• Tidak ada hasil yang ditemukan

Forum Ilmiah Tahunan 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Forum Ilmiah Tahunan 2014"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Forum Ilmiah

Tahunan 2014

& Musyawarah Nasional XV

Ikatan Surveyor Indonesia

Peran Surveyor Indonesia Mendukung

Pemerintah Baru melalui One Map Policy

di Era Globalisasi

Bandung, 22 Oktober 2014

P R O S I D I N G

(2)

Peran Surveyor Indonesia Mendukung

Pemerintah Baru melalui One Map Policy di

Era Globalisasi

Tim Editor : Albertus Deliar Riantini Virtriana

Aminah Kastuari Alfita Puspa Handayani

Ryan Nurtyawan Irwan Meilano Irwan Gumilar Rizki Abdul Haris

Forum Ilmiah Tahunan 2014 Ikatan Surveyor Indonesia

(3)

Peran Surveyor Indonesia Mendukung Pemerintah Baru melalui One Map

Policy di Era Globalisasi

Tim Editor : Albertus Deliar Riantini Virtriana Aminah Kastuari

Alfita Puspa Handayani Ryan Nurtyawan

Irwan Meilano Irwan Gumilar Rizki Abdul Haris

ISBN : 978-602-71616-0-3 Diterbitkan pada tanggal : 29 Oktober 2014 Penerbit :

Ikatan Surveyor Indonesia Redaksi :

Jalan Pahlawan Revolusi 100 B Jakarta

Telf : 021 86600710 Fax : 021 86600709

Email : sekretariatisi@gmail.com

Cetakan Pertama : Oktober 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ada ijin tertulis dari penerbit.

(4)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 i

PRAKATA

Pembaca yang kami hormati,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya pada kesempatan ini kita dapat kembali bertemu melalui Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor

Indonesia (FIT-ISI), Edisi 2014. Tulisan-tulisan yang variatif namun terfokus pada substansi

dan metodologi pengembangan teknologi survei dan pemetaan disajikan secara menarik untuk dibaca.

Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT-ISI) sekali lagi diterbitkan

berkesinambungan untuk meningkatkan profesionalisme dalam kalangan bidang informasi geospasial. Prosiding ini juga berperan sebagai media untuk para pemangku kepentingan berbagi ide, pengetahuan dan pengalaman terkait bidang informasi geospasial. Prosiding

FIT-ISI 2014 terdiri dari 39 penelitian ilmiah.

Kepada penulis yang telah berkontribusi pada penerbitan prosiding edisi ini, kami menyampaikan terima kasih yang mendalam. Kami mengundang rekan sejawat dosen, peneliti dan praktisi dalam bidang informasi geospasial untuk mengirimkan naskah, review, gagasan atau opini untuk disajikan di prosiding ini pada edisi-edisi berikutnya. Saran dan kritik yang membangun juga sangat kami harapkan.

(5)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 ii

DAFTAR ISI

PRAKATA ... i DAFTAR ISI ... ii PENATAAN BATAS WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN DENGAN METODE GEODETIK (STUDI KASUS: KW. WSWD003, PULAU MANIANG, KECAMATAN WUNDULAKO, KABUPATEN KOLAKA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA) ... 1 EVALUASI SEBARAN HASIL PENGAMATAN PENURUNAN TANAH TERHADAP TUTUPAN LAHAN DI WILAYAH PESISIR KOTA SURABAYA ... 22 PEMODELAN 3D MENARA “LONCENG JATINANGOR (LOJI)” DENGAN METODE TERRESRIAL LASER SCANNER ... 31 STUDI SURVEY TERRESTRIAL LASER SCANNING (TLS) UNTUK DOKUMENTASI BANGUNAN TIGA DIMENSI (3D) ... 39 APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK DETEKSI ZONASI BANJIR LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DEMAK JAWA TENGAH ... 50 PENGGUNAAN DATA GLOBAL UNTUK PEMODELAN KAWASAN RAWAN BENCANA ERUPSI GUNUNG API (STUDI KASUS DI GUNUNG API MERAPI) ... 61 STUDI KOMPARASI SISTEM PENILAIAN LAHAN DI INDONESIA ... 71 PENENTUAN KUALITAS DATA BATIMETRI MENGGUNAKAN METODE PEMBOBOTAN BERBASISKAN SISTEM GRID SKALA RAGAM (WILAYAH STUDI: SELAT SUNDA)... 85 NERACA SUMBERDAYA HUTAN DAN NILAI VALUASI EKONOMI KABUPATEN BUOL PROVINSI SULAWESI TENGAH BERDASARKAN SISITEM INFORMASI GEOGRAFI DAN METODE BENEFIT TRANSFER ... 97 PENGGUNAAN METODE POLIGON VORONOI DALAM PEMBUATAN PETA ZONA NILAI TANAH (WILAYAH STUDI: KELURAHAN SUKAMAJU BANDUNG)... 107 PEMANFAATAN AUTOKORELASI SPASIAL TERHADAP NJOP ... 120 KONTRIBUSI HIDROGRAFI DALAM PENANGANAN DAMPAK PEMASANGAN KABEL BAWAH LAUT ... 127 PEMBANGUNAN BASIS DATA GEOSPASIAL GUNA MENDUKUNG TERSELENGGARANYA PEMBANGUNAN SIMPUL JARINGAN DAERAH (WILAYAH STUDI: KABUPATEN BANGKA BARAT) ... 151 PEMODELAN VARIABEL DINAMIKA LAUT UNTUK DESAIN LOKASI DAN RUTE PIPA BAWAH LAUT ... 163 PEMBENTUKAN BASIS DATA GRAFIS UNTUK MENDUKUNG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN GEDUNG (STUDI KASUS: LABTEK IX C, ITB) ... 178

(6)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 iii

KONSTRUKSI INTEGRASI UNSUR-UNSUR PEMANFAATAN LAUT WILAYAH INDONESIA DALAM PERSPEKTIF KADASTER KELAUTAN ... 187 ANALISIS PASAR TANAH UNTUK IDENTIFIKASI PERTUMBUHAN WILAYAH KABUPATEN SRAGEN ... 198 KALKULASI POTENSI PAKAN TERNAK KABUPATEN BANGGAI SULAWESI TENGAH ... 213 INVENTARISASI ASET NEGARA DI WILAYAH PADAT PENDUDUK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI UAVS... 224 ANALISIS KLASSIFIKASI CITRA MENGGUNAKAN SOM ... 233 MONITORING DINAMIKA MORFOMETRI WADUK GAJAH MUNGKUR METODE BILKO DAN

AGSO BERBASIS DATA CITRA SATELIT LANDSAT ... 245

STUDI KETELITIAN ESTIMASI PENURUNAN MUKA TANAH BERDASARKAN PERBEDAAN TINGKATAN DATA PADA PENERAPAN METODE PS-INSAR (STUDI KASUS: KECAMATAN BABAKAN CIPARAY, BANDUNG) ... 254 PEMETAAN GEOLOGI SKALA 1:50000 DENGAN MENGGUNAKAN CITRA RADARSAT 2 DAN LANDSAT 8 (STUDI KASUS : NANGAPINOH PROVINSI KALIMANTAN BARAT) ... 265 ANALISA ESTIMASI PRODUKSI PADI BERDASARKAN FASE TUMBUH DAN MODEL PERAMALAN

AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT

LANDSAT 8 (STUDI KASUS: KABUPATEN BOJONEGORO) ... 282 STUDI PERSEBARAN KLOROFIL-A MENGGUNAKAN CITRA AQUA MODIS DAN LANDSAT 8 DI PANTAI SURABAYA–SIDOARJO DAMPAK LUMPUR LAPINDO ... 298 ANALISIS PENGARUH TUTUPAN LAHAN TERHADAP KETELITIAN ASTER GDEM V2 DAN DEM

SRTM V4.1 (STUDI KASUS: KOTA BATU, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR) ... 309

KONSEKUENSI FAKTUAL IMPLEMENTASI SRGI 2013 ... 321 PENDEFINISIAN ULANG KOORDINAT DEFINITIF DAN KECEPATAN POSISI STASIUN GNSS CORS UNDIP ... 331 IDENTIFIKASI POLA PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN SECARA SPASIAL BERBASISKAN KARAKTERISTIK (STUDI KASUS JAWA BARAT) ... 343 IDENTIFIKASI GARIS PANTAI ZONA INTERTIDAL MENGGUNAKAN CITRA ALOS PALSAR STUDI KASUS DISTRIK MERAUKE KABUPATEN MERAUKE ... 350 KAJIAN TINGKAT AKURASI PETA BIOMASSA HASIL PENGINDERAAN JAUH AKTIF UNTUK PEMETAAN DAN MONITORING BIOMASSA HUTAN TROPIS DALAM PERSPEKTIF REDD+ DI INDONESIA* ... 359 SISTEM TINGGI : TINJAUAN DALAM PENYELENGGARAAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT : ... 371 PEMANFAATAN MODEL PREDIKSI LAND COVER UNTUK RENCANA TATA RUANG KABUPATEN BELITUNG BERBASIS SIG ... 381 INTERPOLASI SPASIAL PADA PEMETAAN PH TANAH SAWAH ... 393

(7)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 iv

IDENTIFIKASI BENCANA LONGSOR BERDASARKAN NILAI KERAPATAN VEGETASI DENGAN METODE SKORING MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI SEKITAR SUNGAI BEDADUNG, KABUPATEN JEMBER ... 400 PEMODELAN ROTASI BLOK DALAM MODEL DEFORMASI UNTUK MENDUKUNG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013 ... 417 WATERMARKING PADA PRODUK INFORMASI GEOSPASIAL VEKTOR ... 423

ANALISIS SPASIAL TINGKAT KERENTANAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP GEMPA BUMI (STUDI KASUS: KAWASAN BANDUNG UTARA) ... 424 PENERAPAN SOCIAL TENURE DOMAIN MODEL (STDM) UNTUK KASUS TANAH ADAT DI INDONESIA (STUDI KASUS: TANAH ADAT KAMPUNG NAGA) ... 440

(8)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 22

EVALUASI SEBARAN HASIL PENGAMATAN PENURUNAN TANAH TERHADAP

TUTUPAN LAHAN DI WILAYAH PESISIR KOTA SURABAYA

Teguh Hariyanto*,Syaiful Bahri**, Agung Budi C

**Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS,**Jurusan Teknik Geofisika FTSP-ITS tgh_hary@yahoo.com: teguh_hr@geodesy.its.ac.id

Abstrak

Penurunan tanah merupakan permasalahan utama yang dihadapi beberapa kota besar seperti Jakarta , Semarang, Bandung . Perkembangan kota memberikan dampak yang besar terhadap terjadinya penurunan tanah, selain faktor fisik seperti tektonisme, dan konsolidasi tanah. Kota-kota seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya mengalami pembangunan yang pesat, pusat-pusat bisnis, perdagangan, hiburan dan tempat tinggal berkembang sangat pesat. Perkembangan inilah yang juga dapat mempengaruhi penurunan tanah. (Abidin,dkk.2010)

Pengamatan penurunan tanah di Kota Surabaya dibutuhkan untuk melihat kecenderungan pada pola geometrik dan pola fisik yang terjadi. Teknologi Global Positioning System (GPS) dapat memberikan informasi terkait posisi 3 dimensi (x,y dan z) secara akurat, apabila sejak awal pengamatan menggunakan metode yang tepat. Penelitian ini memberikan informasi awal tentang sebaran terjadinya penurunan tanah, dari beberapa titik pengamatan penurunan tanah, yang kemudian dikaitkan dengan kondisi tutupan lahan terkini (existing)serta penggunaan air tanah.

Pada umumnya titik BM pengamatan yang tersebar diwilayah pesisir Kota Surabaya mengalami penurunan tanah dari tahun 2010, 2012 dan 2014 dengan penurunan tanah terbesar terjdi di titik BM05 dan BM06 sebesar 0.17 meter dan 0.14 meter dengan harga korelasi 0.9 serta komposisi tutupan lahan berupa wilayah industri pergudangan dan tambak beserta explorasi air tanah tinggi,incharge (imbuhan) rendah.

Kata Kunci : Penurunan tanah, konsolidasi tanah,pola geometrik,Global Positioning System (GPS), tutupan

lahan.

Latar belakang

Penelitian penurunan tanah selama ini terjadi di Indonesia disebabkan empat hal, yaitu eksploitasi air tanah berlebihan, proses pemampatan lapisan sedimen yang terdiri dari batuan muda dan ditambah dengan pembebanan tinggi oleh bangunan di atasnya serta pengaruh gaya tektonik.( Lombok Hutasoid,2004)

Dalam kondisi alami, air tanah mengisi rongga-rongga atau pori di bebatuan. Ketika dipompa ke permukaan dalam batas tertentu, rongga akan terisi kembali oleh air hujan. Bila tingkat penyedotan lebih tinggi dibandingkan dengan pengisian kembali, terjadi subsiden. Percepatan bisa terjadi bila permukaan tanah mengalami pembebanan tinggi seperti penurunan tanah akibat beban bangunan disekitarnya serta pengambilan air tanah yang berlebihan.

Fenomena penurunan tanah ini merupakan salah satu faktor yang cukup signifikan penyebab terjadinya banjir di suatu daerah atau kawasan. Ketika titik-titik yang mewakili suatu kawasan

(9)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 23

mengalami penurunan, yang menyebabkan daerah tersebut menjadi lebih rendah dari tempat-tempat lainnya (membuat cekungan), atau malah lebih rendah dari bentang hidrologi yang ada di sekitarnya, maka daerah tersebut akan menjadi daerah yang berpotensi banjir terutama ketika musim hujan tiba.

Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia yang sebagaian wilayah pesisirnya didapat dari proses sedimentasi , telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari segi fisik maupun non fisik. Dengan luas wilayah kota kurang lebih dari 33.048 ha, dimana 60,17% luas wilayah merupakan kawasan terbangun dan jumlah penduduk kurang lebih 3 juta jiwa.Dengan kondisi seperti ini maka dimungkinkan adanya proses yang dapat mengawali terjadinya penurunan tanah terutama dikawasan yang padat akan bangunan serta tingkat intrusi air laut yang tinggi.

Kota Surabaya terletak di tepi pantai utara Provinsi Jawa Timur yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas tanah alluvial hasil endapan sungai dan pantai. Seperti halnya kota-kota besar lainnya, Kota Surabaya juga tidak lepas dari ancaman bahaya akibat penurunan tanah. Indikasi terjadinya penurunan tanah di Kota Surabaya terlihat dari tingginya genangan dan rob terutama di wilayah pesisir Kota Surabaya. Untuk itu diperlukan suatu sistem pemantauan dan pengukuran penurunan tanah secara berkala untuk mendapatkan pengetahuan suatu wilayah secara vertikal dengan baik, kegiatan ini sudah dimulai sejak tahun 2010 dengan menempatkan sebaran pada awalnya 20 titik di wilayah Surabaya Timur dan Utara yang merupakan kawasan pesisir.

Metode yang dapat digunakan untuk pemantauan penurunan tanah adalah dengan memanfaatkan teknologi Global Positioning System (GPS). Prinsip pemantauan penurunan tanah dengan metode survei GPS yaitu dengan menempatkan 17 titik pantau tetap (benchmark/ BM) di beberapa lokasi yang berbeda jenis tutupan lahannya, kemudian diamati untuk mendapatkan data koordinat secara berkala tahun 2010,2012 dan tahun 2014. Dari hasil koordinat BM dilakukan evaluasi mengenai tingkat penurunan tanah di setiap titik beserta perubahan besaran arah vertikal yang terjadi, yang kemudian di hubungkan dengan faktor tutupan lahan.

Tujuan Penelitian

Mengevaluasi hasil pengukuran berkala (2010,2012,2014) penurunan tanah dari sebaran 17 buah titik tetap (BM) di wilayah pesisir Kota Surabayai serta keterkaitannya dengan faktor tutupan lahan disekitar BM tersebut.

Dasar teori dan metodologi

Global Positioning System dan Sistem Tinggi

GPS heighting merupakan isu yang tetap menarik untuk dikaji. Tinggi (elipsoid) yang dihasilkan dari pengukuran GPS diharapkan bisa menggantikan atau setidaknya memberikan alternatif metode pengukuran tinggi konvensional sipat datar (levelling) yang mahal, time-consuming, dan tergantung pada ketersediaan infrastruktur jalan. Gambaran perbandingan teknis dan non-teknis kedua metode penentuan tinggi tersebut, baik pada jaringan yang bersifat lokal maupun regional. Mengingat data geoid di Indonesia masih sangat terbatas kualitasnya,

(10)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 24

Dalam pengukuran dengan GPS elevasi yang didapat merupakan elevasi berdasarkan ellipsoid (tinggi ellipsoid), untuk itu yang dipentingkan dalam pengukuran GPS adalah beda tingginya. Dengan menggunakan referensi tinggi geoid yang pengukurannya disatukan dengan pengukuran koordinat tiga dimensi dengan GPS, maka dapat dikombinasikan koordinat planimetris dengan sistem UTM,,beda tinggi dilakukan dengan pengukuran GPS,elevasi titik dipergunakan referensi geoid.

Data tinggi ellipsoid (h) yang dihasilkan dari pengukuran GPS (Global Positioning System) telah lama menarik perhatian para peneliti dan praktisi survei pemetaan, untuk bisa dimanfaatkan secara praktis dengan menurunkannya menjadi tinggi ortometris (H) yang mengacu ke bidang geoid.

Pada umumnya para peneliti menggunakan metoda mengkonversi kedua sistem tinggi tersebut dengan memanfaatkan data undulasi geoid (N) melalui persamaan : (Hubungan sistem tinggi)

H = h - N (untuk tinggi absolut), atau dH = dh – dN (untuk tinggi relatif)

Gambar.1. Hubungan sistem tinggi dan penggunaannya (Wellenhof,2001)

Strategi lain pemanfaatan tinggi elipsoid dari GPS yang memungkinkan tanpa”melibatkan” kebutuhan data undulasi geoid adalah dengan memfokuskan pada aspek tinggi relatif (beda tinggi) pada pengamatan GPS. Beberapa peneliti telah membahas strategi ini baik di tingkat teoretis maupun aplikasi praktis

Dari hasil banyak penelitian bisa disimpulkan sementara bahwa pada jaringan berskala lokal pengukuran tinggi (relatif) GPS bisa diaplikasikan untuk menggantikan metoda sipat datar/levelling dengan beberapa persyaratan, antara lain:

a. Pengukuran memakai receiver GPS type geodetik

topografi Geoid/MSL ellipsoid h H N h = tinggi geodetic/ellipsoid H = tinggi orthometrik N = undulasi geoid

(11)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 25

b. Pengukuran menggunakan prosedur dan lama pengamatan yang optimal c. Pengolahan data dengan perangkat lunak teliti (scientific software).

Desain jaring pengukuran secara geometrik terdiri dari rangkaian segitiga yang simultan yang mencakup wilayah kerja. Bentuk jaring yang direncanakan adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Sebaran Lokasi Jaring Titik BM Penurunan Tanah di Pesisir Surabaya

Hasil dan pembahasan

1.Hasil identifikasi tutupan lahan disekitar lokasi BM.

Kondisi arae tutupan lahan disekitar titik titik BM penurunan tanah diperlukan untuk mengetahui jenis dan kerapatan tutupan lahan yang ada saat ini, salah satu cara yang digunakan adanya melakukan proses interpretasi citra satelit resolusi tinggi dimana pada penelitian ini menggunakan citra satelit WorldView tahun 2012 yang bersumber dari data dinas cipta karya dan tata ruang pemerintah Kota Surabaya. Sehingga didapat berbagai jenis tutupan lahan dimasing masing BM penurunan tanah diantaranya bangunan industri, pemukiman padat dan jarang, lahan terbuka, vegetasi dan lahan tambak.

Contoh hasil klasifikasi yang digunakan dari data citra satelit menjadi data peta garis untuk salah satu titik (BM 04) sebagai berikut :

(12)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 26

Gambar.3. Perubahan format dari tutupan lahan yang didapat dari citra satelit menjadi peta garis dengan skala 1 : 5000 dititik BM04 yang merupakan area industri, pergudangan dan

tambak. 2. Hasil Hitungan Titik BM

Tabel.1. Hasil perhitungan pengamatan BM penurunan tanah dengan metoda GPS Kinematik, beserta standart deviasinya pada tahun 2014.

Dari hasil hitungan didapatkan koordinat masing masing BM dalam sistem UTM untuk posisi horisontal (X,Y) serta sistem elipsoid dan geoid untuk posisi vertikal/elevasi (H). Standart deviasi resultante untuk arah horisontal memiliki harga terkecil adalah 0,003 meter dan terbesar 0.051 meter pada titik BM 07, sedangkan untuk posisi vertikal didapat ketelitian terkecil 0.004 meter dan terbesar 0.030 meter pada titik BM 20.

Dilakukan uji statistik dengan metoda Fisher untuk nilai standart deviasianya, dengan nilai tingkat kepercayaan alpha 5% maka didapat untuk masing masing standart deviasi tidak boleh lebih besar dari 3 x nilai standart deviasi rata rata, untuk koordinat x,y dan Z memiliki batas

(13)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 27

simpangan dari nilai deviasi standart adalah 0,036 mm, 0,021 mm , 0.036 mm. Dalam pengamatan ini rata rata ketelitian yang dicapai oleh posisi horisontal lebih baik dibandingkan posisi vertikal. Untuk selanjutnya yang digunakan untuk memantau penurunan tanah adalah posisi vertikal.

Dalam rangka mengamati secara berkala dari data BM penurunan tanah maka dilakukan penggabungan data penurunan tanah dari posisi vertikal dengan sistem koordinat ellipsoid dari tahun 2010 dan tahun 2012 pada titik BM penurunan tanah yang sama dan bersumber dari BAPPEKO Surabaya sebagai berikut : Hasil ukuran tahun 2010, 2012, 2014.

Tabel.2. Hasil pengukuran BM penurunan tanah untuk tahun 2010,2012 dan 2014.

Sumber : Hasil Hitungan, Bappeko Kota Surabaya

Didasarkan pada tabel diatas maka pada umumnya harga masing masing BM koordinat elevasinya mengalami penurunan (subsidence) yang bervariatif serta beberapa titik BM mengalami kenaikan (uplift), untuk menentukan tingkat penurunan atau kenaikan dari masing masing BM maka digunakan interpolasi linier dari 3 kali pengamatan serta dilakukan uji korelasi antara hasil pengamatan dengan model korelasi yang dibentuk seperti hasil pada gambar dibawah ini.(contoh regresi linier dari 4 BM penurunan tanah dengan hasil yang berbeda beda).

(14)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 28

Sumber: Hasil Pengolahan Data.

Gambar.4. Hasil interpolasi linier dari 3 Pengamatan BM penurunan tanah dari tahun 2010,2012 dan 2014

Hasil penggabungan antara nilai penurunan tanah, korelasi, beserta tutupan lahan untuk masing masing titik BM didapat sebagai berikut :

No.BM dH(mtr) R2(korelasi) Keterangan Tutupan Lahan sekitarnya BM01 0.06 0.75 Turun Pemukiman padat, bangunan rendah

Ekspolitasi air tanah sedang, incharge (imbuhan) rendah

BM02 0.08 0.342 Turun,R2<< Industri, pergudangan dan tambak

Eksploitasi air tanah tinggi, incharge (imbuhan) tinggi

BM03 0.04 0.07 Turun,R<< Industri, pergudangan dan tambak

Eksploitasi air tanah tinggi, incharge (imbuhan) tinggi

BM04 0.20 0.991 Turun Industri, pergudangan dan tambak

Eksploitasi air tanah tinggi, incharge (imbuhan) tinggi

BM05 0.17 0.940 Turun Industri, pergudangan dan tambak

Eksploitasi air tanah tinggi, incharge (imbuhan) tinggi

BM06 0.14 0.958 Turun Industri, pergudangan dan tambak

Eksploitasi air tanah tinggi, incharge (imbuhan) rendah

BM07 0.08 0.527 Turun,R2<< Industri, pergudangan dan tambak

Eksploitasi air tanah tinggi, incharge (imbuhan) rendah

BM08 0.02 0.489 Turun,R2<< Industri, pergudangan dan tambak

Eksploitasi air tanah tinggi, incharge (imbuhan) rendah

BM10 0.003 0.009 Turun,R2<< Pemukiman padat dengan bangunan tinggi

Eksploitasi air tanah rendah, incharge (imbuhan) rendah

BM11 0.05 0.784 Turun Pemukiman padat dengan bangunan tinggi

(15)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 29

BM12 0.015 0.998 Turun Pemukiman padat dengan bangunan tinggi

Eksploitasi air tanah rendah, incharge (imbuhan) rendah

BM14 0.00 0.00 Tetap,R2<< Pemukiman padat, bangunan rendah

Eksploitasi air tanah tinggi, incharge (imbuhan) rendah

BM15 0.04 0.711 Naik Pemukiman padat, bangunan rendah

Eksploitasi air tanah rendah, incharge (imbuhan) rendah

BM16 0.03 0.692 Naik Pemukiman padat, bangunan rendah

Eksploitasi air tanah tinggi, incharge (imbuhan) rendah

BM18 0.02 0.178 Naik,R2<< Pemukiman padat, bangunan rendah

Eksploitasi air tanah tinggi, incharge (imbuhan) rendah

BM19 0.035 0.586 Turun,R2<< Pemukiman jarang dan tambak

Eksploitasi air tanah rendah, incharge (imbuhan) tinggi

BM20 0.090 0.999 Turun Pemukiman jarang dan tambak

Eksploitasi air tanah rendah, incharge (imbuhan) tinggi

Sumber : Hasil Pengolahan Data.

Tabel.3. Hasil akhir kompilasi untuk masing masing BM dengan harga penurunan tanah dari tahun 2010 sampai dengan 2014, nilai korelasi dan jenis tutupan lahan.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengukuran penurunan tanah tahun 2010,2012 dan 2014 dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada umumnya titik BM mengalami penurunan tanah dengan penurunan tanah terbesar terjdi di titik BM05 dan BM06 sebesar 0.17 meter dan 0.14 meter dengan harga korelasi 0.9 serta komposisi tutupan lahan berupa wilayah industri pergudangan dan tambak beserta explorasi air tanah tinggi,incharge (imbuhan) rendah.

2. Wilayah kenaikan tanah juga terjadi di BM15, BM16 dengan harga korelasi sedang 0.7 serta komposisi lahan berupa pemukiman padat dengan bangunan rendah dimana exsplorasi air tanah tinggi , incharge (imbuhan) rendah. 3. Wilayah lainnya juga mengalami penurunan dengan nilai yang tidak berarti,

dimana komposisi lahannya pada umumnya berupa pemukiman jarang dan tambak.

(16)

Forum Ilmiah Tahunan ISI

Bandung, 22 Oktober 2014 30

Saran

Dengan adanya hasil awal pengukuran penurunan tanah di wilayah pesisir Kota Surabaya yang menunjukkan adanya kecenderungan mengalami penurunan maka diperlukan adanya pengamatan yang periodik dengan jangka waktu yang lama agar didapat hasil yang mewakili kondisi penurunan tanah yang sebenarnya.

Daftar Pustaka

Abidin,H.Z, Andreas,H, Gumilar,I, Gamal,M, Fukuda,Y, T.Deguchi. 2009. Land Subsidence and

Urban development in jakarta. 7th FIG Regional Conference : Hanoi,Vietnam

Abidin,H.Z, Andreas,H, Gumilar,I, Sidiq,T, Gamal,M, D Murdohardono, Supriyadi, Yoichi Fukuda.2010.Studying land Subsidence in Semarang (Indonesia) Using Geodetic

Methods. FIG Congress : Sydney,Australia

Abidin,H.Z, Andreas,H, Gamal,M, D.Darmawan .2006. Land Subsidence Characteristics of

Bandung Basi Between 2000 and 2005 as Estimated from GPS Surveys. FIG Congress

: Munich, Germany

Bappeko.2010. Laporan Pemetaan Penurunan Tanah Kota Surabaya. Bappeko-Surabaya Bappeko.2012. Laporan Pemetaan Penurunan Tanah Kota Surabaya. Bappeko-Surabaya Caspary,W.F.1987. Concepts of Network and Deformation Analysis. University of New South

Wales

Chen,Y.Q,Chrzanowski,Secord.1986. Geometrical Analysis of Deformation

Surveys-Deformation Measurements Workshop,MIT,Cambridge,Massachusset. Cambridge :

MIT

Djaja,R, Rais,J, Abidin,H.Z, Wedyanto,K.2004.Land Subsidence of Jakarta Metropolitan Area. 3rd FIG Regional Conference : Jakarta

H.M.E.Verhoef and H.M.de Heus.1994.On the Estimation of Polynomial Breakpoints in the

Subsidence of the Groningen Gasfield. FIG International Congress:Melbourne

Kuang,Shanlong.1996. Geodetic Network Analysis and Optimal Design : Concepts and

Applications. Michigan : Ann Arbor Press,Inc

Kurniawan,Akbar.2011. Evaluasi Penurunan Muka Tanah Di Wilayah Kota Surabaya Dari

Data Pengamatan GPS dengan GAMIT/GLOBK. Tesis : Teknik Geomatika-ITS

N.Phien-wej,P.H.Giao,P.Nutalaya.2006.Land Subsidence in Bangkok,Thailand. Engineering Geology,Vol82, Page 187-201

Strang,G,Borre,K.1997.Linear Algebra, Geodesy, and GPS. Wellesley-Cambridge Press Subarya.2004. Jaring Kontrol Geodesi Nasional Dengan pengukuran Global positioning

System Dalam System ITRF2000 Epoch 1998.0 . Bakosurtanal

Tigor,MHL,Murdohardono,D,Panggabean,J.2007. Evaluasi Geologi Teknik Land Subsidence

Surabaya Tahap I,Propinsi Jawa Timur. Dinas ESDM-Jawa Timur

Gambar

Gambar 2. Sebaran Lokasi Jaring Titik BM Penurunan Tanah di Pesisir Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

(5) Dalam hal pembangunan perumahan dengan hunian berimbang tidak dalam satu hamparan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pembangunan rumah sederhana harus dilaksanakan

mengenai cara peningkatan kecerdasan emosional melalui pemberian layanan bimbingan klasikal, (2) Melatih siswa untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya dengan

Hasil analisa ragam menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P&lt;0,01) antara kontrol dan perlakuan Alkali kapur Ca(OH)2 dan Fermentasi Aspergillus niger terhadap

Untuk itu, diperlukan sinergisitas antara kepentingan lembaga dengan kebutuhan masyarakat, agar program yang direncanakan oleh lembaga merupakan cerminan dari

Kerjasama (cooperation); Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara perorangan atau

Peneliti yang pernah dilakukan oleh Ody Adrian (2016) yang menggunkan metode KNN menerangkan bahwa aplikasi ini dapat mermberikan rekomendasi pemilihan laptop secara baik

Konsep Nilai Hasil (Earned Value) merupakan salah satu metode pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan biaya dan waktu proyek secara terpadu. Metode ini

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan sintesis biodiesel dengan memanfaatkan katalis CaO dari cangkang kerang darah yang telah diregenerasi untuk