• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN DEPRESI ANTARA PRIA DAN WANITA DI POSYANDU LANSIA DESA WINONGGO MADIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN DEPRESI ANTARA PRIA DAN WANITA DI POSYANDU LANSIA DESA WINONGGO MADIUN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman | 5 PERBEDAAN DEPRESI ANTARA PRIA DAN WANITA DI POSYANDU LANSIA

DESA WINONGGO MADIUN Asrina Pitayanti

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang Email : asrina_pitayanti@yahoo.com

ABSTRAK

Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan seperti perubahan fisik, psikologis, dan mental sehingga berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan baik secara fisik maupun mental, gangguan mental yang sering dialami pada usia lanjut adalah depresi. Depresi lebih sering ditemui pada wanita dibandingkan dengan pria dan wanita pun mempunyai resiko dua kali mengalami depresi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan depresi pada lansia antara pria dan wanita di Posyandu Lansia kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.

Desain penelitian yang digunakan adalah Komparatif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel diambil dari seluruh populasi yaitu sebanyak 60 lansia terdiri dari 27 lansia pria dan 33 lansia wanita. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner depresi Beck & Deck. Analisa data menggunakan uji beda dua mean (Rumus uji T-test).

Hasil perhitungan uji T (T-test) = 4,23 dan diperoleh T tabel dengan df = 58 dan taraf signifikansi 0,05 (untuk uji dua pihak/two tail test) adalah 2,00 (T hitung > T tabel) yang berarti Ho ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara depresi pada lansia pria dan lansia wanita di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara depresi pada lansia pria dan lansia wanita. Hal ini disebabkan oleh karakteristik wanita yang lebih mengedepankan emosional daripada rasional, lebih mudah merasa bersalah dan mudah cemas. Selain itu tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, kehilangan pasangan, keaktifan dalam kegiatan masyarakat juga dapat mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia dan cara penanganannya dengan menganjurkan lansia agar tetap berpikir positif dan menjaga hubungan sosial yang baik.

(2)

Halaman | 6 PENDAHULUAN

Depresi terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius meskipun pemahaman kita tentang penyebab dan perkembangan pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Meskipun depresi banyak terjadi di kalangan lansia, depresi ini sering salah diagnosis atau di abaikan. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia (Hurlock, 2003).

Depresi merupakan masalah mental yang banyak ditemui pada lanjut usia (lansia). Angka kejadian depresi di dunia adalah berkisar 8 sampai 15 % dan hasil rata-rata depresi adalah 13,5% dengan perbandingan wanita dan pria adalah 14,1 banding 8,6. Prevalensi depresi pada lansia yang menunjukkan bahwa wanita lebih banyak dibanding pria, wanita juga mempunyai resiko dua kali terserang depresi ringan sampai berat dibanding dengan pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan siklus hidup dan struktur sosial yang sering menempatkan wanita sebagai subordinat pria. Selain itu, usia wanita yang lebih panjang dan jumlah wanita lansia yang memang lebih banyak, juga mempengaruhi prevalensi rata-rata depresi. Jumlah lansia yang ada di Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo sebanyak 466 lansia. Dari jumlah lansia yang ada di Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo menurut pengurus Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo hanya 60 lansia yang aktif dalam kegiatan Posyandu yang terdiri dari 27 lansia pria dan 33 lansia wanita.

Penanganan yang dapat diberikan kepada lansia yang mengalami depresi bisa terbagi menjadi 2 macam. Pertama adalah dari lansia itu sendiri (penanganan ini adalah yang paling penting karena berasal dari kemauan dan pengertian dari diri sendiri) sedangkan yang kedua adalah dari keluarga dekat hingga keluarga yang jauh, tetangga, teman, dan masyarakat. Penanganan yang berasal dari lansia itu sendiri adalah menjalin hubungan sosial dan berpikiran positif. Segala sesuatu akan menjadi hal yang menyenangkan apabila kita melihat hal tersebut dengan pandangan yang positif karena sekaligus juga memberikan nilai positif bagi kepuasan kita sendiri. Lansia-lansia bisa membuat kontak sosial dengan mengadakan

pertemuan-pertemuan atau aktivitas seperti kumpul-kumpul dengan orang lain sehingga dapat bertukar informasi dan membangkitkan semangat hidup (Agus, 2003).

Dukungan dari sisi keluarga, meluangkan waktu untuk menemani dan menjalin hubungan dengan lansia sehingga lansia pun dapat senang dan tidak bosan. Bagi para lansia, peran keluarga sangatlah penting karena mereka adalah orang-orang yang memiliki ikatan batin yang kuat dengan lansia. Keluarga dapat menjadi pendukung bagi mereka (Agus, 2003). Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Mengidentifikasi depresi pada lansia pria di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun, 2) Mengidentifikasi depresi pada lansia wanita di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun, 3) Menganalisa perbedaan depresi pada lansia pria dan wanita di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparatif dengan pendekatan cross-sectional. Di dalam penelitian ini populasinya adalah semua lansia yang ada di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun sebanyak 60 lansia terdiri dari 27 lansia pria dan 33 lansia wanita. Dalam penelitian ini, tehnik yang digunakan adalah total sampling / sampling jenuh. Pada penelitian ini terdapat dua variable, Variable independen yaitu depresi pada lansia dan variable dependen adalah jenis kelamin (pria dan wanita). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner berdasarkan skala depresi Beck & Deck yang terdiri dari 13 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan tersedia 4 jawaban yang menggambarkan tidak adanya gejala sampai adanya gejala yang paling berat dan setiap jawaban memiliki skor (skor 0 untuk jawaban a, skor 1 untuk jawaban b, skor 2 untuk jawaban c dan skor 3 untuk jawaban d.

Prosedur yang digunakan untuk mendapatkan data responden meliputi langkah-langkah: mengurus ijin penelitian, Setelah mendapat ijin, peneliti meminta data lansia yang aktif mengikuti kegiatan di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun meliputi nama dan alamat lengkap dari calon

(3)

Halaman | 7 responden. Kemudian peneliti mendatangi

calon responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Setelah responden selesai mengisi, kuesioner dikumpulkan kembali kepada peneliti, selanjutnya peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data dan jawaban dari kuesioner yang diisi responden. Pengolahan data meliputi editing, coding, scoring dan tabulating. Data depresi dalam penelitian ini berupa data numerik. Skor depresi lansia pria dan lansia wanita yang terkumpul dari hasil pengumpulan data akan diukur perbedaannya dengan uji beda dua mean (T-test). Langkah pertama pengujian T-test adalah melihat perbedaan variasi kedua kelompok data (data kelompok lansia pria dan data kelompok lansia wanita). Oleh karena itu dalam pengujian T-test

diperlukan uji homogenitas varian (dengan menggunakan uji F) untuk mengetahui varian antara kelompok data depresi lansia pria dan kelompok data depresi lansia wanita. Nilai F selanjutnya dibandingkan dengan F tabel dengan df (degree of freedom) pembilang (n1 – 1 ) dan df penyebut (n2 – 1 ) dan taraf signifikansi 0,05, jika F hitung lebih kecil dari F tabel dapat dinyatakan kedua varian adalah sama (homogen). Sebaliknya jika F hitung lebih besar dari F tabel dapat dinyatakan kedua varian tidak sama. Kemudian nilai T hitung dibandingkan dengan nilai T tabel (dengan signifikansi 0,05) , dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila nilai T hitung lebih kecil dari nilai T tabel maka Ho diterima. Sebaliknya jika nilai T hitung lebih besar dari nilai T tabel maka Ho ditolak.

HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang “Perbedaan depresi lansia antara pria dan wanita di Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo” secara keseluruhan akan di kemukakan pada bab berikut. Diawali dengan data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin selanjutnya data skor depresi pada lansia.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 1. Karakterisik Responden Menurut Umur di Posyandu Lansia Kelurahan WinongoKecamatan Manguharjo Kota Madiun

No Umur mean Median Modus Min – Max D CI 95% 1 Pria 5,7 62 0 60 – 84 ,41 63,17 – 68,24 2 Wanita 6,06 64 0 60 – 80 ,19 63,87 – 68,26

Tabel 1 menunjukkan dari 27 responden pria rata-rata umur responden adalah 65,7 tahun dengan median pada umur 62 tahun dan responden paling banyak berumur 60 tahun. Umur minimal responden 60 tahun dan umur maksimal responden 84 tahun dengan standart deviasi 6,41 tahun. Pada taraf kepercayaan 95% umur responden berada pada 63,17 – 68,24 tahun. Dari 33 responden wanita rata-rata umur responden adalah 66,06 tahun dengan median pada umur 64 tahun dan responden paling banyak berumur 60 tahun. Umur minimal responden 60 tahun dan umur maksimal responden 80 tahun dengan standart deviasi 6,19 tahun. Pada taraf kepercayaan 95% umur responden berada pada 63,87 – 68,26 tahun.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun

No Jenis Kelamin

Pendidikan

Jumlah Tidak Sekolah SD SMP SMA PT

f % f % F % f % f % f % 1 Pria 11 41 12 44 1 4 3 11 0 0 27 100 2 wanita 17 52 11 33 4 12 0 0 1 3 33 100

Tabel 2 menunjukkan proporsi responden wanita yang tingkat pendidikannya rendah (tidak sekolah dan SD) sama dengan proporsi lansia pria yang mempunyai pendidikan rendah.

(4)

Halaman | 8 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pekerjaan

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin dan Pekerjaan di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun

No Jenis Kelamin

Pekerjaan

Jumlah Tidak bekerja Bekerja

f % F % f %

1 Pria 15 56 12 44 27 100

2 Wanita 20 61 13 39 33 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi responden wanita yang tidak bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi responden pria yang tidak bekerja

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendapatan Keluarga

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin dan Pendapatan Keluarga di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun

No Jenis Kelamin Pendapatan Keluarga Jumlah < 500 ribu/bln 500 ribu -1 juta/bln >1juta/bln f % F % F % f % 1 Pria 23 85 4 15 0 0 27 100 2 Wanita 30 91 3 9 0 0 33 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa proporsi responden wanita yang besar pendapatan keluarga kurang dari 500 ribu/bulan lebih tinggi dibandingkan proporsi responden pria yang besar pendapatan keluarga kurang dari 500 ribu/bulan. Proporsi responden pria yang besar pendapatan 500 ribu – 1 juta/bulan lebih tinggi dari proporsi responden wanita.

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Perkawinan

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Perkawinan di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun

No Jenis Kelamin

Status Perkawinan

Jumlah Menikah Janda / Duda

f % F % F %

1 Pria 14 52 13 48 27 100

2 Wanita 12 36 21 64 33 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa proporsi wanita yang berstatus janda lebih tinggi dibandingkan proporsi pria yang berstatus duda.

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Penyebab Kehilangan Pasangan Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Penyebab Kehilangan Pasangan Jika Berstatus Janda/Duda di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun

No Jenis Kelamin

Penyebab Kehilangan Pasangan

Jumlah Perceraian Kematian

f % F % F %

1 Pria 3 23 10 77 13 100

2 Wanita 1 5 20 95 33 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa proporsi responden wanita yang berstatus janda dan penyebab kehilangan pasangan karena kematian lebih tinggi dibandingkan proporsi responden pria yang berstatus duda

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Keaktifan Dalam Kegiatan di Masyarakat

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Keaktifan Dalam Kegiatan di Masyarakat di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun

No

Jenis Kelamin

Kegiatan Masyarakat

Jumlah Aktif Tidak Aktif

f % F % f %

1 Pria 7 26 20 74 27 100

(5)

Halaman | 9 Tabel 7 menunjukkan bahwa proporsi responden wanita yang tidak aktif dalam kegiatan masyarakat lebih tinggi dibandingkan proporsi responden pria dan proporsi responden pria yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih tinggi dibandingkan proporsi responden wanita.

8. Data Depresi Lansia

Tabel 8 Skor Depresi lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun

No Depresi Total Skor Depresi Mean Min-max SD F hitung F Tabel α (0,05) F hitung F Tabel α (0,05) 1 Depresia Lansia pria 43 1,59 0-6 1,58 1,57 1,95 4,23 2,00 2 Depresia Lansia wanita 118 3,58 0-7 1,98

Tabel 8 menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa jumlah skor depresi dari 33 responden wanita lebih tinggi adalah 118 dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 7, rata-rata skor = 3,58 dan standart deviasi = 1,98.

9. Perbedaan depresi antara lansia pria dan lansia wanita

Data kelompok lansia pria dan wanita akan diuji beda dua mean (T-test). Tetapi sebelumnya kedua kelompok data akan diuji homogenitas varian (uji F). Hasil perhitungan uji F = 1,57 dan diperoleh F tabel dengan df1 = 32, df2 = 26 dan taraf signifikansi 0,05 adalah 1,95. Sehingga F hitung < F tabel yang berarti kedua varian sama.

Berdasarkan hasil uji F kedua kelompok data depresi lansia pria dan wanita akan diuji perbedaannya dengan uji T (T-test) untuk varian sama. Hasil perhitungan uji T (T-test) = 4,23 dan diperoleh T tabel dengan df = 58 dan taraf signifikansi 0,05 (untuk uji dua pihak/two tail test) adalah 2,00 (T hitung > T tabel) yang berarti Ho ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara depresi pada lansia pria dan lansia wanita di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.

PEMBAHASAN

1. Depresi pada lansia pria

Berdasarkan hasil penelitian di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo kecamatan Manguharjo Kota Madiun didapatkan jumlah skor depresi dari 27 responden pria adalah 43 dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 6, rata-rata skor = 1,59 dan Standart deviasi dari skor depresi pria adalah 1,58.

Skor depresi pada lansia pria mungkin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya faktor umur. Hal ini dilihat dari tabel 1 yang menunjukkan bahwa umur rata-rata responden pria adalah 65,7 tahun, paling banyak responden berumur 60 tahun dengan umur minimal 60 tahun dan maksimal 84 tahun. Menurut Susanto (2008) depresi memang banyak dialami oleh orang yang berusia 40-50 tahun dan kondisinya makin memburuk saat lansia. Hal ini mungkin

karena saat lansia orang mengalami berbagai perubahan-perubahan bio-psiko-sosial yang cenderung mengalami kemunduran dan didukung oleh kematangan kepribadian yang semakin menurun sehingga pada lansia yang kurang bisa beradaptasi akan mudah mengalami kondisi depresi.

Selain faktor umur, ada beberapa faktor yang mungkin dapat mempengaruhi skor depresi pada lansia pria. Salah

satunya adalah perbedaan

karakteristik,yang dimungkinkan juga tingkat pendidikan berpengaruh pada skor depresi lansia pria. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan lingkungan baik formal maupun informal. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga jika

(6)

Halaman | 10 menghadapi suatu masalah akan

mendapatkan dukungan dari lingkungan lebih banyak dan tidak sampai menimbulkan rasa kesepian yang akhirnya jatuh pada kondisi depresi. Hal ini dapat dilihat dari tabel 2 yang menunjukkan responden pria yang berpendidikan rendah. Sehingga mungkin faktor tingkat pendidikan rendah mempengaruhi juga kemampuan individu dalam menghadapi suatu masalah atau stressor dan kemungkinan mengalami depresi lebih besar.

Status sosial ekonomi dan Kehilangan pasangan hidup dan penyebab kehilangan pasangan hidup mungkin bisa mempengaruhi skor depresi pria. Hal ini dapat dilihat dari hasil tabel 5 dan tabel 6 yang menunjukkan responden pria yang menikah (masih memiliki pasangan hidup) lebih tinggi daripada responden pria yang bersatus duda (kehilangan pasangan hidup) dan penyebab kehilangan pasangan paling banyak karena kematian. Menurut Gunadi (2010) kehilangan pasangan dapat menjadi stressor (kehilangan pasangan hidup karena kematian biasanya lebih berpengaruh dibandingkan dengan perceraian) terjadinya depresi tapi hal ini tergantung kemampuan seseorang dalam mengahadapi stressor tersebut. Sehingga mungkin walaupun ada responden pria yang berstatus duda dan penyebab kehilangan pasangan terbanyak karena kematian tapi pada umumnya karakteristik pria yang lebih matang emosinya dalam mengahadapi suatu masalah sehingga lebih cepat beradaptasi dengan stressor yang timbul akibat kehilangan pasangan hidup / istri.

2. Depresi Pada Lansia Wanita

Berdasarkan hasil penelitian di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo kecamatan Manguharjo Kota Madiun didapatkan jumlah skor depresi dari 33 responden pria adalah 118 dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 7, rata-rata skor = 3,58 dan standart deviasi dari skor depresi wanita adalah 1,98.

Skor depresi pada lansia pria mungkin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya faktor umur. Hal ini dilihat dari tabel 1 yang menunjukkan bahwa umur rata-rata responden pria adalah 66,06 tahun, paling banyak responden berumur 60 tahun dengan umur

minimal 60 tahun dan maksimal 80 tahun. Menurut Susanto (2008) depresi memang banyak dialami oleh orang yang berusia 40-50 tahun dan kondisinya makin memburuk saat lansia. Hal ini mungkin karena saat lansia mengalami berbagai perubahan-perubahan bio-psiko-sosial yang cenderung mengalami kemunduran dan didukung oleh kematangan kepribadian yang semakin menurun sehingga pada lansia yang kurang bisa beradaptasi akan mudah mengalami kondisi depresi.

Selain faktor jumlah responden dan umur, dimungkinkan juga tingkat pendidikan berpengaruh pada skor depresi lansia wanita. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan lingkungan baik formal maupun informal. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga jika menghadapi suatu masalah akan mendapatkan dukungan dari lingkungan lebih banyak dan tidak sampai menimbulkan rasa kesepian yang akhirnya jatuh pada kondisi depresi. Tetapi dalam dalam penelitian ini, dapat dilihat dari tabel 2 proporsi responden wanita yang berpendidikan rendah (tidak sekolah dan SD) lebih banyak dibandingkan dengan responden wanita yang berpendidikan SMP, SMA dan sarjana. Sehingga mungkin faktor tingkat pendidikan rendah mempengaruhi juga kemampuan individu dalam menghadapi suatu masalah atau stressor dan kemungkinan mengalami depresi lebih besar terutama pada lansia wanita yang mempunyai karakteristik lebih mudah cemas.

Status sosial ekonomi dan Kehilangan pasangan hidup dan penyebab kehilangan pasangan hidup mungkin bisa mempengaruhi skor depresi wanita. Hal ini dapat dilihat dari hasil tabel 5 dan tabel 6 yang menunjukkan responden wanita yang berstatus janda (kehilangan pasangan hidup) lebih tinggi dibandingkan dengan responden wanita yang masih menikah dan penyebab kehilangan pasangan paling banyak karena kematian. Menurut Gunadi (2010) kehilangan pasangan dapat menjadi stressor (kehilangan pasangan hidup karena kematian biasanya lebih berpengaruh dibandingkan dengan

(7)

Halaman | 11 perceraian) terjadinya depresi tapi hal ini

tergantung kemampuan seseorang dalam mengahadapi stressor tersebut. Sehingga mungkin karena karakteristik wanita yang dalam menghadapi masalah cenderung lebih banyak mengunakan perasaan, sulit beradaptasi dengan perubahan yang terjadi saat lansia terutama kehilangan pasangan hidup dibandingkan dengan lansia pria.

Kemudian jaringan sosial berkaitan dengan aktivitas sosial yang diikuti oleh individu seperti aktif dalam pertemuan-pertemuan sosial atau organisasi yang ada dimasyarakat mungkin juga dapat berpengaruh pada depresi lansia wanita.. Sehingga mungkin karena proporsi lansia wanita yang aktif lebih rendah dan lebih banyak yang tidak aktif mungkin dapat mempengaruhi skor depresi lansia wanita. 3. Perbedaan depresi pada lansia antara pria

dan wanita

Depresi pada lansia antara pria dan wanita akan diuji perbedaannya dengan uji T (t-test). Sebelumnya kelompok data depresi pria dan kelompok data depresi wanita diuji homogenitas varian (uji F). Hasil perhitungan uji F = 1,57 dan diperoleh F tabel dengan df1 = 32 , df2 = 26 dan taraf signifikansi 0,05 adalah 1,95. Sehingga F hitung < F tabel yang berarti kedua varian sama.

Berdasarkan hasil uji F kedua kelompok data depresi lansia pria dan wanita akan diuji perbedaannya dengan uji T (T-test) untuk varian sama. Hasil perhitungan uji T (T-test) = 4,23 dan diperoleh T tabel dengan df = 58 dan taraf signifikansi 0,05 (untuk uji dua pihak/two tail test) adalah 2,00 (T hitung > T tabel) yang berarti Ho ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara depresi pada lansia pria dan lansia wanita di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Artok Wijayanto dari Falkutas Kedokteran Jember yang diadakan di Panti Sosial Trisna Werdha Kecamatan Puger Kabupaten Jember pada bulan Januari sampai Februari 2013 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara depresi pada lansia pria dan wanita

di Panti Sosial Trisna Werdha Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Perbedaan depresi pada lansia antara pria dan wanita di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya karena jumlah responden yang berjenis kelamin wanita lebih banyak (33 responden) dibandingkan dengan pria (27 responden). Hal ini sesuai dengan pendapat Dharmono (2008) yang mengatakan bahwa rata-rata depresi menunjukkan perbandingan dengan wanita selalu lebih tinggi dibandingkan dengan pria dikarenakan jumlah lansia wanita yang memang lebih banyak daripada jumlah lansia pria dan juga dipengaruhi oleh faktor umur yaitu semakin bertambahnya umur keadaan depresi juga akan semakin memburuk. Dalam penelitian ini kemungkinan faktor umur dapat mempengaruhi perbedaan depresi pada lansia antara pria dan wanita. Hal ini dilihat dari tabel 5.1 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata umur responden antara pria dan wanita, dimana rata-rata umur responden wanita lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata umur responden pria. Sehingga semakin bertambahnya umur akan berkaitan dengan kematangan kepribadian seseorang semakin menurun dan semakin besar resiko untuk mengalami depresi.

Selain faktor jumlah responden dan umur, ada beberapa faktor yang mungkin dapat menyebabkan perbedaan depresi pada lansia antara pria dan wanita. Salah satunya adalah perbedaan karakteristik, hal ini sesuai pendapat Dharmono (2008) yang mengatakan bahwa karakteristik pria lebih mengedepankan rasional daripada emosional sehingga dalam menghadapi suatu masalah atau stressor lebih matang emosinya berbeda dengan karakteristik wanita yang lebih mengedepankan emosional daripada rasional dan dalam mengahadapi masalah lebih banyak menggunakan perasaan bersalah dan lebih mudah cemas. Kemudian dimungkinkan juga tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perbedaan depresi pada lansia antara pria dan wanita. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan

(8)

Halaman | 12 segala bentuk interaksi individu dengan

lingkungan baik formal maupun informal., dapat dilihat dari tabel 2 proporsi responden pria yang berpendidikan rendah (tidak sekolah dan SD) sama dengan proporsi wanita yang berpendidikan rendah. Sehingga tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap perbedaan yang terjadi antara pria dan wanita karena baik lansia pria dan wanita sama-sama berpeluang mengakami depresi jika dihubungkan dengan faktor tingkay pendidikan.

Status sosial ekonomi meliputi : berhasilnya suatu pekerjaan dan besarnya pendapatan keluarga mungkin dapat mempengaruhi perbedaan depresi pada lansia antara pria dan wanita . Hal ini dapat dilihat dari tabel 3 dan tabel 4 proporsi responden pria yang masih bekerja dan besar pendapatan keluarga 500 ribu – 1 juta/bulan lebih tinggi dibandingkan dengan responden wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat Pinquart dan Sorenson (2000) tinggi rendahnya status sosial ekonomi individu tidak mutlak mempengaruhi terjadinya depresi, tetapi kadang status sosial ekonomi seseorang memegang peran dalam terjadinya depresi terutama pada seseorang yang yang memiliki sosial ekonomi rendah. Sehingga dalam segi status sosial ekonomi pada responden pria lebih tinggi daripada responden wanita mungkin dapat mempengaruhi perbedaan depresi antara pria dan wanita.

Kehilangan pasangan hidup dan penyebab kehilangan pasangan hidup mungkin bisa mempengaruhi perbedaan depresi pada lansia antara pria dan wanita. Hal ini dapat dilihat dari hasil tabel 5 dan tabel 6 yang menunjukkan proporsi responden wanita yang berstatus janda (telah kehilangan pasangan hidup) lebih tinggi daripada responden pria yang bersatus duda. Kemudian penyebab kehilangan pasangan paling banyak karena kematian dan pada penyebab kehilangan pasangan hidup karena perceraian proporsi responden pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Menurut Gunadi (2010) kehilangan pasangan dapat menjadi stressor (kehilangan pasangan hidup karena kematian biasanya lebih berpengaruh dibandingkan dengan perceraian) terjadinya depresi tapi hal ini tergantung kemampuan seseorang dalam

menghadapi stressor tersebut. Sehingga mungkin walaupun ada responden pria yang berstatus duda dan responden yang berstatus janda kemudian penyebab kehilangan pasangan terbanyak karena kematian tapi pada umumnya karakteristik pria yang lebih matang emosinya dalam mengahadapi suatu masalah dibandingkan dengan wanita yang mempunyai karakteristik yang lebih mengedepankan emosional daripada rasional menyebabkan dalam menghadapi tahapan kehilangan wanita lebih sulit melakukan adaptasi dan lebih beresiko mengalami depresi.

Kemudian jaringan sosial berkaitan dengan aktivitas sosial yang diikuti oleh individu seperti aktif dalam pertemuan-pertemuan sosial atau organisasi yang ada dimasyarakat mungkin juga dapat berpengaruh pada perbedaan depresi pada lansia antara pria dan wanita. Hal ini dapat dilihat dari hasil tabel 7 yang menunjukkan proporsi responden wanita yang aktif dalam kegiatan masyrakat lebih rendah daripada proporsi responden pria yang aktif. Menurut pendapat Pinquart dan Sorenson (2000) semakin luas jaringan individu tersebut dalam masyarakat maka individu tersebut akan lebih mendapat dukungan sosial jika menghadapi suatu masalah atau stressor. Sehingga semakin seseorang Jadi jika individu tidak atau kurang aktif dalam kegiatan yang ada dimasyarakat, semakin sedikit pula dukungan sosial yang diberikan jika menghadapi masalah. Sehingga individu seperti terkucil dari masyarakat dan perasaan terkucil dan kesepian apalagi pada lansia akan bisa memicu terjadinya depresi.

SIMPULAN

Berdasarkan analisa data penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengukuran skor depresi lansia dari 27 responden lansia pria di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kota Madiun didapatkan rata-rata skor 1,59.

2. Pengukuran skor depresi lansia dari 33 responden lansia wanita di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kota Madiun didapatkan rata-rata skor 3,58.

3. Uji beda dua mean menggunakan uji T (T-test) antara skor depresi lansia pria dan skor depresi lansia wanita diperoleh hasil

(9)

Halaman | 13 perhitungan T-test = 4,23 dan diperoleh T

tabel dengan df = 58 dan taraf signifikansi 0,05 (untuk uji dua pihak/two tail test) adalah 2,00 (T hitung > T tabel) yang berarti Ho ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara depresi pada lansia antara pria dan wanita di Posyandu Lansia Kelurahan Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.

SARAN

1. Bagi Puskesmas Manguharjo

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana atau masukan bagi puskesmas untuk menambah program pembinaan mental yang ada di Posyandu Lansia Kelurahan winongo sehingga dapat mencegah sekaligus mengurangi gejala depresi pada lansia pria maupun lansia wanita.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan adanya kelanjutan penelitian tentang perbedaan depresi pada lansia antara pria dan wanita dalam cakupan yang lebih luas yaitu penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan depresi pada lansia antara pria dan wanita.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2002. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Anonim. 2007. Didera Rasa Kesepian Merusak Kesehatan, www.kompas.co.id Anonim. 2007. Depresi, www.e-psikologi.com

Anonim. 2007. Lansia Rentan Alami Depresi, www.kompas.co.id

Anonim. 2008. Rentan Depresi di Usia Emas, www.lifestyle.okezone.com

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Hadi,P. 2004. Depresi dan Solusinya, www.bowothea.blogspot.com

Hawari, Dadang. 2006. Menejemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedikteran Universitas Indonesia

Hinton, John. 2002. Depresi dan Perawatannya. Jakarta: Dian Rakyat Hurlock, Elizabeth. 1999. Psikologi

Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehiidupan. Jakarta: Erlangga

Kausler. 2001. Kebutuhan Berafiliasi dan Tingkat Depresi, http//untitled.htm Kuntjoro, Zainuddin Sri. 2002. Masalah

Kesehatan Jiwa Lansia, lanjutusia_detail.htm

Maslim, Rusdi. 2005. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta: Erlangga

Mc Kay&Don Dink Mayer. 2005. Rahasia Kekuatan Pilihan Emosional. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia Mubarak, W.I. 2006. Ilmu Keperawatan

Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan

Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Roan, W.M. 1998. Buku Kedokteran Jiwa

Darurat. Jakarta: Widya Medika

Widyarini, nilam. 2004. Bila Pasangan Anda Pergi untuk Selamanya, www.kompas.co.id

Gambar

Tabel  1.  Karakterisik  Responden  Menurut  Umur  di  Posyandu  Lansia  Kelurahan  WinongoKecamatan Manguharjo Kota Madiun
Tabel  8  Skor  Depresi  lansia  di  Posyandu  Lansia  Kelurahan  Winongo  Kecamatan  Manguharjo Kota Madiun

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Humas PT PLN (Persero) APJ Surakarta dalam Menjalin Hubungan Baik dengan Pelanggan melalui Media Radio. Metode penelitian

waktu ± 6 bulan ke depan. ฀aya tidak mempermasalahkan bila berat badan meningkat ketika saya memutuskan untuk berhenti merokok.. SS S

Bagaimana Human Error Probability pada tugas pekerja proses produksi departemen rough mill dengan menggunakan metode Human error Assessment And Reduction Technique

Dalam Penulisan Laporan Kerja Praktek ini membahas tentang Analisis Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Pada PT ( Persero ) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok Jakarta,

“Menulis puisi tidaklah harus beranjak dari tema yang selalu serius seperti yang biasa muncul pada puisi yang tertulis dengan narasi besar, melainkan bisa juga bermula dari

Jika umur David saat ini adalah 14 tahun, atau sama dengan ½ dari jumlah umur Alex dan Cheryl, maka jumlah umur mereka berempat pada 5 tahun yang.. akan datang adalah

Keuntungan bagi pengembang, antara lain, (1) aplikasi yang ber-VBA merupakan apikasi open-system, melalui model obyek, dan komponen berbasis Active-X, akan dapat berguna bagi

Suatu ruang vektor adalah suatu himpunan objek yang dapat dijumlahkan satu sama lain dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang masing-masing menghasilkan anggota lain