• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi tingkat penguasaan bahasa seseorang akan berbanding lurus dengan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran bahasa sebagai alat menyampaikan hasil karya kepada orang lain.

Karya sastra merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan melalui bahasa. Selain menyajikan paparan peristiwa secara menarik serta nilai-nilai estetik yang disampaikan secara implisit, sastra juga mampu mengajak pembaca untuk berkontemplasi menemukan nilai-nilai kekompleksitasan secara mendalam. Bahasa yang digunakan pengarang dalam membuat karya sastra mempunyai nilai estetika yang sangat tinggi. Sehingga membuat penikmat karya sastra dapat merasakan keindahan serta pesan tersirat yang ingin disampaikan pengarang dan dapat menjadi tuntunan hidup. Seringkali pengarang menggunakan bahasa yang berbeda-beda dan bahasa tersebut memang sengaja diolah sedemikian rupa oleh pengarang untuk menghasilkan estetika pada penggunaan bahasa.

Karya sastra tidak akan dapat terpisahkan dengan bahasa, karena bahasa merupakan medium dari karya sastra itu sendiri. Bahasa digunakan pengarang

(2)

sebagai media menyampaikan gagasan yang akan dituangkan ke dalam karya sastra. Bahasa dalam karya sastra mengandung nilai-nilai estetik atau keindahan yang sangat tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Fananie (2002: 4), bahwa sastra sebagai tulisan yang bernilai estetik. Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang tewujud dari ekspresi jiwa pengarang. Secara singkat, membaca sebuah karya sastra akan menarik jika yang diungkapkan pengarang disajikan dengan bahasa yang mengandung nilai-nilai estetik yang tinggi. Sebuah buku sastra yang mengandung nilai estetik memang dapat membuat pembaca lebih bersemangat dan tertarik untuk membacanya. Apalagi bila pengarang menyajikannya dengan gaya bahasa yang unik, menarik, dan berbeda dari pengarangpengarang lainnnya.

Gaya bahasa merupakan salah satu unsur bahasa yang dapat membangun keindahan karya sastra, salah satunya yakni gaya bahasa metafora. Istilah metafora termasuk bagian dari gaya bahasa atau gaya pengungkapan. Metafora merupakan salah satu unsur estetis dan kreativitas berbahasa yang berhubungan dengan kesamaan antarmakna. Djajasudarma (2012: 84) memberik definisi metafora sebagai penggunaan sebuah kata atau frasa yang menunjukkan perbedaan makna literal atau harfiah. Metafora sangat berhubungan erat dengan segala bentuk tutur manusia. Ullmann (2009: 265) menyatakan istilah metafora dengan dua hal, yakni selalu ada yang sedang dibicarakan atau bandingkan (tenor) dan sesuatu yang digunakan sebagai bandingan (wahana).

(3)

Penggunaan metafora telah tersebar luas ke dalam sendi-sendi kehidupan secara kompleks. Istilah metafora sering digunakan dalam penulisan karya sastra. Salah satu karya sastra yang banyak mengandung gaya bahasa metafora dalam penulisannya yakni novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi. Novel Perempuan di Titik Nol merupakan novel terjemahan yang ditrjemahkan dari noel asli yang berjudul asli novel tersebut yakni Women at Zero. Novel tersebut diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia oleh Amir Sutaarga. Kosakata-kosakata yang digunakan pengarang dalam novel asli hampir semua memiliki kesamaan dengan kosakata-kosakata dalam bahasa Indonesia setelah diterjemahkan oleh Amir Sutaarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa dalam kehidupan itu bersifat universal atau belaku untuk semua orang atau untuk seluruh dunia.

Novel Perempuan di Titik Nol tersebut menyuguhkan bentuk komposisi gaya bahasa metafora yang baru dan menarik. Pengarang lebih berani mengungkapkan realita kehidupan yang terjadi di negara mesir dengan menggunakan bahasa persamaan atau perbandingan. Gaya bahasa metafora yang digunakan pengarang mampu menghasilkan pengolahan dan pembayangan gagasan secara menarik, ada sesuatu yang tersirat pada setiap kata yang disajikan terhadap pembaca. Pesatnya perkembangan gaya bahasa dalam sastra menarik peneliti untuk menelaah kembali gaya bahasa, khususnya gaya bahasa metafora yang terkandung di dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi.

Terkait dengan penelitian gaya bahasa metafora, sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Muliani (2008)

(4)

dengan judul Struktur Metafora Melayu dalam Gurindam Dua Belas. Pembahasan dalam skripsi ini merupakan pemaparan tentang struktur metafora Melayu, yang bertujuan untuk menjelaskan tentang jenis-jenis metafora ditinjau dari sintaksis. Dalam hal ini objek penelitiannya adalah puisi rakyat yaitu gurindam dua belas. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahasa Melayu mempunyai perbedaan dengan bahasa lainnya. Baik secara lisan maupun tulisan, bahasa Melayu sering dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Melayu banyak menggunakan gaya bahasa, khususnya gaya bahasa metafora.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Budiansyah (2012) tentang gaya bahasa metafora dalam pidato dengan judul Penggunaan Metafora dalam Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia Pasca Orde Baru. Beberapa hal yang ditemukan oleh peneliti adalah (1) bentuk lingual metafora yang ditemukan dalam teks pidato kenegaraan presiden setelah orde baru adalah berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat; (2) makna metafora merujuk pada empat bidang, yakni bidang ekonomi, sosial, hukum, dan politik, dan; (3) terdapat tiga jenis metafora, yakni metafora struktural (77%), orientasional (14.60%), dan ontologis (8.60%).

Meskipun memiliki kesamaan topik pembahasan yakni sama-sama menganalisis gaya bahasa metafora, akan tetapi penelitian ini memiliki perbedaan di sisi lain. Jika Muliani dalam penelitiannya mengambil data untaian kata-kata indah gurindam dua belas dan sumber datanya berupa puisi rakyat, yakni gurindam dua belas. Berbeda dengan penelitian ini, data penelitiannya berupa satuan cerita yang mengandung gaya bahasa metafora dan sumber data yang digunakan peneliti berupa

(5)

karya sastra novel terjemahan yang berjudul Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi.

Sementara itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiansyah terdapat pada data dan sumber data yang diteliti. Data penelitian yang digunakan berupa kata, frasa, klausa dan kalimat dalam teks pidato kenegaraan. Sumber data penelitian berupa teks atau naskah pidato kenegaraan setelah orde baru. Penelitian ini, data penelitiannya berupa satuan cerita yang mengandung gaya bahasa metafora dan sumber data yang digunakan peneliti berupa karya sastra novel terjemahan yang berjudul Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi. Selain itu, perbedaan lainnya terletak pada bentuk-bentuk atau jenis-jenis metafora yang dianalisis. Budiansyah menggunakan jenis metafora yang dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson, yakni (1) metafora struktural, (2) metafora orientasional, (3) metafora ontologis. Penelitian ini menggunakan bentuk metafora yang dikemukakan oleh Ullmann, yakni (1) metafora antropomorsis, (2) metafora binatang atau kehewanan, (3) metafora dari konkret ke abstrak atau pengabstrakan, dan (4) metafora sinestetik atau sinestesia.

Berdasarkan beberapa tinjauan yang sudah dideskripsikan di atas, maka peneliti dalam penelitiannya mengambil judul Kajian Gaya Bahasa Metafora Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi. Penelitian ini mengkaji satuan cerita yang mengandung gaya bahasa metafora dalam novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi.

(6)

1.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pengkajian terhadap bentuk, fungsi, dan makna gaya metafora dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Sadawi. Gaya bahasa dibagi menjadi dua macam, yakni gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. Jenis-jenis gaya bahasa retoris menurut Keraf di antaranya: aliterasi, asonanasi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof, asindeton, polisindeton, kiasmus, elipsis, eufimisme, litotes, histeron proteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotisis atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, koreksio dan epanortosis, hiperbola, paradoks, dan oksimoron.

Gaya bahasa kiasan dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Jenis-jenis gaya bahasa kiasan yang meliputi: persamaan atau simile, metafora, alegori, parabel, fabel, personifikasi atau prosopopoeia, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire, inuendo, antifrasis, dan paronomasia.

Penelitian ini menggunakan gaya bahasa kiasan dengan jenis gaya bahasa metafora. Terdapat beberapa pandangan tokoh dalam mengungkap bentuk metafora, di antaranya Stephen Ullmann, Mansoer Pateda, Anang Santoso dan Lakoff dan Johnson. Tokoh-tokoh tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bentuk metafora.

Dari berbagai pandangan tersebut, peneliti memfokuskan pada bentuk metafora berdasarkan Stephen Ullmann (2009: 267-269) yang dibedakan menjadi empat

(7)

bentuk, yakni (1) metafora antropomorsis, (2) metafora binatang atau kehewanan, (3) metafora dari konkret ke abstrak (pengabstrakan), dan (4) metafora sinestetik (sinestesia). Fungsi yang digunakan peneliti difokuskan pada teori semantik menurut Herbert Fiegl dalam tulisannya ”Logical Empirism” (Parera, 2004: 181-182) yang membedakan fungsi karya sastra menjadi empat, yakni (1) fungsi emotif, (2) fungsi motivasional, (3) fungsi imajinatif, dan (4) fungsi informasi. Sementara itu, makna yang digunakan adalah teori semantik pandangan menurut Herbert Fiegl dalam tulisannya ”Logical Empirism” (Parera, 2004: 181-182) yang terdiri dari makna kognitif dan makna nonkognitif, serta menggunakan makna simbolik.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah disusun untuk memberi arahan dalam penelitian, supaya tercapai tujuan yang diinginkan. Maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana bentuk gaya bahasa metafora yang terkandung dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi?

2) Bagaimana fungsi gaya bahasa metafora yang terkandung dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi?

3) Bagaimana makna gaya bahasa metafora yang terkandung dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi?

(8)

1.4 Tujuan Penelitian

1) Mendeskripsikan bentuk gaya bahasa metafora yang terkandung dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi.

2) Mendeskripsikan fungsi gaya bahasa metafora yang terkandung dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi.

3) Mendeskripsikan makna gaya bahasa metafora yang terkandung dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan usaha untuk menjelaskan tentang kegunaan yang dapat diambil dari penelitian itu sendiri. Manfaat penelitian dibagi menjadi dua, yakni manfaat secara teoritis atau manfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, dan manfaat secara praktis ialah membantu memecahkan masalah yang ada pada objek yang diteliti. Secara lebih rinci, manfaat penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1) Manfaat Teoretis

a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan khasanah keilmuan dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pada materi gaya bahasa metafora.

b. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan keilmuan Bahasa Indonesia serta bidang komunikasi, khususnya terkait dengan gaya bahasa metafora dalam dunia karya sastra.

(9)

c. Menjadi bahan referensi untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan melakukan penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis ataupun aspek lain yang masih belum terbahas dalam penelitian ini.

2) Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif penyajian bahan pengajaran Bahasa Indonesia di berbagai instansi pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan materi gaya bahasa metafora.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para penulis karya sastra khususnya dan masyarakat umumnya mengenai penggunaan gaya bahasa metafora, sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima oleh pembaca serta mampu menjadi ciri khas dan identitas diri.

c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gaya bahasa metafora dengan tinjauan yang lebih komprehensif.

1.6 Penegasan Istilah 1) Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan sebuah cara untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan melalui bahasa yang menjadi ciri khas penulis dan pembaca (Keraf, 2008: 113). Gaya bahasa adalah bentuk retorik, yakni penggunaan kata-kata

dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi pendengar atau penyimak dan pembaca (Tarigan, 1985: 5). Gaya bahasa yang dimaksud dalam

(10)

penelitian ini adalah cara-cara yang digunakan penulis (Nawal el-Saadawi) untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui sebuah novel yang berjudul Perempuan di Titik Nol.

2) Metafora

Djajasudarma (2012: 84) memberikan definisi metafora sebagai penggunaan sebuah kata atau frasa yang menunjukkan perbedaan makna literal atau harfiah. Metafora sangat berhubungan erat dengan segala bentuk tutur manusia. Subroto (2011: 116) menyatakan jika metafora itu pada dasarnya diciptakan berdasarkan persamaan (similarity) antara dua satuan atau dua term. Persamaan itu sifatnya tidak menyeluruh, melainkan hanya dalam sebagian aspek saja. Sementara Pakar ilmu semantik, Ullmann (2009: 265) menyatakan istilah metafora dengan dua hal, yakni selalu ada yang sedang dibicarakan atau bandingkan (tenor) dan sesuatu yang digunakan sebagai bandingan (wahana).

3) Novel

Novel adalah hasil kesusastraan yang terbentuk prosa yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan dari kejadian itu lahirlah satu konflik suatu pertikaian yang merubah nasib mereka. Novel lebih luas dari cerpen dan lebih singkat dari roman (Lubis, 1988: 161).

4) Bentuk Metafora

Bentuk merupakan suatu wujud data yang mengandung unsur gaya bahasa metafora dan dapat dianalisis sesuai dengan jenis dan fungsinya. Bentuk-bentuk yang

(11)

dimaksud yakni menurut Ullmann (2009: 267-269), bentuk metafora dibedakan menjadi empat macam, yakni (1) metafora antropomorsis, (2) metafora binatang atau kehewanan, (3) metafora dari konkret ke abstrak, dan (4) metafora sinestetik atau sinestesia.

5) Fungsi Metafora

Fungsi merupakan kegunaan yang diperoleh dari hasil telaah novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi yang dipergunakan oleh penulis untuk mempengaruhi dan meyakinkan pembaca. Adapun fungsi menurut Herbert Fiegl dalam tulisannya ”Logical Empirism” dalam teori semantik (Parera, 2004: 181-182) yang digunakan dalam penelitian ini, yakni (1) fungsi emotif, ekspresif dan imbuhan (2) Imajinatif, (3) emosional/afektif, dan (4) motivasional.

6) Makna Metafora

Makna adalah maksud yang diberikan oleh pengarang kepada suatu bentuk kebahasan oleh penganalisis, untuk mengetahui pesan yang akan disampaikan pengarang kepada penikmat karya sastra. Makna yang digunakan dalam penelitian ini, yakni (1) makna kognitif, (2) makna nonkognitif, dan (3) makna simbolik.

Referensi

Dokumen terkait

Berfungsi mengatur dan mengendalikan kegiatan bagian pelayanan keperawatan sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit Roemani menuju terwujudnya pelayanan keperawatan yang prima.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di ambil kesimpulan bahwa pada dosis 1000 mg/kgBB ekstrak etanol sisa penyulingan kulit batang kayu manis menunjukkan

Peserta didik dapat menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman dalam bentuk tulisan dengan benar.. Peserta didik dapat membedakan tinggi

Dari segi nama dan sejarahnya, arsip memiliki banyak ciri persamaan dengan perpustakaan namun tidak dapat di- mungkiri bahwa banyak ciri khas arsip yang membedakannya

Diceriterakan, konon, sudah lama beliau mengembara mencari putra beliau itu tidak juga dijumpai, sampai akhirnya tiba di kawasan Tohlangkir pengembaraan beliau Setibanya di

Operasi hitung pada volume kubus dan balok yaitu dengan mengalikan, maka ketika dibalikan pun antara panjang (p). Selain itu, terdapat soal yang akan menguji kemampuan

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan tersebut maka penulis berpendapat bahwa tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat

Seperti yang terdapat dalam medan makna, dimana hubungan atau asosiasi yang kompleks antara suatu kata yang terkait dengan kata lain di dalam sebuah kalimat merupakan hal