Oleh
Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. Dipresentasikan Pada
Pelatihan Tematik Bagi Hakim Di Lingkungan Peradilan Militer
UU No. 39/1999 ttg HAM :
“Seperangkat hak yang melekat pd hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerahnya, yang wajib dilindungi, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”
“
Human rights could be generally
defined as those rights which are
inherent in our nature and without
which we cannot live as human
being”
UU No. 39/ 1999 :
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
“occur when actions by state (or
non-state) actors abuse, ignore, or deny
basic human rights (including civil,
political, cultural, social, and
1. UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Anti Diskriminasi Ras dan Etnis 2. UU Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik
3. UU Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan
Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
4. UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi
Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965.
5. UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia.
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990
tentang Pengesahan Konvensi tentang Hak Anak.
7. UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai
Kewajiban Dasar Negara
To
Respect
To
Protect
To Fulfill
Menjadi Kewajiban bagi non state actor Kewajiban bagi non state actorOperasi Militer Perang (OMP)
Operasi Militer Selain Perang
• Mengatasi gerakan separatis bersenjata • Mengatasi pemberontakan bersenjata • Mengamankan wilayah perbatasan
• Mengatasi aksi terorisme
• Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dgn kebijakan politik LN
Mrpk bagian integral dlm pelaks.tugas (Pasal 3 UU 3/2002; Pasal 2 d UU 34/2004)
Penyalahgunaan kewenangan berpotensi menimbulkan pelanggaran HAM
Pasal 3 ayat (1) UU No. 3 Tahun 2002 : “Pertahanan Negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional serta prinsip hidup berdampingan secara damai.
Pasal 2 ayat (d) UU No. 34 Tahun 2004 : Jati diri TNI : Tentara profesioanal, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, sepremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional
SK Menteri Pertahanan No. 2/M/II/2002 : “mengamanatkan Panglima TNI dalam
penyelenggaraan pertahanan negara dengan berpedoman kepada HHI dan HAM”
ST Kasad No. 309 / 2002 : “penerapan HHI, Hk. Kebiasaan internasional dan Hk. HAM dalam penyelenggaraan pertahanan negara” ST Kasad No. 415/2002 : “meningkatkan
pemasyarakatan HHI dan HAM di lingkungan TNI AD”
Semua tindakan tegas TNI pelanggaran
HAM!!
Yang dapat dihukum krn pelanggaran HAM hanya anggota
TNI dan POLRI; HAM sbg momok &
penghalang tugas TNI & POLRI
elanggaran HAM dapat dilakukan oleh : Aktor Negara (state actor)
mereka, baik perorangan / institusi ygberada dlm kapasitas / sbg representasi Neg. (legislatif, eksekutif dan yudikatif) ; commission / ommission
Aktor Non-negara (non state actor)
Orang/kelompok org di luar aktor
negara yg memiliki kekuasaan, pengaruh
Tindak kekerasan yg dilakukan oleh aparat eharusnya diberikan landasan hukum yg epat & dilakukan scr proporsional.
Ketentuan HAM tdk membatasi / mengurangi meniadakan hak membela diri.
TIDAK SEMUA tindakan tegas merupakan pelanggaran HAM.
enyelesaian kasus2 pelanggaran HAM
leh sebagian masy dirasa belum memenuhi asa keadilan.
eristiwa yg disinyalir sbg pelanggaran HAM an diketahui oleh masyarakat umum tidak iproses secara adil dan benar.
ersepsi dan harapan masyarakat ttg HAM dak tepat, berlebihan dan subjektif.
elanggaran Hak Hidup enyiksaan
erlakuan yg tdk manusiawi & merendahkan martabat
elanggaran Hak atas Peradilan yg layak & dil
elanggaran atas hak-hak orang yg ditahan erusakan properti
Perlindungan HAM dan HHI Hk. HAM HHI Hak-hak Sipil/Politik Diskriminasi thd. Perempuan Hak-hak Anak Hak-hak Ekonomi/Sosial/ Budaya Diskriminasi Ras Nyawa/ kehidupan Larangan penyiksaan Larangan perlakuan kejam Larangan pembudakan Larangan pemberlakuan retroaktif hukum pidana
Prosedur perlindungan bagi - korban luka/korban
sakit/korban karam
- tawanan perang dan
tahanan operasi
- penduduk sipil
- misi medis dan misi
kemanusiaan
Aturan/ketentuan mengenai sarana dan cara berperang
Pencabutan hak tergantung pada tingkat
kedaruratan
HAK
HAK--HAK YANG TAKHAK YANG TAK BOLEH DICABUT BOLEH DICABUT KJ I-IV PT I,1977 Ps. 3 Ketentuan Bersama PT II, 1977 Ps. 3 Ketentuan Bersama KJ I-IV, 1949
AK UNTUK HIDUP
AK UNTUK TIDAK DISIKSA
AK KEBEBASAN PRIBADI, PIKIRAN DAN HATI NURANI AK BERAGAMA
AK UNTUK TIDAK DIPERBUDAK
AK UNTUK DIAKUI SEBAGAI PRIBADI DAN PERSAMAAN DI HADAPAN UKUM
AK UNTUK TIDAK DITUNTUT ATAS DASAR HUKUM YANG BERLAKU URUT
* UU No 39 Tahun 1999, Pasal 4 : Tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun …termasuk dalam keadaan perang, sengketa
Beberapa HAM dlm keadaan tertentu dpt dibatasi/dikurangi/ditunda
Pembatasan tsb harus dilakukan berdasarkan UU
Perpu No. 23 tahun1959 ttg Keadaan Bahaya mengatur tentang pembatasan HAM
Perlu penyempurnaan dlm praktek
DALAM KEADAAN DARURAT SIPIL TERDAPAT HAK-HAK YANG BISA DIBATASI, yaitu: (*UU No. 23 Tahun 1959)
Hak kebebasan dalam menggunakan bahasa-bahasa, tulisan rahasia, gambar2, tanda2, juga bahasa lain selain Bahasa Indonesia.
Hak untuk berkumpul
Hak untuk menggunakan tempat kediaman sendiri,dan tempat2 atau bangunan2 lainnya yg dapat digunakan sebagai tempat tinggal
Hak untuk bergerak
Penggeledahan dan Pemeriksaan badan dan pakaian tiap-tiap orang yang dicurigai
DALAM KEADAAN DARURAT MILITER (*UU No. 23 Tahun 1959)
• Dalam hal tentang pembikinan, pemasukan dan pengeluaran, pengangkutan, pemegangan,
pemakaian dan perdagangan senjata api, obat peledak, mesiu, barang-barang yang dapat meledak dan barang-barang peledak
• Pembatasan atau pelarangan memasuki atau memakai gedung-gedung, tempat-tempat
kediaman atau lapangan-lapangan untuk beberapa waktu tertentu.
• Pembatasan atau pelarangan untuk mengubah lapangan-lapangan dan benda-benda di
lapangan itu
• Penutupan bbrp waktu tertentu tempat-tempat hiburan dan juga pabrik2, bengkel2 dan gedung2 lainnya
• Pengaturan, Pembatasan dan Pelarangan peredaran dan pemasukkan barang-barang yang
keluar masuk dan barang yang berada dalam daerah yg dinyatakn keadaan darurat militer
• Pengaturan, Pembatasan atau Pelarangan lalu lintas di darat, di udara dan di perairan serta penangkapan ikan
DALAM KEADAAN DARURAT PERANG
• Dalam situasi Perang, semua ketentuan yang berlaku dlm Darurat Sipil dan Militer, juga berlaku disini. Namun terdapat beberapa tambahan pengaturan seperti; militerisasi thdp suatu perusahaan dan jawatan. (*UU No. 23 Tahun 1959)
• UU No. 39 Tahum 1999
• Dalam situas Perang, Hukum Humaniter Internasional (HHI) berlaku penuh. Hanya beberapa HAM yang tidak dapat dibatasi dan tetap dilindungi juga oleh HHI. (Non – derogable rights)
Nyawa/kehidupan
Hak untuk tidak disiksa dan Perlakuan Kejam
Hak untuk tidak Diperbudak
Hak untuk diakui sebagai pribadi dan dan persamaan di depan hukum
POLRI dengan 1.369 pengaduan Perusahaan Swasta dengan 1.030 pengaduan
Pemda dengan 692 pengaduan Lembaga peradilan dengan 515 pengaduan
BUMN dengan 253 pengaduan
Kejaksaan dengan 252 pengaduan
“TNI berada nomor 8 dan urutan terendah dari jumlah aduan yang diajukan ke Komnas HAM. Hal ini menunjukkan perubahan secara mendasar yang dilakukan oleh jajaran TNI dengan imej
Sebagai staf khusus Komandan dan bertugas memberikan saran hukum berkaitan dengan ops militer yang dilaksanakan.
Bersama-sama dengan staf lainnya menyusun ROE
Memastikan bahwa Komandan
menindaklanjuti pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan oleh anak buahnya
Pelanggaran HAM dilakukan oleh individu (aparat negara) atau institusi negara dan non-state actors,
Pertanggungjawabannya adalah tanggung awab pidana perorangan.
Dimungkinkan adanya hukuman tambahan berupa kompensasi dari Negara.
Bersama-sama dengan Badan Peradilan
ainnya turut menegakkan HAM (ref. Pasal 71 UU HAM)
Penegakan HAM dapat dilakukan bersama-sama dengan penerapan KUHP dan KUHPM serta ketentuan hukum pidana lainnya.
Pengadilan HAM hanya menangani
pelanggaran HAM yang berat (kejahatan nternasional yang serius : genosida dan
Sampai saat ini belum ada ketentuan UU Nasional yang mengatur tentang kejahatan perang
Hal ini harus menjadi perhatian serius
sehubungan dengan semakin banyaknya
anggota TNI melaksanakan tugas UN Peace Keeping.
Dalam hal ini anggota TNI dapat menjadi “pelaku” atau “korban” kejahatan perang
Apabila Indonesia tidak “willing” atau “able” mengadili pelaku kejahatan perang, maka
Doktrin Baru TNI : didalamnya berisikan contents HAM dan Hukum Humaniter.
Bahwa setiap operasi TNI harus dilengkapi dengan ROE
Lampiran Hukum dalam Perintah Operasi semakin banyak digunakan
Pada saat ini tengah disusun Manual Hukum Humaniter dan HAM Bagi TNI
Upaya sosialisasi dan pelatihan HAM dan Hukum Humaniter terus dilaksanakan oleh TNI
Terus meningkatkan pemahaman, penerapan dan penegakan HAM.
Menunjukkan dan membuktikan bahwa penegakan HAM sebagai bagian dari
penegakan hukum di lingkungna Peradilan Militer.