• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2006

TENTANG

PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PANTAI SECARA PARTISIPATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR,

Menimbang : a. bahwa sumber daya perikanan pantai sebagai

karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia mempunyai kedudukan dan peranan penting bagi kehidupan, sehingga perlu dikelola secara serasi dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan;

b. bahwa Pembangunan di bidang sumberdaya perikanan pantai merupakan bagian dari pembangunan seluruh wilayah per-airan Indonesia dengan segenap sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya untuk kesejah-teraan seluruh rakyat Indonesia;

c. bahwa sejak diterapkannya kebijakan dan strategi pembangunan di bidang sumber-daya perikanan yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, maka semakin terbukti bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk mengelola sumberdaya dengan baik;

Lembaran Daerah Tahun 2006

149

(2)

d. bahwa untuk menjaga keseimbangan pem-bangunan di bidang sumberdaya perikanan pantai, maka perlu diadakan upaya-upaya terpadu yang melibatkan masyarakat melalui swadaya dan parti-sipasi dari, oleh dan untuk masyarakat, termasuk lembaga yang terkait, guna melindungi daya dukung sumberdaya perikanan akibat tekanan pemanfaatan dan/atau perubahan langsung maupun tidak langsung yang ditimbulan oleh suatu kegiatan;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai-mana dimaksud huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, dipandang perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai secara Partisipatif .

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958

tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655);

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambah-an Lembaran Negara Nomor 3501);

Lembaran Daerah Tahun 2006

150

(3)

4. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3647);

5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perun-dang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

7. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3344);

8. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tam-bahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 118, Tam-bahan Lembaran Negara Nomor 4548);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 8132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Tahun

Lembaran Daerah Tahun 2006

151

(4)

1999 Nomor 155, Tam-bahan Lembaran Negara Nomor 3816);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005

tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerin-tahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

14. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung;

15. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 11 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas- dinas Daerah Kabupaten Lombok Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2000 Nomor 12 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 2);

Dengan persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

dan

BUPATI LOMBOK TIMUR

Lembaran Daerah Tahun 2006

152

(5)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGE-LOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PANTAI SECARA PARTISIPATIF

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Timur;

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur;

3. Bupati adalah Bupati Lombok Timur;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Lombok Timur;

5. Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur;

6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah Kabupaten;

7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

8. Desa Pantai adalah desa dan/ atau nama lain yang memiliki garis pantai;

9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa; 10. Kawasan Pengelolaan adalah satuan wilayah perairan pantai

yang pengelolaannya dilimpahkan oleh Dinas Kelautan dan

Lembaran Daerah Tahun 2006

153

(6)

Perikanan Kabupaten kepada Komite Pengelolaan Perikanan Laut;

11. Nelayan kecil adalah orang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok sehari-hari;

12. Nelayan Komersial adalah orang yang menangkap ikan dengan alat yang modern seperti mini purse-seine dan/atau dengan armada penangkapan ikan 5 Groos Tonase (GT) keatas;

13. Wanita Nelayan adalah wanita yang bekerja membantu atau memanfaatkan atau memperdagangkan hasil produksi dari nelayan;

14. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan mata pencahariannya melakukan kegiatan menangkap ikan;

15. Rencana pengelolaan adalah aturan-aturan yang disepakati dan disahkan untuk diterapkan dan dilaksanakan guna mencapai tujuan-tujuan pengelolaan;

16. Perairan pantai adalah perairan laut yang lebarnya sampai dengan 4 mil dihitung dari garis pasang surut terendah;

17. Komite Kelautan dan Perikanan Kabupaten yang selanjutnya disebut KKPK adalah lembaga non formal yang berperan sebagai wadah semua pemangku kepentingan (stakeholders) perikanan untuk memberikan saran dan rekomendasi kepada Dinas Kelautan dan Perikanan tentang masalah-masalah pengelolaan sumberdaya perikanan pantai;

18. Komite Pengelolaan Perikanan Laut yang selanjutnya disebut KPPL adalah lembaga non formal yang berperan dalam penyusunan rencana pengelolaan dan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya perikanan pantai;

Lembaran Daerah Tahun 2006

154

(7)

19. Pengelolaan secara partisipatif adalah pengelolaan yang dilakukan secara bersama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak lain dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi pengelolaan sumberdaya perikanan diperairan pantai;

20. Wilayah pantai adalah ruang kesatuan geografis antara perairan laut dan darat yang berisi berbagai aspek ekologis, dimana wilayah darat meliputi seluruh wilayah administratif yang dipengaruhi oleh laut , sedangkan di bagian wilayah laut meliputi wilayah perairan sesuai peraturan perundang-undangan;

21. Sumberdaya perikanan pantai adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumberdaya manusia, sumberdaya alam, baik hayati maupun non-hayati, dan sumberdaya buatan, termasuk sumberdaya perairan laut, estuary (mulut sungai) mangrove (hutan bakau), terumbu karang, pasir, batu-batuan, padang lamun,pulau-pulau kecil, armada penangkapan, alat tangkap dan tata pemukiman desa;

22. Suaka perikanan adalah kawasan perairan laut yang mempunyai kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat berlindung/berkembang biak jenis sumberdaya ikan tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan;

23. Pemangku kepentingan (stakeholder) adalah individu/ kelompok/unsur masyarakat yang memiliki kepentingan dan terkena dampak dari suatu perubahan keputusan dalam penggunaan dan konservasi suatu wilayah laut;

24. Daerah Perlindungan Laut dan/atau nama lain adalah daerah pantai dan laut yang dapat meliputi terumbu karang, hutan bakau, lamun atau habitat lainnya secara sendiri atau bersama-sama yang dipilih dan ditetapkan untuk ditutup secara permanen dari kegiatan perikanan dan pengambilan biota laut yang dikelola oleh masyarakat setempat dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati;

Lembaran Daerah Tahun 2006

155

(8)

25. Awig-awig pengelolaan adalah kesepakatan antar masyarakat dan/atau dengan pihak lain tentang pengelolaan sumberdaya perikanan yang dituangkan dalam suatu dokumen kesepakatan bersama, yang ditanda tangani oleh Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa serta disahkan oleh Camat;

26. Pusat Informasi Perikanan (PIP) adalah sarana yang disediakan oleh Pemerintah Daerah yang dijadikan sebagai tempat bekerja, belajar, mengolah serta penyebaran informasi tentang berbagai hal yang berhubungan dengan wilayah pantai bagi semua pihak, termasuk mengumpulkan dan menyimpan semua peraturan perundang-undangan, informasi ilmu pengetahuan, maupun hasil penelitian yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir.

B A B II

ASAS, TUJUAN, MANFAAT DAN SASARAN

Pasal 2

Pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisipatif berdasarkan pada asas :

a. keseimbangan dan berkelanjutan; b. keterpaduan;

c. pengelolaan partisipatif; d. pemberdayaan masyarakat; e. akuntabel dan transparan;

f. pengakuan terhadap kearifan lokal masyarakat setempat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pantai;

g. perlindungan terhadap nelayan kecil. Pasal 3

Pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara patisipatif bertujuan :

Lembaran Daerah Tahun 2006

156

(9)

a. mengurangi, menghentikan, menanggulangi dan mengen-dalikan tindakan dari kegiatan-kegiatan merusak terhadap habitat dan sumberdaya ikan di perairan pantai;

b. menjamin dan melindungi kondisi lingkungan dan sumberdaya wilayah pantai, dalam rangka pembangunan di wilayah pantai yang sesuai dengan daya dukung lingkungan; c. mendorong kerjasama dan meningkatkan kapasitas pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara terpadu antara masyarakat lokal, pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan;

d. meningkatkan kapasitas, kemampuan, dan kemandirian mengelola sumberdaya perikanan pantai secara partisipa-tif oleh masyarakat lokal di tingkat kawasan pengelolaan.

Pasal 4

Manfaat pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara patisipatif meliputi :

a. terwujudnya rencana, penetapan, dan koordinasi prioritas-prioritas pengelolaan sumberdaya perikanan pantai dalam rangka memanfaatkan secara efisien dan konsisten kapasitas dan sumberdaya perikanan pantai;

b. terlindunginya wilayah-wilayah penting dari kerusakan dan/atau penurunan daya dukung lingkungan akibat pemanfaatan yang berlebihan, dan perusakan habitat;

c. berkembangnya sumberdaya perikanan pantai bagi pemanfaatan ekonomi berdasarkan kaidah keilmuan yang benar dan adil secara ekonomis;

d. terwujudnya akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.

Pasal 5

Sasaran pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara patisipatif meliputi :

Lembaran Daerah Tahun 2006

157

(10)

a. melindungi hak nelayan kecil dalam menangkap ikan;

b. melindungi perairan pantai melalui penetapan dan pelaksanaan daerah perlindungan laut;

c. meningkatkan keadilan dan partisipasi melalui pengakuan hak masyarakat pantai;

d. meningkatkan kapasitas melalui pendidikan, pelatihan dan pelayanan kepada masyarakat pantai;

e. memajukan dan mempertahankan sumberdaya perikanan pantai melalui pengurangan dan penghapusan kegiatan penangkapan secara merusak dan penetapan daerah perlindungan berbasis masyarakat;

B A B III

RUANG LINGKUP

Pasal 6 Peraturan Daerah ini berlaku pada :

a. setiap orang, baik Warga Negara Indonesia maupun warga negara asing dan badan hukum Indonesia maupun badan hukum asing yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pantai dan desa pantai di Kabupaten Lombok Timur, dikelola secara terpadu dan partisipatif sebagai pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisipatif; b. setiap kapal perikanan berbendera Indonesia yang

melakukan kegiatan perikanan di perairan pantai di Kabupaten Lombok Timur

B A B IV

KELEMBAGAAN DAN KOORDINASI

Pasal 7

(1) Bupati menetapkan KKPK untuk masa tugas 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali dalam 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

(2) KKPK merupakan lembaga pertimbangan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pantai.

Lembaran Daerah Tahun 2006

158

(11)

Pasal 8

(1) Dinas Kelautan dan Perikanan bersama masyarakat bertanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pantai dan berkoodinasi dengan KKPK untuk melaksanakan Peraturan Daerah ini.

(2) Dalam pelaksanaannya Dinas Kelautan dan Perikanan menyiapkan rencana dan pedoman pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisipatif sesuai Peraturan Daerah ini.

Pasal 9

(1) KKPK mempunyai tugas memebrikan penilaian dan pertimbangan terhadap suatu usul kegiatan usaha di wilayah pesisir.

(2) Penilaian dan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diserahkan secara tertulis kepada instansi teknis terkait.

Pasal 10

(1) Keanggotaan KKPK paling sedikit 15 (lima belas) orang dan paling banyak 23 (dua puluh tiga) orang, yang berasal dari wakil-wakil kelompok masyarakat pemangku kepentingan dan instansi/dinas daerah yang terkait.

(2) Keanggotaan KKPK dari wakil-wakil kelompok masyarakat pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari seorang wakil dari setiap KPPL, seorang wakil kelompok nelayan yang menggunakan sarana lebih kecil atau sama dengan 5 Groos Tonase (GT), seorang wakil kelompok nelayan yang menggunakan sarana 5 Groos Tonase (GT) keatas, seorang wakil kelompok pembudidaya rumput laut, seorang wakil kelompok pembudidaya non rumput laut (kerapu, lobster, baronang dsb), seorang wakil kelompok wanita nelayan, seorang wakil kelompok pengusaha hasil laut, seorang wakil kelompok pengusaha mutiara, seorang

Lembaran Daerah Tahun 2006

159

(12)

wakil perguruan tinggi setempat yang memiliki fakultas perikanan, dan seorang wakil unit pelaksana teknis (UPT) penangkapan ikan.

(3) Keanggotaan KKPK berasal dari wakil-wakil kelompok masyarakat pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dipilih secara demokratis oleh seluruh anggota KKPK.

(4) Struktur kepengurusan KKPK, ditentukan dan dipilih secara demokratis oleh seluruh anggota KKPK.

Pasal 11

(1) KKPK dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga dari dalam maupun luar negeri untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan di tingkat desa maupun pengembangan kapasitas kelembagaan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan pantai di Kabupaten Lombok Timur.

(2) KKPK melaksanakan penyusunan program melalui consensus bersama antara anggota, setelah memperoleh masukan secara tertulis dari KPPL

Pasal 12

(1) Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan menetapkan KPPL untuk masa tugas 3(tiga) tahun dan dapat dipilih kembali dalam 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

(2) KPPL merupakan lembaga pengelolaan sumberdaya perikanan pantai.

Pasal 13

(1) KPPL dibentuk disetiap kawasan pengelolaan yang berupa suatu teluk atau suatu kawasan perairan pantai yang terbuka dan memanjang dengan batas-batas administrasi kecamatan.

Lembaran Daerah Tahun 2006

160

(13)

(2) Keanggotaan KPPL paling sedikit 6 (enam) orang dan paling banyak 36 (tiga puluh enam) orang yang berasal dari semua kelompok masyarakat pemangku kepentingan disetiap desa di suatu kawasan pengelolaan.

(3) Keanggotaan KPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari wakil-wakil desa yang berasal dari kelompok-kelompok nelayan budidaya laut, wanita nelayan, tokoh agama, tokoh pemuda, dan pemerintah desa.

(4) Pemilihan anggota KPPL dari wakil-wakil desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan di dalam suatu musyawarah desa.

(5) KPPL diperbolehkan mengangkat seorang anggota kehormatan.

Pasal 14

(1) KPPL dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga dari dalam maupun luar negeri untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan maupun pengem-bangan kapasitas kelembagaan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan pantai.

(2) KPPL melaksanakan penyusunan program melalui consensus bersama antara anggota, setelah memperoleh masukan secara tertulis dari pemerintah desa.

(3) KPPL bersama-sama pemerintah desa, masyarakat desa dan badan permusyawaratan desa dapat mengajukan rencana tata ruang wilayah pesisir desa yang bersangkutan.

B A B V

TUGAS DAN WEWENANG KKPK DAN KPPL

Pasal 15

(1) Tugas dan wewenang KKPK meliputi :

a. Memberikan saran dan masukan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan tentang solusi dari masalah-masalah yang

Lembaran Daerah Tahun 2006

161

(14)

berkaitan dengan pengelolaan sumber-daya perikanan; b. Menyebarluaskan kebijakan dan peraturan yang berlaku; c. Mengidentifikasi, mengklarifikasi, memverifikasi, dan mencari solusi atas masalah-masalah yang berhu-bungan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan pantai yang muncul di kawasan pengelolaan ataupun di lingkungan wilayah kabupaten pada umumnya;

d. Melakukan monitoring dan evaluasi atas setiap kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan pantai yang dilakukan oleh pihak-pihak manapun di wilayah pantai; e. Menjalankan kegiatan Pusat Informasi Perikanan (PIP); f. Mengadakan pertemuan koordinasi setiap 3 (tiga) bulan

sekali, dan/atau setiap saat apabila dianggap penting dan/atau sesuai kebutuhan;

g. Melaporkan kegiatan perkembangan pengelolaan sumberdaya perikanan pantai di seluruh wilayah kabupaten secara tertulis setiap tahun dan pada akhir masa tugas kepada Bupati, melalui Dinas Kelautan dan Perikanan.

(2) KKPK dapat memberikan pertimbangan teknis kepada Bupati melalui Dinas Kelautan dan Perikanan.

Pasal 16 Tugas dan wewenang KPPL meliputi :

a. Menyusun rencana pengelolaan berdasarkan aspirasi masyarakat dan mengkonsultasikannya kepada Dinas Kelautan dan Perikanan;

b. Melaksanakan rencana pengelolaan sumberdaya perikanan pantai yang telah disetujui oleh semua desa di suatu kawasan pengelolaan dan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan;

c. Menerapkan sanksi pelanggaran rencana pengelolaan yang telah ditetapkan sebagai awig-awig pengelolaan sumberdaya

Lembaran Daerah Tahun 2006

162

(15)

perikanan pantai dalam suatu kawasan pengelolaan;

d. Mengkoordinasikan bantuan teknis di bidang pengelolaan sumberdaya maupun di bidang dana ke desa-desa pantai yang melakukan atau akan melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan pantai;

e. Mengindentifikasi, mengklarifikasi, memverifikasi dan mencari solusi atas masalah yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan pantai yang muncul di masing-masing desa ataupun di kawasan pengelolaan;

f. Melaporkan kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan pantai di kawasan pengelolaannya secara tertulis setiap tahun dan pada akhir masa tugas kepada Dinas Kelautan dan Perikanan.

B A B VI

PENGELOLAAN PARTISIPATIF DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Pasal 17

(1) Pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisi-patif dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat dalam semua tahapan perencanaan dan pengambilan keputusan, pemantauan, dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan pengelolaan.

(2) Rencana pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisipatif disusun berdasarkan satuan kawasan pengelolaan.

(3) Pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisipatif meliputi :

a. Pembuatan rencana pengelolaan sumberdaya perikanan pantai di setiap kawasan pengelolaan yang kemudian diangkat sebagai awig-awig yang berlaku untuk setiap desa di kawasan tersebut;

b. Penetapan daerah perlindungan laut dan suaka perikanan

Lembaran Daerah Tahun 2006

163

(16)

secara partisipatif dan penyusunan rencana pengelo-laannya, yang diangkat sebagai awig-awig daerah perlindungan laut atau awig-awig suaka perikanan;

c. Pembuatan rencana tata ruang pesisir Kabupaten;

d. Perlindungan, pengakuan serta persetujuan atas pengelolaan yang dilakukan secara tradisional yang sudah ada tentang pemanfaatan sumberdaya perikanan pantai; e. Pengakuan hak masyarakat lokal untuk memanfaatkan

sumberdaya perikanan pantai dalam lingkungan hak ulayat mereka berdasarkan hukum dan kebiasaan tradisional; dan

f. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan lingkungan secara formal maupun non formal.

(4) Partisipasi masyarakat meliputi :

a. Mengidentifikasikan isu, masalah dan potensi;

b. Menyusun, meninjau dan melakukan revisi rencana pengelolaan partisipatif;

c. Memberikan masukan terhadap kebijakan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumber daya perikanan pantai;

d. Memberikan saran, masukan, dan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah tentang solusi masalah penge-lolaan sumberdaya perikanan pantai; dan

e. Menghadiri pertemuan dan konsultasi tentang penge-lolaan sumberdaya perikanan pantai.

B A B VII

PENGELOLAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN PENGELOLAAN

Pasal 18

(1) Pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisipatif di suatu kawasan, dilaksanakan berdasarkan asas, tujuan, manfaat dan sasaran yang telah ditetapkan.

Lembaran Daerah Tahun 2006

164

(17)

(2) Komponen pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisipatif di kawasan pengelolaan meliputi :

a. Konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya;

b. Perlindungan terhadap hak nelayan kecil dalam penangkapan ikan di perairan pantai;

c. Pengembangan kapasitas masyarakat melalui pelatih-an dan pendidikan lingkungan hidup;

d. Penegakan hukum terhadap pelanggar aturan rencana pengelolaan (awig-awig);

e. Program pengembangan ekonomi masyarakat setem-pat (lokal) secara berkelanjutan;

f. Program rehabilitasi sumberdaya alam pantai.

(3) Tahapan penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya perikanan pantai meliputi:

a. Identifikasi isu, masalah dan potensi;

b. Penyusunan draft rencana pengelolaan oleh KPPL;

c. Sosialisasi draft rencana pengelolaan kepada masyarakat secara tertulis dan lisan;

d. Konsultasi draft rencana pengelolaan dengan Dinas Kelautan dan Perikanan

e. Penetapan rencana pengelolaan sebagai awig-awig kawasan; dan

f. Pemantauan (monitoring), evaluasi, dan revisi.

(4) Tahapan revisi rencana pengelolaan dilaksanakan melalui proses :

a. Usulan dari suatu kelompok pemangku kepentingan atau desa;

b. Diskusi penyusunan draft revisi rencana pengelolaan oleh KPPL;

c. Sosialisasi draft revisi kepada masyarakat secara tertulis dan lisan;

d. Konsultasi draft revisi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan; dan

e. Pemberlakuan hasil revisi rencana pengelolaan.

Lembaran Daerah Tahun 2006

165

(18)

B A B VIII

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN PANTAI

Pasal 19

Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisipatif meliputi :

a. Bertanggung jawab dalam kegiatan- kegiatan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, dalam menyusun rencana tata ruang, koordinasi diantara berbagai institusi, menyetujui, memonitor serta mendorong berbagai kegiatan;

b. Mengidentifikasi wilayah-wilayah tertentu di dalam wilayah pantai yang memiliki kepentingan nasional atau kepentingan daerah, yang akan dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dengan persetujuan masyarakat setempat (lokal) yang diterapkan melalui keterlibatan atau partisipasi masyarakat; c. Menetapkan pembagian kawasan perairan pantai menjadi

kawasan pengelolaan;

d. Menetapkan kepengurusan KPPL di setiap kawasan pengelolaan dan kepengurusan KKPK;

e. Membina kapasitas masyarakat pantai dalam penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya perikanan;

f. Mengakui keabsahan awig-awig pengelolaan sumberdaya perikanan pantai yang disusun oleh KPPL yang telah disetujui sebagai awig-awig oleh semua pemerintah desa di kawasan pengelolaan;

g. Melakukan koordinasi dengan kabupaten atau kota lainnya dan/atau propinsi dalam penyelenggaraan pengelolaan;

h. Menyediakan bantuan teknis, pelayanan dan pendanaan ke tingkat kawasan pengelolaan ; dan

i. Mengajukan permintaan bantuan teknis dan pendanaan untuk pengelolaan sumberdaya perikanan kepada Pemerintah Propinsi dan /atau Pemerintah Pusat.

Lembaran Daerah Tahun 2006

166

(19)

Pasal 20

Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Kecamatan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisipatif meliputi :

a. Mengkoordinasikan usulan pengelolaan dari desa-desa di kawasan pengelolaan;

b. Menyetujui penetapan rencana pengelolaan sumberdaya perikanan pantai di suatu kawasan sebagai awig-awig yang berlaku pada semua desa di kawasan tersebut;

c. Menyediakan bantuan teknis dan pelayanan bagi desa-desa; dan

d. Mengajukan permintaan bantuan teknis dan keuangan untuk mengelola wilayah pesisir dari Pemerintah Daerah.

Pasal 21

Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Desa dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisipatif meliputi :

a. Menetapkan wakil setiap kelompok pemangku kepen-tingan di dalam kepengurusan KPPL di suatu kawasan, melalui suatu musyawarah desa; dan

b. Menetapkan dan mengakui rencana pengelolaan sumber-daya perikanan yang disusun oleh KPPL sebagai awig-awig yang berlaku di kawasan pengelolaan, termasuk di desa tersebut.

B A B IX

P E N D A N A A N

Pasal 22

Pemerintah Daerah mengalokasikan dana untuk melaksanakan Peraturan Daerah ini, didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahun melalui anggaran Dinas Kelautan dan Perikanan.

B A B X

PENGAWASAN DAN EVALUASI

Lembaran Daerah Tahun 2006

167

(20)

Pasal 23

(1) Pengawasan dan evaluasi pengelolaan sumberdaya perikanan pantai dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan KKPK;

(2) Pengawasan pelaksanaan program dan pendanaan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Masyarakat mempunyai hak unyuk meninjau hasil program dan aktivitas pengawasan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan pantai secara partisipatif di kawasannya.

B A B XI

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 24

(1) Sengketa yang terjadi dalam pengelolaan di wilayah pesisir akan diselesaikan melalui musyawarah mufakat antara para pihak, sepanjang tidak menyangkut perkara pidana;

(2) Apabila tidak terjadi musyawarah mufakat dalam penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka para pihak dapat meminta penyelesaiannya diluar pengadilan, melalui badan yang dibentuk untuk itu, dengan atau tanpa melibatkan pihak Pemerintah;

(3) Dalam hal terjadi kerusakan lingkungan akibat kegiatan usaha yang bersifat bisnis maka KPPL dapat mengajukan gugatan secara “class action” terhadap pelaku usaha .

Pasal 25

Apabila terjadi konflik pemanfaatan wilayah pesisir antara 2 (dua) Kecamatan atau Kabupaten yang saling berdekatan, diselesaikan secara musyawarah mufakat yang difasilitasi oleh pihak ketiga yang berwenang untuk itu.

B A B XII

KETENTUAN SANKSI

Lembaran Daerah Tahun 2006

168

(21)

Pasal 26

(1) KPPL dapat memberlakukan ketentuan sanksi yang terdapat dalam awig-awig rencana pengelolaan sumber-daya perikanan pantai sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(2) Pemerintah Daerah mengakui sanksi terhadap semua pelanggaran yang ditetapkan dalam awig-awig pengelolaan sumberdaya perikanan pantai;

(3) Dalam memutuskan suatu sanksi terhadap pelanggaran awig-awig pengelolaan sumberdaya perikanan pantai, KPPL membentuk badan pemutus dan dapat dibantu oleh tim juri.

B A B XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan, pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur.

Ditetapkan di Selong

pada tanggal 27 Juni 2006

BUPATI LOMBOK TIMUR Cap. t td.

H.MOH ALI BIN DACHLAN

Ditetapkan di Selong

pada tanggal 27 Juni 2006

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Cap. t t d.

LALU NIRWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2006 NOMOR 2

Lembaran Daerah Tahun 2006

169

(22)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2006

TENTANG

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN PANTAI SECARA PARTISIPATIF

I. UMUM

Sumberdaya perikanan pantai sangat penting bagi Kabupaten Lombok Timur baik dari segi ekonomi, keamanan pangan, pencegahan terhadap bencana alam dan gelombang laut, sosial budaya keanekaragaman biologis, dan keindahan alam. Sumber daya ini mencakup ikan yang menyediakan sumber makanan utama, hutan bakau bagi perlindungan pantai terhadap gelombang dan abrasi bagi pemanfaatan ekonomi kehutanan, terumbu karang yang mendukung industri pariwisata yang sedang berkem-bang. Sumberdaya perikanan pantai telah membentuk budaya tradisional masyakat selama berabad-abad, sehingga wilayah pantai dan laut kabupaten lombok timur merupakan tempat kekayaan bagi masyarakat dan juga bangsa Indonesia.

Sumberdaya perikanan pantaidi lombok timur telah mengalami berbagai ancaman yang semakin besar dan beraneka ragam, seperti pertumbuhan penduduk, dampak negatif pembangunan, pencemaran, pemanfaatan sumber-daya yang bersifat merusak kesemuanya itu belum dapat dikoordinir dengan baik.

Melihat pentingnya sumberdaya perikanan pantai, tidak hanya untuk generasi sekarang, tetapi juga untuk generasi yang akan datang, maka secepatnya perlu dikelola secara tepat guna.

Lembaran Daerah Tahun 2006

170

(23)

Sebagian besar masyarakat pantai di Kabupaten Lombok Timur adalah nelayan yang menggantungkan hidupnya pada sumberdaya perikanan sebagai sumber pendapatan utama. Hal ini merupakan potnsi yang dimiliki untuk dapat diajak berpartisipasi dalam pemeliharaannya.

Oleh karena itu Peraturan Daerah ini bertujuan untuk memberikan pengakuan dan kewenangan pada masyara-kat melalui upaya penyusunan perangkat kerja, prosedur, dan prioritas pengelolaan sumberdaya perikanan pantai, sehingga Peraturan Daerah ini memberikan penguatan kepada kelembagaan masyarakat termasuk aturan lokal (awig-awig) dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pantai yang berbasis masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan asas “keseimbangan dan berkelanjutan” adalah setiap kegiatan yang dijalankan harus memperhatikan pemulihan fungsi ekosistem, sehingga pengembangan dan pemanfaatan sumber-daya mempertimbangkan kelestarian sumbersumber-daya yang ada.

Huruf b

Yang dimaksud dengan asas “keterpaduan” adalah semua kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pantai dijalankan berdasarkan keterpaduan antar sektor, keterpaduan pengelolaan dan ilmu pengetahuan, keterpaduan antar pihak pemangku kepentingan, dan keterpaduan ruang

Lembaran Daerah Tahun 2006

171

(24)

Huruf c

Yang dimaksud dengan asas “pengelolaan partisipatif” adalah kegiatan dijalankan secara swadaya dan partisipatif aktif dari oleh dan untuk masyarakat disertai kerjasama aktif semua pihak terkait berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Huruf d

Yang dimaksud dengan asas “pemberdayaan masyarakat” adalah kegiatan dijalankan bertujuan untuk membangun kapasitas dan kemampuan masyarakat menyusun rencana, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan sehingga masyarakat memiliki akses yang adil dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pantai.

Huruf e

Yang dimaksud dengan asas “akuntabel dan transparan” adalah mekanisme kegiatan ditetapkan secara transparan, demokratis dan dapat dipertanggung jawabkan, menjamin kesejahteraan masyarakat serta memenuhi kepastian hukum yang dijalankan oleh pemerintah, masyarakat, sektor swasta serta berbagai pihak lain yang berkepentingan. harus memperhatikan pemulihan fungsi ekosistem, sehingga pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya mempertimbangkan kelestarian sumberdaya yang ada.

Huruf f

Yang dimaksud dengan asas “pengakuan terhadap kearifan lokal masyarakat setempat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pantai” adalah penerimaan oleh pemerintah tenang kenyataan adanya ketentuan-ketentuan memelihara lingkungan sekitar oleh kelompok masuyarakat yang telah dijalani secara turun-temurun dan telah menunjukkan

Lembaran Daerah Tahun 2006

172

(25)

adanya manfaat yang diterima masyarakat maupun lingkungan.

Huruf g

Yang dimaksud dengan asas “perlindungan terhadap nelayan kecil” adalah kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan pantai melindungi hak nelayan kecil menangkap ikan didalam perairan pantai. Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Huruf a Cukup jelas Huruf b

Yang dimaksud dengan kapal perikanan berbendera Indonesia adalah kapal yang mempunyai ijin berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas

Lembaran Daerah Tahun 2006

173

(26)

Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 11 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 12 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas

Lembaran Daerah Tahun 2006

174

(27)

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan anggota kehormatan adalah orang yang memiliki kelebihan dibidang tertentu dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pantai yang dibutuhkan oleh KPPL.

Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 18 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas

Lembaran Daerah Tahun 2006

175

(28)

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 24 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Penyelesaian diluar pengadilan maksudnya penye-lesaian sengketa melalui badan yang khusus yang dibentuk untuk itu berdasarkan kesepakatan para pihak yang bersengketa, tanpa atau dengan melibatkan pemerintah.

Ayat (3)

Gugatan “class action” adalah gugatan yang dilakukan secara berkelompok oleh masyarakat terhadap pihak pengusaha yang diwakili oleh KPPL.

Lembaran Daerah Tahun 2006

176

(29)

Pasal 25

Pihak yang berwenang memfasilitasi dalam menyele-saikan konflik pemanfaatan wilayah pesisir antara 2 (dua) Kecamatan adalah Bupati, sedangkan antara 2 (dua) Kabupaten adalah Gubernur.

Pasal 26 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

NOMOR 1

Lembaran Daerah Tahun 2006

177

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara manajemen laba yang dilakukan sebelum dan sesudah perubahan tarif pajak penghasilan Badan dalam

Ada tiga tahap mengubah limbah organik menjadi bioetanol, tahap pertama adalah mengubah limbah sayuran hijau dan kulit buah yang mengandung polisakarida atau selulosa menjadi

All rights reserved Kata kunci: Kerentanan, Anopheles barbirostris, permethrin puriala Article History: Received: 11 Maret 2017 Revised: 7 April 2017 Accepted: 29 Mei 2017

Maka hipotesis penelitian yang berbunyi sebagai berikut: terdapat hubungan antara karakter demokrasi dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn,

BORANG PENGESAHAN KOPERASI CALON PERSIDANGAN NEGERI PERLIS 2021 (Diisi oleh Koperasi yang mengesahkan Pencalonan) Butir-Butir Koperasi.. Tarikh Menjadi Anggota Koperasi :

Stator generator adalah bagian dari generator berupa kumparan kawat tembaga yang dirancang berbentuk silindris dan akan menerima induksi magnet dari rotor sehingga

Kawat ortodontik CuNiTi bila dibandingkan dengan kawat NiTi konvensional memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah, sehingga dapat dengan mudah dimasukkan pada slot