• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 KARANGSARI KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 KARANGSARI KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 KARANGSARI

KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2014/ 2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Siti Khofiah NIM 11108244091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 KARANGSARI

KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

AJARAN 2014/ 2015” yang disusun oleh Siti Khofiah, NIM 11108244091 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 29 Juli 2015 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Murtiningsih, M. Pd. Ketua Penguji ... ... Banu Setyo Adi, M. Pd. Sekretaris Penguji ... ... Prof. Dr. Suhardi, M. Pd. Penguji Utama ... ... Suyatinah, M. Pd. Penguji Pendamping ... ...

Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd.

(5)

MOTTO

Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan

(jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

(6)

PERSEMBAHAN

1. Ayah (Alm) tercinta dan Ibu yang senantiasa memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, dan doa yang tiada henti-hentinya.

2. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, nusa, dan bangsa.

(7)

HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 KARANGSARI

KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2014/ 2015

Oleh Siti Khofiah NIM 11108244091

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas tinggi SD N 1 Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2014/ 2015.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas tinggi SD N 1 Karangsari yang berjumlah 71 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan tes. Angket digunakan untuk mengumpulkan data minat baca dan tes digunakan untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman. Teknik analisis data menggunakan analisis korelasiProduct Moment.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan harga koefisien korelasi (r hitung) > r tabel (0,590 > 0,234) dengan taraf signifikansi sebesar 5% dengan jumlah N=71. Harga koefisien korelasi tersebut mengindikasikan adanya hubungan yang positif antara minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas tinggi SD N 1 Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2014/ 2015. Hal ini memiliki arti bahwa setiap kenaikan variabel minat baca akan mempengaruhi kenaikan variabel kemampuan membaca pemahaman. Kata kunci:minat baca, kemampuan membaca pemahaman

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian berjudul “Hubungan Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Tinggi SD N 1 Karangsari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2014/2015” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada bapak/ ibu di bawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar yang telah memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Murtiningsih, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi.

6. Ibu Suyatinah, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi.

7. Bapak Agung Hastomo, M. Pd. selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan.

8. Kepala Sekolah SD Negeri 1 Karangsari yang telah memberikan izin untuk penelitian skripsi.

9. Guru SD Negeri 1 Karangsari yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional Variabel ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Minat Baca ... 8

1. Pengertian Minat Baca ... 8

2. Ciri-ciri Minat... 10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Minat ... 12

(11)

B. Kemampuan Membaca Pemahaman ... 16

1. Pengertian Membaca ... 16

2. Tujuan Membaca ... 17

3. Pengertian Membaca Pemahaman ... 19

4. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman ... 21

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman ... 24

6. Bentuk Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 26

C. Hubungan Minat Baca dengan Kemampuan Memahami Bacaan ... 30

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 31

E. Penelitian yang Relevan ... 32

F. Kerangka Pikir ... 33

G. Hipotesis Penelitian... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 36

B. Jenis Penelitian ... 36

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian ... 37

F. Populasi... 38

G. Metode Pengumpulan Data ... 38

H. Instrumen Penelitian... 40

I. Uji Coba Instrumen... 43

J. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

B. Analisis Korelasi ... 64

C. Pembahasan ... 66

D. Keterbatasan Masalah ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN... 76

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas Tinggi SD N 1 Karangsari ... 38

Tabel 2. Kisi-kisi Variabel Minat Baca Siswa ... 41

Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor Item Instrumen... 42

Tabel 4. Kisi-kisi Variabel Membaca Pemahaman... 43

Tabel 5. Perhitungan Kategori ... 47

Tabel 6. Pedoman Interpretasi Nilai r ... 51

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Minat Baca... 52

Tabel 8. Data Deskriptif Minat Baca ... 53

Tabel 9. Kategori Skor Minat Baca... 53

Tabel 10. Persentase Setiap Komponen Minat Baca ... 55

Tabel 11. Persentase Setiap Komponen Minat Baca Kelas IV ... 56

Tabel 12. Persentase Setiap Komponen Minat Baca Kelas V ... 56

Tabel 13. Persentase Setiap Komponen Minat Baca Kelas VI ... 57

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Kemampuan Membaca Pemahaman ... 58

Tabel 15. Data Deskriptif Kemampuan Memabaca Pemahaman ... 59

Tabel 16. Kategori Skor Kemampuan Membaca Pemahaman ... 59

Tabel 17. Persentase Setiap Komponen Kemampuan Membaca Siswa ... 61

Tabel 18. Persentase Setiap Komponen Kemampuan Membaca Kelas IV ... 62

Tabel 19. Persentase Setiap Komponen Kemampuan Membaca Kelas V... 63

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 34 Gambar 2. Diagram Kategori Skor Minat Baca... 54 Gambar 3. Diagram Kategori Skor Kemampuan Membaca Pemahaman... 61

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 77

Lampiran 2. Surat Keterangan Validator Instrumen ... 82

Lampiran 3. Surat Keterangan Uji Coba Instrumen ... 85

Lampiran 4. Data Uji Coba Instrumen... 87

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 93

Lampiran 6. Instrumen Penelitian ... 98

Lampiran 7. Data Mentah Penelitian ... 110

Lampiran 8. Hasil Deskripsi Data... 117

Lampiran 9. Hasil Analisis Korelasi ... 138

Lampiran 10. Tabel r ... 140

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang penting di samping tiga keterampilan berbahasa lainnya. Membaca merupakan hal yang penting, dan menjadi semakin penting pada saat perkembangan dalam berbagai segi kehidupan yang terjadi dengan sangat cepat (Soenardi Djiwandono, 1996: 62). Budaya membaca merupakan cerminan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa. Hal ini dibenarkan oleh Budiyanto (via Darmiyati Zuchdi, 2012: 17) yang mengatakan bahwa membaca dan menulis merupakan instrumen utama dari tradisi keilmuan yang menjadi pemacu perubahan sebuah bangsa. Masyarakat yang maju akan senantiasa menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.

Dikatakan oleh Farida Rahim (2011: 1), manfaat membaca di antaranya membuat seseorang memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup di masa mendatang. Membaca membuat orang selangkah lebih maju dibandingkan orang lain. Dengan kata lain, keberhasilan hidup seseorang salah satunya bergantung pada aktivitas membacanya.

Hal yang penting diperhatikan dalam kegiatan membaca ialah kemampuan seseorang untuk memahami makna bacaan secara menyeluruh, atau yang disebut dengan kemampuan membaca pemahaman. Menurut Rubin (via Samsu

(17)

kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Hardjasujana (via Alek dan Achmad, 2010: 80) menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan salah satu strategi membaca yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap karya tulis dengan jalan melibatkan diri sebaik-baiknya pada bacaan dan membuat analisis yang dapat dihandalkan. Seseorang dikatakan memahami bacaan secara baik apabila ia mampu untuk menangkap arti kata yang digunakan penulis, mampu menangkap makna yang tersurat dan tersirat, serta dapat membuat kesimpulan.

Turner (via Samsu Somadayo, 2011: 10) mengungkapkan bahwa seorang pembaca dikatakan memahami bahan bacaan secara baik apabila pembaca dapat: 1) mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan menegtahui maknanya, 2) menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan, 3) memahami seluruh makna secara kontekstual, dan 4) membuat pertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman membaca.

Adapaun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang menurut Ebel (via Samsu Somadayo, 2011: 28) adalah: siswa yang bersangkutan, keluarganya, kebudayaannya, dan situasi sekolah. Ahli lain yakni Lamb dan Arnold (via Farida Rahim, 2011: 16-29) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca terdiri dari: faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis (motivasi, minat, dan kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri).

(18)

Bloom dan Piaget (via Farida Rahim, 2011: 20) yang menjelaskan bahwa pemahaman, interpretasi, dan asilmilasi merupakan dimensi hierarkis kognitif. Namun, semua aspek kognisi tersebut bersumber dari aspek afektif seperti minat, rasa percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil risiko.

Lebih lanjut Johnson dan Pearson (via Darmiyati Zuchdi, 2012: 12-13) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi komprehensi membaca dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor dari dalam diri pembaca dan faktor dari luar pembaca. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang meliputi kemampuan linguistik, minat, motivasi, dan kumpulan kemampuan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca). Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri pembaca dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: unsur-unsur bacaan dan lingkungan membaca. Dengan demikian, minat memiliki peranan penting dalam rangka mempengaruhi komprehensi atau kemampuan membaca pemahaman seseorang.

Minat baca ditandai dengan adanya rasa senang, rasa puas dalam diri seseorang, partisipasi aktif yang tanpa dipaksa, dan lebih menyukai kegiatan membaca dibandingkan kegiatan lain. Minat berhubungan dengan aspek kejiwaan, yakni perasaan individu, objek, dan aktivitas. Minat baca merupakan keinginan seseorang untuk memberi perhatian, menyenangi, dan melakukan usaha yang sungguh-sungguh guna melakukan kegiatan membaca (Farida Rahim, 2011: 28). Seseorang yang memiliki minat baca yang kuat akan

(19)

mewujudkannya dalam kesediaannya mendapat bahan bacaan dan membacanya tanpa disertai paksaan pihak lain.

Minat membaca dipengaruhi oleh beberapa hal. Frymeir (via Farida Rahim, 2011: 28-29) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat, yaitu pengalaman sebelumnya, konsepsi tentang diri, nilai-nilai, mata pelajaran yang bermakna, tingkat keterlibatan tekanan, dan kekompleksitasan materi. Ebel (via Darmiyati Zuchdi, 2007: 27) menyatakan bahwa minat baca dipengaruhi oleh kondisi siswa yang bersangkutan, kondisi keluarganya, kebudayaannya, dan situasi sekolah.

Berdasarkan wawancara dengan guru pada tanggal 26 Februari, guru mengemukakan banyak siswa yang tidak mengunjungi perpustakaan pada saat istirahat, melainkan banyak yang jajan, maupun bermain di kelas dan di halaman sekolah. Hal ini menurut guru merupakan indikasi kurangnya minat baca siswa. Guru juga menjelaskan jika kesadaran membaca siswa kelas tinggi kurang. Kebanyakan siswa hanya mau membaca ketika ada tugas dari guru. Hal ini dinilai guru merupakan cerminan minat baca yang rendah.

Lebih lanjut guru menyatakan jika dalam kegiatan belajar mengajar beberapa siswa kurang tepat dalam menjawab pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan isi bacaan. Permasalahan lain yang dikemukakan oleh guru adalah kurangnya kemampuan membaca pemahaman siswa.

Berdasarkan teori dan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Minat Baca dengan

(20)

Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Tinggi SD N 1 Karangsari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2014/2015.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini teridentifikasi sejumlah permasalahan sebagai berikut.

1. Pada saat istirahat tidak banyak siswa yang mengunjungi perpustakaan. 2. Beberapa siswa kurang tepat menjawab pertanyaan guru yang berkaitan

dengan bacaan.

3. Kurangnya kesadaran siswa untuk membaca. 4. Rendahnya minat baca siswa.

5. Kurangnya kemampuan membaca pemahaman siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang disebutkan di atas, peneliti membatasi masalah pada rendahnya minat baca siswa dan kurangnya kemampuan membaca pemahaman siswa kelas tinggi SD N 1 Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo tahun

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang peneliti sebutkan di atas, maka dapat dibuat rumusan masalahnya yaitu: “Adakah hubungan yang positif antara

(21)

Negeri 1 Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2014/ 2015?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas tinggi SD Negeri 1 Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2014/ 2015.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan khalayak, sebagai sumber informasi dan referensi terkait hubungan minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kepala sekolah dalam rangka membuat kebijakan terkait bagaimana cara meningkatkan minat baca siswa.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan menambah wawasan para guru untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat membaca siswa.

(22)

c. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para orang tua untuk senantiasa memperhatikan minat membaca anak-anaknya dan memfasilitasi kegiatan membacanya.

G. Definisi Operasional Variabel

Definisi variabel dari penelitian ini adalah:

1. Minat baca adalah keadaan seseorang yang memiliki keinginan yang kuat disertai dengan usaha-usaha untuk menemukan sumber bacaan dan melakukan kegiatan membaca. Komponen-komponen minat baca dalam penelitian ini meliputi: adanya rasa senang dengan kegiatan membaca, kepuasan dari kegiatan membaca, partisipasi aktif untuk membaca tanpa dipaksa, dan lebih menyukai kegiatan membaca dibanding kegiatan lain. 2. Kemampuan membaca pemahaman adalah seperangkat keterampilan

pemerolehan pengetahuan yang digeneralisasi, yang memungkinkan seseorang memperoleh informasi sebagai hasil membaca. Komponen kemampuan membaca pemahaman dalam penelitian ini meliputi kemampuan memahami isi/ pesan yang tertulis secara eksplisit dalam bacaan, menentukan ide pokok paragraf, menarik kesimpulan bacaan, dan menyelesaikan masalah sehari-hari berdasarkan bacaan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Minat Baca

1. Pengertian Minat Baca

Noeng Muhajir (via Dwi Sunar Prasetyono, 2008: 54) mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan afektif (perasaan, emosi) seseorang untuk membentuk aktivitas. Menurut JP. Chaplin (2006: 255), interest (perhatian, minat, kepentingan) merupakan satu sikap yang berlangsung terus-menerus yang memerlukan perhatian seseorang, sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya.

Elizabeth B. Hurlock (1978: 114) mendefinisikan minat sebagai sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.Yudrik Jahja (2011: 63) mengartikan minat sebagai suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan motorik yang merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan.

Menurut Muhibbin Syah (2011: 133), minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Senada dengan pendapat tersebut, Syaiful Bahri Djamarah (2011: 166) menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.

(24)

Slameto (2003: 180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Selanjutnya Crow dan Crow (via Djaali, 2008: 121) menyatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsangoleh kegiatan itu sendiri.

Farida Rahim (2008: 28) mengemukakan bahwa minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Seseorang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan berusaha mendapatkan bahan bacaan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri maupun dorongan dari luar. Herman Wahadaniah (via Irma Yuliani, 2012: 9) menyatakan bahwa minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri atau dorongan dari luar. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah kecenderungan atau ketertarikanyang dimiliki seseorang terhadap kegiatan membaca dengan disertai perasaan senang, tanpa dipaksa, dan kecenderungan tersebut diwujudkan dengan mencari bahan bacaan maupun melakukan kegiatan membaca.

Senada dengan pendapat beberapa ahli di atas, Slameto (2003: 57) menyatakan komponen indikator minat dalam suatu kegiatan tertentu adalah

(25)

a. Adanya rasa senang.

b. Kepuasan dari kegiatan yang diminati. c. Partisipasi aktif tanpa dipaksa.

d. Lebih menyukai kegiatan tertentu tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komponen indikator Slameto di atas untuk dikembangkan dalam instrumen penelitian. Pengembangan komponen indikator instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Adanya rasa senang terhadap kegiatan membaca.

b. Kepuasan terhadap aktivitas membaca yang telah dilakukan.

c. Partisipasi aktif tanpa dipaksa untuk melakukan kegiatan membaca. d. Lebih menyukai kegiatan membaca dibandingkan kegiatan lain.

2. Ciri-ciri Minat

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 115), ciri-ciri minat adalah: a) minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental, b) minat bergantung pada kesiapan belajar, c) minat bergantung pada kesempatan belajar, d) perkembangan minat mungkin terbatas, e) minat dipengaruhi pengaruh budaya, f) minat berbobot emosional, dan g) minat itu egosentris. a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental

Minat dalam semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Anak yang pertumbuhannya cepat akan lebih stabil minatnya. Anak yang lambat pertumbuhannya akan mengalami masalah sosial dengan teman

(26)

sebayanya karena minatnya masih minat anak, sedangkan minat teman sebayanya sudah minat remaja.

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar

Anak-anak akan mampu memiliki minat manakala telah siap secara fisik dan mental. misalnya dalam permainan bola anak-anak akan memiliki minat yang sungguh-sungguh ketika sudah memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan bola.

c. Minat bergantung pada kesempatan belajar

Minat anak awalnya masih terbatas pada lingkungan rumah. Dengan bertambah luasnya lingkup sosial, anak-anak biasanya tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal

d. Perkembangan minat mungkin terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas akan membatasi minat anak. Misalnya anak yang cacat fisik tidak akan memiliki minat yang sama pada olah raga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.

e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya

Anak-anak mendapat kesempatan dari guru, orang tua, dan orang dewasa lain untuk mempelajari dan menekuni minat yang sesuai dengan kelompok budayanya.

f. Minat berbobot emosional

(27)

g. Minat itu egosentris

Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya minat anak laki-laki pada Matematika sering dilandasi keyakinan bahwa kepandaian di bidang Matematika merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi.

Yudrik Jahja (2011: 63-6) mengemukakan karakter atau ciri-ciri minat yaitu: a) minat bersifat pribadi (individual), ada perbedaan antara minat seseorang dan orang lain, b) minat menimbulkan efek diskriminatif, c) minat erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi, dan dipengaruhi motivasi, dan d) minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir, dan dapat berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa ciri-ciri minat adalah: a) minat tumbuh bersama dengan pertumbuhan fisik dan mental, b) minat bergantung pada kesiapan belajar, c) minat bergantung pada kesempatan belajar, d) perkembangan minat mungkin terbatas, e) minat dipengaruhi pengaruh budaya, f) minat berbobot emosional seperti motivasi, g) minat itu egosentris, h) minat bersifat pribadi, dan i) minat bukan bawaan lahir sehingga bisa dipelajari.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Minat

Frymeir (via Farida Rahim, 2011: 28-19) mengidentifikasi tujuh faktor yang mempengaruhi perkembangan minat anak, yaitu: a) pengalaman sebelumnya, b) konsepsi tentang diri, c) nilai-nilai, d) mata pelajaran yang

(28)

bermakna, e) tingkat keterlibatan tekanan, dan f) materi pelajaran yang kompleks.

a. Pengalaman sebelumnya

Anak akan mengembangkan minatnya terhadap sesuatu manakala ia telah melakukan hal tersebut.

b. Konsepsi tentang diri

Anak akan cenderung menerima segala sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya dan menolak segala sesuatu yang merugikan atau mengancamnya. c. Nilai-nilai

Anak memerlukan tokoh idola yang berwibawa untuk memunculkan minatnya terhadap sesuatu.

d. Mata pelajaran yang bermakna

Anak lebih berminat terhadap informasi yang mudah dipahami. e. Tingkat keterlibatan tekanan

Anak yang dibebaskan menentukan pilihannya dan tidak menghadapi sebuah tekanan memiliki kecenderungan minat yang lebih tinggi.

f. Materi pelajaran yang kompleks

Anak yang lebih mampu secara intelektual dan fleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks.

Ebel (via Darmiyati Zuchdi, 2007: 27) menyatakan bahwa yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan memahami bacaan yang dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya adalah: a) kondisi siswa

(29)

yang bersangkutan, b) kondisi keluarganya, c) kebudayaannya, dan d) situasi sekolah.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat baca siswa yaitu: kondisi siswa yang bersangkutan seperti pengalaman sebelumnya dan konsep diri, kondisi keluarganya seperti nilai-nilai dan tingkat keterlibatan tekanan, dan situasi sekolah seperti mata pelajaran yang bermakna dan kompleksnya materi pelajaran.

4. Cara Meningkatkan Minat Baca

Menurut Suwaryono Wiryodijoyo (1989: 193-202), usaha meningkatkan minat baca siswa dapat dilakukan melalui kerja sama yang erat antara orang tua dan guru. Kerja sama tersebut berwujud dorongan dari: a) orang tua, dan b) guru.

a. Dorongan orang tua

Dorongan orang tua dalam rangka meningkatkan minat baca siswa dapat dilakukan dengan cara: 1) membuat suasana rumah tenang dan nyaman untuk kegiatan membaca, 2) membacakan cerita yang baik dan disenangi anak-anak apabila siswa belum bisa membaca sendiri, 3) bersikap terbuka dan dekat sehingga turut menceritakan bahan-bahan bacaan mana saja yang sangat berguna terutama dalam hal membentuk kepribadian anak, 4) memberi contoh dengan melakukan kegiatan membaca, 5) menyediakan tempat yang nyaman untuk membaca dan bahan-bahan bacaan, 6) mengajak

(30)

anak untuk berkunjung ke perpustakaan, dan 7) memberikan hadiah berupa buku.

b. Dorongan guru

Dorongan guru dalam rangka meningkatkan minat baca siswa dilakukan dengan cara-cara: 1) mengevaluasi tingkat minat baca siswa, 2) menempatkan siswa di lingkungan kelas yang memotivasi untuk giat membaca, 3) memberikan tugas-tugas membaca secara terarah, 4) senantiasa mengingatkan pentingnya membaca, 5) memberikan referensi judul-judul buku yang baik disertai alasannya, dan 6) mengundang tokoh-tokoh masyarakat pecinta buku untuk mendiskusikan banyak hal tentang buku.

Henry Guntur Tarigan (2008: 106-108) menyatakan bahwa untuk meningkatkan minat membaca, maka seseorang perlu melakukan: a) menyediakan waktu luang dan b) memilih bacaan yang baik.

a. Menyediakan waktu untuk membaca

Pemilihan waktu dalam rangka meningkatkan minat baca dapat dilakukan dengan cara meluangkan waktu kurang lebih lima belas menit disela-sela kesibukan. Hal ini dilakukan secara berulang-berulang dan konsisten sehingga tanpa disadari semakin lama keinginan untuk membaca menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi dan memerlukan waktu tersendiri. b. Memilih bacaan yang baik

(31)

bermanfaat untuk dibaca. Pembaca yang baik adalah pembaca yang mengetahui apa yang dibutuhkan dan bermanfaat untuk dirinya, sehingga untuk memilih bacaan yang baik seseorang harus mempertimbangkan banyak hal seperti tujuan membaca, apakah untuk kesenangan atau mengetahui informasi yang baru, memilih bacaan karena rekomendasi dari orang lain, maupun bacaan yang sesuai dengan minatnya. Pemilihan bacaan yang sesuai dengan bidang yang disenangi akan meningkatkan minat membacanya.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa untuk meningkatkan minat baca dapat dilakukan dengan cara menyediakan waktu, tempat, dan suasana yang nyaman untuk membaca, tersedianya bahan bacaan yang menarik untuk dibaca, memberikan role model membaca, memberi hadiah dengan buku, mengingatkan pentingnya membaca, dan pemberian referensi judul-judul buku yang baik untuk dibaca.

B. Kemampuan Membaca Pemahaman 1. Pengertian Membaca

Henry Guntur Tarigan (2008: 7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Senada dengan pendapat tersebut, Anderson (via Alek dan Achmad, 2010: 74) mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses

(32)

untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis.

Bonomo (via Samsu Somadayo, 2011: 5) mengatakan bahwa membaca merupakan suatu proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringging). Senada dengan pendapat tersebut, Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 246) menyatakan bahwa membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks.

Tampubolon (1987: 5) menyatakan bahwa membaca merupakan salah satu dari empat kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Menurut Sri Utari Subyakto (1988: 145), membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah keterampilan berbahasa yang dilakukan dengan cara menerjemahkan kata-kata atau bahasa tulis guna memperoleh makna yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.

2. Tujuan Membaca

Sri Utari Subyakto (1988: 145) menyatakan tujuan membaca adalah untuk mengerti atau memahami isi/ pesan yang terkandung dalam suatu bacaan seefisien mungkin. Lebih rinci lagi Marrow (dalam Subyakto, 1988: 145),

(33)

menyatakan tujuan membaca adalah untuk mencari informasi: a) kognitif dan intelektual, b) referensial dan faktual, dan c) aktif dan emosional.

a. Kognitif dan inteletual

Informasi kognitif dan intelektual digunakan seseorang untuk menambah keilmiahannya sendiri.

b. Referensial dan faktual

Informasi referensial dan faktual digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini.

c. Aktif dan emosional

Informasi aktif dan emosional digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca.

Tujuan membaca yang dikemukakan oleh Blanton, dkk, (dalam Farida Rahim, 2011: 11-12), yakni :

a) kesenangan,

b) menyempurnakan membaca nyaring, c) menggunakan strategi tertentu,

d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik,

e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, f) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis,

g) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi,

h) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur tes, dan

i) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Henry Guntur Tarigan (2008: 9-11) menyatakan bahwa tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, serta memahami makna bacaan. Tujuan membaca antara lain:

(34)

b) membaca untuk mendapatkan ide pokok,

c) membaca untuk mendapatkan urutan organisasi teks, d) membaca untuk mendapatkan kesimpulan,

e) membaca untuk mendapatkan klasifikasi, f) membaca untuk mengevaluasi, dan

g) membaca untuk membuat perbandingan atau pertentangan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca pemahaman dalam penelitian ini adalah untuk memahami isi/ pesan yang terkandung dalam suatu bacaan berupa rincian-rincian/ fakta-fakta, mendapatkan ide pokok paragraf, membuat kesimpulan bacaan, mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pengertian Membaca Pemahaman

Sabarti Akhadiah, dkk. (1992: 14) mengartikan membaca pemahaman sebagai kegiatan membaca yang penekanannya tidak lagi pada huruf atau pengucapan dan pemahaman kalimat akan tetapi pada kemampuan menarik kesimpulan tentang isi bacaan. Menurut Rubin (via Samsu Somadayo, 2011: 7), membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal.

(35)

atau norma-norma kesastraan (literal standars), resensi kritis (critical review), drama tulis (printed drama), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction). Senada dengan pendapat tersebut, Hardjasujana (via Alek dan Achmad, 2010: 80) menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan salah satu strategi membaca yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap karya tulis dengan jalan melibatkan diri dengan sebaik-baiknya pada bacaan dan membuat analisis yang dapat dihandalkan.

Smith (via Samsu Somadayo, 2011: 9) mengemukakan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Lebih lanjut Turner (via Samsu Somadayo, 2011: 10) menjelaskan bahwa membaca pemahaman merupakan kegiatan memahami bacaan yang meliputi: mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui maknanya, menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan, memahami seluruh makna secara kontekstual, dan membuat pertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman membacanya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman ialah proses intelektual yang kompleks dengan lebih menekankan pada pemahaman isi bacaan. Pemahaman bacaan dalam penelitian ini ialah memahami isi/ pesan yang terkandung dalam suatu bacaan berupa rincian-rincian/ fakta-fakta, mendapatkan ide pokok paragraf, membuat

(36)

kesimpulan bacaan, dan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan membaca pemahaman diartikan sebagai seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yang digeneralisasi, yang memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh sebagai hasil membaca bahasa tertulis (Bormouth via Darmiyati Zuchdi, 2012: 8-9). Berdasarkan paparan di atas, kemampuan membaca pemahaman dalam penelitian ini adalah hasil proses intelektual yang kompleks yang berupa siswa memperoleh informasi berkaitan dengan isi bacaan terkait pemahaman tentang pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam bacaan, mendapatkan ide pokok paragraf, membuat kesimpulan bacaan, dan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman

Mc Laughlin dan Allen (via Farida Rahim, 2011: 3-4) mengungkapkan bahwa prinsip-prinsip membaca pemahaman yang didasarkan pada penelitian yang paling mempengaruhi pemahaman membaca adalah: a) pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial, b) keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman, c) guru yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa, d) pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses

(37)

siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas, g) perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman bacaan, h) pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman, i) strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan, dan j) asesmen yang dinamis menginformasikan pelajaran membaca pemahaman.

a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial

Menurut Teori Konstruktivis, pemahaman dan penyusunan bahasa merupakan sebuah proses membangun. Artinya, siswa membangun pengetahuan dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengtahuan yang dimiliki sebelumnya.

b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman

Kemahiraksaraan yang dimiliki seseorang akan membantunya dalam proses membaca maupun menulis secara penuh. Adapun kegiatan pembelajaran pemahaman bacaan yang diharapkan adalah sebuah kegiatan yang memberikan kesempatan belajar, menghubungkan, dan mengintegrasikan. c. Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa

Guru yang baik akan senantiasa mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemahaman bacaan dengan baik melalui strategi-strategi tertentu.

d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca

(38)

Pembaca yang baik adalah pembaca yang dapat mengintegrasikan informasi dan terampil menghubungkannya dengan topik sebelumnya.

e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna

Kebermaknaan kegiatan membaca bisa disebabkan oleh bahan bacaan yang bervariasi dan menarik maupun partisipasi aktif guru dalam memotivasi siswanya untuk membaca.

f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas

Semakin tinggi bahan bacaan, siswa memperoleh manfaat membaca yang lebih bervariasi dan kompleks.

g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman bacaan

Penguasaan kosakata menjadi hal penting dalam pembelajaran membaca pemahaman. Semakin banyak perbendaharaan kata siswa maka kemampuan memahami isi bacaannya akan semakin baik.

h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman

Proses membangun pemahaman atau pengetahuan membutuhkan keterlibatan pembaca dengan cara memberikan respon terhadap isi teks bacaan.

i. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan

Strategi pemahaman isi bacaan dapat diajarkan melalui proses pembelajaran di sekolah

(39)

j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman

Menilai kemajuan siswa penting dilakukan guna membantu guru menemukan kelebihan dan kekurangan, merencanakan pengajaran dengan tepat, mengkomunikasikan kemajuan siswa kepada orang tua, dan mengevaluasi keefektifan strategi mengajar.

Kintsch dan Kintsch (via Darmiyati Zuchdi, 2012: 11) menguraikan pendapatnya tentang prinsip membaca pemahaman adalah:

a) pengkodean kembali secara perseptual dan kontekstual.

b) menghubungkan satuan ide, mengetahu detil informasi, dan membangun struktur mikro.

c) membangun ide pokok (struktur makro).

d) menggunkan struktur mikro dan struktur makro untuk mengidentifikasi ide-ide penting.

e) mengintegrasikan ide-ide penting dengan pengetahuan awal (prior knowledge), membuat simpulan, dan membangun model situasi.

f) mempelajari: mengenal model situasi dan menggunakannya pada situasi lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa membaca pemahaman merupakan proses konstruktif. Melalui proses inilah pembaca akan mengkonstruksi makna dari bahan bacaan sehingga pengetahuan yang diperolehnya dapat tersimpan dalam memori jangka panjang.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman

Menurut Ebel (via Samsu Somadayo, 2011: 28), faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor: a) siswa yang bersangkutan, b) keluarganya, c) kebudayaannya, dan d) situasi

(40)

sekolah. Senada dengan pendapat tersebut, Buron dan Claybaung (via Samsu Somadayo, 2011: 28) mengemukakan bahwa pada tahap awal tingkat pencapaian kemampuan membaca pemahaman seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor kesiapan membaca, yaitu: a) intelegensi, b) kematangan emosi dan minat, c) pengalaman, d) kepemilikan fasilitas bahasa lisan, dan e) sikap dan minat.

Lamb dan Arnold (via Farida Rahim, 2011: 16-29) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi membaca pemahaman adalah: a) faktor fisiologis, b) intelektual, c) lingkungan, dan d) faktor psikologis.

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin.

b. Intelektual

Intelegensi oleh Heinz didefinisikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat.

c. Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca siswa meliputi: 1) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, dan 2) sosial ekonomi keluarga siswa.

(41)

d. Faktor psikologis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kemjauan membaca terdiri dari: 1) motivasi, 2) minat, dan 3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat kita simpulkan bahwa membaca pemahaman dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi kondisi fisik pembaca, lingkungan tempat tinggal pembaca, budaya masyarakat setempat, kondisi psikologis pembaca berupa minat dan motivasinya, dan kondisi intelektualnya.

6. Bentuk Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 376), penilaian hasil membaca pemahaman dapat dilakukan dengan menggunakan tes kompetensi membaca. Menurut Nurkancana (via Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2009: 179, tes merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Tes kompetensi membaca dibagi dalam dua cara:a) tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban, dan b) tes kompetensi dengan mengonstruksi jawaban.

(42)

a. Tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban

Tes kompetensi membaca dengan cara ini mengukur kemampuan membaca siswa dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan oleh pembuat soal. Soal yang biasa digunakan adalah soal pilihan ganda. Jenis penilaian ini biasa disebut tes tradisional karena siswa hanya menjawab soal dengan memilih opsi jawaban.

b. Tes Kompetensi Membaca dengan Mengonstruksi Jawaban

Tes kompetensi membaca dengan cara ini tidak sekedar meminta siswa memilih jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia, akan tetapi siswa harus mengemukakan jawaban sendiri dengan mengkreasikan bahasa berdasarkan informasi yang diperoleh dari wacana yang diteskan. Dalam mengerjakan tes ini, siswa dituntut untuk memahami wacana tersebut, dan berdasarkan pemahamannya itu kemudian siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Tugas dalam bentuk ini merupakan tugas otentik yang menuntut peserta didik untuk berunjuk kerja secara aktif produktif. Dengan demikian, tes kompetensi membaca yang semula bersifat reseptif diubah menjadi tugas reseptif dan produktif.

Berdasarkan teori di atas, tes yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban, yaitu menuntut siswa mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang disediakan. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif. Tes objektif mampu menampung banyak soal dan lebih efektif (Burhan Nurgiyantoro: 2010: 337).

(43)

Farr (via Soenardi Djiwandono, 2011: 117) mengemukakan ikhtisar rincian kemampuan memahami bacaan untuk siswa SD khususnya kelas tinggi adalah:

a. memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana,

b. mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya,

c. mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana, dan d. mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit

terdapat dalam wacana.

Dalam penelitian ini, yang menjadi indikator kemampuan membaca pemahaman untuk digunakan dalam penyusunan instrumen adalah:

a) menjawab pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam bacaan,

b) menjelaskan pokok pikiran paragraf, c) menarik kesimpulan bacaan, dan

d) memecahkan masalah sehari-hari berdasarkan bacaan.

Menurut Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuchdi (2001: 178), terdapat dua taksonomi untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman, yaitu: a) Taksonomi Bloom, dan b) Taksonomi Baret. Dalam penelitian ini peneliti memilih taksonomi Bloom.

Kegiatan membaca pemahaman sebagai suatu aktivitas kognitif dapat dilakukan atau dibuat secara berjenjang. Tes pemahaman pada ranah kognitif oleh Bloom dibedakan menjadi enam tingkatan yaitu: a) ingatan/ hafalan (C1),

(44)

b) pemahaman (C2), c) penerapan (C3), d) analisis (C4), e) sintesis (C5), dan f) evaluasi (C6).

a. Tes kemampuan membaca tingkat ingatan/ hafalan

Tes kemampuan membaca tingkat ingatan/ hafalan (C1) hanya menghendaki siswa dapat menyebutkan kembali fakta, istilah, konsep, atau prinsip-prinsip.

b. Tes kemampuan membaca tingkat pemahaman

Tes kemampuan membaca tingkat pemahaman (C2) menuntut siswa untuk dapat memahami isi bacaan tanpa perlu menghubungkannya dengan isi bacaan yang lain. Teknik mengukur kemampuan pemahaman suatu bacaan dapat dilakukan dengan menanyakan ide pokok, tema, makna istilah yang digunakan, kesimpulan, dan lain-lain.

c. Tes kemampuan membaca tingkat penerapan

Tes kemampuan membaca tingkat penerapan (C3) menghendaki siswa mampu menerapkan pemahamannya pada situasi atau hal yang lain yang terkait denga hal tersebut.

d. Tes kemampuan membaca tingkat analisis

Tes kemampuan membaca tingkat analisis (C4) menuntut siswa untuk mampu menganalisis informasi tertentu dalam wacana, mengenali, mengidentifikasi, atau membedakan pesan dan atau informasi, dan lain-lain yang sejenis.

(45)

mampu menghubungkan dan atau menggeneralisasikan antara hal-hal, konsep, masalah, atau pendapat yang terdapat di dalam wacana.

f. Tes kemampuan membaca tingkat evaluasi

Tes kemampuan membaca pada tingkat evaluasi (C6) menuntut siswa untuk mampu memberikan penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibacanya, baik yang menyangkut isi atau permasalahan yang dikemukakan maupun cara penuturan wacana itu sendiri.

Berdasarkan paparan teori di atas, tes dalam penelitian ini memuat tingkatan C1, C2, dan C3. Hal ini berdasarkan tahap perkembangan kognitif siswa SD.

C. Hubungan Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman

Farida Rahim (2011: 28) menyatakan bahwa minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaanya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Minat baca selalu berkaitan dengan perasaan senang dan adanya perhatian terhadap kegiatan membaca.

Ahli pendidikan seperti Bloom dan Piaget (via Farida Rahim, 2011: 20) menjelaskan bahwa pemahaman, interpretasi, dan asimilasi merupakan dimensi hierarkis kognitif. Akan tetapi, semua aspek kognisi tersebut bersumber dari aspek afektif seperti minat, rasa percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil resiko.

(46)

Sejalan dengan hal tersebut, Buron dan Claybaung (via Samsu Somadayo, 2011: 28) menyatakan bahwa tingkat pencapaian kemampuan membaca pemahaman seseorang sangat dipengaruhi oleh hal yang disebut kesiapan membaca. Kesiapan membaca tersebut berwujud intelegensi, kematangan emosi dan minat, pengalaman, kepemilikan fasilitas bahasa lisan, dan sikap dan minat.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini dapat diduga siswa yang memiliki minat baca yang tinggi akan memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi pula. Oleh karena itu, diduga ada hubungan yang positif antara minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman.

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 109), pada masa kanak-kanak akhir usia kelas tinggi (IV, V, dan VI) yang berlangsung antara usia 9/ 10 tahun- 12/ 13 tahun, anak-anak sudah memiliki minat terhadap bidang tertentu. Minat tersebut tertuju dalam berbagai bidang.

Dalam kaitannya dengan membaca, anak-anak pada usia kelas tinggi perhatian/ minat membacanya sudah mencapai puncaknya. Sebelumnya, anak laki-laki lebih menyukai cerita yang realistis dan sifat ingin tahunya lebih menonjol sehingga lebih menyukai buku tentang petualangan, sejarah, hobi, dansport. Akan tetapi, menginjak usia 10 - 12 tahun anak laki-laki menyenangi hal-hal yang sifatnya menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah petualangan.

(47)

rumah tangga. Dari kegiatan membaca inilah anak memperkaya perbendaharaan kata dan tata bahasa sebagai bekal untuk berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain.

Minat yang terbentuk pada akhir masa kanak-kanak sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari anak. Hal ini dikemukakan oleh Yudrik Jahya (2011: 212) sebagai berikut.

1. Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita

2. Minat dapat dan memang berfungsi sebagai tenaga pendorong yang kuat

3. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang 4. Minat yang terbentuk dalam masa kanak-kanak sering kali menjadi

minat seumur hidup, karena minat menimbulkan kepuasan.

E. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Nur Fitriana tahun 2012 dengan judul “Hubungan Antara Minat Baca dengan Kemampuan Memahami Bacaan Siswa Kelas V SD Se-Gugus II Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012, hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat baca dengan kemampuan memahami bacaan. Dari hasil perhitungan korelasi Product-Moment, diperoleh rxy sebesar 0,434. Nilai r tabel dengan n = 89 pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,207. Dengan demikian, r hitung lebih besar dari r tabel (0,434 > 0,207). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi minat baca siswa maka semakin tinggi pula kemampuan memahami bacaannya, begitu juga sebaliknya.

Hasil penelitian Irma Yuliani tahun 2012 dengan judul “Hubungan Minat Baca Buku IPS dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Se-Gugus 3

(48)

Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012, hasil penelitian menunjukkan bahwa r hitung 0,753 > r tabel 0,178 dengan taraf kesalahan sebesar 0,05 dan jumlah N=120. Interpretasi tingkat hubungan terhadap harga koefisien korelasi kedua variabel tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang cukup kuat. Hasil-hasil yang dicapai ini mengindikasikan adanya hubungan positif yang cukup erat dan menunjukkan bahwa semakin tingginya minat baca buku IPS maka semakin tinggi prestasi belajar IPS siswa kelas V SD se-Gugus 3 Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul tahun ajaran 2011 –2012.

F. Kerangka Pikir

Kegiatan membaca merupakan hal yang sangat penting dilakukan utamanya oleh pelajar. Dengan membaca, seseorang akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang akan berguna dalam kehidupannya. Pengetahuan dan wawasan tersebut dapat diperoleh manakala dalam kegiatan membaca seseorang paham dengan isi bacaan. Proses paham terhadap bacaan yang dibaca merupakan kemampuan kognitif yang bersumber dari aspek afektif seperti minat, rasa percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil resiko.

Minat baca dikatakan sebagai salah satu aspek yang menentukan keberhasilan membaca pemahaman. Hal ini karena membaca pemahaman hakikatnya adalah proses membangun makna baru berdasarkan pengalaman

(49)

akan lebih mudah membuat hubungan antara apa yang diketahui dengan apa yang akan dipelajarinya. Seseorang yang memiliki pengalaman yang banyak (dari membaca) dikatakan memiliki minat baca karena pasti ada usaha-usaha yang dilakukannya agar terus dapat melakukan kegiatan membaca.

Seseorang yang memiliki minat baca ditunjukkan dengan adanya usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk dapat terus melakukan kegiatan membaca. Orang yang memiliki minat baca yang tinggi biasanya mengisi waktu-waktu luangnya dengan kegiatan membaca. Ada pula yang menyiapkan waktu khusus untuk membaca, sedangkan orang yang minat bacanya rendah biasanya enggan untuk membaca.

Dengan demikian, siswa yang memiliki minat baca yang tinggi akan memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi. Di sisi lain, siswa yang minat bacanya rendah akan memiliki kemampuan membaca pemahaman yang rendah. Kerangka pikir penelitian ini dirumuskan dengan bagan sebagai berikut.

Bagan 1. Kerangka Pikir Minat Baca

(X)

Kemampuan Membaca Pemahaman (Y)

(50)

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

“Ada hubungan yang positif antara minat baca dengan memampuan membaca pemahaman siswa kelas tinggi SD Negeri 1 Karangsari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2014/2015”.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam pelaksanaan penelitian ada dua macam, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Fraenkel, Wallen dan Hyun (via Punaji Setyosari, 2010: 43), pendekatan kuantitatif pada umumnya mendasarkan kerjanya pada keyakinan bahwa fakta dan perasaan dapat dipisahkan, dan bidang kajiannya adalah suatu realitas tunggal yang terbentuk dari fakta yang dapat ditemukan. Data akan diwujudkan dalam angka dengan analisis statistik. Data yang akan diolah adalah minat baca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi. Menurut Yatim Riyanto (via Nurul Zuriah, 2006: 56), penelitian korelasi adalah penelitian yang akan melihat hubungan antara variabel atau beberapa variabel dengan variabel yang lain. Dalam penelitian korelasil, meskipun ada hubungan antara variabel-variabel tidak berarti bahwa variabel yang satu adalah penyebab variabel yang lain. Punaji Setyosari (2010: 47) mengartikan penelitian korelasi sebagai penelitian atau kajian deskriptif dimana peneliti tidak hanya mendeskripsikan variabel-variabel, tetapi juga menguji sifat hubungan di antara variabel kuantitatif tersebut.

(52)

C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni 2015.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan SD Negeri 1 Karangsari pada tahun ajaran 2014/ 2015 yang terletak di Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo.

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono, (2010 : 60), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Kidder (1981) seperti yang dikutip dan diterjemahkan oleh Sugiyono (2010 : 61), menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Nurul Zuriah (2006: 56) membedakan variabel menjadi dua yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel independen digunakan untuk memprediksi dan disebut juga variabel prediktor, sedangkan variabel dependen adalah variabel yang diprediksi atau disebut juga variabel kriteum. Berdasarkan pendapat ahli di atas, variabel dalam penelitian ini adalah:

(53)

E. Populasi

Menurut Nurul Zuriah (2006: 116), populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Senada dengan pendapat tersebut, Sugiyono (2010: 117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas tinggi SD Negeri 1 Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo yang terdiri dari 71 siswa dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas Tinggi SD N 1 Karangsari

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

IV 11 12 23

V 12 10 22

VI 15 11 26

Jumlah 71

Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena peneliti menetapkan semua siswa kelas tinggi SD Negeri 1 Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo dijadikan sebagai subjek penelitian.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Penggunaan metode yang tepat akan dapat membantu peneliti untuk

(54)

memperoleh data yang objektif dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1) angket, dan 2) tes.

1. Angket

Menurut Sugiyono (2010: 199), angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Responden tidak dapat memberikan jawaban lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, variabel minat baca siswa diungkap menggunakan angket. Angket dalam penelitian ini terdiri dari butir-butir pernyataan yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan variabel minat baca siswa. Dilihat dari cara menjawab angketnya dalam penelitian ini maka merupakan angket tertutup karena responden diminta memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pernyataan yang tersedia. Dilihat dari jawaban yang diberikan, maka termasuk jenis angket langsung karena responden memberikan jawaban yang berkaitan dengan dirinya.

2. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (via Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2009: 179), tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat can cepat. Tes yang

(55)

yang berwujud soal-soal/ pertanyaan-pertanyaan berdasarkan bacaan untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman siswa.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010 : 148). Dengan kata lain, instrumen merupakan alat ukur untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, dan tes. 1. Angket

Alat ukur dalam angket penelitian ini berupa skala minat. Skala minat ini digunakan untuk mengukur perasaan dan perilaku seseorang yang berkaitan dengan minat baca. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala minat ini terdiri dari selalu, kadang-kadang, jarang sekali, dan tidak pernah. Gradasi jawaban yang sangat positif ialah jawaban selalu dan gradasi jawaban yang sangat negatif adalah jawaban tidak pernah.

Penyusunan instrumen angket dalam penelitian ini mengacu pada variabel yang telah ditetapkan, dalam hal ini variabel independen. Variabel independen tersebut kemudian diberikan definisi operasionalnya, lalu ditentukan indikatornya, kemudian indikator dikembangkan menjadi butir-butir pernyataan. Untuk memudahkan dalam penyusunan instrumen, maka diperlukan kisi-kisi instrumen. Berikut adalah kisi-kisi instrumen untuk mengukur minat baca siswa.

(56)

Tabel 2. Kisi-kisi Variabel Minat Baca Komponen Indikator Nomor Butir (+) Nomor Butir (-) Jml Butir 1. Rasa senang terhadap kegiatan membaca. a. Banyak menyediakan waktu untuk membaca

1 2 2

b. Memanfaatkan waktu

luang untuk membaca 3, 4 5, 6

4 c. Senang dengan kegiatan

membaca 7 8

2 d. Senang ketika ada tugas

membaca dari guru 9 10

2 2. Kepuasan dari

kegiatan membaca.

a. Merasa puas/ lega ketika membaca buku yang disukai

11 12 2

b. Merasa kegiatan sehari-hari lengkap ketika sudah membaca buku yang disukai 13 14 2 3. Partisipasi aktif untuk membaca tanpa dipaksa. a. Membaca dengan keinginan sendiri 15 16, 17, 18 4 b. Mencari sendiri bahan/

sumber bacaan yang akan dibaca

19, 20, 21

22 4

c. Memilih jenis bacaan

yang dibaca 23 24, 25 3 4. Lebih menyukai kegiatan membaca dibandingkan kegiatan lain. a. Memilih membaca daripada menonton TV 26 27 2 b. Membaca lebih mengasyikkan dibandingkan bermain 28 29 2 c. Memilih membaca dibandingkan membantu orang tua 30 - 1 Jumlah 30

Instrumen minat baca siswa disajikan dalam bentuk skala minat, dimana setiap jawaban dari item instrumen mempunyai gradasi dari yang sangat positif

(57)

sekali, dan tidak pernah. Menurut Sugiyono, (2010: 134), pemberian skor untuk jawaban tiap item instrumen minat baca adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor Item Instrumen

Jawaban Skor (+) Skor (-)

Selalu Kadang-kadang Jarang sekali Tidak pernah 4 3 2 1 1 2 3 4 2. Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda sebanyak 50 butir. Penilaian dalam instrumen tes ini dilakukan dengan cara memberi nilai 1 untuk butir soal yang dijawab benar dan nilai 0 untuk butir soal yang dijawab salah. Tes pilihan ganda ini dikembangkan peneliti berdasarkan indikator-indikator kemampuan membaca pemahaman, kemudian peneliti jabarkan dalam butir-butir pertanyaan. Kisi-kisi instrumen untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman siswa dijabarkan dalam tabel berikut.

(58)

Tabel 4. Kisi-kisi Variabel Membaca Pemahaman

Komponen Nomor Item 

C1 C2 C3 Menjawab pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam bacaan 1, 2, 8, 9, 12, 19, 24, 26, 29, 37, 38, 39, 42, 43, 44, 47, 48 17 Menjelaskankan pokok pikiran paragraf 10, 16, 25, 32, 36 5 Menarik kesimpulan bacaan 3, 5, 6, 11, 15, 17, 22, 27, 30, 34, 35, 40, 41, 45 14 Memecahkan masalah sehari-hari sesuai bacaan 4, 7, 13, 14, 18, 20, 21, 23, 28, 31, 33, 46, 49, 50 14 Jumlah 17 19 14 50 Keterangan:

C1 : tingkat kognitif ingatan/ pengetahuan C2 : tingkat kognitif pemahaman

C3: tingkat kognitif aplikasi

H. Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti perlu melakukan validitas instrumen. Validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan sebuah instrumen. Menurut Iskandarwassid dan Dadang (2009: 184), sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel-variabel yang diteliti secara tepat.

(59)

Validasi instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi dilakukan melalui penilaian oleh peneliti yang kompeten (expert judgement) untuk mengetahui apakah suatu item relevan dengan tujuan. Dalam penelitian ini, penilai yaitu expert judgement menyatakan bahwa item-item yang disusun sudah relevan dengan tujuan, sehingga item-item tersebut dinyatakan layak untuk mendukung validitas.

Langkah selanjutnya adalah menguji kualitas item secara empirik. Uji empirik dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen pada siswa kelas 4 dan 5 SD N 2 Karangsari yang berjumlah 41 siswa. Hasil uji coba dihitung koefisien korelasinya menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson berikut ini.

ݎ௫௬ = ܰ∑ܻܺ െ ሺ∑ܺሻሺ∑ܻሻ

ඥ{ܰ∑ܺଶ− (∑ܺ)}{ܻܰ− (∑ܻ)} Keterangan:

rxy = angka indeks korelasi “r” Product Moment

N =Number of cases

∑ܻܺ = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y ΣX = Jumlah seluruh skor X

ΣY = Jumlah seluruh skor Y (Suharsimi Arikunto, 2010: 317)

Saifudin Azwar (2014: 86) mengatakan bahwa pada kriteria pemilihan item digunakan batasan rxy  0,30. Butir yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memuaskan. Penghitungan validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan bantuan programSPSS for windowsversi 16.

(60)

Berdasarkan penghitungan pada variabel minat baca diperoleh butir pernyataan sahih sebanyak 21 butir yaitu nomor 1, 2, 4, 6, 7, 9, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, dan 29. Butir pernyataan yang gugur berjumlah 9 yaitu nomor 3, 5, 8, 10, 11, 12, 17, 26, dan 30.

Berdasarkan penghitungan pada variabel kemampuan membaca pemahaman diperoleh butir soal yang sahih berjumlah 28 yaitu nomor 1, 3, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 23, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 34, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 47, dan 49. Butir soal yang gugur berjumlah 22 yaitu nomor 2, 4, 5, 6, 7, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 30, 33, 35, 36, 44, 46, 48, dan 50.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan reliabel apabila memberikan hasil data yang bersifat stabil. Reliabilitas menunjukkan keterandalan instrumen dalam memperoleh data. Sugiyono (2010: 365) mengatakan bahwa salah satu teknik untuk menghitung reliabilitas instrumen digunakan rumus alpha cronbach sebagai berikut. rII=

              2 2 1 1 st si k k Keterangan: rII : reliabilitas instrumen

k : mean kuadrat antara subjek 2

si

 : mean kuadrat kesalahan

2

(61)

Penghitungan uji reliabilitas menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 16. Hasil penghitungan menunjukkan koefisien reliabilitas angket minat baca sebesar 0,815 dan koefisien reliabilitas tes kemampuan membaca pemahaman sebesar 0,880. Peneliti menginterpretasikan bahwa kedua koefisien reliabilitas tersebut sangat memuaskan bagi tujuan pengukuran dalam penelitian ini.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data diperlukan dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan berupa data kuantitatif yaitu berupa angka. Adapun analisis data dalam penelitian ini adalah: 1) analisis statistik deskriptif, dan 2) analisis korelasi.

1. Analisis Statistik Deskriptif.

Sugiyono (2010: 208) mengatakan bahwa analisis statistik deskriptif dilakukan apabila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi. Statistik deskriptif mencakup tabel, diagram, penghitungan modus, median, mean, dan penghitungan persentase. Dalam penelitian ini, statistik deskriptif akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan grafik.

a) Tabel Distribusi Frekuensi

Tabel distribusi frekuensi digunakan untuk menyajikan data yang jumlahnya cukup banyak. Data dalam penelitian ini merupakan data interval. Langkah pertama dalam membuat tabel distribusi frekuensi adalah menentukan kelas

(62)

K= 1 + 3,3 log n

interval. Sugiyono (2011:34-35) mengatakan bahwa jumlah kelas interval dapat dihitung dengan rumus Sturges sebagai berikut.

Keterangan: K = Jumlah kelas n = jumlah responden log = logaritma

Langkah-langkah yang diperlukan untuk menyusun tabel meliputi menghitung jumlah kelas interval, menghitung rentang data, menghitung panjang kelas, dan menyusun inteval kelas. Rentang data yaitu data terbesar dikurangi data terkecil kemudian ditambah 1. Sementara panjang kelas sama dengan rentang dibagi jumlah kelas.

Penyajian data akan lebih mudah dipahami jika dinyatakan dalam persen (%). Penyajian data yang mengubah frekuensi menjadi persen dinamakan Tabel Distribusi Frekuensi Relatif.

b) Nilai Kecenderungan Skor Instrumen

Kecenderungan skor masing-masing variabel dihitung menggunakan rumus berikut.

Tabel 5. Perhitungan Kategori

No. Rumus Kategori

1 (µ 1,0 x σ) X Tinggi

2 (µ 1,0 x σ) X < (µ 1,0 x σ) Sedang

(63)

Keterangan: µ = Mean

σ = Standar Deviasi (Saifuddin Azwar, 2014: 135) c) Grafik

Untuk visualisasi penyajian data, peneliti menggunakan diagram agar lebih menarik dan komunikatif.

Adapun rumus statistik yang digunakan dalam menghitung mean, modus, danmediandata tersebut adalah sebagai berikut.

1. Meanatau rata-rata

Dalam penelitian ini, mean dihitung menggunakan mean data kelompok. Rumusnya adalah sebagai berikut.

Me=

∑௙௜௑௜

௙௜ (Sugiyono, 2007: 47) Keterangan:

Me =Meanuntuk data bergolong

݂݅ = Jumlah data/ sampel

ݔ݅ = tanda kelas (rata-rata dari batas bawah dan batas atas pada setiap interval data.

݂݅ݔ݅ = Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor dengan frekuensinya.

2. Median

Dalam penelitian ini, median dihitung dengan rumus median data bergolong. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut.

(64)

† ൌ „൅ ቌ ଵ ଶN − Fkb Fd ቍ ‹ Keterangan: Mdn = Median

Bb = Batas bawah nyata dari interval yang mengandung median

Fkb = Frekuensi kumulatif di bawah interval yang mengandung median

Fkd = Frekuensi interval yang mengandung median

i = Lebar interval

N =Jumlah (frekuensi) individu dalam distribusi (Tulus Winarsunu, 2006: 37)

3. Modus

Dalam penelitian ini modus yang dihitung adalah modus data bergolong. Rumusnya adalah sebagai berikut.

ܯ ݋ ൌ „൅ ’ሺܾͳ൅ ܾʹb1 )

Keterangan:

Mo = Modus

b = batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak p = panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak

(65)

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval berikutnya (Sugiyono, 2007: 45-46).

2. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur keeratan (kuat, lemah, atau tidak ada) hubungan antara minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas tinggi SD N 1 Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2014/ 2015.

Analisis korelasi dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Product-Moment. Korelasi Product-Moment digunakan untuk menentukan hubungan antara dua gejala interval (Suharsimi Arikunto, 2002: 240). Rumus KorelasiProduct-Momentadalah sebagai berikut.

ݎ௫௬ = ܰ∑ܻܺ െ ሺ∑ܺሻሺ∑ܻሻ

ඥ{ܰ∑ܺଶ− (∑ܺ)}{ܻܰ− (∑ܻ)} Keterangan:

rxy = angka indeks korelasi “r” Product Moment

N =Number of cases

∑ܻܺ = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y ΣX = Jumlah seluruh skor X

ΣY = Jumlah seluruh skor Y

Langkah yang selanjutnya dilakukan setelah nilai korelasi (nilai r hitung) diketahui adalah menginterpretasi nilai r. Menurut Sugiyono (2007: 231), ukuran yang digunakan untuk menginterpretasikan nilai r adalah sebagai berikut.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas Tinggi SD N 1 Karangsari
Tabel 2. Kisi-kisi Variabel Minat Baca Komponen Indikator NomorButir (+) NomorButir(-) Jml Butir 1
Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor Item Instrumen
Tabel 4. Kisi-kisi Variabel Membaca Pemahaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari sistem kewargaan (pekraman), masyakat Desa Tenganan Pegringsingan dikelompokkan atas kategori peran dan fungsinya di desa, seperti krama desa, krama

Baris Jumlah Jarak Juml... Baris Jumlah

Hasil dari penelitian kincir angin Savonus ini didapatkan daya tertinggi yang dicapai adalah sebesar 34,28 watt dengan variasi celah antar sudu 10 cm pada kecepatan angin 7

〔勞働法五〕取引會社および融資先からの强要により組合の執行委 員長を解雇した場合と不當勞働行爲の成否

Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan.. Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh

Artikel kedua dengan judul Identifikasi Serkaria Fasciolopsis buski dengan PCR untuk Konfirmasi Hospes Perantara di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan,

Konstruksi motor induksi tidak ada bagian rotor yang bersentuhan dengan bagian.. stator, karena dalam motor induksi tidak ada komutator dan

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran