• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMPRAKTIKKAN SENAM LANTAI GULING DEPAN MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN. Ngadiyanto SD Negeri 02 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMPRAKTIKKAN SENAM LANTAI GULING DEPAN MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN. Ngadiyanto SD Negeri 02 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

26 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 1 (2016) Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 1, Januari 2016

ISSN 2087-3557

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMPRAKTIKKAN

SENAM LANTAI GULING DEPAN MELALUI

PENDEKATAN PERMAINAN

Ngadiyanto

SD Negeri 02 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mempraktikkan senam lantai guling depan melalui pendekatan permainan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD yang berjumlah 30 siswa. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, setiap siklusnya meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data berupa teknik tes dan teknik non tes (observasi dan dokumentasi). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Hasil dari penelitian yaitu pendekatan permainan dapat meningkatkan kemampuan mempraktikkan senam lantai guling depan.

©2016 Didaktikum

Kata Kunci: Guling depan; Permainan; Senam

PENDAHULUAN

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui Pendidikan Jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan beraktivitas.

Senam adalah salah satu bagian dari Pendidikan Jasmani, senam sebagai suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Aktivitas senam lantai lebih banyak menggunakan gerakan seluruh bagian tubuh baik untuk aktivitas senam itu sendiri maupun untuk cabang aktivitas lainnya. Itulah sebabnya aktivitas senam ini dikatakan sebagai aktivitas dasar dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari kemampuan komponen motorik atau gerak seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelenturan, kelincahan, dan ketepatan.

Senam dengan istilah lantai, merupakan gerakan atau bentuk latihannya dilakukan di atas lantai dengan beralaskan matras sebagai alat yang dipergunakan. Salah satu contoh senam lantai adalah gerakan dengan melakukan guling depan. Sikap senam lantai guling depan dimulai dengan jongkok dengan kedua kaki agak dibuka dan kedua tumit diangkat lalu kedua telapak tangan diletakkan pada matras dan kedua lengan lurus dan sejajar dengan bahu. Kemudian gerakannya dimulai dengan mengangkat pinggul ke atas sehingga kedua lutut lurus dan berat badan berada pada kedua tangan sambil membengkokkan kedua sikut ke samping masukan kepala diantara kedua tangan sampai seluruh pundak mengenai matras dan pinggul di dorong ke depan pelan-pelan.

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMPRAKTIKKAN SENAM LANTAI GULING DEPAN MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN

Ngadiyanto 27 Kemudian sikap akhir dimulai dengan jongkok dan kedua tumit diangkat dan kedua lengan lurus ke depan serong ke atas kemudian berdiri tegak.

Menurut Tilarso (2000), lebih detail lagi bahwa gerakan guling depan dibagi menjadi beberapa fase mulai dari sikap berdiri kemudian badan diturunkan sehingga menjadi labil dengan cara memindahkan titik berat badan ke depan atau dari kedua kaki ke kedua tangan. Ini adalah fase awal gerakan sebagai fase awal pendukung gerakan 1-3. Mulai tolakan kedua kaki, titik berat badan dibawa ke kedua tangan yang sedang bertumpu atau fase kedua fase pendukung gerakan 4 -5. Pada fase utama, kedua tangan dibengkokan, kecepatan penurunan badan mulai dikurangi sampai kedua pundak menyentuh matras. Selanjutnya badan digulingkan ke depan dengan cepat melalui bantuan dorongan kedua kaki dan tangan yaitu gerakan 6 – 11. Setelah sampai ke posisi jongkok yang stabil diteruskan keberdiri tegak sebagai fase fungsi akhir 12 -13.

Berdasarkan pengamatan saat proses pembelajaran penjasorkes dalam materi guling depan di kelas III, terlihat banyak siswa yang pasif dan kurang antusias dalam proses pembelajaran. Hal itu dapat dilihat dari aktivitas siswa yang banyak duduk, mengobrol, gaduh, dan siswa yang mencoba mempraktikkan materi senam lantai guling depan hanya sedikit jumlahnya. Hal ini dapat diartikan bahwa minat siswa terhadap materi senam lantai guling depan rendah. Selain itu terdapat beberapa siswa yang sulit melakukan gerakan senam lantai guling depan, hal ini disebabkan karena siswa merasa malu dan takut, merasa berpikir terlalu sulit untuk melakukannya, serta tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya.

Kenyataan yang terjadi dalam proses pembelajaran penjasorkes pada pembelajaran materi guling depan bagi siswa kelas III, guru mengalami keterbatasan dalam menyampaikan proses pembelajaran, sehingga hasil pembelajaran dirasa kurang maksimal terlaksana. Faktor intern yang berupa adanya keterbatasan dari guru, meliputi: Pada proses pembelajaran guling depan guru hanya menggunakan metode konvensional, yaitu menggunakan metode demontrasi atau ceramah. Rutinitas gaya/metode tersebut tentu saja akan mengakibatkan kejenuhan bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, faktor kondisi fisik guru. Kondisi fisik guru yang mengakibatkan guru kurang maksimal dalam memberikan contoh bagi siswa dalam melakukan gerakan mengguling ke depan.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti harus dapat mengatasi kekurangan dalam mengajar dengan penerapan model dalam hal ini menggunakan model permaninan yang bersifat kreatif dan menyenangkan sesuai dengan karakteristik siswa. Dengan penerapan model permainan akan membantu para siswa untuk dapat meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga saat suasana proses pembelajaran berlangsung akan terlihat para siswa mampu dan timbul rasa suka untuk melakukan gerakan senam lantai guling depan.

Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995). Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan berkata-kata atau berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya dan mengenal waktu, jarak serta suara.

Menurut Subarjah (2007), mengemukakan bahwa pada hakikatnya bermain memiliki ciri -ciri utama sebagai berikut: 1) Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara bebas dan sukarela, namun kebebasan ini tak berlaku bagi anak-anak dan hewan, mereka bermain dan harus bermain karena dorongan naluri. 2) Bermain bukanlah kehidupan biasa atau yang nyata seperti yang dilakukan setiap hari. 3) Bermain berbeda dengan kehidupan dengan kehidupan sehari -hari, terutama dalam tempat dan waktu bermain selalu bermula dan berakhir dan dilakukan di tempat

(3)

28 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 1. (2016)

tertentu ada arena atau bahkan gelanggang yang lebih luas tempat pelaksanaannya. 4) Bermain merupakan kegiatan yang memiliki tujuan. Bermain memberi pengaruh yang besar bagi perkembangan anak baik secara fisik maupun mental.

Rumusan masalah yang akan dikaji yaitu: Apakah melalui permainan dapat meningkatkan kemampuan mempraktikkan senam lantai guling depan pada siswa? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan mempraktikkan senam lantai guling depan.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap (Arikunto, 2010). Penelitian dilaksanakan di SD N 02 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Tahun Pelajaran 2015/ 2016 yang terdiri dari 30 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode tes, observasi, dan dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal dari hasil tes siswa, sedangkan teknik deskriptif kualitatif digunakan untuk menghitung data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya.

HASIL DAN PEMB AHASAN

Nilai kemampuan siswa dalam dalam melakukan senam lantai guling depan di kelas III SD Negeri Paesan dapat dikatakan belum optimal. Masih banyak siswa yang belum paham bagaimana cara melakukan guling depan dengan benar, padahal guru sudah semaksimal mungkin agar siswa paham. Nilai rata-rata kelas untuk materi senam lantai guling depan hanya sebesar 64,8, dengan jumlah siswa yang “tuntas” hanya sebanyak 10 siswa (33,33%) dari jumlah siswa seluruhnya 30 siswa. Sedangkan siswa yang “tidak tuntas” sebanyak 20 siswa (66,66%) dari jumlah seluruhnya 30 siswa.

Siklus I

1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, peneliti bersama kolaborator merencanakan skenario pembelajaran dan juga menyiapkan fasilitas pendukung untuk melaksanakan skenario tindakan tersebut. Secara rinci kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah: menelaah materi pembelajaran Penjasorkes kelas III semester ganjil yang akan dilakukan tindakan penelitian dengan menelaah indikator-indikator pembelajaran, menyusun instrumen penelitian, seperti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun lembar observasi,. Tindakan siklus I akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I berupa pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu dengan menerapkan langkah pelaksanaan pendekatan permainan. Secara garis besar kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Guru mengumpulkan siswa dengan cara dibariskan, salah satu anak diminta untuk memimpin berdoa, mengabsen siswa dalam hal ini jumlah siswa 30 masuk semua. Selanjutnya menyampaikan informasi di antaranya adalah: perlu diketahui oleh siswa kelas III bahwa sampai dua pertemuan ke depan jadwal mata pelajaran Penjasorkes adalah nomor pembelajaran guling

(4)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMPRAKTIKKAN SENAM LANTAI GULING DEPAN MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN

Ngadiyanto 29 depan, siswa diberi tugas membawa alat-alat yang diperlukan dan dihimbau untuk melakukan pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

b) Pada tahap pembelajaran ke-1 siklus satu ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun dan divalidasi dalam tahap perencanaan (RPP terlampir). Tindakan dalam pembelajaran ke-1 ini dilakukan dalam satu kali proses pembelajaran. Materi pembelajaran guling depan yang akan dipraktekkan pada pembelajaran ke-1 ini dalam bentuk dengan pendekatan melalui permainan dan pemberian tugas observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran, yang dilakukan oleh dua orang kolaborator.

c) Pada tahap pembelajaran ke-2 ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun dan divalidasi dalam tahap perencanaan.

d) Materi pembelajaran guling depan yang akan dipraktekan pada pembelajaran ke-2 ini lebih mengarah ke praktek gerakan melakukan guling secara benar dengan pendekatan melalui permainan modifikasi dan pemberian tugas observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran ke-2, yang dilakukan oleh 2 orang kolaborator.

3. Observasi

Hasil pengamatan kolaborator terhadap guru pada pembelajaran siklus I menghasilkan skor sebesar 70 (kategori cukup). Hasil pengamatan terhadap pembelajaran senam lantai guling depan melalui pendekatan permainan modifikasi pada siswa memperoleh rata-rata nilai 71,78.

4. Refleksi

Berbagai kelemahan yang ditemukan pada pelaksanaan siklus I yaitu : a) sebagian siswa masih asing dengan pendekatan permainan karena terbiasa dengan melakukan gerakan langsung dan contoh dari guru; b) siswa belum maksimal dalam melaksanakan diskusi dan tanya jawab; c) peneliti perlu mengawasi siswa secara secara teliti dan cermat; d) peneliti belum maksimal dalam mengarahkan siswa saat pembelajaran.

Siklus II

1. Perencanaan

Berdasarkan refleksi dari siklus I, dilakukan sharing ideas untuk merencanakan siklus II dengan membuat RPP pembelajaran dan merencanakan tindakan dan solusi dari hasil refleksi siklus I berupa: a) guru lebih mengawasi kegiatan siswa; b) guru menjelaskan secara rinci dan lengkap kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa; c) merencanakan alat-alat yang akan digunakan untuk proses pembelajaran pada siklus II seperti siklus I dengan menambah gerakan mengguling siswa; d) proses pembelajaran siklus II ini lebih ditekankan untuk melatih cara mengguling dan gerak lanjutan.

2. Pelaksanaan

Melaksanakan tindakan dari rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1)Siswa dibariskan menjadi dua baris, 2) Guru memimpin dengan berdoa bersama-sama, 3) Guru mengecek kehadiran siswa, 4) Guru memberikan apersepsi memotivasi siswa, 5) Guru memberikan penjelasan tujuan pembelajaran.

b. Pemanasan

Pemanasan dilakukan selama ± 15 menit. Pemanasan dengan melakukan penguluran statis maupun dinamis.

(5)

30 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 1. (2016)

1)Penjelasan dan memberi contoh kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bermain, 2) Siswa melakukan latihan pembelajaran guling depan dari sikap awalan, 3) gerakan mengguling, dan sikap akhir.

d. Penutup

1)Melakukan pendinginan, 2) Siswa dikumpulkan mendengarkan evaluasi dari materi yang telah diberikan, 3) Memperbaiki tentang kesalahan-kesalahan gerakan yang dilakukan, 4) Berbaris dan berdoa untuk penutup.

3. Observasi

Hasil pengamatan kolaborator terhadap guru pada pembelajaran siklus II sebesar 90 (kategori baik). Hasil pengamatan terhadap pembelajaran senam lantai guling depan melalui pendekatan permainan pada siswa memperoleh rata-rata nilai 81,33.

4. Refleksi

Dari hasil sharing ideas dari kolabolator tentang pelaksanaan proses pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh dari refleksi sebagai berikut: 1) Peserta didik sudah mulai terbiasa dengan menggunakan macam-macam bentuk permainan yang digunakan dalam pembelajaran guling depan. 2) Peserta didik lebih bersemangat aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. 3) Peneliti semakin mengerti kelemahan dan terus mencari alternatif pemecahannya. 4) Kegiatan pembelajaran menjadi sesuatu yang sangat digemari oleh siswa karena siswa asyik dan tidak merasa bosan. 5) Dari hasil tes belajar siswa setelah melalui refleksi siklus II maka diperoleh data hasil belajar guling depan meningkat dengan ditandai tuntasnya siswa sebanyak 27 siswa (90%) mendapatkan nilai di atas KKM.

Peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan gerakan guling depan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1. berikut :

Tabel 1. Peningkatan Kemampuan Senam Lantai Guling Depan

Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Nilai rata-rata 64,8 71,78 81,33

Jumlah siswa tuntas 10 17 27

Jumlah Siswa tidak tuntas 20 13 3

Persentase Ketuntasan (%) 33,33% 56,66% 90%

Gambar 1. Grafik Peningkatan Kemampuan Senam Lantai Guling Depan

0 20 40 60 80 100

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

64,8 71,78 81,33 10 17 27 20 13 3

Peningkatan Kemampuan Senam Lantai Guling Depan

(6)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMPRAKTIKKAN SENAM LANTAI GULING DEPAN MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN

Ngadiyanto 31

SIMPULAN

Penerapan pendekatan permainan pada pembelajaran Penjasorkes materi senam lantai guling depan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan gerakan guling depan. Inovasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu a) guru lebih mengawasi kegiatan siswa, b) guru menjelaskan secara rinci dan lengkap kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, c) merencanakan alat-alat yang akan digunakan untuk proses pembelajaran pada siklus II seperti siklus I dengan menambah gerakan mengguling siswa, d) Proses pembelajaran siklus II ini lebih ditekankan untuk melatih cara mengguling dan gerak lanjutan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih, peneliti tujukan kepada tim pembimbing Penelitian Tindakan Kelas, Bapak Dr. Eko Supraptono, M.Pd, serta Kolaborator, Guru, serta siswa kelas III SD N 02 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan atas kerjasamanya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Aditya Media.

Soetjiningsih. 1995. Bermain. Diunduh dalam hhtp://sites.google.com/a/ apedukatif. co.cc/www/artikel_1, (online), diakses 28 Agustus 2015.

Subarjah, Herman. 2007. Permainan Kecil di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2003.

Wasita, Ahmad. 2012. Seluk-Beluk Tunarungu dan Tunawicara serta Strategi Pembelajarannya. Yogyakarta: Javalitera.

Yuliana, Dewi Wahyuni. 2015. Multimedia Interaktif “Ayo Menyimak” untuk Meningkatkan Kompetensi Dasar Menyimak Cerita tentang Peristiwa di Sekitar untuk Siswa Tunarungu . Skripsi. UNNES.

Gambar

Gambar 1. Grafik Peningkatan  Kemampuan  Senam  Lantai Guling Depan 020406080100

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, tujuan utama dari penelitian yaitu untuk memperoleh data yang lebih rinci mengenai

Pengukuran efektifitas mesin injection molding dapat dilakukan dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness untuk mencegah terjadi 6 kerugian besar (Six Big

Ketika mahasiswa PTK X telah memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka mereka dapat mengenali dan mengontrol emosi diri sendiri, percaya akan kemampuan diri

Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat analisis yakni analisis LQ dan analisis Shift Share yang digunakan untuk menentukan komoditas unggulan, analisis regresi

Tujuan dari penelitian ini antara lain, (1) untuk mengetahui tanggapan responden terhadap harga sepatu pada toko The Little Things Boutique, (2) untuk mengetahui

“ Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Berdasarkan Status Pemerintah Daerah Pada Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2008- 2012”,

Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan. Hal ini terjadi karena, semakin tinggi perusahaan memperoleh laba, maka ekspektasi investor terhadap return

Pelayanan Pada awal berdiri dan usaha sendiri kami bermodalkan rumah dimiliki oleh salah satu dari kami. Pemanfaatan rumah tersebut sebagai lokasi kursus bisa dibilang sangat