• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT KEBUTUHAN DAN KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTIK BERDASARKAN INDEKS ICON DI RSGM UNHAS SKRIPSI NURAFNI MASSAL J

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT KEBUTUHAN DAN KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTIK BERDASARKAN INDEKS ICON DI RSGM UNHAS SKRIPSI NURAFNI MASSAL J"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT KEBUTUHAN DAN

KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTIK

BERDASARKAN INDEKS ICON DI RSGM UNHAS

SKRIPSI

NURAFNI MASSAL

J 111 13 042

BAGIAN ORTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

(2)

GAMBARAN TINGKAT KEBUTUHAN DAN

KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTIK

BERDASARKAN INDEKS ICON DI RSGM UNHAS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH:

NURAFNI MASSAL

J 111 13 042

BAGIAN ORTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran tingkat kebutuhan dan keberhasilan perawatan ortodontik berdasarkan indeks ICON di RSGM UNHAS”. Salam dan shalawat tak lupa penulis panjatkan kepada Rasulullah SAW, yang telah menjadi teladan terbaik sepanjang masa. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang terdalam kepada orang tua penulis Ibunda Dra. Hj. Cia dan Ayahanda Alm. Drs. Massal akan cinta kasih, doa, dukungan semangat dan materi yang tak ternilai yang selalu diberikan dan seluruh keluarga penulis yang tak henti-hentinya memberikan motivasi kepada penulis.

Keberhasilan ini tidak akan terwujud tanpa adanya perhatian, dorongan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. drg. Susilowati, SU selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

2. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M. Kes, Sp.Pros selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang telah memberikan

(6)

kepercayaan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

3. drg. Iman Sudjarwo, M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dari awal semester hingga saat ini.

4. Pegawai dan staf bagian Ortodonsia RSGM UNHAS yang telah membantu penulis selama penelitian.

5. Serta teman satu bimbingan penulis Zahrawi Astrie Ahkam dan Bellandara Sukma Putri Purwono yang selama ini sama-sama berjuang dalam menyelesaikan skripsi.

Semoga segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis menjadi amalan dan berkah dari Allah SWT. Penulis sebagai mahkluk ciptaan-Nya yang tidak luput dari kesalahan dan menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan bersifat konstruktif bagi skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Makassar, Oktober 2016

(7)

GAMBARAN TINGKAT KEBUTUHAN DAN KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTIK BERDASARKAN INDEKS ICON

DI RSGM UNHAS

Nurafni Massal ABSTRAK

Latar Belakang: Kebutuhan akan perawatan ortodontik sudah menjadi hal yang penting di masyarakat. Mengoreksi maloklusi ataupun mencapai keseimbangan yang baik antara hubungan oklusi gigi geligi, estetika wajah, dan stabilitas hasil perawatan merupakan harapan dari sebuah perawatan ortodontik. Salah satu indeks yang dipakai untuk mengukur kebutuhan dan kebehasilan dari sebuah perawatan ortodontik adalah ICON Tujuan: untuk melihat tingkat kebutuhan dan keberhasilan perawatan ortodontik berdasarkan indeks ICON di RSGM UNHAS. Materi dan Metode: Sebanyak 30 model studi dan model evaluasi yang terdapat di bagian Ortodonsia dipilih secara acak dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Model tersebut diukur berdasarkan 5 kompenen indeks ICON. Data diproses dan dianalisis dengan perangkat lunak SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% model studi membutuhkan perawatan ortodontik. Untuk keberhasilan perawatan diperoleh hasil sebagai berikut: a. greatly improved (3,33%), b. Substantially improved (30%), c. Moderately improved (23,33%), d. minimally improved (26,67%) dan e. not improved or worst (16,67%). Kesimpulan: kebutuhan perawatan ortodontik di bagian Ortodonsia RSGM UNHAS dapat dikatakan tinggi, akan tetapi tingkat keberhasilan perawatannya belum memberikan hasil yang memuaskan.

Kata Kunci: Kebutuhan perawatan ortodontik; Keberhasilan perawatan; ICON; RSGM UNHAS

(8)

OVERVIEW OF ORTHODONTIC TREATMENT NEEDS AND SUCCESS LEVEL BASED ON ICON INDEX AT THE DENTAL HOSPITAL

OF HASANUDDIN UNIVERSITY Nurafni Massal

ABSTRACT

Background: The need for an orthodontic treatment has become very important in society. Correcting malocclusion or achieving a good balance between the relationship of teeth occlusion, facial aesthetics, and stability of treatment result is the desire from an orthodontic treatment. One of the index used to measure the needs and success of an orthodontic treatment is ICON, Objective: to know the level of orthodontic treatment need and success at Dental Hospital of Hasanuddin University based on ICON index. Materials and Methods: A total of 30 study models and evaluation models in Orthodontic department selected randomly and fulfilled the inclusion and exclusion criteria. The models were measured based on five components of the ICON index . Data were processed and analyzed with SPSS software and presented in table. Results: The results showed that 80% of study models require orthodontic treatment. For the success of treatment, obtained the following results: a. greatly improved (3.33%), b. substantially improved (30%), c. moderately improved (23.33%), d. minimally improved (26.67%) and e. not improved or worst (16.67%) Conclusion: the need for orthodontic treatment in Orthodontic department of Hasanuddin University Dental Hospital is high. But the success rate of orthodontic treatment has not reach satisfactory results.

Keywords: Orthodontic treatment need; Success of treatment; ICON; Dental Hospital of Hasanuddin University

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Oklusi ... 6 2.2 Maloklusi ... 6 2.2.1 Definisi Maloklusi ... 6 2.2.2 Prevalensi Maloklusi ... 7 2.2.3 Etiologi Maloklusi ... 9 2.3 Perawatan Ortodontik... 10 2.4 Indeks-indeks Ortodontik ... 11

BAB III KERANGKA KONSEP ... 17

3.1 Kerangka Konsep ... 17

BAB IV METODE PENELITIAN ... 18

4.1 Jenis penelitian ... 18

(10)

4.3 Waktu Penelitian ... 18

4.4 Populasi Penelitian ... 18

4.5 Sampel Penelitian ... 18

4.6 Kriteria Penelitian ... 18

4.7 Variabel Penelitian ... 19

4.8 Alat dan Bahan Yang digunakan ... 19

4.9 Definisi Operasional... 20

4.10 Prosedur Penelitian... 20

4.11 Alur Penelitian ... 21

4.12 Data Penelitian ... 21

BAB V HASIL PENELITIAN ... 22

BAB VI PEMBAHASAN ... 26

BAB VI PENUTUP ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL 5.1. Kebutuhan Perawatan Ortodontik Berdasarkan Indeks ICON...22 TABEL 5.2. Keberhasilan Perawatan Ortodontik Berdasarkan Model Evaluasi..23 TABEL 5.3. Hasil Uji Statistk dengan Wilcoxon Sign Rank Test...25

(12)

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK 5.1 Gambaran kebutuhan perawatan...22 GRAFIK 5.2 Keberhasilan perawatan ortodontik... 24

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maloklusi dapat didefinisikan sebagai suatu ketidaksesuaian dari hubungan gigi atau hubungan rahang yang menyimpang dari normal. Derajat keparahan maloklusi berbeda-beda dari rendah ke tinggi yang menggambarkan variasi biologi individu. Maloklusi dapat terjadi dalam arah sagital, transversal, vertikal, dan dapat diidentifikasi berdasarkan hubungan rahang yaitu hubungan rahang bawah terhadap rahang atas. Maloklusi dapat menyebabkan tampilan wajah yang buruk, resiko karies dan penyakit periodontal, sampai gangguan pada sendi temporomandibula bila tidak dikoreksi (Putri Wijayanti et al, 2014).

Maloklusi sebenarnya bukan suatu penyakit tetapi bila tidak dirawat dapat menimbulkan gangguan pada fungsi pengunyahan, penelanan, bicara, dan keserasian wajah, yang berakibat pada ganguan fisik maupun mental. Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, sebanyak 14 provinsi mengalami masalah gigi dan mulut yaitu 25,9%. Prevalensi maloklusi di Indonesia masih sangat tinggi sekitar 80% dari jumlah penduduk, dan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup besar. Hal ini ditambah dengan tingkat kesadaran perawatan gigi yang masih rendah dan kebiasaan buruk seperti mengisap ibu jari atau benda-benda lain, karena jumlah dan keparahan maloklusi akan terus meningkat maka maloklusi seharusnya dicegah ataupun ditangani (Vigni Astria Laguhi et al, 2014)

(14)

Penelitian yang dilakukan oleh Rosani pada pasien ortodontik Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin (RSGM UNHAS) menunjukkan 40% yang mengalami maloklusi. Penelitian yang dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kecamatan Malalayang oleh Astuti tahun 2011 yang mengalami maloklusi yaitu 60,2% (Vigni Astria Laguhi et al, 2014).

Sejalan dengan itu, kebutuhan akan perawatan ortodontik juga meningkat di masyarakat. Pasien yang memerlukan perawatan ortodontik biasanya datang dengan kelainan dentokraniofasial. Kelainan ini dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan (Erly Budianto et al, 2008). Daerah mulut dan wajah biasanya merupakan daerah yang signifikan mendapat perhatian dari individu saat melakukan interaksi interpersonal dan sumber utama dalam berkomunikasi baik secara vokal, fisik, dan emosional. Oleh karena itu perawatan ortodontik merupakan tindakan yang dilakukan untuk merawat maloklusi, dan bertujuan untuk mencapai keseimbangan yang baik antara hubungan oklusi gigi geligi, estetika wajah, dan stabilitas hasil perawatan (Kumar et al, 2013).

World Health Organization (WHO) pada tahun 1995 telah mengukur prevalensi kebutuhan perawatan ortodontik di 10 negara industri, kebutuhan perawatan ortodontik berkisar 21-64%. Penelitian mengenai kebutuhan akan perawatan ortodontik telah dilakukan di banyak negara dimulai pada tahun 1950 oleh Massler dan Frankel. Penelitian di Skandinavia membandingkan susunan gigi pada manusia abad 20 dengan dengan susunan gigi pada abad

(15)

ke-16, dan hasilnya menunjukkan bahwa pada abad ke-20 prevalensi dan keparahan maloklusi kian meningkat dan membutuhkan perawatan ortodontik (Monica Rumampuk et al, 2014).

Kebutuhan perawatan dan hasil perawatan telah dinilai selama bertahun-tahun dengan menggunakan indeks seperti Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) dan Peer Assessment Rating Index (PAR), Dental Aesthetic Index (DAI) dan masih banyak yang lain. Namun, dari beberapa indeks tersebut, belum ada satupun yang efektif didesain untuk menilai kebutuhan perawatan, hasil yang didapat setelah perawatan, tingkat kesulitan kasus dan derajat perubahan oleh berbagai perawatan yang dilakukan sampai pada berkembangnya Index of Complexity, Outcome and Need (ICON) (Shella Rosalia Juli Hariyanti et al, 2011).

ICON dikembangkan oleh Charles Daniels dan Stephen Richmond dari Universitas Cardiff. ICON merupakan metode dalam mengukur kompleksitas maloklusi, keberhasilan dan kebutuhan akan perawatan. ICON merupakan suatu indeks yang unik karena skor estetik pada ICON merupakan bagian integral dari evaluasi kebutuhan perawatan. ICON merupakan indeks multifungsional karena ICON menilai kebutuhan perawatan sekaligus keberhasilan perawatan. Selain itu, ICON juga menilai kompleksitas maloklusi. Oleh karena itu, ICON memberikan suatu nilai yang lebih dibandingkan dengan indeks-indeks ortodontik yang lain (Farahani, 2011)

Kebutuhan akan sebuah perawatan ortodontik sudah menjadi hal yang penting di masyarakat. Mengoreksi maloklusi ataupun mencapai

(16)

keseimbangan yang baik antara hubungan oklusi gigi geligi, estetika wajah, dan stabilitas hasil perawatan merupakan harapan dari sebuah perawatan ortodontik. Untuk mengukur kebutuhan dan kebehasilan dari sebuah perawatan ortodontik dapat menggunakan berbagai macam indeks. Salah satu indeks yang dapat digunakan yaitu ICON.

Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) UNHAS sendiri belum memiliki data mengenai gambaran kebutuhan dan keberhasilan perawatan ortodontik berdasarkan indeks ICON. Dengan mengetahui tingkat keberhasilan perawatan ortodontik yang dilakukan di RSGM UNHAS maka dapat pula diketahui kualitas dari RSGM tersebut. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran kebutuhan dan keberhasilan perawatan ortodontik berdasarkan indeks ICON di RSGM UNHAS.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka hal dasar yang menjadi pernyataan penting untuk melakukan penelitian ini yaitu “Bagaimana gambaran tingkat kebutuhan dan keberhasilan perawatan ortodontik berdasarkan ICON di RSGM UNHAS ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tingkat kebutuhan dan keberhasilan perawatan ortodontik berdasarkan ICON di RSGM UNHAS.

(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Untuk mengetahui tingkat kebutuhan dan keberhasilan perawatan ortodontik berdasarkan ICON di RSGM UNHAS.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oklusi

Menurut kamus kedokteran gigi, ada dua istilah yang dapat digunakan untuk oklusi, yaitu oklusi ideal dan oklusi normal,

1) Oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya setiap gigi, kecuali insisivus sentral bawah dan molar ketiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami kerusakan.

2) Oklusi normal adalah oklusi yang memenuhi persyaratan fungsi dan estetik walau disertai adanya ketidakteraturan pada gigi secara individu. Terjadi jika gigi atas dan bawah tersusun dengan baik dan tonjol gigi posterior sesuai kedudukannya dengan gigi bawah antagonisnya (Narlan Sumawinata, 2013).

2.2 Maloklusi 2.2.1 Definisi

Masalah maloklusi merupakan masalah penting dalam bidang kesehatan gigi, khususnya dalam bidang ortodontik di Indonesia. Definisi maloklusi masih sering diperdebatkan hingga saat ini karena persepsi perseorangan tentang masalah maloklusi masih sangat berbeda. Maloklusi itu sendiri merupakan keadaan yang menyimpang dari oklusi normal, hal ini terjadi karena tidak sesuainya antara

(19)

atas maupun rahang bawah. Gambaran klinisnya berupa berjejal, protrusi, gigitan silang baik anterior maupun posterior (Deddy Desmar Dika et al, 2011).

2.2.2 Prevalensi Maloklusi

Maloklusi dianggap menjadi salah satu masalah kesehatan gigi masyarakat. Ini adalah masalah gigi yang paling umum kedua pada anak-anak dan dewasa muda disamping karies gigi. Minat dan kesadaran akan kesehatan gigi telah meningkat pesat selama beberapa tahun terakhir, juga meningkatnya permintaan untuk perawatan ortodontik secara global, desakan akan kebutuhan pada pengembangan berbagai metode untuk menilai dan juga untuk menentukan perawatan. Peningkatan kekhawatiran tentang penampilan gigi selama masa kanak-kanak dan remaja hingga dewasa muda telah banyak diamati dalam penampilan gigi yang baik dengan keberhasilan pada kegiatan kehidupan mereka (Sharma et al, 2015).

Maloklusi terjadi pada semua kalangan masyarakat namun prevalensi bervariasi di berbagai belahan dunia dan diantara berbagai populasi. Etnis, genetik dan lingkungan juga menyebabkan perkembangan maloklusi. Banyak studi epidemiologi telah dilakukan untuk menentukan prevalensi maloklusi di berbagai kelompok ras dan etnis dengan hasil yang berbeda (Sandeep dan Sonia, 2012). Pada studi epidemiologi yang dilakukan di India menunjukkan prevalensi

(20)

maloklusi pada anak-anak India dilaporkan sebanyak 90% di Delhi dan sebanyak 19,6% di Madras (Singh et al, 2015).

Sebuah studi yang dilakukan di kota Benin Nigeria, 229 laki-laki dan 212 perempuan dari usia rata-rata 13-20 tahun, menunjukkan bahwa 15,9% dari subyek memiliki oklusi normal, 80,7% memiliki Kelas I Angle dan 1,1% memiliki Kelas II divisi 1, 0,5% memiliki Kelas II divisi 2 dan 1,8% memiliki maloklusi Kelas III Angle. Peningkatan overjet dan overbite diamati masing-masing sebanyak 24,7% dan 9,8% (Sandeep dan Sonia, 2012).

Studi yang dilakukan di Brazil telah menunjukkan prevalensi Kelas II divisi 1 dan divisi 2 maloklusi bervariasi masing-masing dari 8,6% menjadi 33,7% dan dari 0,6% menjadi 6,7%. Seperti pada semua kelas maloklusi lainnya Kelas II jarang menggambarkan perbedaan yang signifikan di tingkat ras dan prevalensi Kelas II relasi molar secara signifikan lebih besar pada anak-anak kulit putih daripada kulit hitam. Analisis oklusal secara akurat menunjukkan bahwa Kelas II maloklusi hampir 50% dari masa gigi desidui sampai masa gigi bercampur (Aslam et al, 2012).

Sedangkan beberapa studi telah mendokumentasikan prevalensi Angle Kelas III. Misalnya, studi yang menunjukkan bahwa ras Asia memiliki prevalensi Kelas III Angle yang lebih tinggi dari ras-ras lain. Dalam beberapa kasus data penduduk telah menunjukkan laporan yang bertentangan, seperti perbedaan penelitian di kalangan anak-anak

(21)

Nigeria bahwa prevalensi maloklusi Angle Kelas III mulai dari 1,2% pada tahun 1993 sampai dengan 11,8% pada tahun 2004 (Hardy et al, 2012).

Selanjutnya penelitian Silva et al tentang maloklusi tahun 2001 di Amerika Latin pada anak usia 12-18 tahun menunjukkan bahwa lebih dari 93% anak menderita maloklusi. Penelitian yang dilakukan oleh Alatrach pada tahun 2014 menyebutkan bahwa lebih dari 60% anak-anak di Siria menderita maloklusi. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Lagana et al tahun 2013 pada anak-anak sekolah berumur 7 – 15 tahun di Tirana menyatakan bahwa dari total 2.707 sampel, 40,4% menderita maloklusi Kelas I, 29.2% menderita maloklusi Kelas II, dan 3,2% menderita maloklusi Kelas III (Gabryelly Rorong et al, 2016)

2.2.3 Etiologi maloklusi

Secara umum, penyebab maloklusi adalah faktor keturunan, faktor lingkungan seperti diet ibu, kebiasaan buruk, kekurangan gizi, cedera sendi temporomandibular, kebiasaan tekanan abnormal, cedera lahir, cacat perkembangan dan kecelakaan yang dikelompokkan sebagai faktor umum (Sushanth et al, 2015).

Maloklusi tidak hanya satu kesatuan tersendiri melainkan kumpulan dari situasi masing-masing dalam diri pribadi dan merupakan masalah dari genetik dan lingkungan. Pengaruh etnis, variasi geografis dalam prevalensi maloklusi juga mempengaruhi

(22)

penyebab maloklusi. Hal ini lebih umum pada kulit putih daripada pada orang kulit hitam, lebih di negara-negara berkembang dibandingkan di negara-negara maju lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan pada anak-anak di pedesaan. Faktor genetik, lingkungan, atau kombinasi dari kedua faktor, bersama dengan berbagai faktor lokal seperti kebiasaan buruk dan anomali dalam jumlah, bentuk, dan posisi perkembangan gigi dapat menyebabkan maloklusi (Ruchika Gupta et al, 2015)

2.3 Perawatan Ortodontik

Menurut waktu perawatan dan tingkat malokusi, perawatan ortodontik dibagi menjadi 3 yaitu (Abu Bakar, 2012) :

1) Perawatan preventif

Perawatan preventif adalah segala tindakan yang menghilangkan segala pengaruh yang dapat merubah jalannya perkembangan normal agar tidak terjadi malposisi gigi dan hubungan rahang yang abnormal. Misalnya dalam periode prenatal anak yang berada dalam kandungan, asupan nutrisi ibu harus baik. Sedangkan pada saat periode post natal harus dijaga kebersihan mulutnya (pemilihan dot yang tepat, anak diajari menyikat gigi yang benar) serta dijaga dari kebiasaan buruk misalnya menghisap ibu jari.

(23)

2) Perawatan interseptif

Perawatan interseptif yaitu perawatan ortodontik pada maloklusi yang telah mulai tampak, untuk mencegah agar maloklusi yang ada tidak berkembang menjadi parah.

3) Perawatan kuratif

Perawatan ini digunakan untuk mengoreksi maloklusi atau malposisi yang ada dan mengembalikan kepada posisi, oklusi dan lengkung ideal. Perawatan kuratif dapat dilakukan dengan 2 macam alat yaitu yaitu piranti ortodontik cekat (fixed orthodontic appliance) dan piranti ortodontik lepasan (removable orthodontic appliance) (Abu Bakar, 2012).

2.4 Indeks-Indeks Ortodontik

Indeks adalah penilaian sebuah angka atau bilangan yang digunakan sebagai indikator untuk menerangkan suatu keadaan tertentu atau sebuah rasio proporsional yang dapat disimpulkan dari sederetan pengamatan yang terus menerus (Pambudi Rahardjo, 2012). Indeks maloklusi adalah penilaian kuantitatif dan objektif yang dapat memberikan batasan adanya penyimpangan dari oklusi ideal yang masih dianggap normal, dan dapat memisahkan kasus-kasus abnormal menurut tingkat keparahan dan kebutuhan masyarakat (Oktavia Dewi, 2008).

(24)

2.4.1 Syarat-syarat indeks yang ideal :

1) Reliability: Suatu indeks harus mengukur secara konsisten meskipun pada waktu dan kondisi yang berbeda. Dalam hal ini, jika sebuah pemeriksaan dilakukan pada pasien yang sama dengan kondisi yang berbeda maka skor ataupun hasil harus tetap sama. 2) Validity: Suatu indeks harus benar-benar mengukur apa yang ingin

diukur. Indeks harus akurat.

3) Clarity, simple and objective: Seorang pemeriksa harus mengingat kriteria-kriteria sebuah indeks. Indeks harus gampang digunakan, kriterianya harus mudah dan jelas.

4) Quantifiability: Suatu indeks harus dapat dianalisis secara statistik, agar status dari sebuah kelompok populasi dapat diukur secara statistik. Contohnya, mean, dan median.

5) Acceptability: Suatu indeks apabila digunakan tidak boleh memberikan rasa sakit pada subjek.

6) Sensitivity: Suatu indeks harus dapat mendeteksi perubahan sekecil mungkin yang terjadi pada subjek (Marya, 2011).

2.4.2 Klasifikasi indeks dalam bidang ortodontik

Ada banyak penelitian yang telah dilakukan tentang perkembangan indeks ortodontik, pengumpulan dan analisis data, prioritas perawatan dan evaluasi perawatan. Hal ini menyebabkan banyak variasi indeks, masing-masing untuk tujuan yang berbeda. Beberapa indeks maloklusi secara kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi Master dan Frankel,

(25)

Malalignment Index (Mal), Handicapping Labio Lingual Deviation Index (HLD Indeks), Occlusion Fenture Index (OFI), Occlusal Index (OI), Treatment Priority Index (TPI), dan Handicapping Malocclusion Assesment Index (HMA) (Singh, 2007).

Beberapa indeks maloklusi lain digunakan untuk mengklasifikasikan maloklusi. Indeks lain dikembangkan untuk mengukur tingkat kebutuhan perawatan, misalnya Index of Orthodontic Treetment Need (IOTN), atau melihat hasil perawatan, misalnya Peer Assessment Rating Index (PAR) sedangkan untuk melihat kebutuhan dan hasil perawatan dapat menggunakan Index of Complexity, Outcome, and Need (ICON) (Singh, 2007).

Index of Orthodontic Treatment Need digunakan untuk menilai kebutuhan dan kelayakan untuk dilakukannya perawatan ortodontik pada anak dibawah 18 tahun untuk perawatan dengan alasan kesehatan gigi. Index of Orthodontic Treatment Need memiliki dua bagian yaitu Aesthetic Component (AC) dan Dental Health Component (DHC). Aesthetic Component digunakan untuk menilai pendapat seseorang mengenai penampilan gigi-geligi pasien melalui skala fotograf. Dental Health Component digunakan untuk menilai beberapa maloklusi dengan menggunakan alat ukur missing teeth, overjet, crossbite, displacement of the teeth, dan overbite (Liefany Anastasia Wilar et al, 2015 )

(26)

Indeks Peer Assement Rating (PAR). Indeks ini dikembangkan oleh Richmond et al (1992), digunakan untuk membandingkan maloklusi sebelum dan sesudah perawatan dalam melakukan evaluasi standard kualitas hasil perawatan (Ahmad Nazir dan Mubazzar Fida, 2010)

Dental Aesthetic Index (DAI) diperkenalkan oleh Cons et al pada tahun 1986 yang menghubungkan tujuan, klinis dan faktor estetika subjektif untuk menghasilkan satu skor yang mencerminkan kebutuhan keparahan dan perawatan maloklusi. Indeks ini melibatkan sifat-sifat yang menyebabkan masalah estetika dan sosial pada pasien juga antara keluhan umum pasien yang datang untuk perawatan. Indeks ini telah digunakan dalam banyak studi untuk menentukan kebutuhan perawatan ortodontik pada berbagai negara (Goyal et al, 2013).

Index of Complexity Outcome and Need (ICON). Indeks ini dikembangkan oleh Charles Daniels dan Stephen Richmond dari Universitas Cardiff. ICON merupakan metode dalam mengukur kompleksitasan maloklusi, keberhasilan dan kebutuhan akan perawatan (Farahani, 2011). ICON terdiri dari 5 komponen, yang masing-masing memiliki bobot yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Skor ICON mencerminkan tingkat dari kebutuhan, kerumitan dan derajat perubahan sebagai hasil dari perawatan (Shella Rosalia Juli Hariyanti et al, 2011).

(27)

Pengukuran ICON dimulai dari melihat komponen estetika. Setiap model yang diukur diberi skor 1 sampai 10 sesuai dengan standar estetika. Selanjutnya melihat keparahan crowding atau diastem rahang atas dengan mengukur diskrepansi jumlah lebar mesiodistal gigi dengan lengkung geligi lalu memberikan skor 0 sampai 5 sesuai dengan hasil pengukuran. Setelah itu melihat ada tidaknya crossbite, openbite atau deepbite dan relasi anteroposterior segmen bukal (Danaei et al, 2015).

Setelah semua kategori pada ICON telah dinilai dengan tepat maka semua nilai tersebut dijumlahkan untuk memperoleh total skor ICON. Penilaiaan ICON dapat dilakukan pada periode gigi bercampur atau gigi permanen secara klinis atau pada model studi dengan disertai foto ortodontik (Karim et al, 2015).

Sebuah studi yang dilakukan untuk melihat tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada remaja di Haida Gwaii Canada menunjukkan hasil yang konsisten karena penelitian yang dilakukan tidak menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam hal jenis kelamin ketika menilai kebutuhan perawatan ortodontik dengan ICON. Hal ini kemungkinan karena ukuran sampel yang relatif kecil, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa laki-laki cenderung memiliki skor ICON rata-rata lebih tinggi daripada perempuan sehingga kebutuhan perawatan juga lebih tinggi pada laki-laki (Karim et al, 2015).

(28)

Studi yang dilakukan untuk melihat keberhasilan perawatan yang diberikan berdasarkan ICON pada pasien di RSGM UNAIR Surabaya juga menunjukkan hasil yang minimal pada perawatan yang diberikan dengan persentasi keberhasilan perawatan adalah 48%yang mengalami perbaikan minimal, 32% sedang, jelek 18% dan hanya 2% yang benar-benar memberi hasil baik (Shella Rosalia Juli Hariyanti et al, 2011).

(29)

17 BAB III KERANGKA KONSEP

Keberhasilan perawatan

ortodontik

Perawatan ortodontik

Alat ortodontik lepasann

ICON

Alat ortodontik cekat

(30)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif dengan menggunakan desain cross-sectional study.

4.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Bagian Ortodonsia RSGM-UNHAS kota Makassar.

4.3 Waktu Penelitian

Waktu dilakukannya penelitian pada Juni – September 2016

4.4 Populasi Penelitian

Model studi dan model evaluasi pasien maloklusi di Bagian Ortodonsia.

4.5 Sampel Penelitian

Tiga puluh buah model studi dan model evaluasi di Bagian Ortodonsia RSGM-UNHAS kota Makassar pada tahun 2011-2015.

4.6 Kriteria Sampel

Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut 4.6.1 Kriteria inklusi

a) Model studi yang dapat diukur menggunakan indeks ICON (memiliki komponen berikut: crowding/diastema rahang atas,

(31)

19 crossbite, openbite/overbite anterior, dan relasi anteroposterior segmen bukal).

b) Model studi termasuk dalam periode gigi permanen atau periode gigi bercampur.

4.6.2 Kriteria eksklusi

a) Terdapat anomali gigi baik dalam bentuk ukuran maupun jumlah gigi pada model studi.

b) Model studi mengalami kerusakan.

4.7 Variabel Penelitian

a) Perawatan ortodontik

b) Tingkat kebutuhan perawatan c) Keberhasilan perawatan

4.8 Alat dan Bahan yang Digunakan

4.8.1 Alat :  Kaliper  Penggaris  Kertas putih  Pulpen 4.8.2 Bahan :

(32)

4.9 Definisi Operasional Variabel

1. Kebutuhan perawatan ortodontik merupakan sebuah keinginan yang timbul dari diri seseorang untuk melakukan sebuah perawatan pada kondisi giginya yang mengalami ketidakharmonisan.

2. Keberhasilan perawatan ortodontik adalah tercapainya suatu tujuan dari sebuah perawatan yang diberkan oleh dokter gigi ke pasiennya.

3. ICON (Index of Complexity Outcome, and Need) adalah indeks yang digunkan untuk mengukur sebuah kebutuhan akan perawatan, kerumitan akan ketidaksesuaian hubungan gigi geligi dan keberhasilan perawatan yang dilakukan.

4.10 Prosedur Penelitian

1. Mengindentifikasi sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sampel.

2. Mencatat identitas pasien.

3. Melakukan pengukuran pada model studi berdasarkan komponen yang terdapat pada ICON yaitu:

a. Mengukur komponen estetik b. Melihat ada tidaknya crossbite c. Melihat relasi vertikal anterior

d. Mengukur diskrepansi jumlah lebar mesiodistal gigi dengan lengkung gigi.

e. Melihat relasi anteroposterior segmen bukal.

4. Menjumlahkan semua skor yang telah didapatkan saat pengukuran. 5. Menganalisis data hasil penelitian.

(33)

21 4.11 Alur Penelitian

4.12 Data Penelitian

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

- Data primer yaitu diperoleh langsung oleh peneliti melalui pengukuran langsung pada model gigi.

- Data skunder yaitu diperoleh oleh peneliti melalui buku pembicaraan model.

2. Pengolahan data

3. Penyajian data akan disajikan dalam bentuk tabel.

Mengindentifikasi sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sampel.

Pengumpulan data

Analisis Data Mencatat identitas pasien.

Melakukan pengukuran pada model studi berdasarkan komponen yang terdapat pada ICON

Hasil komponen estetik Melihat ada tidaknya crossbite Melihat relasi vertikal anterior Mengukur diskrepansi jumlah lebar mesiodistal gigi dengan lengkung gigi. Melihat relasi anteroposteri or segmen bukal.

(34)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian yang telah dilakukan di Bagian Ortodonsia RSGM UNHAS bulan September 2016, diperoleh dua jenis data yaitu kebutuhan perawatan ortodontik dan keberhasilan perawatan ortodontik.

Tabel berikut menunjukkan data hasil penelitian kebutuhan perawatan ortodontik yang diperoleh dari 30 model studi di Bagian Ortodonsia.

Tabel 5.1. Kebutuhan Perawatan Ortodontik Berdasarkan Indeks ICON Jumlah

(orang)

% Total

Kebutuhan Perawatan Butuh 24 80

Tidak Butuh 6 20

Total 30 100

Data hasil penelitian pada tabel 5.1. dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut.

Gambar 5.1. Diagram Gambaran Kebutuhan Perawatan

0 5 10 15 20 25 30

(35)

Data di atas diperoleh dari nilai model studi dengan menjumlahkan lima komponen Index of Complexity Outcome and Need (ICON) dengan mengacu jika nilai model studi < 43 maka pasien tidak membutuhkan perawatan sedangkan jika nilai model studi > 43 maka pasien membutuhkan perawatan, sehingga diperoleh data gambaran kebutuhan perawatan dari 30 sampel yang menyatakan bahwa sebanyak 24 orang (80%) yang membutuhkan perawatan dan 6 orang (20%) yang tidak membutuhkan perawatan ortodontik.

Tabel berikut menunjukkan data hasil penelitian keberhasilan perawatan ortodontik.

Tabel 5.2. Keberhasilan Perawatan Ortodontik Berdasarkan Model Evaluasi Keberhasilan Perawatan Ortodontik Jumlah (orang) % Total

Greatly Improved 1 3,33

Substantially Improved 9 30

Moderately Improved 7 23,33

Minimally Improved 8 26,67

Not Improved or Worst 5 16,67

(36)

Data hasil penelitian pada tabel 5.2., dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut.

Gambar 5.2. Keberhasilan perawatan ortodontik

Data pada tabel keberhasilan perawatan ortodontik di atas, diperoleh hasil bahwa terdapat 1 orang pasien (3,33%) masuk dalam kategori greatly improved atau memiliki perubahan yang sangat besar, 9 orang (30%) masuk dalam kategori substantially improved, 7 orang (23,33%) masuk dalam kategori moderately improved, 8 orang (26,67%) masuk dalam kategori minimally improved, 5 orang (16,67%) masuk dalam kategori not improved or worst atau tidak memiliki perubahan.

Data diatas merupakan data hasil penelitian dalam bentuk data deskriptif. Selanjutnya data hasil penelitian tersebut diuji dengan menggunakan uji statistik yaitu uji Wilcoxon Sign Rank Test. Wilcoxon Sign Rank Test merupakn uji

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Great Improved Substanstially Improved Moderately Improved Minimally Improved Not Improved or Worst

(37)

komparasi non parametrik dengan membandingkan perbedaan model studi dengan model evaluasi.

Tabel 5.3. Hasil Uji Statistk dengan Wilcoxon Sign Rank Test Model evaluasi dan Model Studi

Z -4.405

Asympt. Sig. (2-tailed) 0.000

Pada output SPSS dengan Uji Wilcoxon Sign Rank Test diperoleh penilaian skor pada model studi dan model evaluasi sebesar 0,000. Penilaian skor lebih kecil dari 0,05 (< 0,05) artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara model studi dan model evaluasi.

(38)

BAB VI PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebutuhan dan keberhasilan perawatan ortodontik berdasarkan Index Complexity Outcome and Need (ICON) di RSGM UNHAS. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasional deskriptif pada 30 buah model studi dan model evaluasi yang terdapat di bagian Ortodonsia RSGM UNHAS.

Perawatan ortodontik itu tergantung pada keinginan pribadi dari pasein dan orang tua mereka. Pengetahuan orang tua dari pasein akan memberikan kontribusi untuk peningkatan kesadaran tentang pentingnya kebutuhan akan perawatan ortodontik yang ada. Ini akan mempengaruhi peningkatan jumlah pasien yang meminta perawatan ortodontik. Penilaian keparahan maloklusi dan rencana perawatan tergantung pada banyak faktor seperti usia, jenis kelamin, gigi, pengetahuan, pengalaman dari dokter gigi, dan tentu saja juga pada situasi keuangan pasien (Janosevi et al, 2015).

Pada dasarnya setiap pasien yang datang ke Bagian Ortodonsia RSGM UNHAS membutuhkan perawatan. Pada tabel 5.1 terlihat bahwa berdasarkan indeks ICON hanya terdapat 80% model studi yang membutuhkan perawatan dan terdapat 20% yang tidak membutuhkan perawatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Karem et al (2015) yang dilakukan untuk melihat tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada remaja di Haida Gwaii Canada bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara remaja yang membutuhkan perawatan dan yang tidak membutuhkan perawatan. Penelitian yang dilakukan oleh

(39)

Adebanke et al (2013) menunjukkan hasil bahwa kurang dari 40% pelajar di Nigeria tidak membutuhkan perawatan ortodontik. Lalu, penelitian yang dilakukan oleh Sharma et al (2014) menunjukkan hasil analisis statistik bahwa terdapat 12,5% anak-anak di Pradesh India tidak membutuhkan perawatan ortodontik sementara 87,5% anak-anak dengan maloklusi yang membutuhkan berbagai kebutuhan perawatan ortodontik. Penelitian yang juga dilakukan oleh Zreaqat et al (2013) menunjukkan hasil bahwa 51,4% dari anak-anak sekolah di Malaysia yang berusia 12 tahun membutuhkan perawatan ortodontik dan 56,4% yang membutuhkan perawatan ortodontik pada usia 16 tahun.

Analisis data juga menunjukkan hasil mengenai tingkat keberhasilan perawatan ortodontik di RSGM UNHAS. Pada tabel 5.2 terlihat bahwa tingkat keberhasilan perawatan yang diperoleh dari pengukuran skor indeks ICON pada model evaluasi menunjukkan hasil terdapat 30% model evaluasi masuk dalam kategori substantially improved. Sedangkan yang masuk dalam kategori greatly improved terdapat hanya 1 model evaluasi (3,33%) yang memiliki perubahan yang sangat besar. Terdapat pula 16,66% model evaluasi yang masuk dalam kategori not improved or worst yang artinya tidak terdapat perubahan pada model evaluasi.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shella Rosalia Juli Hariyanti et al (2011) bahwa keberhasilan perawatan berdasarkan ICON pada pasien di RSGM UNAIR Surabaya menunjukkan hasil yang minimal pada perawatan yang diberikan dengan persentasi keberhasilan perawatan adalah 48% yang mengalami perbaikan minimal, 32% sedang, 18% jelek dan hanya 2%

(40)

yang benar-benar memberi hasil baik. Penelitian yang dilakukan oleh Richmond et al (cit Irwansyah, 2011) bahwa dalam perawatan ortodontik lepasan didapatkan persentase perubahan sebesar 50,4% dari 48 sampel, termasuk ke dalam kategori ada perubahan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Abtahi yang khusus meneliti hasil perawatan pada pasien Klas II, mendapatkan persentase perubahan sebesar 34.07% dari 70 sampel yang juga termasuk ke dalam kategori ada peruabahan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ira Laila (2015) untuk melihat tingkat keberhasilan perawatan ortodontik dengan piranti ortodontik lepasan di RSGM UNEJ didapatkan hasil yang mengalami sedikit perubahan atau tidak mengalami perubahan jumlahnya lebih banyak daripada yang mengalami perubahan yang bermakna.

Salah satu variabel dalam menentukan tingkat keberhasilan perawatan di bagian Ortodonsia RSGM UNHAS adalah jenis perawatan ortodontik yang digunakan. Perawatan ortodontik yang digunakan adalah piranti ortodnotik lepasan. Perawatan ortodontik lepasan ini tidak dapat digunakan untuk menggerakkan sekaligus banyak gigi, melainkan hanya beberapa gigi dalam setiap tahap, sehingga membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama. Selain itu, karena piranti lepasan ini dapat dipakai dan dilepas sendiri oleh penderita, maka dibutuhkan juga adanya kepatuhan pasien dalam pemakaian piranti lepasan (Shella Rosalia Juli Hariyanti et al, 2011)

Salah satu faktor penunjang keberhasilan perawatan ortodontik adalah motivasi dari pasien untuk dilakukannya perawatan ortodontik. Alasan lain yang juga mempengaruhi keberhasilan perawatan yaitu seperti rasa sakit, kurangnya

(41)

minat dan durasi perawatan yang panjang (Bailwad et al, 2015). Rasa sakit yang dirasakan oleh pasien akan mengurangi motivasi dalam melakukan perawatan. Menurut Jeffery (1987) rasa sakit juga dapat dihubungkan dengan potensi perilaku yang tidak kooperatif pada pasien yang menjalani perawatan (Ira Laila, 2015)

Tabel 5.3. menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara penilaian pada model studi dan model evaluasi. Hal ini berarti bahwa perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi mampu memperbaiki maloklusi yang ada. Beberapa penelitian mengenai perawatan ortodontik yang dilakakan oleh dokter gigi dengan menggunakan piranti lepasan juga menunjukkan hasil bahwa terdapat perubahan yang signifikan sebelum dan sesudah perawatan (Al-Zubar, 2015).

(42)

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran tingkat kebutuhan dan keberhasilan perawatan ortodontik berdasarkan Index of Complexity Outcome and Need (ICON) di RSGM UNHAS dapat ditarik kesimpulan bahwa kebutuhan perawatan ortodontik di Bagian Ortodonsia RSGM UNHAS dapat dikatakan tinggi, akan tetapi tingkat keberhasilan perawatan ortodontik belum memberikan hasil yang memuaskan.

7.2 Saran

Pada penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat kebutuhan dan keberhasilan perawatan ortodontik di RSGM UNHAS menggunakan indeks-indeks ortodontik lainnya, juga perlu dibagi berdasarkan jenis kelamin dan umur.

(43)

31 DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar. 2012. Kedokteran Gigi Klinis.Yogyakarta; Quantum Sinergis Media: hal.135

Adebanke KK, Olatunde AH, Donald OO. 2013. Normative and perceived orthodontic treatment need of senior year dental students. Archives of Oral Res;9(1):23-30

Ahmad N, Fida M. 2010. Orthodontic treatment assessment using Peer Assessment Rating (PAR) index. Pakistan Dent J;30(2):380-7

Al-Zubair NM. 2015. Orthodontic services in Yemen. J Interdiscipl Med Dent Sci;3(5):1-2

Aslam A et al. 2010. Prevalence of Class II malocclusions in Pakistani sample - a study. Pakistan Oral & Dent J;30(1):96-100

Bailwad SA, et al. 2015. Attitude towards malocclusion and orthodontic treatment among 10-35 years old Malaysians. Int J of Advanced Res;3(5):1316-1322

Deddy Desmar Dika, Thalca Hamid, Mieke Sylvia. 2011. Penggunaan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) sebagai evaluasi hasil perawatan dengan peranti lepasan. Orthod Dent J;2(1):45-48

Erly Budianto, Miesje K. Purwanegara, Erwin Siregar. 2008. Karakteristik profil jaringan lunak pada penderita obstruksi saluran napas atas dengan kebiasaan bernapas melalui mulut. Indonesian J of Dent;15(1):44-49. Farahani AB. 2011. An overview of selected orthodontic treatment need indices.

Progress in Orthod;12(2):226-228

Gabrielly Rorong, Damajanty Pangemanan, Juliatri. 2016. Gambaran maloklulsi pada siswa kelas 10 di SMA Negeri 9 Manado. J e-GiGi (eG);4(1):11-16

Gupta R, et al. 2015. Prevalence of malocclusion in relation to area of residence among 13-15 years old Government and Private school children in Bhopal district, Madhya Pradesh, India. Int J of Advanced Res;3(5):918-925

Goyal S, Goyal S, Muhigana A. 2013. Assessment of malocclusion severity levels and orthodontic treatment needs using the Dental Aesthetic Index (DAI): a retrospective study. Rwanda Med J;70(3):22-27

(44)

Hardy DK, Cubas YP, Orellana MF. 2012. Prevalence of Angle Class III malocclusion: a systematic review and meta-analysis. Open J of Epid;2:75-82

Harty FJ, Ogston R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. In: Sumawinata N, editor. EGC: Jakarta; hal.215

Janosevic P, et al. 2015. Index of Orthodontic Treatment Need in children from the Niš Region. Vojnosanit Pregl;72(1):12–15

Karim A, Aleksejuniene J, Edwin HKY, Brondani M, Kazanjian A. 2015. Orthodontic treatment need of adolescents in the island community of Haida Gwaii, Canada. Inter J of Indigenous Health;10(2):51-59

Kumar P, Londhe SM, Kotwal A, Mitra R. 2013. Prevalence of malocclusion and orthodontic treatment need in school children an epidemiological study.

Med J armed forces India;6(9):369-374.

Liefany Anastasia Wilar, AJM Rattu, Ni Wayan Mariati. 2014. Kebutuhan perawatan orthodonsi berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need pada siswa SMP Negeri 1 Tarera. J e-GiGi (eG);2(2):1-8

Marya CM. 2011. Textbook of Public Health Dentistry. New Delhi; Jaypee Med Publ (ltd):p.185-6, 210.

Monica Rumampuk, PS Anindita, Christy Mintjelungan. 2014. Kebutuhan perawatan ortodonsi berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need pada siswa kelas II di SMP Negeri 2 Bitung. J e-GiG;2(2):1-6 Muh. Irwansyah, Eka Erwansyah. 2011. Penilaian tingkat keberhasilan perawatan

ortodontik dengan piranti lepasan berdasarkan indeks PAR. Dentofasial; 10(148):144-150

Oktavia Dewi. 2008. Hubungan Maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja SMU kota Medan tahun 2007 [Tesis]. Medan: Universitas Sumatra Utara. hal.1-4.

Pambudi Rahardjo. 2012. Ortodonti Dasar. Surabaya; Airlangga University Press: hal.128.

Putri Wijayanti, Krisnawati, Nada Ismah. 2014. Gambaran maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada anak usia 9-11 tahun (Studi pendahuluan di SD At-Taufiq, Cempaka Putih Jakarta). J PDGI;63(1):25-29.

(45)

33 Sandeep G, Sonia G. 2012. Pattern of dental malocclusion in orthodontic patients in Rwanda: a retrospective hospital based study. Rwanda Med J;69(4):13-18

Sharma A, Menon I, Aruna, Dixit A. 2015. Prevalence of malocclusion and treatment needs among 12 to 15 years old school children in Muradnagar Uttar Pradesh. J of Dent and Med Sci;14(1):60-65

Sharma J, Sharma RD. 2014. IOTN – A tool to prioritize treatment need in children and plan dental health services. Himachal Institute of Dent Sci;13(1):66-70

Shella Rosalia Juli Hariyanti, Ari Triwardhani, Elly Rusdiana. 2011. Gambaran tingkat keparahan maloklusi dan keberhasilan perawatan menggunakan Index of Complexity, Outcome and Need (ICON) di RSGM-P FKG Unair. Orthod dental J; 2(1):26-32.

Singh G. 2007. Textbook of Orthodontics. New Delhi; Jaypee Med Publ (ltd): p.163- 6

Singh SP, Kumar V, Narboo P. 2015. Prevalence of malocclusion among children and adolescents in various school of Leh Region. Imedpub J;1(2):1-6 Sushanth VH, et al. 2015. Prevalence of malocclusion and orthodontic treatment

needs among 12 - 13 year old school going children in Chennai city, Tamilnadu, India. Int J of Oral Health and Med Res;2(2):32-38

Vigni Astria Laguhi, P.S Anindita, Paulina N. Gunawan. 2014. Gambaran maloklusi dengan menggunakan HMAR pada pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi Manado. J e-GiG;2(2):1-7. Zreaqat M et al. 2013. Orthodontic treatment need and demand among 12- and 16

year-old school children in Malaysia. Himachal Institute of Dent Sci;12(4):217-221

(46)
(47)

Warning # 849 in column 23. Text: in_ID

The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It could

not be mapped to a valid backend locale. NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=Model_Studi Model_Progress /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Notes

Output Created 15-Sep-2016 15:07:14

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

30 Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=Model_Studi Model_Progress

/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.093

Elapsed Time 00:00:00.172

Number of Cases Alloweda 157286

a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet0]

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Model_Studi Model_Progress

N 30 30

Normal Parametersa,b Mean 33.87 24.53

Std. Deviation 13.821 13.713

Most Extreme Differences Absolute .095 .145

Positive .095 .145

Negative -.076 -.101

Kolmogorov-Smirnov Z .522 .797

Asymp. Sig. (2-tailed) .948 .550

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

(48)

Notes

Output Created 15-Sep-2016 15:08:16

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

30 Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/WILCOXON=Model_Progress WITH Model_Studi (PAIRED)

/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.016

Elapsed Time 00:00:00.015

Number of Cases Alloweda 112347

a. Based on availability of workspace memory. NPAR TESTS

/WILCOXON=Model_Studi WITH Model_Progress (PAIRED) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Notes

Output Created 15-Sep-2016 15:09:20

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

30 Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/WILCOXON=Model_Studi WITH Model_Progress (PAIRED) /MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.031

Elapsed Time 00:00:00.031

Number of Cases Alloweda 112347

(49)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks Model_Progress - Model_Studi Negative Ranks 24a 17.48 419.50 Positive Ranks 5b 3.10 15.50 Ties 1c Total 30 a. Model_Progress < Model_Studi b. Model_Progress > Model_Studi c. Model_Progress = Model_Studi Test Statisticsb Model_Progres s - Model_Studi Z -4.405a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on positive ranks.

(50)

Model Studi No

Komponen

Estetika Crossbite RVA diastema RASB Jumlah

1 3 21 0 0 0 0 21 2 8 56 0 12 5 0 73 3 5 35 0 4 0 6 45 4 3 21 5 0 0 0 26 5 6 42 0 4 0 0 46 6 3 21 0 0 0 0 21 7 5 35 0 4 0 0 39 8 3 21 0 0 0 0 21 9 6 42 0 4 5 3 54 10 4 28 0 0 5 0 33 11 5 35 0 0 5 0 40 12 3 21 0 4 0 0 25 13 4 28 0 0 0 0 28 14 1 7 0 0 0 6 13 15 4 28 0 0 5 0 33 16 4 28 0 4 5 0 37 17 2 14 0 0 5 0 19 18 4 28 0 0 0 3 31 19 2 14 0 0 0 0 14 20 5 35 0 8 10 0 53 21 3 21 0 0 0 0 21 22 3 21 0 4 5 0 30 23 4 28 0 4 5 0 37 24 6 42 0 0 0 0 42 25 8 56 0 0 0 3 59 26 3 21 0 0 0 0 21 27 4 28 0 0 0 0 28 28 5 35 0 0 5 0 40 29 2 14 0 0 15 0 29 30 4 28 0 4 5 0 37

(51)

Model Progress N o Komponen Estetika Crossbit e RV A diastem a RASV B Jumla h Tingkat Keberhasila n 1 21 0 4 0 0 25 -79 2 49 0 8 0 0 57 -155 3 28 0 4 0 6 38 -107 4 21 0 0 10 0 31 -98 5 42 0 4 0 0 46 -138 6 14 0 0 0 0 14 -35 7 21 0 0 5 0 26 -65 8 7 0 0 0 0 7 -7 9 28 0 0 5 3 36 -90 10 28 0 4 5 0 37 -115 11 7 0 0 0 0 7 12 12 14 0 4 0 0 18 -47 13 21 0 0 0 0 21 -56 14 7 0 4 0 3 14 -43 15 28 0 0 0 0 28 -79 16 21 0 4 5 0 30 -83 17 7 0 0 0 0 7 -9 18 21 0 0 0 3 24 -65 19 7 0 0 0 0 7 -14 20 28 0 8 10 0 46 -131 21 14 0 0 0 0 14 -35 22 14 0 4 5 0 23 -62 23 14 0 0 0 0 14 -19 24 21 5 0 0 0 26 -62 25 49 0 0 0 3 52 -149 26 14 0 0 0 0 14 -35 27 21 0 4 5 0 30 -92 28 14 0 0 0 0 14 -16 29 14 0 0 0 0 14 -27 30 7 0 4 5 0 16 -27

(52)
(53)

Gambar

Tabel  berikut  menunjukkan  data  hasil  penelitian  kebutuhan  perawatan  ortodontik yang diperoleh dari 30 model studi di Bagian Ortodonsia

Referensi

Dokumen terkait

UNTUK PENGHITUNGAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR DANAU BATUR • Data Potensi Sumber Daya Alam. – Potensi dan ketersediaan – Jenis yang dimanfaatkan –

Katup kontrol balik fungsi arah aliran/fungsi ATAU (shuttle valve) berfungsi untuk mengontrol arah aliran satu arah atau dua sumber tekanan yang masuk.. Gambar 1.2

Salah seorang guru di SDN 11 Desa Gedang ditunjuk oleh Kepala Dinas Pendidikan untuk menjadi tim sosialisasi pada saat program ini pertama kali dijalankan, baik

“Saya sudah informasikan ke Kasudin KUMKMP di wilayah untuk bersurat ke PD Jaya dan membantu Kaki-5 yang belum dapat tempat,” ujarnya seraya menjelaskan Kaki-5 yang

 Hukum I Newton menjelaskan tentang inersia atau kelembaman, dimana jika jumlah gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol benda yang diam akan tetap diam, namun benda

Sesuai dengan Pasal 1548 KUHPerdata terkandung beberapa unsur sewa-menyewa yaitu: Sewa- menyewa merupakan suatu perjanjian, yaitu perjanjian antara Giant Promosindo dengan

[r]

Secara keseluruhan persentase yang diperoleh aktivitas siswa dengan penerapan teknik pembelajaran pos pemeriksaan pada siklus I (pertemuan 1 dan 2) adalah 68,75%