• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 5 TAHUN 2000 SERI: B NO.: 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 5 TAHUN 2000 SERI: B NO.: 1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 5 TAHUN 2000 SERI: B NO.: 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 5 TAHUN 2000

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BATANG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan, diperlukan upaya-upaya, terpadu, terencana dan terarah dari Pemerintah Daerah dan peran serta masyarakat, maka perlu penyesuaian dan pembaharuan Retribusi Pelayanan Kesehatan dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan;

b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 3 Tahun 1987 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Pusat Kesehatan Masyarakat Dalam Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 10 Tahun 1994 Nomor 10 Seri B) dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 15 Seri B) tidak sesuai lagi dengan perkembangan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Retribusi Daerah. sehingga perlu disusun Peraturan Daerah baru;

(2)

c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b perlu diatur dengan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068);

2. Undang-undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 156; Tambahan Lembaran Negara Nomor 2104); 3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga

Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2576);

4. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2757);

5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Paj ak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);

8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan Kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3381);

(3)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692);

13. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 48/Menkes/SKP/II/1988 dan Nomor 10 Tahun 1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan Kepada Daerah;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 1997 tentang Prosedur Pengesahan Peraturan Daerah, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 82/MEN.KES/ SKIVI/1997 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah; 19. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun

1998 tentang Ruang Lingkap dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 6 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Tahun 1988 Nomor 1);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II , Batang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Tahun 1995 Nomor 9);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Baiang Nomor 22 Tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerj a Pusat Kesehatan masyarakat Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Tahun 1995 Nomor 9);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 10 Tahun 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Tahun 1998 Nomor 14);

(4)

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG MEMUTUSKAN :

-Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN. BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 a. Daerah adalah Kabupaten Batang;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Batang; c. Kepala Daerah adalah Bupati Batang;

d. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan Daerah yang berlaku;

e. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya;

f. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan atau pelayanan kesehatan lainnya;

g. Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal di rawat inap;

h. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur; .

i. Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah/menanggulangi resiko kematian atau cacat;

j. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya dapat disingkat RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang;

k. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya dapat disingkat Puskesmas adalah instansi kesehatan Daerah yang mempunyai kunjungan rawat jalan dan atau rawat inap;

l. Puskesmas Keliling adalah pelayanan kesehatan oleh Puskesmas dengan mempergunakan kendaraan roda 4 (empat), Kendaraan roda 2 (dua) atau transportasi lainnya di lokasi yang jauh dari sarana pelayanan yang ada; m. Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) adalah pelayanan kepada pasien

(5)

kesehatan lainnya dan menempati tempat tidur selama kurang dari 1 (satu) hari;

n. Pelayanan Medik adalah pelayanan terhadap pasien yang dilaksanakan , oleh tenaga medik;

o: Pelayanan Non Medik adalah pelayanan terhadap pasien yang dilaksanakan oleh selain tenaga medik;

p. Tindakan Medik Operatif adalah tindakan pembedahan yang menggunakan pembiusan umum, pembiusan lokal atau tanpa pembiusan;

v. Pelayanan Konsultasi khusus adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi psikologi, gizi dan konsultasi lainnya;

r. Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan untuk menunjang penegakan diagnostik dan terapi;

s. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Rehabilitasi Mental pelayanan yang diberikan oleh Unit Rehabilitasi Medik dalam bentuk pelayanan fisioterapi, terapi okupasional, terapi wieara, ortotik/prostetik, bimbingan sosial medik dan jawa psikologi rehabilitasi lainnya;

t. Pelayanan Medik Gigi dan Mulut adalah pelayanan paripurna meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan yang selaras dan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut pada pasien di Rumah Sakit;

u. Pelayanan Penunjang Non Medik adalah pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit yang secara tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medik;Tindak Medik Non Operatif adalah tindakan tanpa pembedahan;

w. Pelayanan Medco-Legal adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kepentingan hukum; .

x. Pemulasaran/Perawatan Jenazah adalah kegiatan yang meliputi perawatan jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan oleh Rumah Sakit untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pemakaman dan kepentingan proses peradilan;

y. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan di Rumah Sakit yang dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atas jasa sarana dan jasa pelayanan yang diterima;

z. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi;

aa. Jasa Sarana adalah imbalan yang diterima oleh Rumah Sakit atas pemakaian sarana, fasilitas Rumah Sakit, bahan, obat-obatan, bahan kimia dan alat kesehatan habis pakai yang digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi;

ab. Akomodasi adalah penggunaan fasilitas Rawat Inap termasuk makan di Rumah Sakit;

ac. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan; ad. Retribusi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya dapat disebut retribusi

(6)

Pengobatan, Puskesmas Keliling, Rumah Sakit Umum Daerah, tidak termasuk pelayanan pendaftaran;

ae. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

af. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan wajib sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;

ag. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

ah. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan;

ai. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang;

aj. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

ak. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi;

al. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi- berdasarkan Peraturan

Perundang-undangan Retribusi Daerah;

am. Penyidikan. Tindak Pidana di Bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang di bidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tesangkanya;

BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan di Puskesmas/Balai Pengobatan, Puskesmas Keliling dan RSUD.

(7)

(1) Obyek Retribusi adalah pelayanan kesehatan yang meliputi : a. Pelayanan kesehatan di PuskesmaslBalai Pengobatan; b. Pelayanan kesehatan pada Puskesmas Keliling;

c. Pelayanan kesehatan di RSUD. (2) Tidak termasuk objek Retribusi adalah : a. Pelayanan pendaftaran;

b. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah selain yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dan pihak swasta;

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari Puskesmas Balai Pengobatan, Puskesmas Keliling, dan atau RSUD.

BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retibusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekuensi pelayanan kesehatan, jenis pelayanan dan kelas layanan.

BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk menutup biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang besarnya diperhitungkan atas dasar Unit Cost (Satuan Biaya) dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip pelayanan kesehatan setempat lainnya, kebijaksaan subsidi silang dan aspek keadilan.

(2) Komponen tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan yang digunakan untuk menghitung besarnya Unit Cost dimaksud ayat (1) Pasal ini, meliputi biaya :

(8)

a. Investasi;

b. Pelayanan medik, penunjang medik dan non medik; c. Pengobatan;

d. Penginapan dan konsumsi; e. Pengadaan kartu/catatan pasien; f. Operasional dan pemeliharaan.

Pasal 8

(1) Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan dikelompokkan menjadi pelayanan : a Rawat Jalan;

b. Rawat Darurat; c. Rawat Inap; d. Rawat Intensif.

(2) Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan dimaksud ayat (1) Pasal ini, berdasarkan jenis pelayanan terdiri dari :

a. Pelayanan Medik/Tindakan Medik; b. Pelayanan Kebidanan;

c. Pelayanan Penunjang Medik;

d. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Mental; e. Pelayanan Gigi dan Mulut;

f. Pelayanan Farmakoklinik/Farmasi; g. Pelayanan Penunjang Non Medik; h. Pelayanan Konsultatif Khusus;

i: Pelayanan Pemulasaran/Perawatan Jenazah; j. Pelayanan Lain-lain.

(3) Pelayanan medik, penunjang medik dan pelayanan kesehatan lainnya dimaksud ayat (2) pasal ini, diklasifikasikan menjadi :

a. Pelayanan Sederhana; b. Pelayanan Kecii; c. Pelayanan Sedang; d. Pelayanan Besar; e. Pelayanan Canggih; f. Pelayanan Khusus;

(4) Besarnya Tarif Pelayanan Kesehatan dimaksud ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) pasal ini, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, II dan III Peraturan Daerah ini.

(9)

(5) Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (4) Pasal ini, meliputi Jasa Sarana dan Jasa Pelayanan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pelayanan.

Pasal 9

(1) Kelas Perawatan di Rumah Sakit ditetapkan sebagai berikut : a. Kelas 111 8;

b. Kelas III A; c. Kelas II; d. Kelas I; e. Kelas Utama;

(2) Rawat Inap di Puskesmas tidak ditetapkan berdasarkan kelas perawatan. (3) Standar fasilitas masing-masing kelas perawatan dimaksud Ayat (1) Pasal

ini ditetapkan oleh Direktur dengan berpedoman kepada Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan.

Pasal 10

(1) Biaya Pemeriksaan Penunjang Medik, Tindakan Medik dan Terapi, Tindakan Medik dan Radioterapi; Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Farmakoklinik/Farmasi/Obat serta pelayanan klainnya apabila ada, dibayar tersendiri oleh pasien sesuai tarif pelayanan sejenis dengan ketentuan : a. Pelayanan Rawat Jalan :

1. Pasien Rujukan sebesar Tarif Rawat Inap Kelas III A;

2. Pasien Tanpa Rujukan dan Pasien Rujukan Swasta sebesar Tarif Rawat Inap Kelas II;

b. Pasien Rawat Darurat sebesar tarif Pelayanan sejenis untuk Rawat Inap Kelas II;

c. Pasien Rawat Inap sebesar Tarif Pelayanan sejenis dengan Kelas Perawatannya;

d. Pasien Rawat Intensif sebesar Tarif Pelayanan sejenis dengan Kelas Perawatannya;

(2) Tarif Retribusi Rawat Inap Sehari ( One Day Care ) di Rumah Sakit ditetapkan sebesar Tarif Retribusi Rawat Inap Kelas II;

(10)

BAB VI WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 11

yang terutang dipungut di Wiiayah Daerah tempat pelayanan diberikan. BAB VII TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 12

1. pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

2. retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang bersamakan, dan SKRDKBT.

BAB VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 13

hat Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang dalam pembayaran, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih menggunakan STRD.

BAB IX TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 14

(1) Pembayaran Retribusi Pelayanan Kesehatan yang terutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Tata Cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Kepala Daerah.

BAB X TATA CARA PENAGIHAN Pasal 15

(1) Pelaksanaan penagihan Retribusi Daerah diawali dengan pengeluaran Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi Daerah dikeluarkan segera 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/ Peringatan/Surat lain, Wajib Retribusi Daerah harus melunasi Retribusi Daerah yang terutang.

(11)

(3) Surat Teguran sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.

BAB XI KEBERATAN Pasal 16

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan seem tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan-alasan yang jelas:

(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 17

(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besamya retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XII PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 18

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Kepala Daerah.

(12)

(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 19

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Kepala Daerah dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. nama dan alamat Wajib Retribusi; b. masa retribusi;

c. besarnya kelebihan pembayaran; d. alasan yang singkat dan jelas;

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Kepala Daerah.

Pasal 20

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4), pembayarannya dilakukan dengan cara memindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

(13)

BAB XIII PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 21

(1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi antara lain, untuk mengangsur.

(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan kepada masyarakat yang ditimpa bencana alam dan atau kerusuhan.

(4) Tata Cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Kepala Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

penggunaan dari bagian-bagian tertentu dari aset tersebut yang cukup besar. 2) Reparasi besar yang menambah umur manfaat aset tetap Pengeluaran untuk. reparasi ini adalah

Tahun 2OO7 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Bengkulu tentang Pengangkatan dan Pemberhentian

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Ners ini dengan judul “ Analisis

Anda yang dibebaskan untuk memutuskan, mahasiswa mana yang akan meminjam buku apa, status peminjam, jika NIM tidak diberikan, berarti orang tersebut adalah non-mahasiswa

Koefisien regresi variabel Kepuasan (X1) terhadap loyalitas konsumen produk lampu hemat energi pada masyarakat Bengkulu diperoleh sebesar 0,093 dengan

Dari data ekonomi sendiri, dirilis data inflasi Juni 2017 yang tumbuh sebesar 0.69% yang dimana meskipun diatas prediksi pemerintah akan tetapi untuk semester

Peralatan P3K dan cara penggunaannya Disajikan wacana tentang P3K, peserta didik dapat menjelaskan pengertian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dengan benar C2

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel leverage, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap nilai perusahaan pada perusahaan barang konsumsi