• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGAPA DIA HARUS MATI?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGAPA DIA HARUS MATI?"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 

MENGAPA DIA HARUS MATI?

Ev. Andree Kho

Di dalam semua agama, ada hal-hal tertentu yang sampai batas tertentu kelihatannya sama. Misalnya: Semua agama mengajarkan, supaya manusia berbuat baik. Semua agama mengakui bahwa meskipun manusia diharapkan berbuat baik, tetapi manusia juga penuh kelemahan dan keterbatasan, sehingga usaha terbatas seringkali gagal, bahkan tidak ada seorang manusia yang luput dari dosa. Dan semua agama juga setuju ada jalan keluar untuk menyelesaikan masalah dosa ini. Sampai di sini, semua agama kelihatannya memiliki pandangan yang sama, tetapi maju satu langkah lagi dari titik ini, semuanya menjadi berbeda.

Agama yang satu mengajarkan bahwa menyelesaikan dosa, seseorang harus mengimbanginya dengan perbuatan baik, melakukan banyak amal kepada orang lain. Yang satunya mengatakan bahwa untuk menyelesaikan dosa, seseorang harus mematikan sifat-sifat atau kecenderungan dosa yang ada di dalam hati dan pikirannya, dia harus banyak-banyak merenung, bermeditasi mengosongkan hati dan pikirannya dari nafsu yang jahat. Dengan banyak latihan, dia akan mampu mengendalikan sekaligus membersihkan dirinya dari dosa. Yang lainnya mengajarkan bahwa untuk membersihkan diri dari dosa, orang harus berpuasa penih dalam bulan penyucian tertentu, membaca ayat, sembahyang, mendekatkan diri kepada Tuhan dan memberi sedekah kepada kaum miskin. Ada agama yang mengajarkan bahwa karena orang berdosa, dia harus membayarnya dengan penderitaan. Lebih baik menderita di dalam hidup ini daripada menderita siksaan di akherat nanti. Ini dari semuanya itu adalah: engkau sendiri harus berjuang melakukan sesuatu untuk membereskan dosamu.

Di sini terjadi perbedaan tajam dengan ajaran kekristenan. Kekristenan mengajarkan bahwa orang tidak perlu melakukan hal itu, karena dia memang tidak bisa melakukan itu. Orang berdosa tidak mungkin melakukan apa saja yang cukup untuk membersihkan noda dosa yang ada pada dirinya, dan dia tidak bisa melakukan apapaun untuk

(2)

Page 2 

menghindar dari akibat yang ditimbulkan dosa atas dirinya. Kebenaran ini seringkali menjadi hambatan besar di dalam dialog dengan orang yang berkerpercayaan lain, bahkan tidak jarang menimbulkan kebingungan pada diri orang Kristen itu sendiri.

Sebagai orang Kristen, kita katakan bahwa kita semua telah berdosa kepada Tuhan. Secara umum, semua orang setuju bahwa kita telah berdosa terhadap Allah. Ketika kita ajak dia untuk menyelesaikan dosa, dia katakan: Baik, saya mau. Tapi ketika kita ajak dia bertobat mengaku dosa di bawah salib Kristus, dia menolak. Dia bertanya: Mengapa saya harus melakukan itu? Saya tahu saya berdosa kepada Tuhan, saya setuju saya harus mengaku dosa dan bertobat, dan saya akan lakukan itu. Saya akan datang kepada Allah mengaku dosa saya. Menurut Saudara apakah Allah tidak akan mengampuni saya?

Banyak orang Kristen mengalami kesulitan, ketika dialog berkembang sampai tahap itu. Kalau orang Kristen menjawab: Ya, Allah akan mengampuni. Maka dia akan mengatakan: Lalu kenapa saya harus percaya Yesus? Sebaliknya kalau dikatakan: Tidak. Dia akan keheranan tidak mengerti, mengapa? Saya mengakui saya orang berdosa dan harus bertobat. Mengapa lalu orang lain yang harus menanggung kesalahan saya, mati buat saya dan lalu saya hanya perlu percaya saja kepada Dia dan diampuni begitu saja? Ajaran Kristen supaya orang berdosa datang kepada Kristus mengaku dosa, dianggap sebagai ajaran yang didramatisir secara berlebihan. Dan banyak orang Kristen yang tidak memiliki pengertian yang cukup akan Kebenaran Agung ini, kemudian menjadi bingung tidak bisa menjawab.

Kebingungan ini berkaitan dengan satu pertanyaan teologis yang sangat serius: Bisakah Allah mengampuni begitu saja orang berdosa yang datang bertobat mengaku dosa kepada-Nya? Jawabannya adalah: Tidak bisa! Alasannya adalah karena Allah tidak bisa menarik kembali sanksi hukuman yang telah Dia proklamirkan. Di Taman Eden, suatu kalimat sanksi ilahi telah disampaikan yaitu bahwa pada hari engkau makan buah itu, engkau pasti mati (Kej. 2:17). Kalimat ini tidak bisa ditarik kembali. Kalau kalimat ini tidak dijalankan, maka Dia menjadi Allah yang tidak bisa dipercaya lagi dan hukuman-Nya tidak bisa lagi dipegang, termasuk janji pengampunan dosa yang Dia berikan, tidak lagi bisa diyakini. Kalau

(3)

Page 3 

Allah tidak konsisten dengan ucapan-Nya, maka hari ini kita tidak punya jaminan apapun, termasuk pengampunan dosa. Dia sudah mengampuni dosa kita kemarin, tetapi besok karena suatu alasan Tuhan membatalkannya lagi. Hari ini kita selamat, tetapi minggu depan keselamatan itu dibatalkan lagi. Yang seperti itu bukan Allah! Allah tidak bisa berdusta dengan cara seperti itu! Itu sebabnya tidak ada cara lain, tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan masalah dosa manusia, kecuali: sanksi ilahi tetap dijalankan, dan ada pihak yang dihukum.

Hukuman harus jalan, yang berdosa harus dihukum! Ini menjadikan permasalahan semakin sulit, siapa yang sanggup menerima hukuman itu dan sekaligus mengatasinya? Hukuman itu sendiri adalah Maut, kematian. Kematian dalam aspek rohani berarti terputus, terpisah dan terbuang dari Allah, sumber kehidupan, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekatan-Nya, selama-lamanya (2Tes. 1:9). Dengan sanksi seberat itu, siapa berani berdiri di hadapan Tuhan dan berkata: "Saya orang berdosa, sekarang biar saya tanggung sendiri resiko hukumannya." Melakukan itu berarti meminta neraka, dan kita tidak mau neraka. Dan untuk memungkinkan orang berdosa luput dari neraka, hanya ada satu cara.

Dia harus ditikam karena pemberontakan kita, Dia harus diremukkan oleh karena kejahatan kita; supaya ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan supaya oleh luka yang diderita-Nya, kita boleh disembuhkan dan penyakit dosa yang mengancam kematian nyawa kita secara kekal; supaya kita domba-domba yang telah sesat itu bisa dipanggil pulang kembali. (Yes. 53:1-6).

Kita tidak mungkin bisa menanggung hukuman itu. Yang sungguh-sungguh menakutkan bagi kehidupan manusia justru adalah bahwa dia sama sekali tidak berdaya untuk lari dari hukuman. Secara yuridis, dia seperti seorang terhukum yang sudah divonis oleh pengadilan berdasarkan hukum yang berlaku, tinggal tunggu pelaksanaannya saja. Tidak ada seorangpun yang bisa menolong dia, apa lagi dirinya sendiri. Tidak ada orang yang bisa mengatakan: "Biarlah saya mati menanggung dosamu supaya engkau tidak dihukum." Orang lain tidak bisa melakukan itu, karena dia sendiri sama-sama ada di bawah ancaman hukuman, dan diapun tidak akan bisa mengatasi akibat hukuman itu. Dia bukan sekadar

(4)

Page 4 

membayar hutang orang lain dalam jumlah tertentu, dia sedang berurusan dengan nyawa di dalam kekekalan.

Tidak ada orang yang bisa menghindari dirinya dari hukuman atas dosa, kecuali: ada orang lain yang tidak bersalah, tidak berdosa, yang bersedia menggantikan orang berdosa menerima hukuman itu, dan sekaligus mampu mengalahkan akibat dari hukuman itu. Untuk itu, tidak ada orang yang bisa melakukan, kecuali Anak Allah sendiri; Anak Allah sendiri: Yesus Kristus. Nabi tidak bisa mengambil posisi itu, orang sesaleh apapun tidak bisa, sebab mereka semua sama berdosanya dengan orang lain.

Yesus Kristus, Anak Allah, Dia tidak berdosa. Orang boleh tidak suka kepada-Nya, orang boleh memfitnah Dia dengan apa saja, bahkan orang boleh membunuh-Nya dan mereka telah lakukan hal itu. Tetapi tidak pernah ada orang yang bisa menunjukkan satu kesalahan saja yang Dia lakukan, tidak ada! Bahkan musuh-musuh-Nya pun tidak bisa menunjukkan itu. Yesus, Anak Allah, tidak pernah dibuktikan bersalah. Bukan hanya itu saja, Dia juga satu-satunya yang sanggup mengatasi akibat hukuman itu. Dia mengalami maut seketika itu saja, tetapi kemudian Dia mengalahkan kuasa maut itu, Dia mematahkan sengat maut itu.

Banyak orang berusaha dengan kemampuan akalnya, dengan kemampuan akademisnya, untuk membuktikan bahwa "Yesus bukan Anak Allah". Tetapi sejauh ini kita hanya tahu bahwa; kalau Dia bukan Anak Allah, Dia pasti tidak bisa mengatasi hukuman atas dosa. Maka jadilah kekristenan suatu omong kosong paling besar di dalam sejarah kehidupan manusia. Kalau Yesus bukan Anak Allah, maka kekristenan adalah agama yang paling rendah, yang tidak ada bedanya dengan bualan tukang obat di pinggir jalan.

Kita bukan orang yang sedang nonton atraksi jual obat di pinggir jalan. Kita adalah orang-orang yang berbahagia, karena telah mengalami jasa kematian Anak Allah di bukit itu. Dan kita seharusnya menjadi anak-anak-Nya yang selalu ingat dan bersyukur atas apa yang telah Dia lakukan bagi kita. Bukan hanya bersyukur di bibir saja, tetapi juga hidup sesuai

(5)

Page 5 

dengan status tersebut, dan dengan serius menjaga kemuliaan hidup kita sebagai anak-anak Allah yang mulia.

Kebenaran Alkitab, sering disalah mengerti oleh orang-orang yang memang tidak mengerti, bahkan Tuhan Yesus sendiri direndahkan, tidak dipandang, tidak diperhitungkan oleh orang-orang sezaman-Nya. Bahkan ketika Dia sudah disalib, orang masih mengolok-olok, menantang Dia: "Kalau Engkau Anak Allah, turun dari salib kayu itu maka kami akan percaya. Engkau mengatakan Engkau adalah Anak Allah, lalu mengapa Engkau tidak berdaya menyelamatkan diri-Mu sendiri? Mengapa Engkau harus mati konyol seperti itu? Turun dari kayu itu, buktikan diri-Mu bahwa Engkau adalah Anak Allah. Turunlah dari kayu itu."

Orang mengejek Dia, mengira Dia justru yang kena tulah. Rupanya begitu kasihan; tubuh yang dipecah-pecah kena cambuk, darah mengalir dari pelipis-Nya, karena duri dari mahkota itu tertancap di sana ketika dipasang secara paksa, luka paku pada tangan dan kaki-Nya yang semakin lama semakin besar tertarik berat badan-Nya sendiri. Mengapa Engkau harus menderita semua itu? Mengapa Engkau harus mati di atas salib itu? Mengapa Engkau tidak turun dari situ dan membungkam hujatan orang-orang berdosa itu? Mengapa Engkau harus mati? Karena kasih-Nya kepada kita. Karena kalau hari itu Dia turun dari atas salib, maka Saudara dan saya yang harus naik di sana.

Sumber: Majalah TRINITAS Edisi I / 1998

Penerbit: Departemen Literatur Gereja Kristen Abdiel Trinitas, Surabaya.

Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari

Referensi

Dokumen terkait

Menyiapkan seluruh Dokumen Usulan melalui aplikasi e-planning off-line (Backup,TOR, RAB, Surat Persetujuan Kepala Daerah, Surat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kulit ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) terfermentasi dalam ransum terhadap non karkas dan daging giblet

c. Memenuhi persyaratan teknis minimal dan berlabel. Lahan bera atau tidak ditanami dengan tanaman yang satu familli minimal satu musim tanam. Untuk tanaman rimpang lahan yang

Hal ini menjadikan konfigurasi bagi komputer client dan komputer server bisa berbeda seperti kapasitas memory, kecepatan processor atau alat masukan dan keluaran yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peneraoan sistem biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi. Perusahaan ini adalah sebuah

Untuk mengambil contoh situs yang mengusung sistem belanja online atau E-commerce, saya mengambil contoh situs belanja online yang sudah cukup terkenal di Indonesia, yaitu Lazada,

34 Inkuiri naturalistik adalah pertanyaan dari diri penulis terkait persoalan yang sedang diteliti, yaitu tentang karakteristik orang-orang yang meraih al-fala>h{

Hal ini sejalan dengan pendapat Borg and Gall (Nursyaidah, t.t) bahwa ciri kedua dari penelitian dan pengembangan adalah “Mengembangkan produk berdasarkan temuan