• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wakaf Produktif & Kesejahteraan Masyarakat: Persepsi penerima manfaat wakaf di lembaga wakaf daarut tauhiid. Wildan Munawar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wakaf Produktif & Kesejahteraan Masyarakat: Persepsi penerima manfaat wakaf di lembaga wakaf daarut tauhiid. Wildan Munawar"

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)

Wakaf Produktif

& Kesejahteraan Masyarakat:

Persepsi penerima manfaat wakaf di lembaga wakaf daarut tauhiid

(2)

Wakaf Produktif & Kesejahteraan Masyarakat:

Persepsi penerima manfaat wakaf di lembaga wakaf daarut tauhiid

Penulis : Wildan Munawar Editor : Imam Zaki Fuad Desain Sampul : Soraya

Layout : Numay

ISBN: 978-623-7331-15-5

Penerbit

Cinta Buku Media

Redaksi:

Alamat : Jl. Musyawarah, Komplek Pratama A1 No.8 Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan

Hotline CBMedia 0858 1413 1928 e_mail: cintabuku_media@yahoo.com

Cetakan: Ke-1 Februari 2020

All rights reserverd

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

(3)

iii

Kata Pengantar

Alh{amdulilla>hirabbil ‘alami>n, segala puji penulis haturkan kepada Dzat yang Maha Rahman dan Maha Rahi>m, Allah SWT atas karunia, kasih sayang dan nikmat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada mahkhluk paling mulia, Pemberi Sh{afa’at, penutup para Nabi dan Rasul, Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu berharap sh{afa’atnya di hari akhirat kelak.

Penulisan Tesis yang berjudul “Wakaf Produktif dan Kesejahteraan Masyarakat: Persepsi Penerima Manfaat Wakaf di Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid” ini telah melalui proses panjang yang penuh perjuangan dan kerja keras yang di dalamnya masih banyak kekurangan dan keterbatasan baik dalam pemahaman, pengetahuan, serta analisa. Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik dan masukan yang membangun dari para pembaca, akademisi, praktisi dan lainnya agar Tesis ini semakin baik, sehingga harapannya dapat memberikan manfaat dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan ekonomi syariah, khususnya tentang wakaf.

Penyelesain Tesis ini telah melibatkan banyak pihak, baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak terhingga kepada banyak pihak yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan penyusunan Tesis ini. Terimakasih itu penulis sampaikan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan hati kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA.

(4)

2. Jajaran pimpinan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Jamhari, MA selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Hamka Hasan, Lc., MA selaku Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Didin Saepudin, MA selaku Ketua Program Studi Doktor Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Asmawi, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Doktor Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Dr. Imam Sujoko, MA selaku Sekretaris Program Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Promotor sekaligus pembimbing dalam penulisan tesis ini,

Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si yang tidak pernah kenal lelah untuk membimbing, memberikan arahan, masukan, motivasi, dan kritik kepada penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik dan menjadi bekal kebaikan di akhirat kelak.

4. Para verifikator dan penguji dalam ujian-ujian penyelesaian tesis ini, Bapak Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA., Bapak Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D, Bapak Dr. JM. Muslimin, MA., Bapak Dr. Kusmana, MA., Bapak Dr. Usep Abdul Matin, MA, Bapak Dr. Imam Sujoko, MA, Bapak Dr. Kamarusdiana, MH., Bapak Dr. Hamka Hasan, MA dan Bapak Dr. M. Nur Rianto Al Arif, M.Si.

5. Para dosen pengampu mata kuliah, Bapak Prof. Dr. Atho Mudzhar, MA., Bapak Dr. Fathurrahman Jamil, MA., Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., Bapak Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan, Bapak

(5)

v

Prof. Dr. Salman Harun, MA., Bapak Prof. Dr. Amin Suma, MA., Bapak Prof. Dr. Suwito, MA., Bapak Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, MA., Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, MA., Bapak Prof. Dr. Mundzir Suparta, MA., Bapak Dr. M. Nur Rianto Al Arif, M.Si., Bapak Dr. Trisiladi, M.Si., Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Bapak Dr. Anwar Abbas, MA., Bapak Dr. Nadratuzzaman Husen, MA., Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., Bapak Dr. Khamami Zada, Arif Zamhari, MA., Ph.D., dan lainnya yang belum disebutkan dalam kesempatan ini.

6. Jajaran staf sekretariat dan perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mas Adam, Mas Arif, Mas Farid, Mba Vemmy, Mas Rofiq dan lain-lain yang belum sempat disebutkan.

7. Keluarga penulis, Ayahanda Bapak Saprudin dan Ibunda Umi Nenih Nurhayati, dan Adinda-Adinda tercinta, M.Fikri, Saeful Hamdi, Himatul Alawiyah, Siti Humairoh, Salmah Rifqatul Karimah dan Faqih Rasyiqul Abid yang tidak pernah berhenti memberikan nasihat, kasih sayang, semangat dan doa dalam setiap sujudnya kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan, kasih sayang dan rahmat-Nya.

8. Orang tua kami di kampus tercinta Universitas Djuanda Bogor Bapak Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H., dan Ibu Dr. Hj. R. Siti Pupu Fauziah, M.Pd.I serta segenap pihak yang telah memberikan penulis kesempatan untuk studi sarjana S1 di Universitas Djuanda Bogor.

9. Istri tercinta, Hj. Jehan Maya Zayanie, Lc yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang, cinta, semangat dan doa dalam setiap sujudnya kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa mencurahi keluarga kecil kita dalam rahmat dan kasih sayang-Nya serta memberkahi dalam keluarga yang

(6)

10. Keluarga besar Fakultas Ekonomi Islam Universitas Djuanda Bogor, Ustad Dr. H. Anas Alhifni, M.Si., Bapak Apriyanto, SE., M.Si., Ibu Metti Paramita, S.Ag., MM., Ibu Tuti Kurnia, SP., M.Si., Bapak R. Ali Pangestu, ME., Ustad H. Sofian Muhlisin, LLB., LLM., Bapak Adi Rahmannur Ibnu, SE., MH., Bapak Andri Brawijaya, SHI., MH., Ibu Afiatin Dewi, SP., MM., Bapak M. Komarudin, MA, Bapak Imam Abdul Aziz, SEI., M.Si, Ibu Lise Purnamasari, SEI., dan lainnya yang belum disebutkan.

11. Jajaran pimpinan dan staf Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid, khususnya Bapak Agus, Bapak Rahmat, Bapak Ibu Nilan Herliani, Bapak Hakim yang telah berkenan diwawancarai dan membantu penyempurnaan data dalam penelitian ini. 12. Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, antara lain M. Arif, Akhyar Riyanda Halim, M. Rizki, Ahmad Musabiq Habibie, Ahmad Nurul Hadi, Ahsana Fitria, Devi Mustika Sari, Wiji Lestari, Nila, Vida, Eryz, Sirojul Arifin Sofa, M. Reza, Amir, Rizal, dan lainnya yang belum sempat disebutkan.

13. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah membalasnya dengan balasan yang terbaik.

Akhir kata penulis berharap dan memohon kepada Allah SWT agar ikhtiar dan langkah yang dilakukan menjadi amal ibadah serta selalu memberikan limpahan rahmat-Nya kepada penulis dan seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian tesis ini.

Bogor, 04 Februari 2020 Penulis,

(7)

vii

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji manajemen wakaf produktif yang terdiri dari tiga aspek yaitu profesionalitas na>z{ir, pengelolaan aset, dan pelaporan keuangan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen wakaf produktif terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi.

Penelitian ini menggunakan dua metode penelitian yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan melalui pendekatan manajemen, sedangkan metode kuantitatif melalui analisis Partial Least Square (PLS) dari Armin Monecke dan Friedrich Leisch (2012). Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara dan kuesioner terhadap masyarakat penerima manfaat wakaf produktif. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, artikel jurnal ilmiah dan bahan pustaka lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

Penelitian ini membuktikan bahwa manajemen wakaf produktif memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi. Semakin baik manajemen wakaf produktif, maka secara tidak langsung semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan baiknya pemberdayaan ekonomi.

Penelitian ini sependapat dengan Murat Cizacka (1998) yang menyatakan bahwa sistem wakaf telah menyediakan sepanjang sejarah Islam semua layanan penting tanpa membebankan biaya negara. Begitu juga dengan Monzer Kahf (2004) yang menyatakan bahwa wakaf secara khusus dapat membantu kegiatan masyarakat umum sebagai bentuk kepedulian terhadap umat dan generasi yang akan datang. Penelitian ini sejalan dengan Rozalinda (2016) yang menunjukkan bahwa pengelolaan wakaf produktif dengan

(8)

membangun fasilitas seperti toko, gedung bimbingan belajar, rumah kontrakan memberi pengaruh yang positif terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Hardiyanti Yusuf (2017), Muslimin Muchtar (2012), Anas Alhifni, Nurul Huda, Musclih Ansori, dan Rully Trihantana (2017), Bashlul Hazami (2006), Muslihun Muslim (2017), Zulfadli Hamzah (2016), dan Yuli Rofa, Umar Burhan, dan Multifiah (2016) yang menyatakan bahwa manajemen wakaf produktif dapat berperan dan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat dengan adanya pemberdayaan ekonomi. Budi Indra Agusi (2019) juga mengemukakan bahwa pengelolaan wakaf produktif berimplikasi positif terhadap peningkatan taraf ekonomi masyarakat, membuka lapangan kerja, dan menciptakan wirausaha-wirausaha baru di Indonesia. Tetapi penelitian ini tidak sependapat dengan Timur Kuran (2001) yang menyatakan bahwa sistem wakaf yang diterapkan menggunakan prinsip-prinsip Islam menyebabkan ambigu dalam mencapai keadilan substantif.

Kata Kunci: Manajemen Wakaf Produktif, Pemberdayaan Ekonomi, Kesejahteraan

(9)

ix

Pedoman Transliterasi Arab-Latin

A. Konsonan

No Latin Arab No Latin Arab No Latin Arab

1 b ب 10 Z ز 19 F ف 2 t ت 11 S س 20 Q ق 3 th ث 12 Sh ش 21 K ك 4 j ج 13 S{ ص 22 L ل 5 h{ ح 14 d{ ض 23 M م 6 kh خ 15 t} ط 24 N ن 7 d د 16 z} ظ 25 W و 8 dh ذ 17 ‘ ع 26 H ه 9 r ر 18 Gh غ 27 Y ي B. Vokal 1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ Fath{ah{ A A

َ Kasrah I I

َ D{ammah U U

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ي َ Fath{ah{ dan ya Ai A dan I و َ Fath{ah{ dan waw Au A dab U Contoh:

(10)

نيسح : Husain لوح : Haul

3. Vokal Panjang

Tanda Nama Huruf

Latin

Nama ا ى Fath{ah {dan alif a> A dan garis di

atas ي ى Kasrah dan ya i> I dan garis di

atas و ى D{ammah dan

waw

u> U dan garis di atas

C. Ta’ Marbu>t}ah

Transliterasi ta’ marbu>t}ah (ة) di akhir kata, bila dimatikan ditulis h. Contohnya adalah:

ةأرم : Mar’ah ةسردم : Madrasah

Ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafadz aslinya.

D. Shiddah

Shiddah atasu tashdi>d di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah tersebut. Contohnya adalah:

(11)

xi

Daftar Isi

Kata Pengantar ... iii

Abstrak ... vii

Pedoman Transliterasi Arab-Latin ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Singkatan ... xix

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Perumusan Masalah ... 12

D. Pembatasan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ... 13

G. Kerangka Pemikiran ... 14

H. Penelitian Terdahulu yang Relevam ... 17

I. Metodologi Penelitian ... 23

1. Jenis Penelitian ... 23

2. Populasi dan Sampel ... 24

3. Jenis dan Sumber Data ... 25

4. Teknik Pengumpulan Data... 25

5. Operasional Variabel Penelitian ... 27

6. Pendekatan dan Teknik Analisis Data ... 28

(12)

BAB II

Wakaf Produktif Dan Kesejahteraan: Tinjauan Teoritis

A. Konsep Wakaf Produktif ... 35

1. Wakaf Produktif Perspektif Ulama Klasik ... 35

2. Wakaf Produktif Perspektif Ulama Kontemporer ... 41

3. Wakaf Produktif Antara Harapan dan Kenyataan ... 43

B. Manajemen Wakaf Produktif ... 49

1. Profesionalitas Na>z{ir ... 52

2. Pelaporan Keuangan... 54

3. Pengelolaan Aset ... 55

C. Pemberdayaan Ekonomi... 58

1. Pengertian Pemberdayaan ... 58

2. Tahapan Pemberdayaan dan Indikator Tingkat Keberdayaan ... 60

3. Pemberdayaan Ekonomi dan Wakaf ... 63

D. Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat dengan Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Wakaf Produktif . 66 1. Pengertian Kesejahteraan... 67

2. Kesejahteraan Perspektif Islam... 70

3. Wakaf Produktif dan Kesejahteraan Masyarakat ... 75

BAB III Profil Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid A. Sejarah Perkembangan Wakaf Daarut Tauhiid... 83

B. Visi Misi Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid ... 84

C. Program Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid ... 85

BAB IV Manajemen Wakaf Produktif Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid A. Profesionalitas Na>z{ir Wakaf ... 94

B. Pengelolaan Aset Wakaf ... 103

(13)

xiii BAB V

Peran Manajemen Wakaf Produktif Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Ekonomi

A. Analisis Deskriptif Demografi Responden ... 125

1. Berdasarkan Jenis Kelamin ... 126

2. Berdasarkan Usia Responden ... 127

3. Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 128

4. Berdasarkan Pendapatan Responden ... 129

5. Berdasarkan Jenis Usaha Responden ... 130

6. Berdasarkan Waktu Menerima Manfaat atau Pengguna Aset Wakaf ... 131

B. Validitas dan Reliabilitas ... 132

1. Variabel Kesejahteraan Masyarakat ... 133

2. Variabel Pemberdayaan Ekonomi ... 134

3. Variabel Manajemen Wakaf Produktif ... 136

C. Pengaruh Manajemen Wakaf Produktif Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Ekonomi ... 137

1. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 137

2. Pengaruh Manajemen Wakaf Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi di Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid ... 151

3. Pengaruh Pemberdayaan Ekonomi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid ... 158

BAB VI Penutup A. Kesimpulan ... 165

B. Implikasi ... 167

(14)

Daftar Pustaka ... 171

Glosarium ... 189

Indeks ... 193

(15)

xv

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Penetapan Skor Alternatif atas Jawaban Kuesioner .. 27

Tabel 1.2 Operasional Variabel ... 27

Tabel 1.3 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 30

Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel Kesejahteraan Masyarakat .... 133

Tabel 5.2 Uji Validitas Variabel Pemberdayaan Ekonomi ... 134

Tabel 5.3 Hasil Uji Validitas Variabel Manajemen Wakaf Produktif ... 136

Tabel 5.4 Convergent Validity ... 140

Tabel 5.5 Cross Loadings ... 141

Tabel 5.6 Average Variance Extracted dan Akar AVE ... 143

Tabel 5.7 Korelasi Konstruk Laten ... 143

Tabel 5.8 Discriminant Validity ... 144

Tabel 5.9 Cronbach’s Alpha ... 145

Tabel 5.10 Composite Reliability ... 146

Tabel 5.11 Ringkasan Hasil Komputasi Statistik Model Pengukuran... 147

Tabel 5.12 R-Square ... 148

Tabel 5.13 F-Square ... 149

(16)

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ... 16

Gambar 2.1 Proses Pemberdayaan Masyarakat Miskin ... 65

Gambar 5.1 Jenis Kelamin Responden ... 78

Gambar 5.2 Usia Responden ... 79

Gambar 5.3 Latar Belakang Pendidikan ... 80

Gambar 5.4 Pendapatan Responden ... 81

Gambar 5.5 Jenis Usaha Responden ... 82

Gambar 5.6 Waktu Menerima Manfaat ... 83

Gambar 5.7 Model Penelitian yang Diuji ... 88

Gambar 5.8 Cronbach’s Alpha ... 93

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

AMLA = Administration of Muslim Act AVE = Average Variance Extracted BEP = Break Event Point

BKKBN = Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BMM = Baitul Maal Muamalat

BOT = Build, Operate, and Transfer BPH = Badan Pelaksana Harian BWI = Badan Wakaf Indonesia

BWUII = Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia

CIBEST = Center for Islamic Business and Economic Studies DT = Daarut Tauhiid

IBBL = Islami Bank Bangladesh Limited IPI = Islamic Poverty Index

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

ISO = International Organization for Standardization MAIM = Majlis Agama Islam Melaka

MAINPP = Majlis Agama Islam Negeri Pulau Pinang PKPU = Pos Keadilan Peduli Ummat

PLS = Partial Least Square RSI = Rumah Sakit Islam RWI = Rumah Wakaf Indonesia SDGs = Sustainable Development Goals SET = Sharia Enterprise Theory SIBL = Social Investment Bank Ltd SMM = Super Mini Market

SSG = Santri Siap Guna

TPB = Tujuan Pembangunan Berkelanjutan TWI = Tabung Wakaf Indonesia

(18)

UMK = Upah Minimum Kabupaten/Kota UMR = Upah Minimum Regional

UNDP = United Nations Development Programme URT = Urusan Rumah Tangga

VIP = Very Important Person

YBWSA = Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung YMSC = Young Muslim Sports Club

YWBNB = Yayasan Wakaf Bangun Nurani Bangsa ZISWAF = Zakat Infak Shadaqah dan Wakaf

(19)

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Wakaf telah menjadi salah satu sumber pendapatan dari harta kekayaan yang paling besar pada masa peradaban Islam.1 Terbukti

di masa kejayaan Islam, antusiasme masyarakat dalam melaksanakan wakaf telah menarik perhatian negara untuk mengelola dan mengembangkan wakaf. Di masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah wakaf dikelola oleh baitul ma>l milik negara dan peruntukkannya bukan hanya untuk fakir miskin, tetapi telah menjadi sumber permodalan dalam mendirikan lembaga pendidikan, perpustakaan, membayar gaji para staf dan guru serta beasiswa untuk kalangan pelajar.2 Setiap aktivitas perekonomian pada masa

itu lebih banyak dihasilkan dari wakaf. Namun demikian, wakaf juga mengalami kemunduran ketika masa Khilafah Utsmaniyyah (Kekaisaran Ottoman) jatuh. Aset-aset wakaf banyak yang dihancurkan dan sistem pemerintahan dirubah menjadi sekuler, hingga akhirnya kekhalifahan utsmaniyyah runtuh.3

1 Magda Ismail Abdel Mohsin, “Financing through Cash-Waqf: A

Revitalization to Finance Different Needs,” dalam International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management 6, no. 4, 2013, h. 304-321 doi://doi.org/10.1108/IMEFM-08-2013-0094.

2 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan

Teoretis dan Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 316.

3 Ascarya, Siti Rahmawati, dan Nadratuzzaman Hosen, “Merancang

Model-Model Wakaf Produktif” dalam International Seminar and The 2nd JIMF Call for Papers 2016, (Jakarta: Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, 2016).

(20)

Wakaf memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat, karena tidak hanya untuk kepentingan ibadah semata,4

tetapi dapat pula difungsikan kepada hal yang bersifat sosial ekonomi untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat.5 Namun

kenyataannya pemanfaatan wakaf untuk ekonomi sangat kurang dirasakan oleh masyarakat, karena masih banyak pengurus atau

nāẓir yang mengelola wakaf dengan sistem tradisional.6 Devi Megawati dalam penelitiannya menjelaskan pengelolaan wakaf produktif yang telah berjalan di kota Pekanbaru tergolong masih tradisional. Penyebabnya dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu harta wakaf produktif yang dikelola nāẓir lebih banyak berprinsip pada tradisi pengelolaan usaha yang kaku dan kurang inovasi. Kedua, profesi nāẓir dianggap sebagai pekerjaan sampingan yang bersifat sukarela. Ketiga, minimnya kompetensi nāẓir dalam mengelola dan mengembangkan harta wakaf.7 Meskipun penelitian

tersebut tidak merepresentasikan pengelolaan wakaf di Indonesia, tetapi dapat diketahui bahwa ternyata masih ada lembaga yang belum memanfatkan harta wakaf secara maksimal.

Wakaf memiliki pengaruh yang sangat besar apabila mampu dikelola, dikembangkan, dan dimanfaatkan ke arah yang lebih

4 Amirul Bakhri, “Peranan Wakaf Produktif Pemuda Muhammadiyah untuk

Kesejahteraan Warga Desa Longkeyang, Bodeh, Pemalang,” dalam Indonesian Journal of Islamic Literature and Muslim Society 1, no. 2, 2016, h. 199-214.

5 Mazrul Shahir Md. Zuki, “Waqf and Its Role In Socio-Economic

Development,” dalam ISRA International Journal of Islamic Finance 4, no. 2, Desember 2012, h. 173–78.

6 Pengelolaan wakaf secara tradisional menganggap wakaf sebagai ajaran

murni yang termasuk ibadah mahd{ah (pokok) dan peruntukkannya hanya pembangunan fisik semata, seperti mesjid dan musholla untuk shalat, pesantren dan majlis taklim untuk pengajian. Lihat Achmad Djunaidi dkk dalam Alaiddin Koto dan Wali Saputra, “Wakaf Produktif di Negara Sekuler: Kasus Singapura dan Thailand,” dalam Jurnal Sosial Budaya 13, no. 2, 2016, h. 126-139.

7 Devi Megawati, “Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di

(21)

Pendahuluan3 produktif. Salah satu hasil wakaf produktif8 yang paling banyak

memberikan manfaatnya adalah pemberdayaan wakaf produktif untuk pengembangan pendidikan, seperti Al-Azhar.9 Selain

Al-Azhar, terdapat pula pengelolaan wakaf produktif untuk pendidikan yang cukup berhasil di tanah air, seperti Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (BWUII), Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA), Badan Wakaf Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makasar, dan Badan Wakaf Pondok Modern Gontor.10

Pengelolaan dan pengembangan wakaf secara produktif dapat digunakan dari hasil penghimpunan wakaf tanah,11 wakaf

bangunan/properti, atau wakaf tunai12 yang saat ini telah banyak

8 Mundzir Qahaf mengatakan bahwa secara istilah, wakaf produktif adalah

harta benda atau pokok tetap yang diwakafkan untuk dipergunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya disalurkan sesuai dengan tujuan wakaf, seperti wakaf tanah untuk digunakan bercocok tanam, mata air untuk dijual airnya dan lain-lain. Lihat Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 5.

9 Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan yang berhasil membiayai

operasional pendidikannya tanpa bergantung kepada pemerintah maupun pembayaran mahasiswanya. Bahkan Al-Azhar mampu memberikan beasiswa kepada jutaan mahasiswa dari seluruh penjuru dunia selama berabad-abad. Lihat Abdurrahman Kasdi, “Pemberdayaan Wakaf Produktif untuk Pengembangan Pendidikan,” dalam Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 11, no. 1, 2016, h. 159-179.

10 Kasdi, “Pemberdayaan Wakaf Produktif untuk Pengembangan

Pendidikan,” h. 161.

11 Berdasarkan data kementerian agama RI bulan maret 2016, wakaf tanah

di Indonesia mencapai 4,359 miliar m2. Dari data tersebut, Indonesia memiliki

potensi yang sangat besar untuk mengembangkannya dalam sektor ekonomi masyarakat. Saat ini, wakaf tanah pada umumnya lebih banyak digunakan untuk membangun masjid, panti asuhan, pondok pesantren, dan fasilitas umum lainnya. Lihat Agung Wahyu Puspitasari, “Optimizing Productive Land Waqf Towards Farmers Prosperity,” dalam Journal of Indonesian Applied Economics 6, no. 1, 2017, h. 103-112.

12 Menurut al Tasuli dalam kitabnya ‘al-Bahjah{ fi Sharh al-Tuhfah’ yang

dikutip oleh Monzer Kahf dan Amiirah Nabee Mohomed mendefinisikan wakaf tunai di kalangan Maliki adalah suatu proses mendedikasikan uang tunai sebagai

(22)

dilakukan oleh sebagian negara diantaranya Bangladesh. Wakaf tunai di Bangladesh digunakan sebagai modal pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah, pembiayaan mikro, pembiayaan konsumtif seperti pembiayaan murabah{ah{, salam, istisna, ija>rah dan pembiayaan lainnya serta pembiayaan investasi di pasar modal.13

Negara lain seperti Singapura telah membelanjakan sebesar ± $140 juta untuk pembinaan 23 masjid besar, pembangunan 20 unit perumahan wakaf Kassim, gedung komersial, dan institusi pengembangan Wisma Indah di Changi Road. Selain itu, terdapat pula wakaf investasi yang telah dikembangkan oleh Turki dan Malaysia yang mulai memperkenalkan skim saham wakaf, serta Mesir yang mampu memproduktifkan wakaf di berbagai bidang usaha.14

Dari berbagai jenis wakaf di atas, Indonesia yang bermayoritas muslim terbesar di dunia dapat mengoptimalkan aset-aset wakaf dengan cara-cara yang lebih produktif. Muhammad Abdi Nizar15 dalam penelitiannya mengungkapkan beberapa lembaga

wakaf yang bertujuan untuk pemberian pinjaman kepada mereka yang ditunjuk sebagai penerima manfaat dengan tanpa bunga. Monzer Kahf menegaskan bahwa wakaf tunai dapat berupa pinjaman uang atau dapat pula digunakan secara mud{a>rabah (investasi). Keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut diberikan kepada penerima manfaat wakaf. Kemudian definisi ini dikritik oleh Ahmad karena hanya mengatur pinjaman tanpa bunga dan tidak mempertimbangkan segala cara untuk membuat dana tersebut berkelanjutan. Ahmad berpendapat bahwa meminjamkan tanpa investasi apapun akan membebani terhadap risiko kredit. Lihat Monzer Kahf dan Amiirah Nabee Mohomed, “Cash Waqf An Innovative Instrument of Personal Finance In Islamic Banking,” dalam Journal of Islamic Economics, Banking and Finance 13, no. 3, 2017, h. 13-29.

13 Mohammad Monirul Islam, “Cash-Waqf: New Financial Instrument for

SMEs Development in Bangladesh," dalam World Vision Research Journal 9, no. 1, 2015, h. 111-120.

14 Ascarya, Siti Rahmawati, dan Nadratuzzaman Hosen. Merancang

Model-Model Wakaf Produktif. 2016.

15 Muhammad Abdi Nizar, “Pengembangan Wakaf Produktif di Indonesia:

(23)

Pendahuluan5 yang mulai mengembangkan aset wakaf diantaranya Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang telah mengembangkan wakaf tunai dengan peruntukkan wakaf untuk kegiatan pendidikan, kesehatan, dakwah, dan pemberdayaan ekonomi. Adapula Yayasan Wakaf Bangun Nurani Bangsa (YWBNB) dengan wakaf tunainya membangun properti (Menara 165) yang disewakan kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan kantor. Baitul Maal Muamalat (BMM) mengembangkan wakaf tunai untuk program pemberdayaaan usaha mikro, Rumah Wakaf Indonesia (RWI) mengembangkan wakaf tunai untuk pembangunan sekolah, investasi pada sektor keuangan (deposito) dan properti, serta investasi pada sektor riil seperti bisnis rumah.

Pengembangan wakaf tunai yang dijelaskan di atas terlihat telah mulai mengarah kepada produktif baik kegiatannya untuk pendidikan, kesehatan, maupun pemberdayaan ekonomi. Wakaf tunai yang disalurkan oleh para wa>qif kepada nāẓir berpotensi sangat besar untuk dikembangkan.16 Bahkan Mahadi Ahmad

mengungkapkan wakaf tunai dapat berfungsi menjadi solusi pembiayaan masyarakat miskin dalam mengembangkan wirausahanya.17 Karena manfaatnya yang sangat besar,

Mendukung Stabilitas Perekonomian, (Jakarta: PT Nagakusuma Media Kreatif, 2017), h. 193-246.

16 Beberapa model yang telah dikembangkan untuk meningkatkan

pembangunan sosial ekonomi dari wakaf tunai adalah penggunaan untuk usaha mikro kecil menengah, pendidikan, pembiayaan mikro, pengembangan ekonomi, lembaga keuangan, intermediari lembaga nirlaga, pengentasan kemiskinan, dan layanan kesehatan. Lihat Omar Ahmad Kachkar, “Towards The Establishment of Cash Waqf Microfinance Fund for Refugees,” dalam ISRA International Journal of Islamic Finance 9, no. 1, 2017, h. 81–86. Lihat juga Md. Shahedur Rahaman Chowdhury, et.al., “Economics of Cash Waqf Management in Malaysia: A Proposed Cash Waqf Model for Practitioners and Future Researchers,” dalam African Journal of Business Management 5, no. 30, 2011, h. 12155-12163.

17 Mahadi Ahmad, “Cash Waqf: Historical Evolution, Nature and Role as an

Alternative to Riba-Based Financing for the Grass Root,” dalam Journal of Islamic Finance 4, no. 1, 2015, h. 63-74.

(24)

penghimpunan wakaf tunai masih perlu terus dilakukan dengan cara mensosialisasikan kepada masyarakat.

Sosialisasi kepada masyarakat memiliki pengaruh yang penting, karena fenomena di masyarakat masih menganggap bahwa wakaf cukup diperuntukkan kegiatan-kegiatan ibadah semata, sehingga masyarakat lebih senang memberikan wakaf berupa benda dibanding wakaf tunai yang nilainya dapat berubah-ubah.18 Hal

inilah yang menjadi kendala untuk peningkatan wakaf secara produktif. Oleh karena itu, pemerintah selaku pemilik kebijakan dapat menegakkan aturan-aturan secara tegas tentang wakaf di Indonesia, sebagaimana yang diatur dalam undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2006 tentang pelaksanaan wakaf. Dari Undang-Undang dan peraturan pemerintah tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pemberdayaan aset-aset wakaf secara produktif untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik kesejahteraan yang bersifat lahiriyah maupun batiniyah.

Peran negara dalam mengembangkan harta wakaf sangat penting, karena negara dengan segala peraturannya dapat dengan mudah mengumpulkan harta wakaf. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh banyak negara muslim di dunia seperti Mesir, Saudi Arabia, Yordania, Turki, Bangladesh, dan Malaysia, telah mengembangkan harta wakaf dan bahkan menjadi salah satu instrumen pendapatan negara dalam membantu mengatasi permasalahan kemiskinan. Namun, pengelolaan wakaf di Indonesia masih kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat dan cenderung lebih banyak untuk keperluan konsumtif yang bersifat

18 Muhammad Ishom, “Efektivitas Undang-Undang No. 41 Tahun 2004

Tentang Pengaturan Wakaf Produktif,” dalam Jurnal Bimas Islam 7, no. 4, 2014, h. 663-698.

(25)

Pendahuluan7 ibadah,19 seperti wakaf untuk masjid, pondok pesantren, majlis ta’li>m, dan lainnya. Pendayagunaan dan pengembangan wakaf ke arah produktif yang dikelola secara profesional membutuhkan komitmen bersama antara pemerintah, ulama dan masyarakat serta komponen lain yang relevan. Pengelolaan wakaf secara produktif menjadi alternatif solusi dalam pengembangan dan pemberdayaan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.20

Saat ini di Indonesia telah banyak lembaga-lembaga filantropi Islam yang mengelola wakaf secara profesional dan mengarah kepada produktif, yaitu Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dibawah naungan Yayasan Dompet Dhuafa, iWaqaf dibawah naungan Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), Global Wakaf, Rumah Wakaf Indonesia, dan lembaga wakaf Daarut Tauhiid.

Lembaga wakaf Daarut Tauhiid merupakan lembaga yang berdiri di bawah Yayasan Daarut Tauhiid. Yayasan ini didirikan di atas tanah wakaf yang beralamat di Jalan Geger Kalong Girang Nomor 38 Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Bandung. Pada mulanya, wakaf Daarut Tauhiid diawali ketika KH. Abdullah Gymnastiar memulai pengajian di sebuah kamar kos yang sekarang bangunannya telah berubah menjadi Masjid Daarut Tauhiid. Saat itu, Aa Gym mengajak semua jamaah yang ikut pengajian untuk berwakaf tunai. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1999 terbentuklah lembaga wakaf yang masih bersatu dengan lembaga zakat dan infak (ZISWAF). Aset wakafpun semakin bertambah

19 Muhamad Nafik Hadi Ryandono dan Bashlul Hazami, “Peran dan Implementasi Waqaf dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat,” dalam INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 10, no.1, 2016, h. 239-264.

20 Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif,

(Jakarta: Mumtaz Publishing, 2005), h. 89-90. Lihat juga Sri Budi Cantika Yuli, “Optimalisasi Peran Wakaf dalam Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),” dalam Jurnal Ekonomika-Bisnis 6, no. 1, 2015, h. 1-15.

(26)

setelah adanya tanah wakaf dari Koperasi Daarut Tauhiid yang sekarang menjadi gedung Yayasan Daarut Tauhiid.21

Pengelolaan aset wakaf Yayasan Daarut Tauhiid berada pada salah satu unit di bawah koordinasi Badan Pelaksana Harian (BPH) yaitu Bagian Urusan Rumah Tangga (URT). Seiring berkembangnya undang-undang perwakafan di Indonesia dan perubahan visi misi lembaga, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ada keseriusan dari pihak Yayasan dalam pengelolaan wakaf agar lebih maju. Akhirnya, pada bulan Agustus tahun 2008 Yayasan Daarut Tauhiid membentuk direktorat khusus bernama Pusat Pengembangan (Pusbang) Wakaf.22 Kemudian, pada tahun 2016 Pusbang Wakaf

berubah menjadi Wakaf Daarut Tauhiid dengan lebih memfokuskan kepada penghimpunan dan pengelolaan dana wakaf, serta pengembangan aset wakaf.23 Penghimpunan dan pengelolaan dana

wakaf Daarut Tauhiid sampai akhir bulan Desember 2018 telah berhasil mengumpulkan dana kurang lebih sebesar Rp. 15 Miliar. Kemudian dari hasil pengelolaan dana tersebut disalurkan sesuai dengan peruntukkan wakaf meliputi wakaf masjid, wakaf asrama, wakaf Al-Qur’an, dan wakaf umum. Berikut ini data hasil pengelolaan dana wakaf di lembaga wakaf Daarut Tauhiid.

21 Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid, “Sejarah wakaf Daarut Tauhiid” diakses

pada Sabtu, 11 Agustus 2018 pukul 22:02 lihat di http://wakafdt.org/sejarah-wakaf-dt/

22 Wawan Hermawan, “Pengembangan Wakaf di Pusat Pengembangan

Wakaf Daarut Tauhiid,” dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim 15, no. 1, 2017, h. 1-15.

23 Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid, “Sejarah wakaf Daarut Tauhiid” diakses

pada Sabtu, 11 Agustus 2018 pukul 22:02 lihat di http://wakafdt.org/sejarah-wakaf-dt/

(27)

Pendahuluan9 Grafik 1.1 Pengelolaan Dana Wakaf Daarut Tauhiid

Berdasarkan grafik 1.1 di atas menunjukkan bahwa pengelolaan dana wakaf lembaga wakaf Daarut Tauhiid mengalami fluktuatif setiap bulannya baik dari sisi penghimpunan maupun penyaluran. Penghimpunan dana wakaf terbesar terjadi pada bulan Oktober, sedangkan terendah terjadi pada Februari dan Juli. Penghimpunan dana wakaf tersebut berasal dari wakaf masjid, wakaf Al-Qur’an, wakaf asrama, wakaf aset produktif, dan wakaf umum. Dari dana tersebut kemudian disalurkan sesuai dengan peruntukkannya. Penyaluran tertinggi terjadi pada bulan Oktober, sedangkan terendah pada bulan Agustus.

Penerimaan dana dari wakaf produktif diperoleh dari pengembangan aset wakaf yang telah dikelola oleh lembaga wakaf Daarut Tauhiid meliputi wakaf kios (bazar), gedung-gedung yang disewakan seperti Daarul Hajj dan Dome Sentral Lima. Kemudian

Cottage Daarul Jannah, Super Mini Market Swalayan DT, ATM, radio, klinik, dan kantin Belia Food.24 Hasil dari pengelolaan

24 Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid, “Wakaf Produktif”diakses pada Selasa,

31 Juli 2018 pukul 21:05 lihat di http://wakafdt.org/project/wakaf-produktif/ 2,000,000,000 4,000,000,000 6,000,000,000 8,000,000,000 10,000,000,000 Ja n Feb Ma r A pr Ma y Ju n Ju l Au g S ep Oct No v De s

Grafik Pengelolaan Dana Wakaf

Penerima an Penyalura n

(28)

tersebut selanjutnya disalurkan manfaatnya kepada masyarakat sekitar lingkungan lembaga wakaf Daarut Tauhiid baik manfaat secara langsung maupun tidak langsung.

Pengelolaan aset wakaf Daarut Tauhiid telah membawa dampak dan manfaat yang besar bagi masyarakat. Salah satunya pendapatan masyarakat menjadi meningkat karena memperoleh keuntungan dari pemanfaatan aset kantin Belia Food, pertokoan wakaf, dan aset wakaf di sekitar Masjid Rahmatan Lil’alamin Eco Pesantren Daarut Tauhiid. Aset-aset wakaf tersebut tidak terlepas dari pengelolaan wakaf oleh lembaga wakaf Daarut Tauhiid yang profesional dan nāẓir telah menunjukkan akuntabilitasnya kepada

stakeholder.25 Oleh karena itu, lembaga wakaf Daarut Tauhiid

dipilih sebagai objek penelitian penulis karena pengelolaan wakaf lembaga tersebut telah berjalan secara profesional dan menunjukkan akuntabilitas para nāẓir terhadap stakeholdernya. Selain itu, lembaga tersebut memiliki pengelolaan dan manajemen sendiri yang terpisah dengan lembaga ZIS. Sehingga harapannya nāẓir dapat lebih memfokuskan penghimpunan dan pengelolaan aset wakaf untuk lebih berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar lagi kepada masyarakat. Terutama manfaat yang dirasakan tersebut dapat berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, sejauh mana dampak yang dirasakan dengan adanya pengelolaan wakaf produktif terhadap kesejahteraan masyarakat masih belum tergambarkan dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui secara lebih jelas tentang manajemen wakaf produktif dan dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat baik dari aspek sumber daya nāẓir,

25 Hidayatul Ihsan, et.al., “Akuntabilitas pada Institusi Wakaf: Studi Kasus

Wakaf Daarut Tauhiid,” dalam Proceeding, “National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology Politeknik Negeri Padang”, 15-16 Oktober 2016, h. 177-187 diakses pada

(29)

Pendahuluan11 pengembangan aset wakaf, dan pelaporan keuangan khususnya yang telah dijalankan oleh lembaga wakaf Daarut Tauhiid. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Wakaf Produktif dan Kesejahteraan Masyarakat: Persepsi Penerima Manfaat Wakaf di Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada penjelasan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi berbagai permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan wakaf. Identifikasi masalah-masalah tersebut penulis kemukakan di bawah ini, yaitu:

1. Pengelolaan wakaf yang dijalankan oleh nāẓir lembaga wakaf masih banyak yang belum profesional. Sebagian lembaga masih ada yang mengelola aset wakaf secara tradisional. Akibatnya dampak yang dirasakan manfaatpun tidak optimal. 2. Pengembangan aset wakaf lebih banyak mengarah untuk

kegiatan konsumtif seperti masjid untuk beribadah, majlis

ta’li>m untuk kegiatan pengajian dan sekolah untuk pendidikan. Sedangkan pengembangan aset ke arah produktif masih belum banyak dikelola.

3. Banyaknya aset wakaf produktif belum menjamin kesejahteraan masyarakat. Tetapi dengan manajemen wakaf yang profesional dapat mendukung kesejahteraan masyarakat. 4. Manajemen wakaf produktif secara profesional akan

membawa dampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Namun, kesejahteraan masyarakat lebih terfokus pada peningkatan pendapatan sedangkan aspek lain dari sisi spiritual seperti peningkatan ibadah masih belum terukur dengan baik.

(30)

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen wakaf produktif yang telah dilakukan oleh lembaga wakaf Daarut Tauhiid berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di lingkungan sekitarnya melalui pemberdayaan ekonomi.

Adapun pertanyaan minornya adalah:

1. Bagaimana manajemen wakaf produktif lembaga wakaf Daarut Tauhiid?

2. Apakah manajemen wakaf produktif berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi di lembaga wakaf Daarut Tauhiid?

D. Pembatasan Masalah

Dari berbagai permasalahan yang telah penulis identifikasi, penelitian ini akan memfokuskan pembahasannya dalam beberapa batasan, antara lain:

1. Penelitian ini akan mengkaji teori-teori manajemen dalam perspektif ekonomi Islam yang dikaitkan dengan manajemen wakaf produktif pada lembaga wakaf dan bagaimana pengaruh dari konsep manajemen produktif tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi. 2. Tempat atau objek dari penelitian ini dibatasi kepada satu

lembaga pengelola wakaf, yaitu lembaga wakaf Daarut Tauhiid dengan rentang waktu penelitian dari bulan Februari sampai dengan Juni 2019.

3. Obyek penelitian difokuskan pada masyarakat yang menerima manfaat dari aset wakaf produktif yang berada di sekitar lingkungan lembaga wakaf Daarut Tauhiid.

(31)

Pendahuluan13 E. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan umum yang ingin peroleh adalah untuk menjelaskan bagaimana manajemen wakaf produktif yang telah dilakukan oleh lembaga wakaf Daarut Tauhiid berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di lingkungan sekitarnya.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengkaji manajemen wakaf produktif dalam tinjauan ekonomi Islam pada lembaga wakaf Daarut Tauhiid.

2. Untuk mengkaji dan membuktikan pengaruh manajemen wakaf produktif terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi di lingkungan lembaga wakaf Daarut Tauhiid.

F. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Signifikansi dan manfaat yang diharapkan setelah memperoleh hasil dari penelitian ini adalah:

1. Menjadi referensi bagi kalangan akademisi untuk penelitian selanjutnya yang relevan dengan wakaf produktif.

2. Menjadi bahan evaluasi bagi lembaga wakaf agar dapat mengoptimalkan pengelolaan wakaf produktif yang telah dijalankan.

3. Dapat membantu pemerintah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui aturan yang dikeluarkan guna menunjang penguatan lembaga-lembaga wakaf sebagai pengelola wakaf.

4. Menjadi sumber informasi yang dapat menunjang lebih lanjut pengelolaan wakaf produkif di Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(32)

G. Kerangka Pemikiran

Wakaf produktif yang saat ini mulai banyak berkembang telah membawa dampak yang besar bagi masyarakat. Dampak tersebut tidak terlepas dari keberhasilan para nāẓir lembaga wakaf dalam mengelola wakaf produktif dengan profesional. Penelitian Muhamad Nafik Hadi Ryandono dan Bashlul Hazami menegaskan manajemen wakaf yang dilakukan secara profesional memiliki dampak lebih terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.26

Bahkan M. Anas Zarqa menyatakan manajemen wakaf harus menampilkan performa terbaik. Hal ini tentu menghendaki wakaf dikelola secara profesional sehingga dapat secara signifikan memainkan peran sosial ekonominya. Kemajuan dan kemunduran wakaf tergantung pada nāẓir yang profesional.27

Menurut Iman dan Muhammad yang dikutip Siti Razifah Khamis dan Marhanum Che Mohd Salleh menyatakan bahwa manajemen wakaf membutuhkan tiga sumber daya yang mendasar, yaitu sumber daya manusia (nāẓir), uang dan properti atau aset.28

Tiga sumber daya mendasar tersebut dijadikan sebagai indikator-indikator yang dapat mengukur manajemen wakaf produktif. Dalam penelitian ini, manajemen wakaf produktif menjadi variabel independen atau variabel bebas dan merupakan variabel laten yang

26 Muhamad Nafik Hadi Ryandono dan Bashlul Hazami, “Peran dan Implementasi Waqaf dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat,” h. 239-264.

27 Muhammad Anas Zarqa’, Some Modern Means for the Financing and

Invesment of Awqaf Projects, dalam Management and Development of Awqaf Properties, Proceeding of the Seminar, (Jeddah: Islamic Research and Training Institute, Islamic Development Bank, 1987), 38 dalam Tiswani, “Peran Nazhir dalam Pemberdayaan Wakaf (Tinjauan terhadap Strategi Pemberdayaan Wakaf Badan Wakaf Al-Qur’an dan Wakaf Center),” dalam Al-‘Aadalah 12, no. 2, 2014, h. 409-426.

28 iti Razifah Khamis dan Marhanum Che Mohd Salleh, “Study On The

Efficiency of Cash Waqf Management In Malaysia,” dalam Journal of Islamic Monetary Economics and Finance 4, no. 1, 2018, h. 61–84, https://doi.org/10.21098/jimf.v4i1.732.

(33)

Pendahuluan15 memiliki beberapa variabel manifes atau indikator, yaitu profesionalitas nāẓir, pengelolaan aset wakaf, dan pelaporan keuangan.

Manajemen wakaf produktif yang dijelaskan dalam tiga indikator di atas dapat mendukung dan membawa dampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, kesejahteraan tersebut tidak dapat langsung dirasakan masyarakat apabila tanpa melalui proses pemberdayaan, khususnya pemberdayaan ekonomi. Oleh karena itu, pemberdayaan ekonomi digunakan sebagai variabel intervening atau variabel antara yang memiliki beberapa indikator seperti pembinaan ibadah, pembentukan karakter Islami, pendampingan dan monitoring, serta pengetahuan dan keterampilan. Adapun kesejahteraan masyarakat menjadi variabel dependen atau variabel terikat yang dijelaskan dalam beberapa indikator, yaitu memberikan sumbangan, melaksanakan ibadah, kebutuhan pokok, dan pendapatan.

Menurut hasil penelitian Budi Indra Agusci mengemukakan bahwa pengelolaan wakaf produktif di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) telah berimplikasi positif terhadap peningkatan taraf peningkatan ekonomi masyarakat, membuka lapangan kerja, dan menciptakan wirausahawan-wirausahawan baru di Indonesia.29

Begitu pula Tesis Muslimin Muchtar dari hasil penelitiaannya menyimpulkan bahwa variabel pengelolaan wakaf memberi kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kabupaten Sidenreng Rappang.30 Adapun menurut penelitian Agung Yatiningrum, Joni Hendra, dan Saifullah variabel

29 Budi Indra Agusci, “Urgensi Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam

Pembangunan Ekonomi Dan Pemberdayaan Masyarakat”, dalam Misykat Al-Anwar Jurnal Kajian Islam dan masyarakat 30, no. 1, 2019, h. 46.

30 Muslimin Muchtar, “Pemberdayaan Wakaf Produktif terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Sidenreng Rappang,” (Tesis Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, 2012), h. 93.

(34)

pemberdayaan yang ditunjukkan oleh faktor modal, jumlah jam kerja, jumlah tenaga kerja, lokasi usaha, pengalaman berusaha, dan tingkat pendidikan secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan wanita pedagang sektor informal di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo dengan hasil uji signifikansi sebesar 0,000 < 0,0531. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Albertus Lalaun dan Agus Siahaya yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara dampak program pemberdayaan terhadap kesejahteraan masyarakat dengan nilai F hitung = 17,59 pada α = 0,05 lebih besar dari F tabel = 4,20 pada α = 0,05. Hal ini disebabkan oleh adanya keterampilan dan pelatihan masyarakat dalam program pemberdayaan tersebut.32

Secara jelas hubungan antar variabel di atas, dapat digambarkan dalam model berikut ini:

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

31 Agung Yatiningrum, Joni Hendra, dan Saifullah Saifullah, “Analisis

Pengaruh Pemberdayaan Wanita Pedagang Sektor Informal Terhadap Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga,” dalam Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 5, no. 2, 2017, h. 55–63, https://doi.org/10.26905/jmdk.v5i2.1588

32 Albertus Lalaun dan Agus Siahaya, “Dampak Program Pemberdayaan

Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Yaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat”, dalam Jurnal Administrasi Publik 5, no. 2, 2015, h. 85.

Manajemen Wakaf Produktif Profesionalitas Nazhir

Pengelolaan Aset Wakaf

Pelaporan Keuangan

Pemberdayaan Ekonomi Pembinaan Ibadah

Pembentukan Karakter Islami Pendampingan dan Monitoring

Kesejahteraan Masyarakat Memberikan Sumbangan Melaksanakan Ibadah Kebutuhan Pokok Pendapatan

(35)

Pendahuluan17 H. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Untuk memperoleh gambaran tentang penelitian yang akan dilakukan ini, penulis telah melakukan telaah pustaka yang relevan berkenaan dengan tema pembahasan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Penelitian Rozalinda tahun 2016 dengan judul “Management Waqf Produktif di Sumatera Barat”.33 Penelitian ini ingin

menganalisis peran wakaf produktif dalam memberdayakan ekonomi umat di Sumatera Barat. Hasilnya menunjukkan bahwa pengelolaan wakaf produktif di Sumatera Barat dengan membangun fasilitas bisnis seperti toko, gedung bimbingan belajar, dan rumah kontrakan memberi pengaruh yang positif terhadap pemberdayaan masyarakat. Fasilitas bisnis yang disediakan oleh lembaga manajemen wakaf tersebut memberikan masyarakat lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan atau untuk memperluas bisnis mereka dan memperoleh lebih banyak keuntungan sehingga kesejahteraan ekonomi mereka meningkat. Secara keseluruhan manajemen wakaf di Sumatera Barat telah berjalan dengan baik dan mendapat dukungan dari sebagian besar anggota masyarakat. Satu-satunya kendala adalah keterbatasan wakaf tunai sehingga membuat agak sulit untuk memperluas aset wakaf. Oleh karena itu, dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat atas dasar wakaf produktif menjadi lebih efektif, maka disarankan bahwa lembaga manajemen wakaf lebih mengembangkan gerakan wakaf uang. Perbedaan penelitian Rozalinda dengan penulis adalah penggunaan metode dan tema penelitian. Rozalinda lebih banyak menjelaskan pengelolaan wakaf produktif dari sisi pengelolaan dan pengembangan aset, sedangkan dari aspek na>z{ir dan pelaporan keuangan belum dijelaskan. Selain itu, metodologi penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif. Sementara penulis menggunakan dua

33 Rozalinda, “Management Waqf Produktif di Sumatera Barat,” dalam

(36)

pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji secara empiris dampak manajemen wakaf produktif terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi.

Hardiyanti Yusuf tahun 2017 dalam tesisnya yang berjudul

“Pengelolaan dan Pemanfaatan Wakaf Produktif dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pada Pesantren Al-Mubarak Kec. Sibulue, Kabupaten Bone”.34 Tesis ini memberikan gambaran

mengenai pengelolaan wakaf produktif pada pesantren Al-Mubarak berupa mini market dan peternakan ayam yang didirikan dengan bantuan dana dari pemerintah melalui dana pemberdayaan wakaf produktif. Adapun pemanfaatan wakaf produktif dalam kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat diberikan secara internal dan eksternal. Pemanfaatan secara internal ditujukan untuk pesantren itu sendiri dan hasilnya dirasakan oleh internal, seperti biaya operasional majelis taklim, pengajian dan para ustadz/ustadzahnya. Sedangkan pemanfaatan secara eksternal berupa beasiswa untuk santri, penyediaan fasilitas pinjaman bagi masyarakat, dan pemberian pupuk organik secara gratis kepada para petani. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan wakaf produktif terdapat beberapa hambatan yaitu kurangnya pemahaman masyarakat tentang wakaf produktif, lemahnya profesionalisme

nāẓir, dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap lembaga wakaf. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut adalah sosialisasi tentang wakaf produktif, regulasi perundang-undangan wakaf, dan terbentuknya forum nāẓir. Penelitian Hardiyanti Yusuf tidak menguraikan keadaan nāẓir secara detail, tetapi lebih banyak menjelaskan pengembangan aset wakaf

34 Hardiyanti Yusuf, “Pengelolaan dan Pemanfaatan Wakaf Produktif dalam

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pada Pesantren Al-Mubarak Kec. Sibulue, Kabupaten Bone,” (Tesis Program Pascasarjana: UIN Alauddin Makassar, 2017), h. 124.

(37)

Pendahuluan19 yang dilakukan. Selain itu, penggunaan metodologi melalui pendekatan kualitatif, sementara penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Anas Alhifni, Nurul Huda, Musclih Ansori, dan Rully Trihantana tahun 2017 dalam artikelnya yang berjudul “Waqf an Instrument of Community Empowerment in Islamic Boarding School Daarut Tauhiid in Indonesia”.35 Penelitian Anas bertujuan

untuk menjelaskan wakaf sebagai instrumen pemberdayaan masyarakat di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. Hasilnya menunjukkan bahwa wakaf menjadi instrumen pemberdayaan masyarakat di pondok pesantren Daarut Tauhiid telah direalisasikan dengan baik. Aset wakaf Daarut Tauhiid diberdayakan dalam dua sektor, yaitu pendidikan dan ekonomi. Kedua sektor tersebut telah dilakukan dengan baik dan juga didukung oleh pemberdayaan ekonomi dari santri dan masyarakat. Ada beberapa keunggulan yang dimiliki Daarut Tauhiid dalam mengelola aset wakafnya antara lain pengelolaan aset wakaf yang selalu mengedepankan prinsip syariah,

wa>qif diberikan kebebasan untuk menentukan aset wakaf yang dia inginkan, dan terbuka dalam pelaporan serta akses wakaf. Penelitian penulis memiliki kemiripan dengan Alhifni dengan tema dan objek yang sama yaitu wakaf yang menjadi instrumen pemberdayaan masyarakat di Daarut Tauhiid. Namun, terdapat beberapa hal yang membedakan yaitu aspek metodologi, manajemen wakaf, dan dampak wakaf produktif. Metodologi penelitian penulis menggunakan kombinasi penelitian kualitatif dan kuantitatif, sedangkan Alhifni hanya menggunakan metode kualitatif. Selain itu, manajemen wakaf yang dibahas dalam penelitian penulis lebih terfokus pada tiga komponen dalam lingkup manajemen wakaf produktif yaitu nāẓir, aset wakaf, dan keuangan. Adapun Alhifni

35 Anas Alhifni, et.al., “Waqf an Instrument of Community Empowerment

in Islamic Boarding School Daarut Tauhiid in Indonesia,” dalam Journal of Islamic Economics, Banking and Finance 13, no. 2, 2017, h. 76-88.

(38)

menjelaskan pengelolaan wakaf di Daarut Tauhiid secara global, sehingga belum tergambarkan secara terperinci tentang pengelolaan

nāẓir, aset wakaf, dan keuangan di lembaga wakaf Daarut Tauhiid. Yuli Rofa, Umar Burhan, dan Multifiah tahun 2016 dalam tulisannya yang berjudul “The Role of Productive Waqf for Public Welfare (Study Case of Nāẓir Foundation in University of Islam Malang)”.36 Dalam tulisannya, Yuli Rofa dkk menjelaskan bahwa

wakaf produktif yang dikelola oleh nāẓir Yayasan Universitas Islam Malang telah berhasil mengelola ruangan VIP Rumah Sakit Islam Malang, bahkan ruang VIP RSI Malang ini menjadi proyek percontohan wakaf produktif yang berasal dari hibah Kementerian Agama. Sehingga dalam waktu kurang dari 7 (tujuh) tahun gedung VIP sudah sampai Break Event Point (BEP). Nāẓir Yayasan Universitas Islam Malang juga mengembangkan wakaf dengan menambahkan ruang VIP dan membangun minimarket Al-Khaibar. Hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk rakyat, sehingga pendapatan masyarakat menjadi meningkat. Penelitian ini telah menjelaskan peran wakaf produktif terhadap kesejahteraan masyarakat. Namun, tidak menjelaskan proses pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sedangkan penulis menguraikan pemberdayaan ekonomi yang selanjutnya digunakan sebagai variabel antara yang akan diuji terhadap kesejahteraan masyarakat.

Mochammad Arif Budiman tahun 2014 dengan judul “The Significance of Waqf for Economic Development”.37 Artikel bertujuan untuk membantah ilmuwan Barat yang menyatakan

36 Yuli Rofa’i, Umar Burhan, dan Multifiah, “The Role of Productive Waqf

for Public Welfare (Study Case of Nadzir Foundation in University of Islam Malang),” dalam International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) 2, no. 2, 2016, h. 152-160.

37 Mochammad Arif Budiman, “The Significance of Waqf for Economic

(39)

Pendahuluan21 bahwa institusi wakaf tidak lagi memainkan fungsi ekonomi yang signifikan dalam konteks perekonomian modern sebagaimana yang terjadi pada masa-masa lalu. Akan tetapi, yang ada justru sebagai faktor yang menghambat pembangunan di negara-negara Muslim. Budiman membantahnya dengan tegas bahwa sistem wakaf secara signifikan berkontribusi terhadap tujuan akhir dari setiap ekonomi di masa modern, karena dapat mengurangi defisit anggaran, mengurangi kebutuhan untuk pinjaman pemerintah, dan mengarah pada penurunan suku bunga. Wakaf juga dapat mengembalikan distribusi pendapatan dan kekayaan serta memainkan peran penting dalam memberantas kemiskinan. Sehingga pada akhirnya, wakaf akan meningkatkan kemajuan ekonomi negara secara keseluruhan. Tentunya, semua peran penting wakaf ini mungkin akan tercapai di zaman modern jika beberapa syarat terkait kerangka hukum, konsep fikih wakaf, manajemen dan perencanaan dapat ditingkatkan secara komprehensif. Selain itu, melakukan pengelolaan atas properti wakaf dan membangun lembaga wakaf baru juga merupakan cara strategis yang penting untuk dilakukan. Pembeda penelitian ini dengan penulis adalah terletak pada konsep manajemen yang lebih dijelaskan dalam tiga aspek yaitu na>z{ir, aset, dan keuangan. Termasuk perbedaan dalam penggunaan metodologi yang menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Farhana Mohamad Suhaimi, Asmak Ab Rahman, dan Sabitha Marican tahun 2014 dengan judul “The Role of Share Waqf in The Socio-Economic Development of The Muslim Community: The Malaysian Experience”.38 Penelitian ini menganalisis peran Skema

Dana Wakaf yang didirikan oleh Dewan Agama Islam Penang, Majlis Agama Islam Negeri Pulau Pinang (MAINPP) dalam upaya untuk mengembangkan ekonomi masyarakat muslim di Pulau

38 Farhana Mohamad Suhaimi, et.al., “The Role of Share Waqf in The

Socio-Economic Development of The Muslim Community: The Malaysian Experience,” dalam Humanomics 30, no. 3, 2014, h. 227-254.

(40)

Pinang. Terbukti dari hasil penelitiannya Skema Dana Wakaf Penang berperan positif dalam menyediakan fasilitas untuk pengembangan sumber daya manusia komunitas muslim di bidang spiritualitas, ekonomi, sosial dan kesejahteraan. Selain itu, fasilitas ini berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup komunitas muslim yang merupakan tujuan utama dalam perkembangan ekonomi yang komprehensif. Dengan demikian, meningkatnya kualitas hidup masyarakat di Penang berdampak pada Indeks Pembangunan Manusia Malaysia (IPM) yang sebelumnya tercatat tingkat 0,744 dengan menaikkannya ke tingkat yang lebih baik. Perbedaan penelitian ini dengan penulis adalah konsep wakaf produktif dan kesejahteraan masyarakat yang diuraikan tidak hanya menguraikan peran dana wakaf, tetapi termasuk na>z{ir dan bentuk-bentuk pelaporan keuangan wakaf yang dihimpun dan digunakan. Selain itu, konsep kesejahteraan yang diuraikan penulis tidak hanya pada aspek IPM yang bersifat material, tetapi membahas pula aspek spiritual.

Yusuff Jelili Amuda dan Ahmad Hidayat bin Buang tahun 2015 dengan judul penelitiannya “The Application of Cash Waqf As An Instrument for Socio-Economic Development in Nigeria” 39

menjelaskan bahwa wakaf tunai layak dan mampu mengurangi tingkat kemiskinan di kalangan muslim Nigeria yang kurang sejahtera dan lebih jauh manfaatnya akan terasa jika wakaf tunai dikomersilkan dengan baik. Oleh karena itu, manajemen wakaf di Nigeria harus memanfaatkan semua sarana komunikasi untuk mendidik warganya akan pentingnya wakaf bagi masyarakat dan bangsa pada umunya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah wakaf produktif yang digunakan tidak hanya terletak pada wakaf tunai,

39 Yusuff Jelili Amuda dan Ahmad Hidayat Bin Buang, “The Application of

Cash Waqf As An Instrument for Socio-Economic Development in Nigeria,” dalam International Journal of Economics, Commerce and Management 3, no. 5, 2015, h. 605-621.

(41)

Pendahuluan23 tetapi aset-aset yang dikelola dan dikembangkan pada objek penelitian ini diuraikan dengan detail, termasuk program-program wakaf yang dijalankan.

Pemaparan di atas terkait dengan pengelolaan wakaf secara garis besar menunjukkan bahwa wakaf dapat menjadi instrumen dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, pengelolaan wakaf yang telah dijelaskan masih secara umum dari keseluruhan aspek dalam ruang lingkup manajemen. Selain itu, dampak yang dirasakan masyarakat dari wakaf produktif masih lebih banyak dijelaskan secara umum dari aspek kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya setelah mengetahui manajemen wakaf produktif yang telah berjalan, penulis akan uji dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat, baik dari segi pendapatan, pemenuhan kebutuhan pokok, pelaksanaan ibadah, dan memberikan sumbangan. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memacu lembaga wakaf untuk meningkatkan pengelolaan wakaf secara produktif. I. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menjelaskan secara deskriptif tentang manajemen wakaf produktif dari tiga aspek, yaitu nāẓir, aset wakaf, dan keuangan yang telah dijalankan oleh lembaga wakaf Daarut Tauhiid. Kemudian setelah mendeskripsikan tiga aspek tersebut penulis akan mencoba untuk menganalisanya melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan Partial Least Square (PLS). Dengan alat ini penulis ingin membuktikan bahwa secara empiris manajemen wakaf produktif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi. Sehingga dengan demikian, penelitian ini akan menggunakan dua jenis pendekatan penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini dilakukan dengan memberikan instrumen kuesioner kepada masyarakat yang

(42)

menerima manfaat dari wakaf produktif dengan tujuan untuk memberikan gambaran sampai sejauh mana dampak yang dirasakan masyarakat dengan adanya wakaf produktif tersebut. Oleh karena itu, jenis penelitian ini berbentuk penelitian yang terjun langsung ke lapangan (field research). Adapun penelitian dengan pendekatan kualitatif dilakukan untuk mendeskrispikan manajemen wakaf produktif yang sedang berlangsung, melakukan observasi secara langsung kepada masyarakat yang telah merasakan manfaat wakaf produktif dengan tujuan melengkapi uraian hasil studi dari fenomena yang diteliti, sehingga informasi yang diperoleh lebih mendetail mengenai kondisi dan peristiwa yang terjadi.40

Desain penelitian yang direncanakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey explanatory. Pendekatan survey digunakan untuk menghasilkan fakta-fakta, menemukan keterangan-keterangan faktual serta berusaha untuk menguraikan gejala-gejala dari kejadian yang sedang dialami.41 Adapun penelitian explanatory

digunakan untuk menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti, menghasilkan fenomena yang terjadi secara empiris dan berusaha untuk memperoleh jawaban atas hubungan kausalitas antarvariabel melalui pengujian hipotesis.42

2. Populasi dan Sampel

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat para penerima manfaat wakaf produktif di sekitar lembaga wakaf Daarut Tauhiid. Sedangkan pengambilan sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling yaitu berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu. Adapun jumlah sampelnya sebanyak 31 responden sebagai

40 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2003), h. 3.

41 M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Ghalia, 1988)

(43)

Pendahuluan25 masyarakat penerima manfaat dari aset wakaf produktif berdasarkan data yang diperoleh dari lembaga wakaf Daarut Tauhiid.

Kegiatan penelitian yang dilakukan ini bertempat di lembaga wakaf Daarut Tauhiid Bandung dengan objek penelitiannya adalah masyarakat yang menerima manfaat dari program wakaf produktif khususnya dalam kegiatan ekonomi. Pemilihan tempat ini dikarenakan lembaga tersebut telah aktif mengelola wakaf produktif dengan berbagai jenis aset wakaf seperti super market, cottage, pertokoan, pujasera, dan seluruh aset lainnya yang dikelola oleh lembaga wakaf Daarut Tauhiid yang merupakan hasil dari wakaf, sehingga peneliti menilai lembaga wakaf Daarut Tauhiid menjadi obyek yang tepat untuk dilakukan penelitian.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder. Data-data tersebut diperoleh melalui:

a. Data primer bersumber dari pengisian kuesioner yang disebar kepada calon responden. Calon responden yang dimaksud adalah para penerima manfaat wakaf produktif yang telah dikelola oleh lembaga wakaf Daarut Tauhiid, khususnya yang berada di sekitar Daarut Tauhiid.

b. Data sekunder bersumber dari buku-buku, jurnal ilmiah, bahan pustaka dan artikel lainnya yang memiliki keterkaitan dengan manajemen wakaf produktif dan dampaknya dengan kesejahteraan. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat temuan dan hasil penelitian yang akan diperoleh dari data primer.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data di lapangan, maka peneliti mengumpulkan data yang dilakukan melalui beberapa teknik pengumpulan data meliputi:

(44)

a) Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung atas suatu peristiwa, fenomena, atau fakta empiris yang berkaitan dengan penelitian.43 Observasi yang

digunakan oleh peneliti adalah metode observasi non partisipan. Pada observasi ini, peneliti tidak terlibat langsung dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi, melainkan hanya mengamati dan mencatat kejadian atau peristiwa yang terjadi di lokasi penelitian. Adapun observasi yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi gambaran umum lembaga wakaf Daarut Tauhiid dari segi pengelolaan, kelengkapan dan pemanfaatan sarana prasarana, serta aktifitas kegiatan ekonomi yang telah berjalan.

b) Kuesioner

Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh dari pengelolaan wakaf produktif terhadap kesejahteraan masyarakat. Peneliti akan menggunakan instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner yang bersifat tertutup yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe likert (likert’s type items).

Oleh karena itu, untuk setiap pilihan responden atau jawaban diberikan skor dan skor yang dipilih memiliki tingkat pengukuran ordinal.

Kuesioner ini akan disusun berdasarkan indikator-indikator dari masing-masing variabel laten dan jawaban yang dinilai tepat oleh responden dipilih dengan menggunakan ceklis dengan pilihan jawaban yang tersedia. Penetapan skor atas jawaban kuesioner yang dipilih responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:

43 Musfiqon, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Prestasi

Gambar

Grafik Pengelolaan Dana Wakaf
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 1.2  Operasional Variabel
Gambar 5.1  Jenis Kelamin Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait