• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.Sejarah Perkebunan kelapa sawit Indonesia dan Perusahaan perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2.1.1. Sejarah Perkebunan Kelapa sawit di Indonesia

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika barat, merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848. Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya bogor (Botanical Garden) Bogor, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda). Awalnya tanaman kelapa sawit dibudidayakan sebagai tanaman hias, sedangkan pembudidayaan tanaman untuk tujuan komersial baru dimulai pada tahun 1911 (Deptan, 2014)

Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia ), kemudian budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha. (Fauzi, 2002)

Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.

(2)

Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manejemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manejemen dalam perkebunan dan kondisi social politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan keja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN). (Hartono, 2008)

Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di Indonesia. Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan Jerman, sedangkan untuk produk minyak inti sawit (PKO) lebih banyak diekspor ke Belanda, Amerika Serikat dan Brasil.

Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya (seperti kacang kedele, kacang tanah dan lain-lain), sehingga harga produksi menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (22 tahun) juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit. Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita minyak nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kg / th setiap orangnya, kebutuhan ini

(3)

akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya konsumsi per kapita. (Pahan, 2006)

Dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit (dalam hal ini minyaknya) mempunyai peran yang cukup strategis, karena : (1) Minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga dari minyak goreng tersebut. Ini penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok kebutuhan masyarakat sehinga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masarakat. (2) Sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas, komoditi ini mempunyai prospek yang baik sebagai sumber dalam perolehan devisa maupun pajak. (3) Dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.(Soetrisno dan Winahyu, 1991: 8).

Pengembangan komoditas ekspor kelapa sawit terus meningkat dari tahun ke tahun, terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama 2004 - 2014 sebesar 7,67%, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat rata-rata 11,09% per tahun. Peningkatan luas areal tersebut disebabkan oleh harga CPO yang relatif stabil di pasar internasional dan memberikan pendapatan produsen, khususnya petani, yang cukup menguntungkan. (Deptan, 2014)

Berdasarakan buku statistik komoditas kelapa sawit yang diterbitkan Ditjen Perkebunan, pada Tahun 2014 luas areal kelapa sawit mencapai 10,9 juta Ha dengan produksi 29,3 juta ton CPO. Luas areal menurut status pengusahaannya milik rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,55 juta Ha atau 41,55% dari total luas areal, milik negara (PTPN) seluas 0,75 juta Ha atau 6,83% dari total luas areal, milik swasta seluas 5,66 juta Ha atau 51,62%, swasta terbagi menjadi 2 (dua) yaitu swasta asing seluas 0,17 juta Ha atau 1,54% dan sisanya lokal.

Peran perusahaan swasta sangat penting dalam Industri Perkebunan Indonesia, di Sub sektor perkebunan di dalam Sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2015 tercatat 16 Perusahaan Perkebunan (Bursa Efek Indonesia, 2016). Yaitu :

1. PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) 2. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT)

(4)

3. PT Eagle High Plantation Tbk. (BWPT) 4. PT Darma Stya Nusantara Tbk. (DSNG) 5. PT Golden Plantation Tbk. (GOLL) 6. PT. Gozco Plantation Tbk. (GZCO) 7. PT Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA)

8. PT PP London Sumatera Indonesa Tbk (LSIP) 9. PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk. (MAGP) 10. PT Providen Agro Tbk. (PALM)

11. PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) 12. PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP)

13. PT Sinar Mas Agro Resource Ana Technology Tbk. (SMAR) 14. PT Sawit Sumber Sarana Tbk. (SSMS)

15. PT Tunas Baru lampung Tbk (TBLA) 16. PT Bakrie Sumatera Plantation (UNSP).

(5)

2.1.2. Perusahaan Perusahaan Sub Sektor Perkebunan di Bursa Efek Indonesia

1) PT Astra Agro Lestari Tbk.

Visi Perusahaan :

Menjadi Perusahaan Agrobisnis yang paling Produktif dan paling Inovatif di Dunia Misi Perusahaan :

Menjadi Panutan dan Berkontribusi untuk Pembangunan serta Kesejahteraan Bangsa.

Sebagai salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia yang sudah beroperasi sejak 35 tahun lalu, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dapat dipandang sebagai role model dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit.

Selain itu, melalui model kemitraan dengan masyarakat baik plasma maupun IGA (Income Generating Activities), Perseroan telah mewujudkan visinya untuk menjadi perusahaan panutan dan berkontribusi untuk pembangunan dan kesejahteraan bangsa.

Sejak tahun 1997, Perseroan telah menjadi perusahaan terbuka dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Saat ini, kepemilikan saham publik telah mencapai 20,3% dari total 1,57 miliar saham yang beredar. Sejak penawaran saham perdana (IPO/Initial Public Offering), harga saham Perseroan terus mencatat kenaikan dari Rp 1.550 per lembar saham menjadi Rp 15.850 per lembar saham pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir Desember 2015.

Selain memperkuat posisinya di sektor hulu dengan mengelola 297.862 hektar yang terdiri dari perkebunan inti dan plasma, Perseroan juga memperkuat pengelolaan usaha di sektor hilir sawit. Pabrik pengolahan minyak sawit (refinery) PT Tanjung Sarana Lestari di Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat dan pernyertaan saham sebesar 50% pada PT Kreasijaya Adhikarya di Dumai, Provinsi

(6)

Riau, semakin memperkukuh daya saing Perseroan dalam mata rantai usaha sektor kelapa sawit.

Di tengah tantangan usaha yang semakin kompetitif, Perseroan berkomitmen untuk mengelola perusahaan secara inovatif, efisien dan produktif. Untuk mencapai pertumbuhan usaha yang berkelanjutan, Perseroan juga memastikan bahwa kehadirannya memberikan manfaat terbaik bagi seluruh pemangku kepentingan.

2) PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT)

Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan pangan dan energi terbarukan kelas dunia yang meningkatkan citra bangsa Indonesia.

Misi Perusahaan

Berkomitmen menghasilkan produk berkualitas ramah lingkungan dengan berpegang teguh pada tata kelola yang baik untuk mencapai kinerja unggul, mewujudkan kesejahteraan karyawan serta menjadikan masyarakat menjadi mitra setara.

Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) didirikan tanggal 16 April 1993 dengan nama PT Austindo Teguh Jaya dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1993. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Austindo Nusantara Jaya Tbk, antara lain: PT Memimpin Dengan Nurani (pengendali) (40,29%) dan PT Austindo Kencana Jaya (pengendali) (40,29%). Adapun pemegang saham pengendali lain yang memiliki jumlah kepemilikan di bawah 5%, antara lain: George Santosa Tahija (4,69%), Sjakon George Tahija (4,68%) dan Yayasan Tahija (1.500 lembar saham).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ANJT adalah bidang perdagangan dan jasa umum, pengoperasian perkebunan, pengelohan dan perdagangan produk kelapa sawit secara langsung. ANJT berhak juga untuk, antara lain, mendapatkan kesempatan usaha dan berinvestasi. Saat ini, ANJT memberikan jasa manajemen dan beroperasi sebagai perusahaan induk dari entitas

(7)

anak dan asosiasi yang beroperasi dalam industri agribisnis yaitu perkebunan kelapa sawit, pengolahan sagu, dan pengolahan tembakau serta energi terbarukan. Sebelum 2012, ANJT juga beroperasi sebagai Perusahaan induk dari entitas anak yang beroperasi dalam bidang jasa keuangan, jasa kesehatan dan bidang lainnya yang telah dijual pada tahun 2012.

Pada tanggal 01 Mei 2013, ANJT memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ANJT (IPO) kepada masyarakat sebanyak 333.350.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp1.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 Mei 2013.

3) PT Eagle High Plantation Tbk. (BWPT)

Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan produsen minyak kelapa sawit yang dinamis. Misi Perusahaan

1. Mengadopsi “Praktik Terbaik”, menggabungkan dengan integritas dan profesionalitas yang tinggi.

2. Menerapkan bisnis yang berwawasan lingkungan dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi serta memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

3. Memiliki biaya operasional yang efisien untuk meningkatkan laba bagi perusahaan dan para pemegang saham.

4. Memiliki pertumbuhan usaha yang baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.

5. Memberikan manfaat yang besar bagi Kesejahteraan masyarakat sekitar Eagle High Plantations Tbk (sebelumnya bernama BW Plantation Tbk) (BWPT) didirikan 06 Nopember 2000 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2004. Pabrik pengolahan kelapa sawit BWPT dan anak usaha berada di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Tengah, Propinsi Kalimantan

(8)

Tengah. Sedangkan perkebunan anak usaha berlokasi di Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Kotawaringin Barat, Propinsi Kalimantan Tengah; Kabupaten Kutai dan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur; dan Kabupaten Melawi, Propinsi Kalimantan Barat.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Eagle High Plantations Tbk, antara lain: PT Rajawali Capital International (34,89%) dan CS AG SG BR S/A PT Rajawali Capital International-2023334066 (30,64%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BWPT terutama meliputi bidang industri dan pertanian. BWPT dan anak usaha menjalankan kegiatan usaha meliputi pengembangan perkebunan, pertanian, perdagangan, pengolahan hasil perkebunan dan lain-lain. Produk yang dihasilkan mencakup produk hasil kelapa sawit antara lain minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dan inti sawit (kernel).

Pada tanggal 19 Oktober 2009, BWPT memperoleh pernyataan efektif dari Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BWPT (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.211.009.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp550,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Oktober 2009

(9)

4) PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan kelas dunia yang tumbuh bersama masyarakat dan dibanggakan Negara.

Misi Perusahaan

Menciptakan pertumbuhan berkelanjutan dalam industri berbasis sumber daya alam yang memberi nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan melalui tata kelola yang baik.

Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) didirikan tanggal 29 September 1980 dan memulai kegiatan komersial pada bulan April 1985.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Dharma Satya Nusantara Tbk, antara lain: PT Triputra Investindo Arya (25,05%), PT Krishna Kapital Investama (14,63%), PT Mitra Aneka Guna (8,15%), PT Tri Nur Cakrawala (7,18%), Andrianto Oetomo (5,43%) dan Arianto Oetomo (5,43%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DSNG bergerak di bidang industri perkayuan terpadu (komersial tahun 1985), industri agro, industri tanaman perkebunan (komersial tahun 2001) dan pengolahan kelapa sawit (komersial tahun 2002).

Pada tanggal 04 Juni 2013, DSNG memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DSNG (IPO) kepada masyarakat sebanyak 275.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp1.850,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juni 2013.

(10)

5) PT Golden Plantation Tbk. (GOLL)

Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan berwawasan nasional yang membangun indonesia, hebat dan sukses di perkebunan kelapa sawit yang bereputasi dan berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Misi Perusahaan

1. Menyediakan produk kelapa sawit dan turunannya yang berkualitas dan berwawasan lingkungan.

2. Menjadi perusahaan yang hebat dengan cara membangun sistim jalur ganda dalam organisasi: orang yang tepat dan sistem yang baik.

3. Membangun budaya disiplin dan sumber daya manusia pembelajar untuk memaksimalkan kekuatan karyawan dan organisasi.

4. Memiliki kekuatan seperti perusahaan multinasional namun dengan kelincahan seperti sebuah perusahaan kecil.

5. Menjunjung tinggi nilai - nilai profesionalisme dan tata kelola perusahaan yang baik.

Golden Plantation Tbk (GOLL) didirikan tanggal 5 Desember 2007. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Golden Plantation Tbk adalah Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) (78,1716%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GOLL adalah bergerak dalam bidang pertanian, yaitu terutama dibidang perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit.

Pada tanggal 11 Desember 2014, GOLL memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GOLL (IPO) kepada masyarakat sebanyak 800.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp288,- per saham disertai dengan Waran Seri I sebanyak 1.000.000.000 dengan pelaksanaan sebesar Rp288,- per saham. Setiap pemegang saham Waran berhak membeli satu saham perusahaan selama masa pelaksanaan yaitu mulai tanggal 23 Desember 2015 sampai dengan 20

(11)

Desember 2017. Saham dan waran tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Desember 2014.

6) PT Gozco Plantation Tbk. (GZCO)

Visi Perusaaan

Membuat Perusahaan kelapa sawit terbaik di dunia secara berkelanjutan Misi Perusahaan

Mengembangkan perusahaan perkebunan kelapa sawit secara mantap melalui : 1. Kapitalisasi yang mantap atas tim manajemen kebun yang profesional dan

berdedikasi

2. Memperluas area perkebunan pada lahan yang sangat cocok untuk pengembangan usaha kelapa sawit & letaknya strategis kelompok

3. Secara bertahap membangun kapasitas pengolahan & infrastruktur pendukung untuk menempatkan produk secara efisien ke dalam pasar

4. Memelihara hubungan kuat yang sudah ada dengan masyarakat sekitar dengan cara pengembangan program petani kecil kelapa sawit & pengebangan komunitas yang berkelanjutan

Gozco Plantations Tbk (dahulu PT Surya Gemilang Sentosa) (GZCO) didirikan tanggal 01 Oktober 2001. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Gozco Plantations Tbk adalah PT Golden Zaga Indonesia (28,37%), Wildwood Investment Pte., Limited (pengendali) (26,37%) dan KGI Fraser Securities Pte Ltd. Account Clients (7,84%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GZCO mencakup bidang usaha pertanian, perdagangan, perindustrian dan jasa yang berkaitan dengan agrobisnis dan agroindustri. Kegiatan usaha utama Gozco adalah pengembangan dan pengoperasian perkebunan, perdagangan dan pengolahan kelapa sawit dan minyak nabati (crude palm oil) melalui anak-anak usaha.

Pada tanggal 06 Mei 2008, GZCO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GZCO (IPO)

(12)

kepada masyarakat sebanyak 1.500.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp225,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Mei 2008.

7) PT Jaya Agra Wattie (JAWA)

Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan agribisnis terdepan yang menghasilkan produk bermutu tinggi dan bertanggungjawab secara lingkungan.

Misi Perusahaan

1. Menjadi perusahaan yang dapat dipercaya dengan komitmen yang kuat untuk memelihara lingkungan.

2. Memiliki manajemen yang sangat peduli terhadap kesejahteraan karyawan. 3. Meningkatkan nilai pemegang saham.

Jaya Agra Wattie Tbk (J.A. Wattie Tbk) (JAWA) didirikan dengan nama Handel Maatschappij James Alexander Wattie and Company Limited tanggal 20 Januari 1921 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 20 Januari 1921. saham yang memiliki 5% atau lebih saham Jaya Agra Wattie Tbk (30/09/2015), antara lain: PT Sinar Kasih Abadi (70,51%) dan RBC (Asia) Ltd-Clients A/C (5,07%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Jaya Agra Wattie Tbk meliputi bidang pembangunan, perdagangan, perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, percetakan, perbengkelan dan jasa. Saat ini kegiatan utama JAWA bergerak di bidang agribisnis, meliputi penanaman, proses pabrikasi, pengiriman, dan penjualan serta mengelola kegiatan usaha operasional dari anak perusahaan yang memiliki perkebunan-perkebunan dan pabrik-pabrik pengolahan hasil perkebunan terutama karet, kelapa sawit serta produk-produk perkebunan lainnya.

Pada tanggal 20 Mei 2011, JAWA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham JAWA (IPO)

(13)

kepada masyarakat sebanyak 1.132.405.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Mei 2011.

8) PP London Sumatera (LSIP)

Visi Perusahaan

Menjadi Perusahaan Agribisnis yang berkelanjutan dalam hal tanaman, biaya, lingkungan (3c), yang berbasis penelitian dan pengembangan.

Misi Perusahaan

Menambah Nilai bagi “Stakeholder” di Bidang Agribisnis.

Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (PP London Sumatra Indonesia Tbk / Lonsum) (LSIP) didirikan tanggal 18 Desember 1962 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1962. Induk usaha dari Lonsum adalah Salim Ivomas Pratama Tbk / SIMP, dimana SIMP memiliki 59,48% saham yang ditempatkan dan disetor penuh Lonsum, sedangkan induk usaha terakhir dari Lonsum adalah First Pacific Company Limited, Hong Kong.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan LSIP bergerak di bidang usaha perkebunan yang berlokasi di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Produk utama Lonsum adalah minyak kelapa sawit dan karet, serta kakao, teh dan benih dalam kuantitas yang lebih kecil.

Di samping mengelola perkebunannya sendiri, LSIP juga mengembangkan perkebunan di atas tanah yang dimiliki petani kecil setempat (perkebunan plasma) sesuai dengan pola perkebunan “inti-plasma” yang dipilih pada saat LSIP melakukan ekspansi perkebunan.

Pada tanggal 07 Juni 1996, LSIP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham LSIP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 38.800.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham

(14)

dengan harga penawaran Rp4.650,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 05 Juli 1996.

9) PT Multi Agro Gemilang Plantation (MAGP)

Visi perusahaan

Menjadi perusahaan perkebunan sawit yang terintegrasi dan berwawasan lingkungan serta memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Misi Perusahaan

1. Melakukan pembangunan kebun sawit secara berkelanjutan sesuai dengan ISPO / RSPO.

2. Memberikan pelatihan ketenagakerjaan dibidang industri sawit. 3. Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit.

4. Membantu pemberdayaan masyarakat sekitar melalui program CSR yang tepat sasaran dan tepat guna.

Multi Agro Gemilang Plantation Tbk (MAGP) didirikan tanggal 13 April 2005 dengan nama PT JO Perkasa Agro Technologies dan memulai kegiatan komersial pada tahun 2005. Induk usaha dan induk usaha terakhir Multi Agro Gemilang Plantation Tbk adalah PT Santika Griya Persada, berkedudukan di Jakarta – Indonesia.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Multi Agro Gemilang Plantation Tbk adalah PT Santika Griya Persada (50,00%), PT Bengkayang Nabati Indonesia (16,61%), Dana Pensiun Karyawan Panin Bank (6,67%) dan PT Multi Karang Intan Permai (5,01%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MAGP adalah mengembangkan dan mengoperasikan perkebunan kelapa sawit, pengolahan kelapa sawit dan perdagangan. Kegiatan usaha MAGP dan anak usahanya (PT Boswa Megapolis, PT Bumi Orion Sawit Subur dan PT Brent Multidaya) adalah mengembangkan perkebunan kelapa sawit, menanam (mayoritas penanaman baru

(15)

dilakukan mulai tahun 2008), memanen dan memperdagangkan “Tandan Buah Segar”.

Pada tanggal 28 Desember 2012, MAGP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MAGP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.000.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp110,- per saham disertai dengan Waran Seri I yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif sebanyak 400.000.000 dengan pelaksanaan sebesar Rp160,- per saham. Setiap pemegang saham Waran berhak membeli satu saham perusahaan selama masa pelaksanaan yaitu mulai tanggal 16 Juli 2013 sampai dengan 15 Juli 2016. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Januari 2013.

10) PT Providen Agro, Tbk. (PALM)

Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan perkebunan yang memiliki tata kelola terbaik dalam hal produktivitas, biaya, dan best practice

Misi Perusahaan

Menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham dan stakeholder :

1. Manajemen kami terdiri dari para profesional terbaik di industri ini. 2. Kami juga memperhatikan kesejahteraan karyawan

3. Dalam menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit yang bersifat labor-intensive,

4. kami berkomitmen penuh untuk menyediakan lapangan pekerjaan seluas - luasnya, serta berkontribusi dalam menyejahterakan masyarakat, terutama di sekitar lingkungan perkebunan.

Provident Agro Tbk (PALM) didirikan tanggal 26 Nopember 2006 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2006. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Provident Agro Tbk, adalah PT Saratoga Sentra

(16)

Business dan PT Provident Capital Indonesia, dengan masing-masing persentase kepemilikan sebesar 44,163% dan 44,163%. PT Saratoga Sentra Business dimiliki 99,99 oleh Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PALM meliputi usaha-usaha di bidang pertanian, perdagangan, industri, transportasi dan jasa yang berhubungan dengan agroindustri. Kegiatan utama PALM adalah bidang perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit, memproduksi minyak mentah kelapa sawit (CPO / Crude Palm Oil), inti sawit, minyak inti sawit dan produk turunan kelapa sawit lainnya.

Pada tanggal 28 September 2012, PALM memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PALM (IPO) kepada masyarakat sebanyak 659.151.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp450,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 Oktober 2012.

11) PT Sampoerna Agro, Tbk. (SGRO)

Visi Perusahaan

Menjadi sebuah perusahaan agribisnis Indonesia yang terkemuka dan bertanggung jawab

Misi perusahaan

1. Membangun tim professional dengan komitmen dan integritas tinggi yang didukung oleh karyawan terlatih dan termotivasi.

2. Mendapatkan dan mengembangkan peluang pertumbuhan yang

menguntungkan bagi bisnis utama kami dengan tetap menjaga kinerja yang efisien.

3. Menjadi yang terbaik melalui inovasi dan investasi di bidang penelitian dan pengembangan.

4. Memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.

(17)

5. Menjaga dan mempromosikan standar lingkungan terbaik dalam semua aspek pembangunan, produksi dan pengolahan.

Sampoerna Agro Tbk (SGRO) didirikan 07 Juni 1993 dengan nama PT Selapan Jaya dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Nopember 1998. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Sampoerna Agro Tbk, antara lain: Sampoerna Agri Resources Pte. Ltd (67,05%) dan PT Union Sampoerna (5,73%). Sampoerna Agri Resources Pte. Ltd. merupakan induk usaha SGRO, sedangkan induk usaha terakhir adalah Xian Investment Holding Ltd.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SGRO adalah bergerak di bidang usaha perkebunan kelapa sawit dan karet, pabrik minyak kelapa sawit, pabrik minyak inti sawit, produksi benih kelapa sawit, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (sagu dan memproduksi tepung sagu dengan merek Prima Starch) dan lainnya, yang berlokasi di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Riau. Di samping mengelola perkebunannya sendiri, Sampoerna Agro dan anak usaha tertentu juga mengembangkan perkebunan Plasma dan membina kerjasama dengan petani Plasma.

Pada tanggal 07 Juni 2007, SGRO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SGRO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 461.350.000 dengan nilai nominal Rp200,- per saham dengan harga penawaran Rp2.340,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Juni 2007.

12) PT Salim Ivomas Pratama, Tbk. (SIMP) Visi Perusahaan

Menjadi sebuah grup agribisnis reintegrasi yang terdepan, dan menjadi salah satu grup kelas dunia di bidang penelitian dan pemuliaan benih bibit agrikultural

(18)

1. Menjadi produsen dengan biaya produksi rendah melalui hasil produksi yang tinggi dan operasional yang efektif dan efisien

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, proses produksi dan teknologi secara berkesinambungan

3. Dapat melebihi harapan konsumen dengan memastikan standar kualitas tertinggi

4. Berperan sebagai perusahaan yang bertanggung jawab di dalam segala aspek pengelolaan usahanya, termasuk praktisi praktik yang sehat dan berkelanjutan

5. dalam menjaga lingkungan hidup dan sosial

6. Meningkatkan nilai bagi para pemangku kepentingan secara berkesinambungan

Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) didirikan dengan nama PT Ivomas Pratama tanggal 12 Agustus 1992 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1994. Kelompok Usaha memiliki perkebunan-perkebunan dan pabrik-pabrik di propinsi Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara.

Induk usaha dari Salim Ivomas Pratama Tbk adalah Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan Indofood Agri Resources Ltd. (IndoAgri), Singapura, dimana INDF dan IndoAgri masing-masing memiliki 6,47% dan 72,00% saham yang ditempatkan dan disetor penuh SIMP, sedangkan 60,5% saham IndoAgri secara tidak langsung dimiliki oleh INDF, jadi kepemilikan Indofood secara efektif di SIMP adalah sebesar 52,00%. Adapun induk usaha terakhir dari Salim Ivomas Pratama Tbk adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SIMP dan Entitas-entitas Anak adalah produsen minyak dan lemak nabati serta produk turunannya yang terintegrasi secara vertikal, dengan kegiatan utama mencakup pemuliaan benih kelapa sawit, mengelola dan memelihara perkebunan kelapa sawit, produksi dan penyulingan minyak kelapa sawit mentah dan minyak kelapa mentah, pengelolaan dan pemeliharaan perkebunan karet serta proses pemasaran dan

(19)

penjualan produk akhir terkait. Kelompok Usaha juga mengelola dan memelihara perkebunan tebu terpadu, kakao, kelapa dan teh, serta memproses, memasarkan dan menjual hasil-hasil perkebunan tersebut.

Merek-merek utama yang dimiliki SIMP, antara lain: untuk minyak goreng (Bimoli, Happy Salad Oil, Delima dan Mahakam) dan margarin & lemak nabati (Simas, Palmia, Simas Palmia, Amanda dan Malinda). Salim Ivomas Pratama Tbk memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), adalah Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum) (LSIP).

Pada tanggal 27 Mei 2011, SIMP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SIMP kepada masyarakat sebanyak 3.163.260.000 dengan nilai nominal Rp200,- per saham saham dengan harga penawaran Rp1.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09 Juni 2011.

13) PT. Sinarmas Agro Resources, Tbk. (SMAR) Visi

menjadi yang terbaik

Untuk menjadi perusahaan terbesar konsumen berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan paling menguntungkan

Misi Perusahaan

1. Melebihi standar kualitas tertinggi

2. Mempertahankan tingkat tertinggi keberlanjutan dan integritas 3. Memberdayakan masyarakat dan komunitas

4. Trend pengaturan inovasi dan teknologi

5. Mencapai nilai maksimal bagi pemegang saham

Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk atau dikenal dengan nama SMART Tbk (SMAR) didirikan 18 Juni 1962 dengan nama PT Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1962. Pabrik dan kebun SMAR serta anak usaha berlokasi di Sumatra Utara,

(20)

Jambi, Riau, Bangka, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, adapun pabrik pengolahannya berlokasi di Surabaya, Medan, Tarjun dan Jakarta.

Induk usaha Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk adalah PT Purimas Sasmita, dengan memiliki 97,20% saham SMAR. Sedangkan induk usaha terakhir dari SMAR adalah Golden Agri-Resources Ltd. (GAR), Perusahaan Publik di Singapore Exchange.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SMAR dan entitas anak meliputi pengembangan perkebunan, pertanian, perdagangan, pengolahan hasil perkebunan, serta bidang jasa pengelolaan dan penelitian yang berhubungan dengan usaha. Hasil produksi SMAR dan entitas anak meliputi hasil olahan kelapa sawit antara lain minyak goreng, lemak nabati dan margarin serta minyak kelapa sawit (CPO), inti sawit (PK), minyak inti sawit (PKO), cocoa butter substitute (CBS), fatty acids, glycerine, sabun dan produk kemasan seperti botol dan tutup botol.

Merek-merek yang dimiliki Smart, antara lain: minyak goreng (Filma, Kunci Mas dan mitra), margarine (Palmboom, Menara eifel, Palmvita dan Mitra), mentega (Delicio White, Palmvita dan Menara eifel), specialty fats dan ice cream fats (Delicio coating fat dan Delicio toffee fat), frying fats (Good Fry), butter oil substitute (palmboom dan palmvita), cacoa butter substitute (i-soc dan delicoa 38). Pada tahun 1992, SMAR memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SMAR (IPO) kepada masyarakat sebanyak 30.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp3.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Nopember 1992.

14) PT. Sawit Sumbermas Sarana, Tbk. (SSMS) Visi Perusahaan

(21)

Misi Perusahaan

1. Membangun bisnis perkebunan secara profesional

2. Meningkatkan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan 3. Melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang sempurna 4. Menggunakan teknologi maju ramah lingkungan

5. Mengembangkan sumber daya manusia & potensi daerah dalam semangat kemitraan.

Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) didirikan tanggal 22 November 1995 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2005. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Sawit Sumbermas Sarana Tbk adalah PT Citra Borneo Indah (26,46%), PT Prima Sawit Borneo (13,65%), PT Putra Borneo Agro Lestari (13,65%), PT Mandiri Indah Lestari (13,65%), Falcon Private Bank Ltd (8,43%) dan Jemmy Adriyanor (6,55%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SSMS adalah adalah pertanian, perdagangan, dan industri. Kegiatan utama Sawit Sumbermas Sarana adalah bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit yang memproduksi minyak kelapa sawit (crude palm oil), inti sawit (palm kernel) dan minyak inti sawit (palm kernel oil).

Pada tanggal 29 Nopember 2013, SSMS memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SSMS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.500.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp670,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Desember 2013.

15) PT Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA) Visi Perusahaan

Menjadi produsen minyak goreng nabati dan turunannya yang terintegrasi penuh dengan biaya produksi yang rendah dan ramah lingkungan.

(22)

Misi Perusahaan

1. Mencari dan mengembangkan peluang pertumbuhan yang terintegrasi di bisnis inti kami dengan tetap menjaga pengeluaran biaya yang terkontrol. 2. Ikut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar

bisnis unit.

3. Menjaga dan mempromosikan standar lingkungan hidup yang baku di dalam segala aspek pengembangan, produksi serta pengolahan dengan menerapkan standar GMP dan GAP.

4. Mengembangkan tim manajemen yang professional yang berintegritas tinggi dan didukung oleh sumber daya manusia yang terampil dan termotivasi.

Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) didirikan tanggal 22 Desember 1973. Pabrik berlokasi di Lampung, Surabaya, Tangerang, Palembang dan Kuala Enok, dengan perkebunan yang terletak di Terbanggi Besar – Lampung Tengah dan Banyuasin – Sumatera Selatan.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham TBLA, antara lain: PT Budi Delta Swakarya (27,80%) dan PT Sungai Budi (26,49%). TBLA tergabung dalam kelompok usaha PT Sungai Budi.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TBLA terutama meliputi bidang pertanian, industri, perdagangan, pembangunan, jasa dan pengangkutan. Kegiatan usaha utama TBLA, antara lain bergerak dalam bidang produksi meliputi: minyak goreng sawit, minyak goreng kelapa, minyak kelapa, minyak sawit (Crude Palm Oil atau CPO), margarin, mentega, gula dan lemak yang dapat dimakan, sabun, bahan pembersih dan komestika; dan bidang perkebunan antara lain: kelapa sawit, nanas, jeruk, kelapa hibrida dan tebu).

Produk-produk yang dihasilkan TBLA dipasarkan dengan etiket merek (trademark etiquette / drawing), yakni: Kompas, Gunung Agung, Bumi Waras (B.W.), Rossy, Burung Merak, Tawon, Segar dan Rose Brand.

Pada tanggal 31 Desember 1999, TBLA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TBLA sebanyak 140.385.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga

(23)

penawaran Rp2.200 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 Februari 2000

Pada tahun 2006, TBLA melaksanakan Penawaran Umum Terbatas I (PUT I / Right Issue I) kepada Pemegang Saham dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) untuk membeli saham baru dengan ratio setiap pemegang 3 saham lama berhak atas 6 HMETD untuk membeli 6 saham baru, dimana pada setiap 6 Saham baru melekat 1 Waran Seri I yang diberikan secara cuma-cuma dengan nilai nominal sebesar Rp 125 per saham yang akan ditawarkan dengan Harga Pelaksanaan Rp 125 per saham. Waran Seri I yang diterbitkan sebagai insentif bagi para pemegang saham tersebut mempunyai jangka waktu 5 tahun dengan masa pelaksanaan yaitu mulai tanggal 15 Januari 2007 sampai dengan 13 Juli 2011.

16) PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. (UNSP)

Visi Perusahaan

Menjadi Perusahaan Agrobisnis Terintregasi Nomor Satu dan Paling Dikagumi di Indonesia.

Misi Perusahaan

Mengembangkan dan Menjaga Kesinambungan kesejahteraan Komunitas dengan Melakukan Ekstraksi Penciptaan Nilai Optimal melalui Kegiatan Operasional yang ramah Lingkungan dan memanfaatkan Keahlian Kunci dalam Operasi Multi Tanaman dan Operasi Global.

Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) didirikan di Indonesia pada tahun 1911 dengan nama “NV Hollandsch Amerikanse Plantage Maatschappij” dan telah beroperasi komersial sejak tahun 1911. perkebunan dan pabriknya berlokasi di Jl. H. Juanda, Kisaran 21202, Kab. Asahan, Sumatera Utara.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bakrie Sumatera Plantations Tbk adalah Haiyanto (6,61%).

(24)

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha kegiatan UNSP meliputi bidang perkebunan, pengolahan, perdagangan dan pengangkutan hasil tanaman dan produk industri, serta pabrik kertas. Saat ini, UNSP bergerak di bidang perkebunan, pengolahan dan perdagangan hasil tanaman dan industri dengan produk utama Karet (Rubber), Palm Oil dan Palm Kernel.

Pada tanggal 6 Januari 1990, UNSP memperoleh ijin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham UNSP kepada masyarakat sebanyak 11.100.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham melalui bursa saham di Indonesia dengan harga penawaran Rp10.700,- per saham.

Pada tanggal 29 Agustus 2007, Perusahaan melakukan Penawaran Umum Terbatas II dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 1.456.875.000 lembar saham dan disertai dengan 364.218.750 waran I yang melekat pada saham yang dikeluarkan dan yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi pemegang saham dengan harga pelaksanaan waran Rp1.375,-. Harga penawaran umum terbatas II tersebut di atas adalah sebesar Rp1Rp1.375,-.100,- per saham.

Pada tanggal 2 Pebruari 2010, Perusahaan melakukan Penawaran Umum Terbatas III dengan HMETD sebanyak 9.454.742.337 lembar saham dan disertai dengan 630.316.155 waran seri II yang melekat pada saham yang dikeluarkan dan yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi pemegang saham dengan harga pelaksanaan waran Rp530,-. Harga penawaran umum terbatas III tersebut di atas adalah sebesar Rp525,- per saham.

2.2. Sumber Daya

Saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit mentah (Crude palm oil, CPO) terbesar di dunia. Pada 2012, luas lahan perkebunan sebesar 9 juta hektar, dengan produksi CPO 24 juta ton per tahun, dengan komposisi 5 juta ton dikonsumsi di dalam negeri, sementara 80% sisanya di ekspor (Deptan, 2014). Industri kelapa sawit sangat pantas dikembangkan karena menciptakan sekitar 4

(25)

juta kesempatan kerja (pro-job), serta mendukung pembangunan daerah dan pengentasan kemiskinan, terutama di daerah pedesaan Luar Jawa (pro poor). Selain itu, mayoritas perkebunan kelapa sawit ditanam di kawasan hutan left-over/bekas HPH (pro-environment), seta nilai ekspor CPO dan produk CPO berkontribusi cukup signifikan terhadap pendapatan ekspor, yaitu sekitar USD 20 miliar (sekitar 10% dari pendapatan ekspor total), terbesar kedua setelah minyak dan gas (pro-growth). CPO digunakan untuk bahan baku industri pangan sebesar 80-85% dan industry nonpangan sebesar 15-20%. Pertumbuhan konsumsi minyak sawit dalam negeri adalah sekitar 5,5%/tahun. (Indonesia Investment, 2016)

Industri kelapa sawit memiliki prospek yang baik karena memiliki daya saing sebagai industri minyak nabati.Sawit adalah salah satu sumber yang paling kompetitif di dunia untuk biofuels, dan aplikasi teknis dan yang paling penting adalah sebagai sumber makanan. Pengembangan produk kelapa sawit diperoleh dari produk utama, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, dan produk sampingan yang berasal dari limbah. Beberapa produk yang dihasilkan dari pengembangan minyak sawit diantaranya adalah minyak goreng, produk-produk oleokimia, seperti fatty acid, fatty alkohol, glycerine, metalic soap, stearic acid, methyl ester, dan stearin. Perkembangan industri oleokimia dasar merangsang pertumbuhan industri barang konsumen seperti deterjen, sabun dan kosmetika. Sedangkan produk-produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah diantaranya adalah pupuk organik, kompos dan kalium serta serat yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit, arang aktif dari tempurung buah, pulp kertas yang berasal dari batang dan tandan sawit, perabot dan papan partikel dari batang, dan pakan ternak dari batang dan pelepah, serta pupuk organik dari limbah cair dari proses produksi minyak sawit. Diperkirakan pada 2030 akan dibutuhkan lebih banyak produksi makanan untuk memberi makan penduduk dunia yang semakin meningkat. Berdasarkan perhitungan konservatif, pada tahun itu dunia akan mengkonsumsi 48 juta MT lebih minyak untuk penggunaan makanan, sehingga dibutuhkan peningkatan sebesar 30 juta MT yang harus dipenuhi dalam 20 tahun. Indonesia seharusnya dapat berperan besar dalam menangkap peluang ini.

(26)

2.3. Tantangan Bisnis

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) global pada 2016 akan mencapai US$600/metrik ton pada kuartal pertama. Namun, Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan menggarisbawahi bahwa sampai saat ini kecenderungan harga CPO dunia masih menurun. "Banyak spekulasi berkembang penyebab utama dari harga yang sulit terkerek disebabkan jatuhnya harga minyak mentah dunia yang saat ini sudah menyentuh level US$30/barel,"

Fadhil melanjutkan harga minyak yang jatuh sedemikian rendah tentunya membawa implikasi kepada politik, industri dan perusahaan. Dalam keadaan demikian pemerintah sudah sepatutnya untuk meninjau kembali orientasi kebijakan ekonomi makro, apakah subsidi biodiesel masih relevan atau justru sebaliknya meningkatkan ekspor minyak sawit untuk meningkatkan devisa sehingga memperkuat posisi Indonesia.

Secara garis besar, Gapki memetakan tantangan industri kelapa sawit pada tahun ini ke dalam 4 kelompok. Pertama, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit diharapkan segera merealisasikan program kerjanya untuk membantu riset dan penanaman ulang kebun rakyat. Kedua,Gapki mendukung pemerintah membentuk badan restorasi gambut. Badan yang dibentuk ini harus fokus melakukan rehabilitasi gambut yang rusak terutama di kawasan hutan danopen access. Sementara itu, kepada perusahaan diberikan kewenangan untuk mengelola gambut lebih baik. Gapki juga mendorong Badan Restorasi Gambut bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk sektor usaha pemegang konsesi. Ketiga, inisiatif DPR untuk membuat Undang-Undang Perkelapawitan menjadi kekhawatiran industri untuk mengadakan komunikasi dengan kementerian dan DPR supaya menghasilkan undang-undang yang menciptakan iklim industri yang baik bagi petani maupun pengusaha. Keempat, meningkatkan kerja sama dengan negara-negara pengimpor minyak sawit seperti India, China, Pakistan dan negara-negara-negara-negara Eropa.

(27)

Tidak ada yang memungkiri saat ini minyak sawit telah menjadi komoditas penting dunia. Minyak sawit dapat diproduksi menjadi produk pangan dan non pangan. Turunan minyak sawit dapat digunakan untuk memproduksi margarin, sereal, bubuk pembersih, sabun, kosmetik dan kebutuhan lainnya.

Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Indonesia menduduki urutan pertama pengekspor minyak kelapa sawit sebesar 44%. Pada tahun 2014, Indonesia memproduksi 33,5 juta ton minyak sawit, yang menghasilkan USD 18,9 miliar dari pendapatan ekspor. (GAPKI, 2016)

Menurut data GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), total ekspor Indonesia pada tahun 2015 untuk minyak sawit dan produk turunannya mencapai 26,40 juta ton. Angka tersebut naik apabila dibandingkan dengan total ekspor Indonesia tahun 2014 yang mencapai 21,76 juta ton.

Komoditas minyak sawit merupakan komoditas yang melibatkan investasi dan perdagangan. Investasi global ditandai dengan eksploitasi sumber daya alam dalam komoditas perdagangan ini dan penciptaan rantai konsumsi. Di sisi lain, industri kelapa sawit Indonesia banyak dikritisi karena dituding memiliki dampak negatif, terutama dampak lingkungan hidup dan dampak pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Dampak lingkungan hidup yang sering disebut adalah permasalahan kebakaran lahan yang diakibatkan oleh pembukaan kebun sawit. Hilang dan rusaknya kawasan tutupan hutan, terancamnya keragaman hayati hingga timbulnya masalah kesehatan akibat dampak kabut asap kebakaran lahan. Dampak lanjutannya adalah potensi banjir ataupun longsor akibat hilangnya kawasan hutan penyangga.

Dampak pelanggaran HAM sawit timbul dari munculnya persoalan hak penguasaan lahan, yaitu masalah klaim lahan masyarakat ulayat oleh pihak industri atau pengusaha sawit atau bahkan negara. Masa pasca reformasi tahun 1998 pun, permasalahan lahan ulayat tidak menjadi surut malah semakin kompleks. Lahan-lahan ini terfragmentasi dalam bentuk perkebunan negara, Lahan-lahan pertanian, Lahan-lahan masyarakat adat, serta garapan-garapan rakyat

(28)

Pada era pelaksanaan otonomi daerah, PP No.60 Tahun 2012 yang merupakan revisi atas PP No.10 Tahun 2010 mengenai Tata Cara Perubahan Peruntukkan dan Fungsi Kawasan Hutan, serta PP No.61 Tahun 2012 mengenai perubahan PP No.24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan dianggap berpengaruh terhadap meluasnya pembukaan lahan perkebunan sawit secara masif serta mendorong ilegalitas penggunaan kawasan hutan. (GAPKI, 2016)

Lemahnya konsistensi implementasi hukum ini menimbulkan dampak negatif bagi operasi industri sawit. Hal ini dilihat dapat menguntungkan bagi kalangan pengusaha lokal maupun asing untuk memasuki industri ini dengan memanfaatkan celah yang ada.

Di tingkat internasional, dorongan memperkuat tata kelola lahan dan hutan untuk menuju ekonomi hijau menjadi persyaratan pembangunan ekonomi, termasuk upaya untuk mengurangi emisi karbon dari pembukaan lahan hutan dan deforestasi.

Seperti dijelaskan dalam skema RETRAC (Resources Trade Cycle Analysis), sebuah komoditas melibatkan sistem yang kompleks serta melibatkan aktor seperti pemerintah suatu negara, komunitas pemerintahan internasional, NGO (Non Governmental Organization), perusahaan, lembaga perdagangan, lembaga keuangan, dan bank.

Hal ini berlaku pula bagi industri sawit. Tantangan ini memunculkan respon dari kalangan pelaku sawit, yang meliputi produsen (pekebun), pembeli minyak sawit, financier, pengolah hingga industri manufaktur yang terlibat dalam bisnis ini. Aktor lainnya, NGO, membidik target strategis kepada kebijakan pemerintah ataupun perusahaan terkait pengaruh terhadap lingkungan hidup dan sosial.

Para pihak ini pun lalu mencoba merumuskan model bisnis yang paling pas untuk ‘menurunkan kegaduhan’ dari dampak perkebunan sawit, yang dirumuskan dalam aturan main yang perlu diikuti oleh para pemain kunci.

Rantai konsumsi yang ada menuntut kredibilitas produk yang dihasilkan, sesuai dengan standard dan skema sertifikasi yang dibentuk dan diakui oleh komunitas internasional. Selanjutnya, skema tersebut perlu didukung kekuatan peraturan yang merupakan kebijakan pemerintah.

(29)

Sebuah forum yang bernama Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) didirikan tahun 2004 oleh para pemangku kepentingan sawit, sebagai respon yang muncul dari tantangan industri sawit lewat kewajiban pemberlakuan minyak sawit berkelanjutan yang bermula dari pasar Eropa.

Pemberlakuan 100 persen minyak sawit berkelanjutan bermula di Belanda, yang kemudian diikuti oleh Belgia, Inggris, Perancis dan Jerman sebagai bentuk implementasi komitmen nasional. Standard RSPO yang diterapkan di negara-negara Eropa tersebut, kemudian diikuti menjadi standard umum yang harus diterima di komunitas internasional.

Menurut RSPO produksi sawit berkelanjutan perlu berpedoman pada people, planet dan profit yang tercantum dalam Prinsip dan Kriteria. RSPO merupakan inisiatif bisnis di mana para anggotanya secara sukarela mengikatkan diri pada mekanisme yang ada pada RSPO.

SPO menunjukkan keberpihakan kepada hak masyarakat adat/lokal lewat pemberlakuan prinsip free, prior, and informed consent yang mengharuskan penerapan peta yang menunjukkan hak masyarakat adat yang diakui para pihak dan melalui proses pemetaan partisipatif yang melibatkan seluruh pihak. Selain itu, RSPO menekankan standard nilai konservasi tinggi (high conservation value).

Keberadaan RSPO tak lepas sebagai bentuk respon, integrasi dan strategi politik adaptif industri untuk menjawab tantangan global. Termasuk menjawab keputusan politik Parlemen Uni Eropa (UE) akan barang konsumsi yang dapat dibeli dan dihindari sebagai politik transnasional ‘minyak sawit’. Dalam tiga tahun pertama berdirinya RSPO, lebih dari 13 persen produksi kelapa sawit dunia telah disertifikasi.

Bagi Indonesia sendiri, UE merupakan mitra strategis untuk mendapatkan pangsa pasar minyak sawit yang tinggi. Berdasarkan data GAPKI, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke negara-negara Uni Eropa mencapai 4,23 juta ton dan terdapat kenaikan sekitar 2,6 persen dibandingkan ekspor tahun 2014

(30)

2.4. Proses/Kegiatan Fungsi Bisnis

Pengolahan kelapa sawit menghasilkan banyak produk yang dapat dimanfaatkan. Buah kelapa sawit dalam pengolahannya menghasilkan dua jenis minyak yaitu minyak yang berasal dari daging buah (mesocarp) berwarna merah dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti kelapa sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Selain minyak, buah kelapa sawit juga menghasilkan padatan berupa sabut, cangkang (tempurung), dan tandan buah kosong kelapa sawit. Bahan padatan ini dapat dimanfaatkan untuk sumber energi, pupuk (kompos), makanan ternak, dan bahan untuk industri.

Sumber : Deptan 2014

Gambar 2.1 Alur Industri Perkebunan Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit tersusun atas asam lemak tak jenuh dan asam lemak jenuh. Minyak kelapa sawit juga mengandung beta karoten atau pro-vitamin A,

(31)

antioksidan, dan pro-vitamin E (tokoferol dan tokotrienol) yang sangat diperlukan dalam proses metabolisme dan untuk kesehatan tubuh manusia.

Produk kelapa sawit dapat dikelompokkan menjadi jenis bahan makanan (oleofood), bahan non makanan (oleochemical), serta bahan kosmetika dan farmasi. Minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan pangan diperoleh melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenisasi. Umumnya CPO sebagian besar difraksinasi sehingga menghasilkan fraksi olein (cair) dan fraksi sterain (padat). Fraksi olein digunakan untuk bahan pangan, sedangkan fraksi sterain untuk keperluan non pangan. Bahan pangan dengan bahan baku olein antara lain minyak goreng, mentega (margarine), lemak untuk masak (shortening) bahan pengisi (adatif), industri makanan ringan, dan sebagainya

Minyak kelapa sawit sebagai bahan bukan pangan dapat dipakai untuk bahan industri berat maupun ringan. Pada industri berat antara lain untuk industri penyamakan kulit agar menjadi lembut dan fleksibel, industri tekstil sebagai minyak pelumas yang tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi, industri perak sebagai bahan flotasi pada pemisahan bijih tembaga dan cobalt. Sedangkan pada industri ringan yaitu bahan baku sabun, deterjen, semir sepatu, lilin, tinta cetak, dan sebagainya.

Dalam industri farmasi dan kosmetik, minyak kelapa sawit dipakai untuk pembuatan shampo, krim, minyak rambut, sabun cair, lipstik, dan sebagainya. Penggunaan tersebut disebabkan sifat minyak kelapa sawit yang mudah diabsorbsi kulit.

Gambar

Gambar 2.1 Alur Industri Perkebunan Kelapa Sawit

Referensi

Dokumen terkait

LU UQ QM MA AN N F FA AIIS SA AL L S SH HIID DQ QII NP N PM M.. Pena Penamatan Pan$ matan Pan$an *an Berat.. Anat) Anat)mi mi Ikan Ikan Belana Belanak.... Pen6er Pen6ernaan

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PELAKSANA PESTA PADUAN SUARA GEREJAWI (PESPARAWI) NASIONAL XI TAHUN 2015 DI KOTA AMBON4. KESATU : Membentuk

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada saat ini juga belum memiliki data kebutuhan peralatan yang memadai terutama pada daerah rawan bencana, maka perlu untuk

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah menganalisis perencanaan sistem transmisi serat optik CWDM Jaringan Universitas Indonesia Terpadu (JUITA) berdasarkan hasil

optimum dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai bursting strength yaitu pada kecepatan mesin 178 m/menit dan suhu mesin 174,9°C. Level optimum

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, algoritma genetika (AG) akan digunakan untuk mencari rule baru dari sekumpulan data training yang tergolong (tercakup)

Guru menyampaikan apresepsi dengan menampikan dua (2) gambar selanjutnya meminta peserta didik menyampaikan pendapat mereka terkait dua gambar yang diamati untuk mengetahui

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan untuk mendeskripsikan, menggambarkan atau melukiskan secara