenaan dengan konsep kebijakan publik, kemiskinan, kapasitas dan kualitas sumberdaya manusia (ibu).

2. Pemerintah dapat memperoleh evaluasi, rekomendasi, acuan, dan arahan terkait implementasi dan hasil dari kebijakan penanganan kemiskinan, khususnya Program Keluarga Harapan (PKH).

3. Kalangan akademis dapat memberikan kontribusi dan acuan dalam studi-studi implementasi kebijakan atau program pemerintah khususnya dalam menangani masalah kemiskinan.

(24)
(25)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

3.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Konteks dan Ruang Lingkup Kebijakan Publik

Menurut Thomas R Dye (1976) dalam Wahab (2008), kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang membuat kehidupan bersama tampil berbeda. Ia juga berpandangan bahwa semua definisi kebijakan pada akhirnya bermuara pada hal yang sama, yaitu pendeskripsian dan penjelasan mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat tindakan pemerintah. Definisi lainnya dinyatakan oleh Carl I Fredrick (1968) dalam Dwijowijoto (2003), kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan ancaman dan peluang yang ada, kebijakan yang diusulkan tersebut ditunjukkan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam mencapai tujuan.

Adapun Young dan Quinn (2002) dalam Suharto (2005), memahami kebijakan publik dengan dilihat konsep kunci sebagai berikut:

a. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politis, finansial untuk melakukannya.

b. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan publik berupaya merespon masalah atau kebutuhan konkret yang berkembang di masyarakat.

c. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu demi kepentingan orang banyak.

d. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial namun kebijakan publik juga dirumuskan berdasarkan

(26)

keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat terselesaikan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak memerlukan tindakan tertentu. e. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seseorang atau beberapa orang aktor yang

berisi sebuah justifikasi terhadap langkah-langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan.

2.1.2 Implementasi Kebijakan Publik

Kebijakan publik yang terbaik adalah kebijakan publik yang mendorong semua warga masyarakat untuk membangun daya saingnya masing-masing, bukan semakin menjerumuskan pada pola ketergantungan. Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan. Dalam mengimplementasikan kebijakan publik maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program- program atau melalui formulasi kebijakan turunan dari kebijakan publik tersebut (Dwijowijoto, 2003). Dengan demikian, kebijakan publik yang umumnya masih abstrak berupa pernyataan-pernyataan umum berisikan tujuan, sasaran, dan berbagai macam sarana akan lebih diterjemahkan dalam program-program yang lebih operasional yang dimaksudkan mewujudkan tujuan ataupun sasaran dalam kebijakan tersebut (Wahab, 2008).

Pada prinsipnya ada “empat tepat” yang harus dipenuhi dalam keefektifan implementasi kebijakan atau program, yaitu tepat secara kebijakan, tepat secara pelaksanaan, tepat target, dan tepat lingkungan. Tepat kebijakan dapat ditinjau dari apakah kebijakan yang ada telah bermuatan hal-hal untuk memecahkan masalah, apakah kebijakan sudah dirumuskan sesuai karakter masalah yang akan dipecahkan, dan dibuat oleh lembaga yang mempunyai wewenang terhadap masalah yang akan dipecahkan. Tepat pelaksana maksudnya aktor yang terlibat tidaklah hanya pemerintah melainkan kerjasama antara masyarakat dan swasta. Definisi ketepatan target bukan hanya sekedar tepat secara sasaran namun yang hendak dijelaskan adalah apakah target sesuai dengan yang direncanakan dan tidak tumpang tindih dengan kebijakan lain. Kedua, kesiapan target secara fisik dan psikologis, dan apakah kebijakan ini bersifat baru atau memperbaharui kebijakan sebelumnya. Tepat lingkungan adalah ada dua lingkungan yang paling

(27)

menentukan, yaitu lingkungan kebijakan dan lingkungan eksternal kebijakan. Lingkungan kebijakan adalah interaksi diantara lembaga perumus kebijakan dan pelaksana dengan lembaga lain yang terkait (Dwijowijoto, 2003).

Menurut Grindle (1980) dalam (Dwijowijoto, 2003) kebijakan menyangkut banyak kepentingan yang saling berbeda lebih sulit diimplementasikan sehingga konten kebijakan harus diperhatikan dalam merumuskan suatu kebijakan, dan konteks kebijakan mempengaruhi proses implementasinya.

.

Gambar 1. Model Implementasi Kebijakan menurut Grindle (1980) dalam Dwijowijoto (2003)

Yang dimaksud dengan konten bahwa kebijakan yang akan diambil menurut Grindel (1980) dalam (Dwijowijoto, 2003) dipengaruhi oleh:

a. Kepentingan yang dipengaruhi, bahwa setiap kebijakan yang akan diambil akan mempertimbangkan dampak terhadap aktivitas politik yang distimulasi oleh proses pengambilan keputusan.

b. Tipe manfaat, bahwa program yang memberikan manfaat secara kolektif akan mendapatkan dukungan dalam implementasi dan sebaliknya.

c. Derajat perubahan yang diharapkan, bahwa program yang ditetapkan yang mengharapkan akan adanya sedikit perubahan perilaku di masyarakat akan

(28)

mudah untuk diimplementasikan tetapi untuk pogram yang mengharapkan adanya perubahan yang mendasar di masyarakat dalam jangka panjang akan sulit untuk diimplementasikan.

d. Letak pengambilan keputusan, bahwa setiap keputusan akan mempertimbangkan dimana keputusan tersebut akan diambil.

e. Pelaksana program, bahwa keputusan yang dibuat dalam tahapan formulasi kebijakan akan mengindikasikan siapa yang akan ditugaskan untuk melaksanakan berbagai macam program, dan keputusan itu juga akan mempengaruhi bagaimana kebijakan tersebut dicapai.

f. Sumberdaya yang dilibatkan, bahwa setiap keputusan yang diambil akan berakibat pada pemenuhan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program yang telah ditetapkan.

Yang dimaksud dengan konteks adalah bahwa pelaksanaan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh:

a. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat, bahwa mereka yang akan mengimplementasikan program mungkin akan mencakup partisipan tingkat pemerintahan pusat, dan pemerintah daerah, baik kalangan birokrat, pengusaha, maupun masyarakat umum.

b. Karakteristik lembaga dan penguasa, bahwa apa yang diimplementasikan mungkin merupakan hasil dari perhitungan politik kepentingan dan persaingan antar kelompok untuk mendapatkan sumberdaya yang terbatas.

c. Ketaatan dan daya tanggap, bahwa dalam upayanya untuk mencapai tujuan, birokrat berhadapan dengan dua masalah yang timbul dari interaksi antara lingkungan program dan administrasi program.

2.1.3 Kemiskinan Rumah Tangga

Kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuah dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secata berkesinambungan atau keluar dari kerentanan (Cahyat dkk, 2007). Kebutuhan dasar yang tidak dapat dipenuhi tersebut meliputi kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, misalnya kebutuhan konsumsi

(29)

individu (makan, perumahan, dan pakaian) maupun keperluan pelayanan sosial (air minum, sanitasi, kesehatan, dan pendidikan)3.

Secara umum kemiskinan jika dilihat dari penyebabnya dapat dikategorikan menjadi kemiskinan kultural dan struktural. Kemiskinan kultural terjadi diakibatkan ketidakmampuan memanfaatkan potensi diri, menyiakan sumberdaya yang ada, dan menjauhkan diri dari kegiatan kemasyarakatan serta budaya kemiskinan melalui garis keturunan keluarga. Kemiskinan struktural sebagai akibat faktor eksternal yang memberikan tekanan hebat yang membuat seseorang atau kelompok menjadi tidak berdaya, misalnya akibat sistem dan struktur sosial dalam masyarakat (Susanto, 2006).

Menurut Gunawan (2008) pengertian kemiskinan dalam arti yang lebih luas adalah suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok, sehingga menyebabkan kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial lain. Setidaknya terdapat tiga bentuk potensi yang dapat diamati dalam rangka memahami potensi keluarga miskin, yaitu kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, kemampuan dalam peranan sosial.

Disadari bahwa salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatiannya. Salah satu konsep perhitungan kemiskinan yang banyak diaplikasikan di negara termasuk Indonesia adalah konsep kebutuhan dasar yang dilakukan oleh BPS. Untuk mengukur tingkat kemiskinan di Indonesia, BPS selama ini menggunakan dua cara. Pertama, untuk mengestimasi jumlah dan persentase penduduk miskin BPS menggunakan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dengan menggunakan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang mempunya rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Data kemiskinan yang bersifat makro ini hanya menunjukkan jumlah agregat dan pesentase penduduk miskin, tetapi tidak menunjukan siapa si miskin dan dimana alamat mereka sehingga kurang

3 Butar-Butar Dinar. 2008. Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Pedesaan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17954/1/wah-agu2008-4%20%282%29.pdf [diunduh 4 November 2011].

(30)

operasional di lapangan. Meskipun demikian, data ini sangat bermanfaat untuk mengevaluasi penambahan/pengurangan jumlah penduduk miskin dari waktu ke waktu. Selain itu, banyak informasi penting lainnya yang bisa digali dan sangat bermanfaat untuk program pengentasan kemiskinan. Kedua, dengan melakukan Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk (PSE) tahun 2005 yang kemudian digunakan untuk menentukan SDM penerima BLT yang memuat informasi nama kepala rumah tangga yang berhak menerima bantuan dan lokasi tempat tinggalnya (Suhariyanto, 2006).

Dalam menentukan rumah tangga penerima PKH, BPS juga menggunakan data PSE 2005 yang menjadi bahan pendataan berikutnya yaitu Survei Pelayanan Dasar Kesehatan dan Pendidikan (SPDKP) pada tahun 2007 yang merupakan data awal PKH yang disesuaikan dengan kriteria penerima PKH, , yaitu ibu hamil, ibu balita, dan ibu dengan anak usia SD dan SMP hingga munculah data yang disebut SPDKP untuk kepentingan PKH. Dalam pengukuran itu, BPS melakukan pendataan rumah tangga miskin dengan menggunakan 14 variabel kemiskinan dimana varibel ini memiliki hubungan sangat erat dengan kemampuan memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan dasar non makanan (basic needs approach).

(31)

Tabel 1. Karakteristik Rumah Tangga Miskin menurut BPS, Tahun 2011

No Variabel Kemiskinan Karakteristik Kemiskinan

1 Luas lantai bangunan tempat tinggal Kurang dari 8 meter persegi per orang 2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal Tanah/bambu/ kayu murahan

3 Jenis dinding bangunan tempat tinggal Bambu/ rumbai/ kayu kualitas rendah/ tembok tanpa plester

4 Fasilitas tempat buang air besar Tidak ada, menumpang rumah lain 5 Sumber penerangan rumah tangga Bukan listrik

6 Sumber air minum Sumur, mata air tak terlindungi/ sungai/ air hujan

7 Bahan bakar untuk memasak Kayu bakar/arang/ minyak tanah 8 Konsumsi daging/ayam/susu/ per

minggu Satu kali atau dua kali seminggu

9 Pembelian pakaian baru setiap anggota

rumah tangga setiap tahun Tidak pernah membeli/ satu stel 10 Frekuensi makan dalam sehari Satu kali atau dua kali sehari 11 Kemampuan membayar untuk berobat

ke puskesmas atau dokter Tidak mampu membayar

12 Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga

Petani dengan luas lahan kurang dari 0.5 Ha/ buruh tani/ buruh bangunan/

pekerjaan lainnya dengan pendapatan rumah tangga di bawah Rp 600.000,00 perbulan

13 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga

Tidak sekolah/ tidak tamapt SD/ hanya tamatan SD

14 Pemilikan asset/ harta bergerak maupun tidak bergerak

Tidak punya tabungan/barang. Rp 500.000,00 seperti sepeda motor, emas, perhiasan, dan modal lainnya

*Sumber : BPS Tahun 2005

2.1.4 Program Penanggulangan Masalah Kemiskinan

Kemiskinan merupakan permasalahan yang harus segera tuntas karena keadaan kemiskinan membuat masyarakat menjadi lemah dan tidak bermartabat. Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan berbagai kebijakan dan program yang dilaksanakan belum menampakan hasil yang optimal. Masih terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan karena kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan lebih berorientasi pada program sektoral (Purwanti, tanpa tahun).

Menurut Wynandin Imawan (2008) dalam Hasbi (2008) Program Penanganan Masalah Kemiskinan terbagi menjadi tiga kategori. Kategori I yaitu Program Bantuan dan Perlindungan Sosial. Termasuk dalam kategori I adalah Program Beras Miskin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH), Program

(32)

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan Program Beasiswa. Kategori II yaitu Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Termasuk dalam kategori II ini adalah PNPM Pedesaan (PPK), PNPM Perkotaan (P2KP), PNPM Infrastruktur Pedesaan (PPIP), PNPM Kelautan (PEMP), dan PNPM Agribisnis (PUAP). Pelaksanaan kategori III yaitu Program Pemberdayaan Usaha Menengah Kecil (UMK), termasuk di dalamnya Program Kredit UMKM, dan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dijelaskan dalam gambar berikut ini:

Gambar 2. Skema Penanggulangan Kemiskinan menurut Wynandin Imawan (2008) dalam Hasbi (2008)

2.1.5 Program Keluarga Harapan sebagai Program Penanggulangan Kemiskinan

2.1.5.1 Latar Belakang Program Keluarga Harapan

Program Keluarga Harapan mulai dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2007 dan diharapkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, setidaknya hingga tahun 2015. Tahun 2007 merupakan tahap awal pengembangan program atau tahap uji coba. Tujuan uji coba adalah untuk menguji berbagai instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan PKH, seperti antara lain metode penentuan sasaran, verifikasi persyaratan, mekanisme pembayaran, dan pengaduan masyarakat.

(33)

Pada tahun 2007 ini akan dilakukan uji coba di 7 provinsi dengan jumlah sasaran program sebanyak 500.000 RTSM. Ketujuh provinsi tersebut adalah Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur. Apabila tahap uji coba ini berhasil, maka PKH akan dilaksanakan setidaknya sampai dengan tahun 2015. Hal ini sejalan dengan komitmen pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), mengingat sebagian indikatornya juga diupayakan melalui PKH. Selama periode tersebut, target peserta secara bertahap akan ditingkatkan hingga mencakup seluruh RTSM dengan anak usia pendidikan dasar dan ibu hamil/nifas.

Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam TKPK agar terjadi koordinasi dan sinergi yang baik. PKH merupakan program lintas kementerian dan lembaga, karena aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik. Guna menyukseskan program tersebut, maka dibantu oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank.

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, yaitu pendidikan dan kesehatan. Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target MDGs.

a. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM. b. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM.

c. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6 tahun dari RTSM.

d. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi RTSM.

(34)

Tujuan utama PKH adalah membantu mengurangi kemiskinan dengan cara meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pada kelompok masyarakat sangat miskin. Dalam jangka pendek, bantuan ini membantu mengurangi beban pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang dengan mensyaratkan keluarga penerima untuk menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antargenerasi.

Sasaran atau penerima bantuan PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada ibu maka: nenek, tante/ bibi, atau kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga sehingga orang yang harus dan berhak mengambil pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di Kartu PKH.

Calon Penerima terpilih harus menandatangani persetujuan bahwa selama mereka menerima bantuan, mereka akan: (1) Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak usia 16-18 tahun namun belum selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar; (2) Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak; dan (3) Untuk ibu hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitats kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi ibu hamil

2.1.5.2 Fokus Program Keluarga Harapan

Dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus utama adalah bidang kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama PKH dalam hal kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan pengobatan). Seluruh peserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan oleh program Askeskin dan program lain yang

(35)

diperuntukkan bagi orang tidak mampu sehingga kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan tersebut.

Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin. Anak penerima PKH yang berusia 7-18 tahun dan belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun harus mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir sekurang-kurangnya 85% waktu tatap muka. Setiap anak peserta PKH berhak menerima bantuan selain PKH, baik itu program nasional maupun lokal. Bantuan PKH bukanlah pengganti program-program lainnya karenanya tidak cukup membantu pengeluaran lainnya seperti seragam, buku dan sebagainya. PKH merupakan bantuan agar orang tua dapat mengirim anak-anak ke sekolah.

Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini di kemudian hari bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan.

Tabel 2. Jumlah Bantuan per RTSM per Tahun (Rp) menurut Pedoman Umum PKH, Tahun 2008

Skenario Bantuan Bantuan per RTSM per Tahun (Rp)

Bantuan tetap 200.000,00

Bantuan bagi RTSM yang memiliki

a. Anak usia di bawah 6 tahun 800.000,00

b. Ibu hamil/ menyusui 800.000,00

c. Anak usia SD/ MI 400.000,00

d. Anak usia SMP/ MTS 800.000,00

Rata-rata bantuan per RTSM 1.390.000,00

Bantuan minimum per RTSM 600.000,00

Bantuan maksimum per RTSM 2.200.000

*Sumber: Departemen Sosial RI Tahun 2008 Catatan:

Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak. Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Batas minimum dan maksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata RTSM per tahun.

(36)

2.1.5.3 Stakeholders Dalam Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan dilaksanakan oleh UPPKH Pusat, UPPKH Kabupaten/Kota dan Pendamping PKH. Masing-masing pelaksana memegang peran penting dalam menjamin keberhasilan PKH. Mereka adalah:

a. UPPKH Pusat merupakan badan yang merancang dan mengelola persiapan dan

pelaksanaan program. UPPKH Pusat juga melakukan pengawasan perkembangan yang terjadi di tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang dibutuhkan.

b. UPPKH Kabupaten/Kota melaksanakan program dan memastikan bahwa alur

informasi yang diterima dari kecamatan ke pusat dapat berjalan dengan baik dan lancar. UPPKH Kabupaten/Kota juga berperan dalam mengelola dan mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan.

c. Pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima manfaat

dengan pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan program di tingkat kabupaten/kota. Tugas pendamping termasuk didalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya.

Dalam pelaksanaan PKH terdapat Tim Koordinasi yang membantu kelancaran program di tingkat provinsi dan PT Pos yang bertugas menyampaikan informasi berupa undangan pertemuan, perubahan data, pengaduan dan seterusnya serta menyampaikan bantuan ke tangan penerima manfaat langsung4.

2.1.6 Kualitas Ibu: Kesehatan dan Pendidikan

Akhir-akhir ini disadari oleh pemerintah maupun ilmuwan bahwa pembangunan nasional akan berhasil bila upaya ini beriringan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia sebagai aktor utama pembangunan. Menurut UNDP (1995) untuk menjamin tercapainya pembangunan manusia terdapat empat pokok yang perlu diperhatikan, yaitu produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan. Sumberdaya manusia adalah seluruh

4 Kementerian Sosial Republik Indonesia. 2010. Mari Kita Mengenal Program PKH. http://www.depsos.go.id [diunduh 3 Maret 2011].

(37)

kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau ciri demografis, sosial, maupun ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan. Jadi dalam membahas sumberdaya manusia berarti membahas penduduk dengan segala potensi atau kemampuannya. Potensi manusia menyangkut dua aspek yaitu aspek kuantitas dan kualitas. Sumodiningrat (1999) dalam Aly dkk (2005) mengemukakan bahwa kita memerlukan suatu strategi baru dari kebijaksanaan pembangunan yang memadukan pertumbuhan dan pemerataan.

Mutu sumberdaya manusia bukan semata-mata ditentukan oleh seberapa kadar pengetahuan, keterampilan, kejujuran, kemahiran, dan keahlian yang dikuasai melainkan juga harus disertai orientasi dan produktifitas. Dalam berbagai perbincangan tentang mutu SDM, kuat sekali kecenderungan orang untuk memulangkan permasalahannya pada upaya pendidikan, lebih khususnya apa yang dapat dan mungkin harus disajikan melalui sistem pendidikan bahkan yang lebih khusus adalah apa yang dapat dihasilkan oleh berbagai jenjang dan jenis pendidikan (Hassan, 1995).

Dalam menunjang mutunya sebagai subjek pembangunan, maka diperlukan upaya pengembangan SDM sejak dini, salah satunya melalui pendidikan dengan meningkatkan tingkat pendidikan penduduk secara massal, misalnya wajib belajar 9 tahun atau mengarahkan orientasi pendidikan kepada kebutuhan daerah masing-masing. Disamping itu, derajat kesehatan penduduk juga perlu ditingkatkan terutama kesehatan balita, ibu, dan anak. Kesadaran akan pentingnya kesehatan, menjaga lingkungan agar tetap sehat dan pemberian makanan tambahan kepada siswa merupakan upaya yang harus sungguh- sungguh diperhatikan (Alkadri dkk, 2001). Kualitas ibu dalam hal membangun SDM yang bermutu teramat penting, hal ini disebabkan karena ibu relatif memiliki waktu lebih banyak bersama anak sehingga dapat memberikan arahan, bimbingan, dan meningkatkan potensi anak (Musbikin, 2009). Penelitian Rahmaulina (2007) dalam Hastuti (2009) terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan ibu tentang gizi dengan tumbung kembang anak.

Guna mencapai kualitas ibu yang optimal dalam menunjang kesehatan dan pendidikan anak, maka diperlukan penguatan kapasitas ibu. Penguatan kapasitas

(38)

merupakan suatu proses peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Dengan demikian, menurut Sumpeno (2002) dalam Riasih (2004) penguatan kapasitas berarti terjadi perubahan perilaku untuk:

a. Meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

b. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam organisasi dan manajemen, keuangan dan budaya.

c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam kemandirian, keswadayaan, dan mengantisipasi perubahan.

Pengembangan kapasitas sumberdaya manusia atau individu menurut Rubin dan Rubin (1992) dalam Riasih (2004) merupakan pengembangan personal yang bertujuan untuk menemukan hal-hal apa saja yang kurang pada dirinya tetapi ada upaya untuk meningkatkan kekurangan tersebut. Sumpeno (2002) dalam Riasih (2004) mengemukakan bahwa dengan pengembangan kapasitas akan dapat meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap di samping dapat meningkatkan kemampuan kelembagaan dan kemampuan masyarakat.

2.2 Kerangka Pemikiran

Penelitian berawal ingin melihat tentang bagaimana hasil dari Program Keluarga Harapan (PKH) yang meliputi proses pemilihan RTSM dan bentuk alokasi dana yang dilakukan oleh RTSM penerima PKH juga menganalisis sejauhmana upaya ibu dalam meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan keluarga. namun penelitian ini diawali dengan menganalisis kondisi-kondisi yang mempengaruhi implementasi sebuah kebijakan atau program, yaitu kepentingan yang dipengaruhi, tipe manfaat, derajat perubahan yang diharapkan, letak pengambilan keputusan, pelaksana program, dan sumberdaya yang dilibatkan. Kondisi- kondisi ini akan mempengaruhi ketepatan suatu program yang dapat diukur dari tepat kebijakan, tepat pelaksana, tepat target, dan tepat lingkungan.

Ketepatan program juga dipengaruhi oleh aktor yang terlibat didalamnya, karena PKH ini merupakan program lintas bahkan multi departemen mulai di

(39)

tingkat pusat hingga kecamatan, dari awal proses pemilihan RTSM hingga pelaksanaan programnya. Para aktor yang terlibat dalam Program Keluarga Harapan meliputi Dinas Sosial, Unit Pelaksana PKH, BPS, POS Indonesia, Dinas Pendidikan dan Kesehatan hingga para pendamping di lapangan. Masing-masing aktor yang terlibat memiliki peran dan keterlibatannya masing-masing atau bahkan saling beririsan dan punya hubungan dalam menentukan keberhasilan PKH. Adanya aktor ini tentu akan behubungan dengan pelaksanaan PKH di lapangan yang dijabarkan dalam 2 variabel, yaitu besar bantuan (dana) dan pendamping PKH. Pelaksanan program ini akan bersentuhan langsung dengan desa meliputi keterlibatan pemerintah desa dalam pelaksanaan PKH dan rumah tangga sangat miskin sebagai penerimanya.

Dalam melihat posisi RTSM penerima PKH, maka dilakukan penyederhanaan 14 variabel kemiskinan menurut BPS menjadi 5 variabel, yaitu adalah pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga, jumlah tanggungan, kepemilikan aset dan kondisi rumah. Pemerintah desa dan karakteristik RTSM sebagai objek dalam pelaksanaan PKH maka akan menentukan sejauhmana program ini mampu berkontribusi terhadap upaya ibu meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan keluarga. Guna mencapai perbaikan kualitas, maka terlebih dahulu dijelaskan sebuah proses penguatan kemampuan individu yang meliputi kemampuan individu dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Kedua, kemampuan kelembagaan dalam organisasi dan manajemen, keuangan dan budaya serta kemampuan masyarakat dalam kemandirian, keswadayaan, dan mengantisipasi perubahan. Segala proses ini kemudian akan menumbulkan perubahan pada upaya ibu meningkatkan kualitas kesehatan keluarga yang dilihat dari sikap ibu terhadap pelayanan kesehatan dan perilaku kesehatan ibu. Sementara untuk melihat upaya ibu meningkatkan kualitas pendidikan keluarga dengan mengukur sikap ibu terhadap pelayanan pendidikan dan perilaku peduli pendidikan bagi anak.

(40)

Keterangan :

Gambar 3. Kerangka Berpikir Analisis Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan terhadap Peningkatkan Kualitas Kesehatan dan Pendidikan Keluarga

Keterangan:

: Pendekatan kuantitatif : Pendekatan kualitatif : berhubungan (menghasilkan)

Input PKH

 Dana PKH

 Pendampingan

Klasifikasi RTSM

 Pendapatan rumah tangga

 Pengeluaran rumah tangga

 Besar tanggungan keluarga

 Kepemilikan aset

 Kondisi rumah

Upaya ibu (kesehatan)

 Sikap ibu terhadap pelayanan kesehatan

 Perilaku kesehatan ibu

Upaya ibu (pendidikan)

 Sikap ibu terhadap pelayanan pendidikan

 Perilaku peduli pendidikan bagi anak Aktor PKH  Dinas Sosial  BPS  UPPKH  Pendamping Desa  Pemerintah Desa Ketepatan Program  Tepat kebijakan  Tepat pelaksana  Tepat target  Tepat lingkungan Isi Kebijakan

 Kepentingan yang dipengaruhi

 Tipe manfaat

 Derajat perubahan yang diharapkan

 Letak pengambilan keputusan

 Pelaksana program

 Sumberdaya yang dilibatkan

Penguatan Kapasitas

 Pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

 Kelembagaan dalam organisasi, manajemen, keuangan, budaya

(41)

2.3 Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini, hipotesis uji yang digunakan adalah hipotesis untuk melihat hubungan, kekuatan hubungan dan signifikansi antara Program Keluarga Harapan (PKH) dengan upaya ibu meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan keluarga sehingga hipotesis yang digunakan adalah:

1. Ada hubungan antara besar dana PKH dengan upaya ibu meningkatkan kualitas kesehatan keluarga.

2. Ada hubungan antara partisipasi pendampingan PKH dengan upaya ibu meningkatkan kualitas kesehatan keluarga.

3. Ada hubungan antara besar dana PKH dengan upaya ibu meningkatkan kualitas pendidikan keluarga.

4. Ada hubungan antara partisipasi pendampingan PKH dengan upaya ibu meningkatkan kualitas pendidikan keluarga.

2.4 Definisi Operasional

1. Isi kebijakan adalah hal-hal yang mempengaruhi implementasi kebijakan, yaitu:

a. Kepentingan yang dipengaruhi, bahwa setiap kebijakan yang akan diambil akan mempertimbangkan dampak terhadap aktivitas politik yang distimulasi oleh proses pengambilan keputusan.

b. Tipe manfaat, bahwa program yang memberikan manfaat secara kolektif akan mendapatkan dukungan dalam implementasi dan sebaliknya.

c. Derajat perubahan yang diharapkan, bahwa program yang ditetapkan yang mengharapkan akan adanya sedikit perubahan perilaku di masyarakat akan mudah untuk diimplementasikan tetapi untuk pogram yang mengharapkan adanya perubahan yang mendasar di masyarakat dalam jangka panjang akan sulit untuk diimplementasikan.

d. Letak pengambilan keputusan, bahwa setiap keputusan akan mempertimbangkan dimana keputusan tersebut akan diambil, misalnya di tingkat departemen atau di tingkat dinas dan akan berdampak pada tingkat implementasi kebijakan tersebut.

Gambar

Tabel 1.  Karakteristik Rumah Tangga Miskin menurut BPS, Tahun 2011  No  Variabel Kemiskinan  Karakteristik Kemiskinan
Gambar  2.  Skema  Penanggulangan  Kemiskinan  menurut  Wynandin  Imawan  (2008) dalam Hasbi (2008)
Gambar  3.  Kerangka  Berpikir  Analisis  Implementasi  Kebijakan  Program  Keluarga  Harapan  terhadap  Peningkatkan  Kualitas  Kesehatan  dan  Pendidikan Keluarga
Tabel  3.  Jumlah  dan  Persentase  Luas  Wilayah  menurut  Penggunaan  Lahan  di  Desa Tegal Kecamatan Kemang, Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

nilai – nilai yang diyakini oleh warga maka dapat diklasifikasikan beberapa actor yang dapat secara langsung maupun tidak langsung menjadi rujukan bagi warga untuk dapat mengambil

Beton aspal adalah tipe campuran pada lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural dengan kualitas yang tinggi, terdiri atas agregat

Jawaban atas pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja Bapak atau Ibu akhir – akhir ini untuk setiap bidang berikut ini, dengan melingkari nomor di antara 1

Jika Anda memiliki alasan bahwa jika Anda memiliki lebih dari satu akun, ketika account pertama kamu di banned dan masih memiliki yang lain, saya pikir hal ini juga tidak 100%

Untuk melakukan unggah “Borang Capaian Hasil Penelitian” maka peneliti WAJIB MELENGKAPI TERLEBIH DAHULU ISIAN STANDARD yang telah disiapkan.

Dengan adanya definisi dari komunikasi tersebut interaksi sosial merupakan induk dari terjadinya komunikasi yang terjadi antara mahluk sosial satu dan yang lainnya

Kerusakan kelelahan (fatigue damage) dari masing-masing sea state dihitung menggunakan fungsi kepadatan peluang Rayleigh dimana fungsi ini menggambarkan distribusi

Jika preseden yang lebih awal adalah benar-benar mengikat, tetapi sulit atau tidak mungkin untuk membedakannya maka ada satu cara lain untuk menghindari