• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengembangan

Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar

ABSTRAK

Terbentuknya kain tenun, pada mulanya manusia purba menemukan cara membuat tambang, kemudian tali dan juga benang dari tumbuhan-tumbuhan merambat dan rami. Mereka memanfaatkan tali, benang dan rami dengan cara menganyam yang berfungsi sebagai tempat peralatan rumah tangga, tempat bayi dan tempat tidur. Tahun demi tahun teknik menganyam berkembang dengan menggunakan alat untuk membuat kain tenun yang disebut alat tenun gendong.

Tenun merupakan kain yang dibuat dengan prinsip sangat sederhana, yaitu dari benang yang digabungkan secara memanjang dan melintang dengan cara menganyamkan benang lusi dan benang pakan untuk dijadikan kain. Kain tenun dapat dibedakan menurut jenisnya yaitu tenun polos, tenun kepar dan tenun satin.

Proses menenun meliputi tahapan menghani, menggulung pada bum lusi, mencucuk, menggulung pada bum kain, penyetelan, menenun dan penyelesaian akhir.

Corak tenun polos dan kepar dapat dikembangkan dengan membuat variasi benang, pencucukan dan injakan pada proses penenunan.

(2)

2

PENGEMBANGAN

JENIS TENUN POLOS DAN TENUN KEPAR

Sebelum mengenal cara menenun, jenis pakaian mula-mula diperkirakan dari bahan kulit kayu. Untuk membuat pakaian dari kulit kayu ini memerlukan pengetahuan dan pengalaman tertentu, yaitu pengenalan jenis-jenis pohon keras yang mempunyai serat kuat dan panjang. Terbentuknya kain tenun, pada mulanya manusia purba menemukan cara membuat tambang, kemudian tali dan juga benang dari tumbuhan-tumbuhan merambat dan rami. Mereka memanfaatkan tali, benang dan rami dengan cara menganyam yang berfungsi sebagai tempat peralatan rumah tangga, tempat bayi dan tempat tidur. Tahun demi tahun teknik menganyam berkembang dengan menggunakan alat untuk membuat kain tenun yang disebut alat tenun gendong.

Teknik menenun berkembang sejajar dengan keahlian membuat benang. Pada masa itu benang sudah mempunyai ukuran sedang, tebal dan tipis, dengan tujuan untuk mempersiapkan pembuatan kain tenun yang sesuai. Dikalangan mayarakat jawa umumnya dan di Surakarta, pada saat sekarang pembuatan tenun dengan alat tenun gendo sudah semakin hari semakin menghilang. Di beberapa desa yang menghasilkan dengan alat tenun gendong sudah langka. Hanya terdapat beberapa saja dan masing-masing sudah tua umurnya. Mereka tidak menurunkan kerajinan menenun itu kepada anak-anaknya, karena banyak yang tidak tertarik menenun dan sulit.

Tenun merupakan kain yang dibuat dengan prinsip sangat sederhana, yaitu dari benang yang digabungkan secara memanjang dan melintang dengan cara menganyamkan benang lusi dan benang pakan untuk dijadikan kain.

Kain tenun dapat dibedakan menurut jenisnya yaitu tenun polos, tenun kepar dan tenun satin.

(3)

3 TENUNAN POLOS

Tenunan polos merupakan corak tenun yang paling sederhana dan mudah, yaitu dengan teknik masing-masing atau sebuah benang lusi dan benang pakan naik turun bergantian dan saling menyilang. ATBM atau Alat Tenun Bukan Mesin yang digunakan untuk tenun polos dapat menggunakan semua ATBM berapapun jumlah gun atau kamrannya.

Jenis Tenun Polos dengan 2 gun atau gun/kamran

TENUNAN KEPAR

Benang pakan menyilang di bawah benang lusi, silih berganti. Pada tenun kepar titik pertemuan antara lusi dan pakan berjalan miring pada tenunannya. ATBM atau Alat Tenun Bukan Mesin yang digunakan untuk tenun kepar adalah yang memiliki minimal 3 (tiga) gun/kamran.

(4)

4 PROSES PEMBUATAN TENUN

Pembuatan produk dengan teknik tenun dilakukan melalui beberapa tahapan yang harus dilakukan dengan urut dan tepat, proses sebagai berikut:

MENGHANI

Menghani adalah tahapan awal pada proses pertenunan, yaitu proses pembuatan helaian-helaian benang untuk di jadikan lungsi pada alat yang dinamai alat hani. Teknik pengerjaan menghani sebagai berikut:

1. Membuat pola ukuran panjang lusi pada alat hani

2. Mengurai benang menjadi helaian-helaian lusi pada alat hani, mengikuti pola

3. Membuat lusi sesuai dengan panjang pola ukuran jumlah lusi, jangan lupa silangan pada lusi

4. Setiap 10 lusi atau sesuai keinginan, lusi diikat, untuk memudahkan penghitungan lusi

5. Ikatlah pada bagian silangan, jangan sampai lepas silangannya 6. Apabila lusinya panjang, maka harus digulung dulu dengan cara

menjalin menjadi jalinan rantai agar tidak kusut 7. Lepaskan lusi dari alat hani

MEMASANG LUSI PADA BUM LUSI

Memasang lusi pada alat tenun adalah memasang helaian-helaian benang yang akan dijadikan lusi pada Alat Tenun Bukan mesin pada bum lusi. Proses pengerjaannya sebagai berikut:

1. Aturlah lusi terlebih dahulu dengan posisi yang benar 2. Bagilah lusi menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama

3. Kemudian siapkan BUM LUSI, putarlah engkelnya sampai semua tali terurai, kemudian tariklah ke atas dan letakkan kayu bentangan yang ada pada rangkaian BUM LUSI dan letakkan pada rangka ATBM

(5)

5

4. Masukkan lusi dari bagian tengah ke kanan, kemudian bagian tengah ke kiri, jangan lupa diselingi tali-tali yang ada pada bentangan kayu, untuk memilah-milah lusi, sehingga posisi lusi lebih rata

5. Jangan lupa, pasang dua buah kayu, untuk membuat silangan lusinya, jangan sampai terlepas, posisi ini sangat menentukan dalam pencucukan atau memasukkan lusi pada mata gun dan sisir 6. Rapikan lusi, kemudian pisah-pisahkan lusi melewati raddle sesuai

lebar tenunan

7. Gulunglah lusi pada BUM lusi, sisakan panjang lusi sampai batas sisir (sisa lusi dapat diikatkan pada kayu bentang yang ada pada rangkaian BUM kain)

PENCUCUKAN PADA MATA GUN

Pencucukan adalah proses memasukkan benang lusi ke mata gun sesuai dengan corak tenun, proses pencucukannya sebagai berikut:

1. Masukkan lusi ke mata gun, mulailah dari tengah ke kanan atau tengah kekiri atau sebaliknya

2. Masukkan pada mata gun sesuai corak yang dibuat

3. Setiap beberapa helai lusi (misal 10 helai saja) ikatlah hasil pencucukan, agar lusi tidak lepas, sampai seluruh lusi sudah masuk ke mata GUN sesuai pola pecucukan

4. Masukkan lusi satu persatu ke sisir, mulailah dari tengah ke kanan kemudian tengah kekiri atau sebaliknya

PENCUCUKAN PADA SISIR

Pencucukan adalah proses memasukkan benang lusi ke sisir sesuai dengan corak tenun, proses pencucukannya sebagai berikut:

1. Masukkan satu persatu lusi ke SISIR, mulailah dari tengah ke kanan atau tengah kekiri atau sebaliknya

2. Setiap beberapa helai lusi (misal 10 helai saja) ikatlah hasil pencucukan, agar lusi tidak lepas, sampai seluruh lusi sudah masuk ke SISIR sesuai pola pecucukan

(6)

6 MENGIKAT LUSI PADA BUM KAIN

Mengikat lusi pada bum kain dilakukan setelah lusi dicucuk melalui mata gun dan sisir. Proses pengikatannya sebagai berikut:

1. Putarlah BUM kain. Sampai semua tali terurai

2. Ikatlah lusi pada bentangan kayu yang ada pada rangkaian BUM kain

3. Mulailah ikatan dari tengah, ke tepi kanan, tengah ke tepi kiri baru bagian-bagian yang lain sampai semua lusi terikat

4. Ikatlah lusi sedikit demi sedikit (misal setiap10 lusi kemudian di ikat) agar jarak antara ikatan satu dengan ikatannya tidak terlalu longgar 5. Usahakan ketegangannya sama

6. Lakukan sampai semua lusi terikat

PENYETELAN

1. Berilah nomor GUN 1,2,3,4 dan INJAKAN juga 1,2,3,4 untuk memudahkan dalan penenunan

2. Cermati hasil pencucukan, apakah sudah benar

3. Atur posisi Gun dan injakan, Gun 1 dengan injakan 1, gun 2 dengan injakan 2, gun 3 dengan injakan 3, gun 4 dengan injakan 4 4. Aturlah ketegangan ikatan lusi, usahakan sama ketegangannya 5. Siap menenun

MENENUN

1. Awali dengan tenun sebagai bantuan saja, sampai posisi susunan lusi sudah rata

2. Ketika menenun usahan jarak gunung-gunung sama, sehingga hasil lebar tenunan dapat rata kanan dan kiri

3. Sambungan benang usakahan maju dari tepi tenunan kira-kira 2-3 cm

4. Memadatkan tenunan dengan sisir juga harus sama, kalau 2 kali ketukan juga sebaiknya semua 2 kali ketukan, sehingga hasil kerapatan tenunan juga rata

5. Tenun sesuai motif dan ukuran produk yang akan dibuat

6. Kalau mulut lusi sudah sempit, gulung hasil tenunan ke BUM kain 7. Tenun sampai mencapai ukuran yang dikehendaki

(7)

7 MELEPAS TENUNAN

1. Kendorkan tenunan terlebih dahulu

2. Potong lusi, kalau bisa, sisakan lusi pada cucukan GUN, dengan cucukan sisa, masih dapat digunakan lagi

3. Lepaskan hasil tenunan, dengan membuka ikatan-ikatan lusi 4. Rapikan hasil tenunan, bagian rumbai dapat disimpul

PENGEMBANGAN TENUN POLOS

Tenun polos dengan prinsip angkat satu tinggal satu dalam proses pertenunannya, dapat dikembangkan menjadi berbagai motif tenun polos melalui variasi pencucukan dan injakan dalam proses penenunan. Gun yang digunakan dapat memakai dua gun sampai empat gun/kamran. Tergantung dari rencana pengembangan corak tenun polosnya.

Pengembangan tenun polos 1

Menggunakan dua gun atau empat gun/kamran, dengan variasi benang pakan pada proses penenunan

Pengembangan tenun polos 2

Menggunakan dua gun atau empat gun/kamran, dengan variasi benang pakan dan injakan pada proses penenunan

(8)

8

Pengembangan tenun polos 3

Menggunakan dua gun atau empat gun/kamran, dengan variasi benang pakan dan injakan pada proses penenunan

Pengembangan tenun polos 4

Menggunakan dua gun atau empat gun/kamran, dengan variasi injakan pada proses penenunan

Pengembangan tenun polos 5

Menggunakan dua gun atau empat gun/kamran, Dengan variasi injakan pada proses penenunan

(9)

9

Pengembangan tenun polos 6 Menggunakan empat gun/kamran,

dengan variasi benang pakan dan injakan pada proses penenunan

PENGEMBANGAN TENUN KEPAR

Tenun kepar dengan prinsip benang pakan menyilang di bawah benang lusi, silih berganti dalam proses pertenunannya, dapat dikembangkan menjadi berbagai motif tenun kepar melalui variasi pencucukan dan injakan dalam proses penenunan. Gun yang digunakan dapat memakai gun minimal tiga gun/kamran. Tergantung dari rencana pengembangan corak tenun keparnya dan ketersediaan alat bahan.

Pengembangan tenun kepar (zigzag)1 Menggunakan empat gun/kamran, dengan variasi injakan pada proses penenunan

(10)

10

Pengembangan tenun kepar 2 Menggunakan empat gun/kamran, dengan variasi injakan pada proses penenunan

Pengembangan tenun kepar 3 Menggunakan empat gun/kamran, dengan variasi injakan pada proses penenunan

(11)

11

PENGEMBANGAN TENUN POLOS DAN TENUN KEPAR

Hasil pengembangan tenun polos dan tenun kepar, diwujudkan dalam satu produk berupa taplak meja dan syal. Ke dua produk dikembang dari variasi pencucukan dan injakan pada proses penenunan. Keduanya menerapkan jenis tenun polos dan jenis tenun kepar.

Taplak Meja pengembangan Tenun Polos dan Kepar Karya: 1.Ade Nurdiana,2. Novi Dwi Astuti

(Foto Wiwik Pudiastuti, Maret 2015)

Syal pengembangan Tenun Polos dan Kepar Karya: 1.Ade Nurdiana,2. Novi Dwi Astuti

(Foto Wiwik Pudiastuti, Maret 2015

1 2

(12)

12

CURRICULUM VITAE

Dra Wiwik Pudiastuti, MSn. lahir di Bantul 27 Juni 1965. Gelar S1 diperoleh di Seni Rupa Program Studi Disain Tekstil Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 1991, AKTA IV diperoleh dari IKIP Yogyakarta tahun 1991, gelar S2 diperoleh di Program Pascasarjana ISI Yogyakarta tahun 2007. Tahun 2006 sampai sekarang sebagai Widyaiswara pada Program Studi Kriya Tekstil di Pusat Pengembangan dan Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

http//:antaranews.com/FLPP membuat rakyat terlarang menjadi tunawisma 19 maret 2016.. Menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung

Demikian pula Applebaum dan Leikin (2006) menyatakan bahawa untuk membangunkan kemahiran berfikir kritis matematik, guru perlu melatih pelajar untuk dapat mengenal pasti

Penelitian yang dilakukan oleh Baird (2000) yang menggunakan manusia sehat sebagai subjek penelitiannya, dimana terdapat 47 orang laki-laki dan 30 orang perempuan

(7) manakah yang lebih baik, prestasi belajar matematika siswa pada masing- masing kategori kecerdasan emosional spiritual (tinggi atau rendah) dan kategori konsep

Perasaaan tersebut memang telah terlihat semakin lama semakin menipis dan dapat dibuktikan dari banyaknya masyarakat yang ingin melakukan aksi main hakim sendiri kepada

Bentuk perilaku bullying yang banyak dilakukan oleh mahasiswa FBS Universitas Negeri Surabaya angkatan 2011, 2012, dan 2013 adalah bullying dalam bentuk fisik

Untuk itu, menjadi penting bagi peneliti untuk melakukan kajian tentang fenomena ‘Cebong’ dan ‘Kampret’ ini sebagai labelisasi yang muncul pada bahasa komunikasi dalam

bulunan sabitin c nin değeri homojen çözüm sonucunda elde edilen eşitlikte u=cex yerine konularak ikinci taraflı denklemin genel çözümü u=1/y konularak y ye bağlı olarak