Malang, 26 Maret 2016
487
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PDEODE
(PREDICT-DISCUSS-EXPLAIN-OBSERVE-DISCUSS-EXPLAIN) PADA KEMAMPUAN AKADEMIK
BERBEDATERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA DI KOTA MAKASSAR
The Effect Of Pdeode (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain) Learning Strategy In The Different Academic Abilities On Students’ Learning Outcomes In
Senior High School Makassar
Tismi Dipalaya1), Herawati Susilo 2), Aloysius Duran Corebima 3) 1)
Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
2)
Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
3)
Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Jl Bendungan Sutami Gang 1 No. 435 Kota Malang, HP 082179959709; e-mail:
Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar siswa yang belajar menggunakan strategi pembelajaran PDEODE, (2) perbedaan hasil belajar siswa pada kemampuan akademik berbeda, serta (3) perbedaan hasil belajar siswa karena interaksi antara strategi pembelajaran PDEODE dengan kemampuan akademik. Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Postest
Non-equivalent Control Design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA4 SMA Negeri
1 Makassar dan XI IPA1 SMA Islam Athirah Makassar semester I tahun ajaran 2015-2016,
sebanyak 40 orang. Data diperoleh dari hasil pretest dan posttest menggunakan soal esai. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Anakova. Hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa strategi pembelajaran, kemampuan akademik serta interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan akademik berpengaruh terhadap hasil belajar. Strategi pembelajaran PDEODE memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa lebih besar yaitu 73,82% dibandingkan pembelajaran konvensional. Kemampuan akademik tinggi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa lebih besar yaitu 65,60% dibandingkan kemampuan akademik rendah. Berdasarkan hasil uji lanjut (LSD), diketahui bahwa strategi pembelajaran PDEODE pada siswa kemampuan akademik tinggi paling baik dalam meningkatkan hasil belajar.
Kata kunci: strategi pembelajaran PDEODE, hasil belajar, kemampuan akademik Abstract
This quasi-experimental research aims to determine: (1) differences of students‘ learning outcomes between PDEODE learning and conventional learning, (2) differences of students‘ learning outcomes between those at higher and lower academic abilities, and (3) the learning outcomes of students due to the interaction between learning strategy and academic ability. The research design was a pretest-posttest non-equivalent control design. The sample was 40 students of State Senior High School 1 Makassar and Islamic Senior High School Athirah Makassar. The research has been carried out during semester 1 of academic year 2015-2016. Data were obtained by the pretest and posttest using essay test. Data were analyzed using ANACOVA Test. The data analysis showed that learning strategy, academic ability, as well as interaction between learning strategy and academic ability affect the students‘ learning outcome significantly. PDEODE learning strategy affects the students‘ learning outcome as much as 73,82% higher than conventional learning. High academic ability affects the students‘ critical thinking skills as much as
Malang, 26 Maret 2016
488
65.60% higher than the low academic ability. It is uncovered too that PDEODE learning strategy in high academic ability is best one to increase the learning outcome.
Keywords: PDEODE learning strategy, learning outcome, academic ability. PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil belajar tertentu di bawah bimbingan, arahan, dan motivasi guru. Pembelajaran bukanlah proses yang didominasi guru. Pembelajaran adalah proses yang menuntut siswa secara aktif dan kreatif melakukan sejumlah aktivitas sehingga siswa benar-benar membangun pengetahuannya secara mandiri dan berkembang pula kreativitasnya. Pembelajaran haruslah secara teknis menggambarkan sejumlah aktivitas belajar siswa. Tanpa gambaran aktivitas siswa, proses yang dilakukan guru dalam kelas bukanlah pembelajaran melainkan pengajaran (Abidin 2014).
Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006).
Berdasarkan hasil studi TIMSS 2007 (The Trends in International Mathematics and Science Study), kemampuan anak Indonesia dalam bidang sains berada pada posisi ke 35 dari 49 negara peserta dengan pencapaian skor 433, dan masih di bawah skor rata-rata internasional yaitu 500. Dari hasil studi tersebut, diperlihatkan pula bahwa anak-anak Indonesia tidak mampu dalam hal antara lain: (1) menunjukkan beberapa konsep yang abstrak dan kompleks dalam biologi (2) memahami kompleksitas makhluk hidup dan hubungan mereka dengan lingkungannya, dan (3) memberikan penjelasan secara tertulis untuk menyampaikan pengetahuan ilmiah (Martin dkk, 2008).
Hasil studi internasional PISA (The Programme for International Student Assessment) tahun 2006, diperoleh hasil bahwa kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke-50 dari 57 negara. Aspek literasi sains yang diukur pada studi ini adalah menggunakan pengetahuan dan mengidentifikasi masalah untuk memahami fakta-fakta dan keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi pada lingkungan. Secara internasional skala kemampuan literasi sains dibagi menjadi 6 level kemampuan. Berdasarkan level kemampuan ini, sebanyak 20,3% siswa Indonesia berada di bawah level 1 (skor di bawah 334,94), 41,3% berada pada level 1 (skor 334,94 – 409,54), 27,5% berada pada level 2 (skor 409,54 – 484,14), 9,5% berada pada level 3 (skor 484,14 – 558,73), dan 1,4% berada pada level 4. Tidak ada siswa Indonesia yang berada pada level 5 dan level 6. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 27,5% siswa Indonesia yang memiliki pengetahuan ilmiah yang cukup untuk memberikan penjelasan yang mungkin dalam konteks yang familiar atau membuat kesimpulan berdasarkan pengamatan sederhana. Sebagian besar (41,3%) siswa Indonesia memiliki pengetahuan ilmiah terbatas yang hanya dapat diterapkan pada beberapa situasi yang familiar. Mereka dapat mempresentasikan
Malang, 26 Maret 2016
489
penjelasan ilmiah dari fakta yang jika diberikan secara jelas dan eksplisit saja (OECD, 2007).
Berdasarkan hasil observasi di beberapa sekolah di Kota Makassar pada Januari 2015, pembelajaran biologi masih banyak yang berorientasi pada upaya pengembangan dan menguji daya ingat siswa. Pembelajaran cenderung berbasis hafalan teori dan tidak didasarkan pada pengalaman siswa, sehingga kemampuan siswa sekedar dipahami sebagai kemampuan menghafal. Proses pembelajaran seperti ini akan sulit mengembangkan hasil belajar pada dimensi pengetahuan. Pembelajaran di kelas juga belum memperhatikan mengenai perbedaan kemampuan akademik siswa. Pembagian kelas di SMA di Kota Makassar rata-rata mendistribusikan siswa dalam keadaan heterogen. Dalam suatu kelas terdiri dari siswa dengan berbagai tingkat kemampuan akademik. Perbedaan kemampuan akademik hendaknya menjadi perhatian guru dalam melaksanakan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diterapkan hendaknya mampu mengakomodasi siswa dengan berbagai tingkat kemampuan akademik. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran harus mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam memberdayakan heterogenitas kemampuan akademik siswa.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi hasil belajar/pemahaman konsep siswa. Salah satu faktor penting adalah strategi pembelajaran yang diterapkan guru. Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih monoton dengan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang berorientasi pada pemrosesan informasi. Guru lebih sering memberikan informasi yang sudah jadi, seperti konsep-konsep yang sudah ada di buku, kemudian memberikan latihan soal. Pada proses pembelajaran, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam kegiatan memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati, kegiatan pengamatan atau observasi, serta kegiatan yang dapat melatih retorika siswa yaitu mengkomunikasikan atau menjelaskan keterkaitan antara prediksi dan hasil observasi pada orang lain, sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa (Abidin, 2014).
Berbagai masalah tersebut harus segera diatasi dengan menggunakan strategi pembelajaran yang mampu memfasilitasi pengembangan keterampilan berpikir kritis dan komunikasi siswa. Salah satu solusi alternatifnya adalah strategi pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain). PDEODE merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan dari strategi pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) (Costu, 2008). POE adalah strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivis. POE dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa (Puriyandaari dkk, 2014; Restami dkk, 2013; Rahayu dkk, 2013).
Strategi pembelajaran PDEODE menekankan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dimana siswa menemukan dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pada tahap ini siswa akan berpikir logis dan secara teoritis didasarkan pada proporsi dan hipotesis, mereka juga dapat mengambil keputusan berdasarkan kesimpulan. Sementara itu, guru berperan sebagai motivator dan fasilitator kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru membimbing, mengarahkan, dan membantu siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan lingkungan mereka dan kehidupan sehari-hari. Masalah yang diberikan kepada siswa dan percobaan dilakukan terkait dengan lingkungan sekitar siswa sehingga mereka bisa memikirkan untuk mencari solusi sesuai dengan
Malang, 26 Maret 2016
490
perkembangan kognitif mereka. Siswa akan mendapatkan kebebasan untuk menyelidiki masalah secara individu atau bersama-sama dengan siswa lain untuk menyelesaikannya (Costu, 2008).
Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pengetahuan awal mereka terkait materi yang diberikan, adanya kerjasama antarsiswa selama diskusi berlangsung, adanya tukar pendapat antara siswa satu dengan siswa yang lain, adanya perubahan konseptual pada pengetahuan yang dimiliki oleh siswa (Kolari and Ranne, 2003). Perubahan konseptual yang terjadi adalah perubahan konsep awal yang di pegang oleh siswa dengan pengetahuan yang baru terbukti kebenarannya melalui demonstrasi atau eksperimen. Hasil penelitian Costu (2008) menunjukkan PDEODE dapat memfasilitasi siswa untuk memahami situasi atau masalah di kehidupan sehari-hari serta membantu siswa untuk memperoleh pemahaman konsep yang lebih baik.
Penggunaan strategi ini secara terus-menerus mampu memberikan umpan balik yang positif dan mengembangkan pembelajaran ke arah student centered. Pengajaran dengan strategi pembelajaran yang student centered bisa membantu siswa untuk belajar lebih baik, serta membangun kemampuan dan kepercayaan untuk mengevaluasi pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, pembelajaran ini mampu meningkatkan motivasi siswa. Siswa lebih aktif dalam berinteraksi dengan kelompok-kelompok belajar yang dibuat dan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Kolari dkk., 2005). Melalui strategi pembelajaran ini, siswa dapat berkomunikasi dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan pendapat dan konflik, membuat prediksi, penafsiran dan penjelasan dalam membangun atau mengkonstruksi pengetahuan mereka, serta dapat membenahi miskonsepsi yang mereka miliki melalui diskusi dan demonstrasi (Kolari and Ranne, 2003). Hal ini dapat mendukung peningkatan hasil belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar siswa yang belajar menggunakan strategi pembelajaran PDEODE dengan strategi pembelajaran konvensional, (2) perbedaan hasil belajar siswa pada kemampuan akademik berbeda, serta (3) perbedaan hasil belajar siswa karena interaksi antara strategi pembelajaran PDEODE dengan kemampuan akademik. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan aplikasinya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian eksperimen semu atau quasi experiment (Cresswell, 2013; Cohen dkk, 2011). Rancangan penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest non-equivalent control group design (Cohen dkk, 2011). Untuk lebih jelasnya, rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Rancangan Penelitian
Kelas Pre-test perlakuan Post-test
Ekasperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Malang, 26 Maret 2016
491
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran, yaitu PDEODE dan pembelajaran konvensional, sebagai faktor A. Pada penelitian ini juga digunakan variabel moderator yaitu kemampuan akademik yaitu kemampuan akademik atas dan bawah, sebagai faktor B. Variabel terikatnya yaitu keterampilan berpikir kritis, keterampilan komunikasi dan hasil belajar kognitif siswa. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 2. Adapun rancangan faktorial tersebut digambarkan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Rancangan Faktorial 2 x 2
Kemampuan Akademik (K) Model Pembelajaran (S) PDEODE (S1) Pembelajaran konvensional (S2) Atas (K1) S1K1 S2K1 Bawah (K2) S1K2 S2K2
Prosedur pelaksanaan kombinasi perlakuan berdasarkan rancangan faktorial di atas ditunjukkan pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3. Kombinasi Berdasarkan Rancangan Penelitian dengan Faktorial 2 x 2
Pre-test Perlakuan Post-test
O1 O3 O5 O7 S1K1 S1K2 S2K1 S2K2 O2 O4 O6 O8 Keterangan:
S1 = kelas model pembelajaran PDEODE S2 = kelas model pembelajaran konvensional K1 = kemampuan akademik atas
K2 = kemampuan akademik bawah O1, O3, O5, O7 = skor pre-test
O2, O4, O6, O6 = skor post-test
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN di Kota Makassar semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Sekolah yang dipilih menjadi lokasi penelitian adalah sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dengan melakukan uji kesetaraan terlebih dahulu menggunakan grouping test. Dari kelas yang terpilih, Kelas XI IPA4 SMA Negeri 1 Makassar dijadikan sebagai kelas kontrol dan Kelas
XI IPA2 SMA Islam Athirah Makassar sebagai kelas eksperimen. Setiap kelas perlakuan
dibagi menjadi tiga tingkatan kemampuan akademik (atas, sedang, dan bawah) melalui placement test. Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa dengan kemampuan akademik tinggi dan rendah saja.
Data diperoleh dengan memberikan tes sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan essay test. Data yang diperoleh kemudian diuji normalitas dan
Malang, 26 Maret 2016
492
homogenitasnya. Hipotesis penelitian ini akan diuji dengan menggunakan analisis kovarian (Anakova) dibantu dengan software SPSS 22.0 for Windows. Data kemudian dianalasis menggunakan uji lanjut LSD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil Belajar Berdasarkan Hasil Pre-test dan Post-test
Tabel 1.4 merupakan tabel yang berisikan ringkasan deskripsi data pengukuran hasil belajar awal siswa, dan Tabel 1.5 merupakan ringkasan deskripsi data pengukuran hasil belajar akhir siswa. Data diperoleh dari hasil pre-test dan post-test pada kelas eksperimen (PDEODE) dan kelas kontrol (konvensional).
Tabel 1.4 Ringkasan Deskripsi Data Pengukuran Hasil Belajar Berdasarkan Hasil Pre-test Kelas yang diberi
strategi pembelajaran terdiri 2 taraf Kemampuan akademik ada 2 taraf Mean Std. Deviation N 1=control 1=rendah 16.9000 6.06355 10 2=tinggi 30.7000 7.84644 10 Total 23.8000 9.83335 20 2=eksperimen 1=rendah 18.9000 6.11828 10 2=tinggi 32.4000 12.65087 10 Total 25.6500 11.89549 20 Total 1=rendah 17.9000 6.01664 20 2=tinggi 31.5500 10.28271 20 Total 24.7250 10.81307 40
Tabel 1.5 Ringkasan Deskripsi Data Pengukuran Hasil Belajar Berdasarkan Hasil Post-test Kelas yang diberi
strategi pembelajaran terdiri 2 taraf Kemampuan akademik ada 2 taraf Mean Std. Deviation N 1=control 1=rendah 23.9000 6.27960 10 2=tinggi 66.1000 6.69079 10 Total 45.0000 22.55053 20 2=eksperimen 1=rendah 66.9000 12.86209 10 2=tinggi 90.4000 6.78561 10 Total 78.6500 15.66852 20 Total 1=rendah 45.4000 24.15825 20 2=tinggi 78.2500 14.08573 20 Total 61.8250 25.64540 40
Ringkasan deskripsi data hasil belajar siswa awal dan akhir dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol disajikan dalam bentuk diagram batang agar lebih mudah dipahami. Diagram batang data hasil belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Malang, 26 Maret 2016
493
Gambar 1.1 Diagram Batang Rerata Pre-tes dan Post-tes Hasil Belajar Siswa
Pada Gambar 1.1 dapat diketahui rerata hasil belajar awal pada kelas konvensional untuk siswa dengan kemampuan akademik rendah sebesar 16,9 dan nilai hasil belajar akhir sebesar 23,9; terjadi kenaikan rerata nilai hasil belajar yang dicapai pada kelompok ini sebesar 29,29 %. Rerata hasil belajar awal pada kelas konvensional untuk siswa dengan kemampuan akademik tinggi sebesar 30,7 dan nilai hasil belajar akhir sebesar 66,1; terjadi kenaikan rerata nilai hasil belajar yang dicapai pada kelompok ini sebesar 53,56 %. Pada kelas PDEODE, rerata nilai hasil belajar awal untuk siswa dengan kemampuan akademik rendah sebesar 18,9 dan nilai hasil belajar akhir sebesar 66,9; terjadi kenaikan rerata nilai hasil belajar yang dicapai pada kelompok ini sebesar 71,75 %. Rerata hasil belajar awal pada kelas PDEODE untuk siswa dengan kemampuan akademik tinggi sebesar 32,4 dan nilai hasil belajar akhir sebesar 90,4; terjadi kenaikan rerata nilai hasil belajar yang dicapai pada kelompok ini sebesar 64,16 %.
Data hasil belajar diperoleh berdasarkan hasil pre-test dan post-test siswa. Data selanjutnya dianalisis menggunakan anakova dan hasilnya diringkas dalam Tabel 1.6. Tabel 1.6 Ringkasan Anakova Hasil Perhitungan Data Hasil Belajar Berdasarkan Hasil
Pre-test dan Post-test Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 23064.906a 4 5766.227 78.077 .000 Intercept 13048.715 1 13048.715 176.684 .000 XHB 76.231 1 76.231 1.032 .317 KELAS 10972.469 1 10972.469 148.571 .000 KA 5486.967 1 5486.967 74.295 .000 KELAS * KA 869.411 1 869.411 11.772 .002 Error 2584.869 35 73.853 Total 178543.000 40 Corrected Total 25649.775 39
Malang, 26 Maret 2016
494
Staretgi Pembelajaran
Berdasarkan ringkasan hasil perhitungan uji anakova pada tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi strategi pembelajaran sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima. Artinya, terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen (strategi pembelajaran PDEODE) dan kelas kontrol (konvensional). Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Pada Tabel 1.7. berikut ditunjukkan hasil perbandingan rerata terkoreksi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 1.7 Perbandingan Rerata Terkoreksi Strategi Pembelajaran terhadap Hasil Belajar
KELAS XHB YHB SELISIH HBCOR
1=control 23.80 45.00 21.20 45.157
2=eksperimen 25.65 78.65 53,00 78.493
Setelah dilakukan pembandingan rerata, terlihat bahwa rerata terkoreksi pada kelas eksperimen sebesar 78,493 sedangkan kelas kontrol sebesar 45,157. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa strategi pembelajaran PDEODE memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa lebih besar yaitu 73,82% dibandingkan pembelajaran konvensional.
Kemampuan Akademik
Berdasarkan ringkasan hasil perhitungan uji anakova pada Tabel 1.6. di atas, diperoleh nilai signifikansi kemampuan akademik sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima. Artinya, terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kemampuan akademik tinggi dan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan akademik berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Pada Tabel 1.8 berikut ditunjukkan hasil perbandingan rerata terkoreksi dari kemampuan akademik tinggi dan kemampuan akademik rendah.
Tabel 1.8 Perbandingan Rerata Terkoreksi Kemampuan Akademik terhadap Hasil Belajar
KA XHB YHB SELISIH HBCOR
1=rendah 17.90 45.40 27.50 46.555
2=tinggi 31.55 78.25 46.70 77.095
Setelah dilakukan pembandingan rerata, terlihat bahwa rerata terkoreksi pada kemampuan akademik tinggi sebesar 77,095 sedangkan kemampuan akademik rendah sebesar 46,555. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa kemampuan akademik tinggi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa lebih besar yaitu 65,60% dibandingkan kemampuan akademik rendah.
Interaksi Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Akademik terhadap Hasil Belajar
Berdasarkan ringkasan hasil perhitungan uji anakova pada Tabel 1.6 di atas, juga diperoleh nilai signifikansi interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik sebesar 0,002 atau kurang dari 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis
Malang, 26 Maret 2016
495
penelitian diterima. Artinya, terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan akibat interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil uji lanjut (LSD) yang menunjukkan pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik terhadap hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 1.9.
Tabel 1.9 Hasil Uji LSD Pengaruh Interaksi Strategi Pembelajaran dengan Kemampuan Akademik terhadap Hasil Belajar
KELAS KA GROUP XHB YHB SELISIH HBCOR Notation
LSD 1=kontrol 1=rendah 1 16.90 23.90 7 25.224 a 1=kontrol 2=tinggi 2 30.70 66.10 35.40 65.089 b 2=eksperimen 1=rendah 3 18.90 66.90 48 67.886 b 2=eksperimen 2=tinggi 4 32.40 90.40 58 89.101 c
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa strategi pembelajaran PDEODE pada siswa kemampuan akademik tinggi paling baik dalam meningkatkan hasil belajar. Sementara itu, hasil belajar siswa akademik rendah pada kelas eksperimen (strategi pembelajaran PDEODE) tidak berbeda nyata dengan kemampuan akademik tinggi pada kelas kontrol.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis yang diuraikan sebelumnya dapat dilihat bahwa strategi pembelajaran PDEODE memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Potensi tersebut tentu saja terkait dengan langkah-langkah pembelajaran pada strategi pembelajran PDEODE yang mengaitkan pengalaman kehidupan sehari-hari siswa dengan materi yang diajarkan. Seperti yang diungkapkan oleh Costu (2008) bahwa strategi pembelajaran ini mengacu kepada pandangan konstruktivisme yakni pengetahuan yang baru dibangun pada pengetahuan yang ada dengan mengkonstruksi pengetahuan dari fenomena-fenomena alam yang ada di sekitar kita. Berdasarkan perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulus-respon sebagaimana dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi belajar adalah proses yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan pembangunan struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi. Kegiatan nyata yang dilakukan dalam eksperimen memberikan pengalaman belajar yang dapat membantu refleksi dan mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan pengetahuan konseptual yang melatarinya diharapkan akan dapat berkembang lebih luas dan lebih mendalam. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran PDEODE, yang mendasarkan pada aktivitas dunia nyata, berpotensi memperluas dan memperdalam pengetahuan konseptual dan prosedural.
Costu, dkk (2012), melaporkan bahwa strategi pembelajaran PDEODE membantu siswa untuk memperoleh pemahaman konsep yang lebih baik dan menguasai konsep tersebut dalam ingatan jangka panjangnya (long-term memory). Hasil penelitian Costu (2008) juga menunjukkan bahwa strategi pembelajaran PDEODE juga mampu
Malang, 26 Maret 2016
496
memfasilitasi siswa dalam memahami masalah kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya dapat membentuk pemahaman konsep yang lebih baik.
Berdasarkan analisis hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran PDEODE mampu mendukung peningkatan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan temuan Solichah, dkk (2014) yang melaporkan bahwa strategi pembelajaran PDEODE dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemahaman konseptual yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan persentase rata-rata ketuntasan belajar yang meningkat sebesar 82,50%. Sekartini, dkk (2013) dan Sudarmi, dkk (2013) juga melaporkan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa pembelajaran PDEODE dapat menciptakan pembelajaran yang lebih realistis dan bermakna sehngga berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan hasil belajar siswa. Munurut Gagne dan Briggs (1974), hasil belajar merupakan tingkatan kemampuan aktual yang dapat diukur berupa penguasaan pengetahuan, sebagai hasil usaha individu terhadap apa yang dipelajari. Proses belajar untuk mendapatkan suatu hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara umum dikelompokkan dalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain dan mempengaruhi hasil belajar seseorang.
Kemampuan akademik adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa kemampuan akademik yang berbeda akan memberikan hasil belajar yang berbeda pula. Hal ini sejalan dengan temuan Winarni (2006) dan Hasan (2012) bahwa siswa memiliki tingkat kemampuan akademik berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar (pemahaman konsep) akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena hasil belajar berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang dipelajari. Temuan menarik dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh interaksi strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik terhadap hasil belajar siswa. Strategi pembelajaran PDEODE pada siswa dengan kemampuan akademik tinggi memiliki peningkatan hasil belajar yang paling signifikan. Siswa dengan kemampuan akademik tinggi mampu dengan mudah mengikuti dan aktif di setiap langkah-langkah pembelajaran. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa hasil belajar pada siswa dengan kemampuan akademik tinggi di kelas dengan pembelajaran konvensional memiliki peningkatan yang sama dengan hasil belajar siswa kemampuan akademik rendah pada pembelajaran PDEODE. Hal ini menunjukkan bahwa PDEODE pun pada dasarnya mampu memfasilitasi siswa berkemampuan akademik rendah untuk meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini terjadi karena dalam strategi pembelajaran PDEODE, siswa dapat berkomunikasi dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan pendapat dan konflik, membuat prediksi, penafsiran dan penjelasan dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka, serta dapat membenahi miskonsepsi yang mereka miliki melalui diskusi dan demonstrasi (Kolari dan Ranne, 2003). Melalui pembelajaran PDEODE terjadi pola pembelajaran kolaboratif yang memungkinkan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah dan tinggi saling berinteraksi. Hal ini pun didukung dengan hasil penelitian Kolari dkk (2005) yang menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran PDEODE dapat meningkatkan motivasi siswa. Siswa lebih aktif dalam berinteraksi dengan kelompok-kelompok belajar yang dibuat dan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Malang, 26 Maret 2016
497
Pada pembelajaran PDEODE siswa berkemampuan akademik rendah mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan yang berkemampuan akademik tinggi. Pada siswa berkemampuan akademik tinggi mengalami peningkatan sebesar 64,16% sedangkan siswa berkemampuan akademik rendah mengalami kenaikan sebesar 71,75%. Strategi pembelajaran PDEODE menekankan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dimana siswa menemukan dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Masalah yang diberikan kepada siswa dan percobaan yang dilakukan dikaitkan dengan lingkungan sekitar sehingga siswa bisa memikirkan untuk mencari solusi sesuai dengan perkembangan kognitifnya. Siswa mendapatkan kebebasan untuk menyelidiki masalah baik secara individu maupun bersama-sama dengan siswa lain untuk menyelesaikannya. Pembelajaran yang terpusat kepada siswa seperti ini dapat membantu siswa untuk belajar lebih baik. Siswa dapat membangun kemampuan dan kepercayaan untuk mengevaluasi pengetahuan yang dimiliki.
Strategi pembelajaran PDEODE memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pengetahuan awal mereka terkait materi yang diberikan serta memberi kesempatan untuk kerjasama antarsiswa selama diskusi berlangsung. Tukar perndapat antara siswa satu dengan siswa yang lainnya menyebabkan terjadi perubahan konseptual pada pengetahuan yang dimiliki siswa. Perlakuan dan kesempatan yang sama pada siswa berkemampuan akademik rendah serta pola pembelajaran kolaboratif antara siswa berkemampuan akademik rendah dan tinggi mampu memberikan dampak lebih besar pada siswa berkemampuan akademik rendah untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Berdasarkan penelitian dan kajian yang telah dilakukan, strategi pembelajaran PDEODE memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pembelajaran konvensional yang diterapkan di sekolah diantaranya adalah: 1) siswa aktif dalam proses pembelajaran, 2) siswa mengkonstruksi pengetahuan dari fenomena yang ada, 3) motivasi dan kreativitas belajar siswa tinggi, 4) membangkitkan diskusi baik antara siswa dengan siswa yang berbeda kemampuan akademik maupun antara siswa dengan guru, 5) menggali gagasan awal yang dimiliki oleh siswa, 6) membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu permasalahan, dan 7) pembelajaran bersifat nyata dan dapat dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium dan lingkungan sekitar. Sedangkan kelemahannya adalah: 1) pembelajaran membutuhkan alokasi waktu yang cukup banyak, 2) materi pelajaran terkadang sulit disampaikan secara tuntas.
PENUTUP Kesimpulan
1. Ada perbedaan hasil belajar siswa yang belajar menggunakan strategi pembelajaran PDEODE dengan strategi pembelajaran konvensional. Rerata terkoreksi pada kelas eksperimen sebesar 78,493 sedangkan kelas kontrol sebesar 45,157. Hasil tersebut menunjukkan bahwa strategi pembelajaran PDEODE memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa lebih besar yaitu 73,82% dibandingkan pembelajaran konvensional. 2. Ada perbedaan hasil belajar siswa pada kemampuan akademik berbeda. Rerata
terkoreksi pada kemampuan akademik tinggi sebesar 77,095 sedangkan kemampuan akademik rendah sebesar 46,555. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
Malang, 26 Maret 2016
498
akademik tinggi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa lebih besar yaitu 65,60% dibandingkan kemampuan akademik rendah.
3. Ada perbedaan hasil belajar siswa karena interaksi antara strategi pembelajaran PDEODE dengan kemampuan akademik. Strategi pembelajaran PDEODE pada siswa kemampuan akademik tinggi paling baik dalam meningkatkan hasil belajar. Sementara itu, hasil belajar siswa akademik rendah pada kelas eksperimen (strategi pembelajaran PDEODE) tidak berbeda nyata dengan kemampuan akademik tinggi pada kelas kontrol. Hasil belajar pada siswa dengan kemampuan akademik tinggi di kelas konvensional memiliki peningkatan yang sama dengan hasil belajar siswa kemampuan akademik rendah pada pembelajaran PDEODE. Hal ini menunjukkan bahwa PDEODE pun pada dasarnya mampu memfasilitasi siswa berkemampuan akademik rendah untuk meningkatkan hasil belajarnya.
4. Pada pembelajaran PDEODE siswa berkemampuan akademik rendah mengalami peningkatan hasil belajar yang lebih besar dibandingkan yang berkemampuan akademik tinggi. Pada siswa berkemampuan akademik tinggi mengalami peningkatan sebesar 64,16% sedangkan siswa berkemampuan akademik rendah mengalami kenaikan sebesar 71,75%. Perlakuan dan kesempatan yang sama pada siswa berkemampuan akademik rendah serta pola pembelajaran kolaboratif antara siswa berkemampuan akademik rendah dan tinggi pada pembelajaran PDEODE mampu memberikan dampak yang lebih besar pada siswa berkemampuan akademik rendah untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Saran
1. Strategi pembelajaran PDEODE agar dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Strategi pembelajaran PDEODE membutuhkan alokasi waktu yang cukup banyak, oleh karena itu sebaiknya memperhitungkan alokasi waktu jam pelajaran dengan baik utamanya untuk kegiatan eksperimen, demonstratsi atau observasi.
3. Materi pelajaran terkadang sulit disampaikan secara tuntas, oleh karena itu dalam penerapan strategi pembelajaran PDEODE diharapkan melakukan analisis materi terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.
Cohen, L., Manion, L., dan Morrison, K. 2011. Research Methods in Education 7th edition. New York: Routledge.
Costu, B. 2008. Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy; Helping Students Make Sense of Everyday Situations. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology education, 4 (1): 3-9.
Costu, B., Ayas, A., dan Niaz, M. 2012. Investigating The Effectiveness of a POE-based Teaching Activity on Students‘ Understanding of Condensation. Instructional Science, 40: 47-67.
Malang, 26 Maret 2016
499
Cresswell, J. W. 2013. Research Design: Pendekatan Kualitatif, kuantitatif, dan Mixed. Terjemahan oleh Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Gagne, R. M., dan Briggs, L. J. 1974. Principles of Instructional Design. New York: Holt, Rinehart, and Winston.
Hasan, S. 2012. Upaya Peningkatan Keberhasilan Proses Pembelajaran Siswa SD Kota Ternate Melalui Pemberdayaan Keterampilan Berpikir Tinggi. Jurnal Bioedukasi FKIP Universitas Khairun, 1 (1): 1-8.
Kolari, S and Ranne, C. S. 2003. Promoting the Conceptual Understanding of Engineering Students Through Visualisation. Global Journal of Engineering Education, 7 (2): 189-200.
Kolari, S., Ranne, C. S., & Tiili, J. 2005. Enhancing Engineering Students‘ Confidence Using Interactive Teaching Methods - Part 2: Post-Test Results for the Force Concept Inventory Showing Enhanced Confidence. World Transactions on Engineering and Technology Education, 4 (1): 15-20.
Martin, M. O., Mullis, I. V., dan Chrostowski, S. J. 2008. TIMSS 2007: International science report. Chestnut Hill, MA: Boston College
OECD. 2007. PISA 2006 science competencies for tomorrow‘s world. Volume 1. Paris, France: OECD.
Puriyandari, D., Saputro A.G.N., dan Masykuri M.. 2014. Penerapan Model Pembelajaran POE dilengkapi Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI IPA Semester Genap Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK) Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, 3 (1): 24-30.
Rahayu S., Widodo A.T., dan Sudarmin. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model POE Berbantuan Media ―I Am A Scientiest‖. Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology, 2 (1): 128-133.
Restami M.P., Suma K., dan Pujani M. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran POE terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol. 3.
Sekartini, N. L. J., Parmiti, P. Dsk., dan Margunayasa, I Gd. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Predict Discuss Explain Observe Discuss Explain terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas IV SD Gugus XII Kecamatan Buleleng. (online).
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/viewFile/682/556, diakses tanggal 12 April 2015)
Solichah, I., Tukiran, dan Subekti, H. 2014. Penerapan Strategi Pembelajaran PDEODE untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa. Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa, 2 (2): 308-316.
Sudarmi, Nym., Suarni, Ni Kt., dan Dibia, I Kt. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Di Gugus V Kecamatan
Malang, 26 Maret 2016
500
Seririt. (online).
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/viewFile/712/585, diakses tanggal 16 Februari 2016)
Winarni, E. W. 2006. Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Pemahaman Konsep IPA-Biologi, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas V SD dengan Tingkat Kemampuan Akademik Berbeda di Kota Bengkulu. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.