• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber devisa negara dan penyedia bahan pangan.

Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan

Pekerjaan Tahun 2011

No. Lapangan Pekerjaan 2011 Persentase (%)

1. Peternakan dan pertanian 39.328.915 36

2. Pertambangan 1.465.376 1,5

3. Industri pengolahan 14.542.081 13

4. Listrik, gas dan air 239.636 0,7

5. Bangunan 6.339.811 5

6. Perdagangan dan perhotelan 23.396.537 21

7. Transportasi dan komunikasi 5.078.822 5

8. Keuangan 2.633.362 3

9. Jasa Kemasyarakatan dan sosial 16.645.859 15

Total 109.670.399

Sumber: BPS Indonesia (2011)

Tabel 1 menunjukkan tenaga kerja yang bekerja di bidang peternakan dan pertanian pada tahun 2011 berjumlah 39.328.915 jiwa atau 36 persen dari total tenaga kerja yang bekerja di bidang lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peternakan merupakan salah satu bidang penyedia lapangan pekerjaan di Indonesia.

Peternakan juga memiliki peranan dalam penyumbang devisa bagi negara Indonesia. Data ekspor pertanian dapat dilihat pada Tabel 2.

(2)

2

Tabel 2. Ekspor Pertanian Indonesia Menurut Sektor pada Bulan Oktober 2011

No. Sektor Oktober 2011

Volume (Kg) Nilai (US$)

1. Tanaman Pangan 53.275.710 55.301.104 2. Holtikultura 40.277.942 48.836.472 3. Perkebunan 2.257.739.662 3.183.129.268 4. Peternakan 91.725.895 147.386.267 5. Pertanian 2.443.019.209 3.434.653.111 Sumber: BPS Indonesia (2011)

Indonesia melakukan ekspor peternakan pada Oktober 2011 sebesar 91.725.895 kg yang bernilai US$ 147.386.267,00. Nilai tersebut menunjukkan peternakan merupakan salah satu sektor sumber devisa negara yang menghasilkan pemasukan cukup besar bagi Indonesia.

Peternakan juga berperan sebagai penghasil produk pangan sumber protein hewani yang berperan dalam pembangunan sumber daya manusia dari pemenuhan kebutuhan gizi rakyat Indonesia. Jumlah produksi peternakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Pangan Nasional Tahun 2009

No. Jenis Komoditi Produksi

(ton) Persentase (%) 1. Perikanan 556.123 1,7 2. Sayur-sayuran 11.863.919 35 3. Buah-buahan 16.672.519 50 4. Peternakan

(daging, telur, susu) 4.627.060 13,3

Total 33.719.621

Sumber: Deptan dan BPS (2009)

Berdasarkan data produksi pangan pada tahun 2009, peternakan menghasilkan produk sebanyak 13,3 persen dari total keseluruhan produksi pangan dan merupakan penghasil protein hewani tertinggi jika dibandingkan dengan produk perikanan. Hal tersebut menunjukkan peternakan adalah salah satu sektor yang berperan penting dalam penyediaan pangan.

(3)

3 Peranan penting peternakan seperti yang disebutkan di atas menyebabkan peternakan menjadi salah satu sektor yang diminati pengusaha untuk dijadikan bisnis sumber penghasilan utama maupun sampingan. Hal tersebut terlihat dari jumlah populasi ternak yang terus meningkat setiap tahunnya (Tabel 4).

Tabel 4. Populasi Peternakan Nasional Berdasarkan Komoditi-komoditinya

Tahun 2008-2010 No. Komoditi 2008 (ekor) 2009 (ekor) 2010 (ekor) 1. Ayam buras 243.432.000 249.963.400 257.544.000 2. Ayam broiler 902.052.400 1.206.378.500 1.386.872.000 3. Ayam petelur 107.955.100 111.417.600 105.210.000 4. Babi 6.837.529 6.974.732 7.477.000 5. Domba 9.605.338 10.198.766 10.725.000 6. Itik 39.839.500 40.679.500 44.302.000 7. Kambing 15.147.433 15.815.317 16.620.000 8. Kerbau 1.930.716 1.932.927 2.000.000 9. Kuda 392.864 398.758 419.000 10. Sapi perah 457.577 474.701 488.000 11. Sapi potong 12.256.604 12.759.838 13.582.000 Jumlah 1.339.907.061 1.656.994.039 1.845.239.000

Sumber: Departemen Pertanian (2011)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat jumlah populasi ternak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 terus meningkat. Peningkatan tersebut menunjukkan semakin meningkatnya kegiatan dalam bisnis peternakan.

Salah satu komoditi peternakan yang terus meningkat dan memiliki populasi terbanyak berdasarkan data di atas adalah ayam broiler. Hal tersebut dikarenakan permintaan masyarakat akan ayam broiler cukup tinggi di setiap daerahnya.

Kota Bogor sebagai daerah yang berpenduduk terbanyak di Jawa Barat menurut data Badan Pusat Statistik Jawa Barat yang mencapai kurang lebih 5 juta merupakan salah satu daerah yang memiliki permintaan rata-rata akan ayam

(4)

4 broiler yang tinggi. Permintaan rata-rata daging kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Permintaan Rata-rata Daging di Kota Bogor pada Tahun 2009

No. Daging Jumlah Permintaan (kg/bulan)

1. Sapi 150.000

2. Kerbau 20.000

3. Kambing 275.000

4. Domba 250.000

5. Ayam broiler 550.000

Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Bogor 2009

Dinas Perikanan dan Peternakan kota Bogor pada tahun 2009 mencatat permintaan rata-rata daging ayam broiler adalah 550.000 kg/bulan. Harga daging ayam broiler di Bogor juga lebih rendah dari harga daging lainnya (Tabel 6).

Tabel 6. Harga Rata-rata Daging di Kota Bogor

Daging Harga Konsumen (Rp/Kg) 2007 2008 2009 Sapi 50.200,00 51.600,00 52.500,00 Kerbau 50.200,00 51.600,00 52.500,00 Kambing 39.700,00 40.100,00 30.000,00 Domba 39.700,00 40.100,00 30.000,00 Ayam Broiler 15.000,00 16.000,00 17.000,00

Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Bogor Tahun 2007-2009

Berdasarkan data diatas ayam broiler memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan daging lainnya. Harga yang lebih rendah, permintaan rata-rata yang tinggi dan jumlah penduduk yang tinggi, menyebabkan usaha peternakan ayam broiler memiliki potensi pasar di Bogor. Faktor-faktor tersebut menyebabkan Bogor merupakan daerah yang memiliki potensi bagi berkembangnya usaha ayam broiler.

(5)

5 Usaha peternakan ayam broiler juga memiliki permasalahan. Permasalahan dalam usaha peternakan ayam broiler yaitu : (1) Persaingan pemasaran produk; (2) Kenaikan harga input; (3) Penurunan harga produk.

Permasalahan-permasalahan di atas sering membuat usaha peternakan terutama peternakan rakyat yaitu peternakan dengan modal kecil yang memiliki populasi ternak sampai dengan 15.000 ekor mengalami kebangkrutan. Melihat kondisi ini pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan, salah satunya adalah kebijakan mengenai kerjasama kemitraan. Kemitraan adalah suatu kerjasama bisnis antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut harus dilakukan secara adil sehingga masing-masing pihak yang terlibat harus mempunyai posisi dan kepentingan yang sama (Suharno, 1999).

Kerjasama dalam perusahaan kemitraan dibagi menjadi tiga jenis menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 472/Kpts/TN/330/6/1996 yaitu Perusahaan Inti Rakyat (PIR) atau pola inti plasma, perusahaan pengelola dan perusahaan penghela.

Peternak dapat memilih salah satu jenis pola kemitraan yang sesuai dengan kebutuhan mereka untuk menghindari kerugian dan kebangkutan. Namun apakah peternak yang bekerjasama dengan perusahaan kemitraan dapat tetap mendapatkan laba yang diinginkan, mengingat dalam kerjasama kemitraan terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi kedua belah pihak. Contohnya, harga kontrak tetap penjualan ayam yang menyebabkan penerimaan menjadi tetap, sementara harus menutupi biaya yang meningkat akibat harga input yang meningkat. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kelayakan usaha suatu peternakan yang bekerja sama dengan perusahaan kemitraan untuk melihat apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan usaha peternakan layak dilanjutkan kerjasamanya atau harus dilakukan evaluasi kontrak atau melakukan kemitraan mandiri.

(6)

6

1.2. Perumusan Masalah

Peternakan Agus Suhendar adalah usaha peternakan rakyat yang didirikan pada tahun 2004 awal oleh Agus Suhendar di Bogor. Pada awal mulanya peternakan Agus Suhendar berdiri sendiri dengan kapasitas produksi peternakan 9.000 ekor ayam. Setelah beberapa periode, di tahun yang sama dengan berdirinya usaha peternakan, peternakan Agus Suhendar mengalami permasalahan persaingan pemasaran. Sebagai usaha peternakan rakyat yang baru merintis, peternakan Agus Suhendar belum memiliki tujuan pasar sasaran yang tetap. Modalnya yang terbatas menyebabkan pemilik kesulitan dalam memasarkan produknya, beliau tidak memiliki tujuan pasar tetap dan tidak memiliki alokasi dana untuk mendistribusikan produknya ke pasar yang jauh dari area peternakan. Akibatnya, pemilik mengalami kerugian penurunan kualitas, karena ayam broilernya tidak dapat segera dipasarkan. Pemilik akhirnya menjual ayam broiler dengan harga yang murah untuk menghindari kerugian yang lebih besar kepada pengumpul.

Masalah juga timbul dari harga input utama yaitu DOC dan pakan yang terus meningkat, dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Peningkatan Harga DOC dan Pakan Peternakan Agus Suhendar 2009

Input Periode

Rata-rata kenaik-an Rata-rata Harga (Rp) 1 2 3 4 5 DOC (Rp/ekor) 3.100,00 3.300,00 3.310,00 3.500,00 3.500,00 4.3 % 3.303,00 Pakan (Rp/kg) 4.400,00 4.500,00 4.650,00 4.710,00 4.710,00 2 % 4.565,00

Sumber: Peternakan Agus Suhendar (2009)

Setelah beberapa periode berjalan dan menghadapi permasalahan di atas, peternakan Agus Suhendar memutuskan untuk bergabung dengan CV. Tunas Mekar Farm. CV. TMF adalah perusahaan peternakan pola kemitraan inti plasma yang melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolahan dan pemasaran hasil tani dan bimbingan peternakan sambil menjalankan usahatani yang memiliki dan dikelola sendiri. CV. Tunas Mekar

(7)

7 Farm juga menetapkan sistem harga kontrak tetap, sehingga peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan penurunan harga jual di pasar.

Pada tahun 2009, peternakan Agus Suhendar mulai merasakan penurunan pendapatan. Penetapan sistem harga kontrak tetap pada Rp 12.350,00-13.230,00/kg yang mencegah usaha peternakan Agus Suhendar mengalami kerugian akibat penurunan harga pasar, seringkali menjadi halangan bagi pemilik untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal saat harga pasar ayam broiler meningkat (Tabel 6).

Harga input DOC dan pakan yang terus mengalami peningkatan dan harga kontrak tetap menyebabkan penurunan pendapatan peternakan Agus Suhendar, kenyataan yang cukup membuat pemilik mulai mengkhawatirkan bagaimana kelangsungan usahanya di masa yang akan datang dengan sistem kemitraan inti plasma bersama CV. Tunas Mekar Farm (Tabel 8).

Tabel 8. Biaya dan Pendapatan Peternakan Agus Suhendar 2009

No . Keterangan Periode Rata-rata Persen (%) 1 (000) 2 (000) 3 (000) 4 (000) 5 (000) Jumlah (000) (000) Biaya variabel 8.800 9.000 9.000 9.000 5000 1 DOC 27.280 29.700 29.790 31.500 17.500 135.770 27.154 18,3 2 Pakan 137.000 116.500 137.250 116.000 64.325 571.075 114.215 74 3 Obat-obatan 485 628,1 2.170 818 370,2 4.471,8 894 0,6 4 Sekam 1.760 1.800 1.800 1.800 1.000 8.160 1.632 1 5 Gas 3.080 3.150 3.150 3.150 1.750 14.280 2.856 1,8 Biaya tetap 1 Gaji kepala karyawan 675 675 675 675 675 3.375 675 0,4 2 Gaji karyawan 5.400 5.400 5.400 5.400 5.400 27.000 5.400 3,5 3 Listrik 500 500 500 500 500 2.500 500 0,3 4 Sewa lahan 167 167 167 167 167 835 167 0,1 Total pendapatan 40.225 33.894 39.353 30.146 11.601 767.466 Sumber: CV. TMF 2009

Untuk mengetahui seberapa besar sensitivitas usaha peternakan Agus Suhendar terhadap kenaikan harga DOC dan pakan perlu dilakukan analisis

(8)

8 sensitivitas terhadap variabel kenaikan harga DOC dan pakan karena variabel tersebut merupakan biaya terbesar dari keseluruhan biaya operasional yaitu biaya DOC sebesar 18,3 persen dan pakan pakan sebesar 74 persen (Tabel 8) serta penurunan harga jual ayam.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem kemitraan pola inti plasma dilihat dari aspek-aspek dalam studi kelayakan yaitu aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum serta ekonomi dan sosial serta aspek finansial ?

2) Bagaimana sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan serta penurunan harga jual ayam?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

1) Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem kemitraan pola inti plasma.

2) Menganalisis sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan serta penurunan harga jual.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak :

1) Perusahaan : sebagai bahan masukan bagi peternakan untuk mengadakan evaluasi dan bahan pertimbangan untuk melanjutkan kerjasama pola kemitraan atau mandiri.

2) Perusahaan inti : agar tercipta kerjasama yang lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak.

3) Investor : sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modal dan investasi ke usaha peternakan ayam broiler.

(9)

9 4) Penulis : sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan

dalam usaha peternakan ayam broiler.

5) Peneliti selanjutnya : sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi hanya mengkaji analisis kelayakan non finansial dan finansial peternakan Agus Suhendar sejak tahun 2009 dan perkiraan 5 tahun ke depan untuk mengetahui apakah kerjasama pola inti plasma yang dilakukan dengan perusahaan kemitraan CV. Tunas Mekar Farm yang memberlakukan harga kontrak tetap penjualan ayam layak untuk dilanjutkan mengingat harga input utama DOC dan pakan yang terus meningkat.

Gambar

Tabel 1.  Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan     Pekerjaan Tahun 2011
Tabel 3.  Produksi Pangan Nasional Tahun 2009
Tabel 4.  Populasi Peternakan Nasional Berdasarkan Komoditi-komoditinya     Tahun 2008-2010  No
Tabel 5.  Permintaan Rata-rata Daging di Kota Bogor pada Tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

Seorang profesional untuk dapat menunjang terhadap profesi dalam hal ini guru pendidikan jasmani antara lain harus memiliki enam kriteria seperti yang dikemukakan Abraham

Tertakluk kepada Fasal (5) dan (6) Perkara 91 Perlembagaan, Pihak Berkuasa Negeri hendaklah bertanggungjawab bagi dasar am berkenaan dengan perancangan pemajuan dan penggunaan

Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi

Data dari hasil perhitungannya berfluktuasi disekitar nilai mean ( rata- rata ) yang tetap tanpa trend dan pertumbuhan.Dengan dibuatnya sistem aplikasi dari Single

penguapan terlebih dahulu karena sumber panas bumi dalam kondisi water dominated .Sistem binary yaitu sistem yang memanfaatkan panas bumi dengan cara mentransfer

menggunakan high technology maupun yang low technology menunjukkan hasil bahwa modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (p=0,000) dan

Belasan komunitas hijrah dari yang masa perintis hingga yang sudah mempunyai nama besar hadir untuk berdakwah kepada kaum awam yang ingin belajar ilmu agama Islam atau ingin

Dari titik ini, baca mendatar pada kurva dengan kisaran kecepatan tertinggi yang dapat dicapai. Kemudian, turun ke bawah ke