• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PETANI TERHADAP MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN BOYOLALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI PETANI TERHADAP MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN BOYOLALI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PETANI TERHADAP MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI

DI KABUPATEN BOYOLALI

Dwinta Prasetianti, Tri Reni Prastuti, Anggi Sahru Romdon Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Bukit Tegalepek Sidomulyo – Ungaran 50501 edhipta@yahoo.co.id

ABSTRACT

Prasetianti, D., Tri R.P., and Anggi S.R. Praperception of The Farmers Through The Model of Sustainable Food Home Region in Boyolali District. Model of sustainable food home region (MKRPL) is one of the national Ministry of Agriculture program. MKRPL goal is to improve household food self-sufficiency based on optimizing the use of the yard, occupy the family food and nutrition in a sustainable manner and to develop productive economic activities, creating a green environment clean and healthy. MKRPL Central Java began in 2011 introduced either in the Seboto Village, Ampel Sub-District, Boyolali District. Appraisal of farmers to MKRPL need to know by assess perceptions of the inovation technology introduced, benefits and sustainability of MKRPL. The study used a survey method to 30 farmers by purposive sampling (accidental). The results of the study showed a positive perception of farmers to MKRPL (high category) views from the appraisal of innovation technology (93.3%), benefits (96.7%) and sustainability of MKRPL (100%). Farmers claimed that MKRPL still need to continue because it is considered beneficial either yard that they have more organized and provide an aesthetic function. Assistance is still needed because there is a one problem needs the technology to anticipate drought.

Keywords: perception, MKRPL, innovation technology, assistance

PENDAHULUAN

Model kawasan rumah pangan lestari (MKRPL) merupakan salah satu program nasional Kementerian Pertanian. Tujuan MKRPL adalah meningkatkan kemandirian pangan keluarga berbasis optimalisasi pemanfaatan pekarangan, memenuhi pangan dan gizi keluarga secara lestari serta mengembangkan kegiatan ekonomi produktif, menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat. MKRPL ini mulai dikenalkan pada tahun 2010 di Desa Kayen Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan sebagai tindak lanjut dari arahan Presiden Republik Indonesia pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010 tentang ketahanan dan kemandirian pangan. (Hermawan, dkk. 2011)

MKRPL Provinsi Jawa Tengah mulai di introduksikan pada tahun 2011 salah satunya di Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten

Boyolali. Secara umum Desa Seboto memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi. Luas pekarangan yang dimiliki berkisar antara 100 m² sampai 400m² bahkan lebih, dengan rerata kepemilikan pekarangan 116,25 Ha (Monografi Desa Seboto, 2011). Potensi inilah yang menjadikan Desa Seboto sebagai Desa Model percontohan kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL). Prinsip MKRPL itu sendiri adalah pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dengan berorientasi pada sumber daya lokal, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Kementan, 2011).

Model kawasan rumah pangan lestari di Desa Seboto sudah berlangsung dari bulan November 2011 hingga Oktober 2012, dan akan tetap berlangsung seterusnya. Untuk itu dalam keberlanjutaannya penulis ingin mengetahui persepsi petani terhadap kegiatan MKRPL di Kabupaten Boyolali. Rakhmat (1998)

(2)

menyatakan bahwa persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Konsep MKRPL yang diterima petani dengan konsep yang dikirim tergantung kepada berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Sobur (2009) faktor internal yaitu dipengaruhi oleh kebutuhan psikologis, latar belakang, pengalaman, kepribadian, dan penerimaan diri. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh intensitas, ukuran, kontras, gerakan, ulangan, dan keakraban. Pemahaman persepsi seorang individu atau kelompok diperlukan dalam menseleksi, mengorganisir dan memberikan arti terhadap dorongan yang datang dari lingkungannya sangat mempengaruhi keberlanjutan dari kegiatan MKRPL di Kabupaten Boyolali.

METODE PENGKAJIAN

Kajian dilaksanakan pada Bulan Oktober 2012 di Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Pengkajian ini merupakan pengkajian survey yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data terdiri dari dua macam, yaitu teknik angket dengan menggunakan kuesioner, suatu daftar berisikan pertanyaan mengenai suatu hal atau bidang (Kuntjoroningrat, 1980) dan teknik wawancara, yaitu pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan kepada tujuan penyelidikan (Hadi. S, 1983). Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang yang merupakan pelaksana MKRPL yang ditetapkan secara sengaja (purposive sampling). Persepsi yang dimaksud dalam kajian ini adalah persepsi petani terhadap inovasi teknologi yang dikenalkan pada kegiatan MKRPL, persepsi petani terhadap keberlangsungan/keberlanjutan MKRPL baik di dalam desa maupun luar desa, dan persepsi petani terhadap manfaat MKRPL .

Penilaian persepsi terhadap MKRPL digolongkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Cara penggolongan atau pengklasifikasian tingkat persepsi digunakan rumus interval kelas, yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah kategori (3 kategori), sedangkan peringkat yang digunakan untuk menilai tingkat persepsi

menggunakan penskalaan dengan metode Likert’S Summated Ratings (LSR) yaitu skor persepsi responden dijumlahkan dan jumlah skor tersebut yang ditafsirkan sebagai posisi responden (Azwar, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kegiatan MKRPL di Boyolali

Pelaksanaan MKRPL dilakukan oleh petani dengan pembinaan teknologi oleh peneliti, penyuluh, beserta teknisi lapangan. Kegiatan ini meliputi beberapa tahap antara lain, persiapan, pelaksanaan, koordinasi, pengembangan dan monitoring serta evaluasi. Tahap persiapan meliputi identifikasi potensi wilayah, introduksi model penataan pekarangan meliputi budidaya vertikultur, polybag dan tanaman sayur dalam pot, bedengan dilahan pekarangan untuk tanaman sayuran, buah, toga, dan umbi-umbian. Model pemanfaatan pekarangan disesuaikan dengan kategori strata pada masing-masing petani. Pemilihan komoditas berdasarkan minat dan kesukaan petani, dan pola budidaya berbasis pada sumber daya lokal. Tahap pelaksanaan meliputi sosialisai MKRPL kepada petani, serta Dinas dan Instansi terkait untuk mendukung kegiatan ini, serta untuk mendapatkan umpan balik. Umpan balik tersebut diharapkan berupa reaksi dan respon positif terhadap pemanfaatan lahan pekarangan yang dimulai dengan pembuatan media tanam dan pembuatan rak (rak persegi, vertikultur, rak gantung, rak paralon, yang berbahan dasar bambu serta kayu). Tahap koordinasi meliputi kerjasama dari beberapa petani pelaksana MKRPL, dengan pembentukan panitia MKRPL meliputi ketua, pengurus dan koordinator. Diharapkan dengan adanya panitia kegiatan MKRPL di lapangan lebih dapat di monitor dan kerjasama serta partisipasi petani dapat terjalin dengan baik. Tahap pengembangan meliputi hasil kreasi petani di luar yang diintroduksikan. Penumbuhan dan pengembangan Kebun Bibit Desa (KBD) untuk tanaman sayuran untuk keberlangsungan MKRPL. Pengembangan kelembagaan tani untuk menjamin keberlanjutan dalam bentuk pengolahan hasil MKRPL berupa tanaman sayuran menjadi produk olahan yang dapat meningkatkan perekonomian keluarga tani.

(3)

Tahap monitoring dan evaluasi melibatkan penyuluh dan peneliti BPTP Jawa tengah serta pemangku kebijakan dalam mendukung keberlanjutan MKRPL melalui pembinaan untuk mengetahui kesesuaian antara tujuan dengan hasil yang telah dicapai meliputi hal-hal apa saja yang harus diperbaiki mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasikan resiko terhadap sesatu yang timbul dikemudian hari.

Persepsi Petani Terhadap Inovasi Teknologi Pada MKRPL

Inovasi teknologi pada dasarnya mempunyai peran yang tinggi terhadap pengembangan MKRPL, selain dapat memberikan kekuatan misalnya dalam peningkatan dan penjaminan mutu, kemasan, sampai penampilan produk, penggunaan teknologi secara tepat juga akan berpeluang untuk menekan biaya produksi, meningkatkan harga jual, dan meningkatkan daya saing produk. Inovasi teknologi yang diperkenalkan pada kegiatan MKRPL di Desa Seboto berupa pembuatan media tanam, pembuatan pupuk organik, pembuatan vertikultur, rak – rak dan polybag untuk pemanfaatan pekarangan sempit, dan model tanam langsung lahan bagi pekarangan yang luas.

Kajian persepsi petani terhadap inovasi teknologi yang diperkenalkan berupa tingkat kebaruan inovasi teknologi, kesesuaian inovasi teknologi dan keunggulan atau kekurangan dari inovasi tersebut. Secara umum persepsi petani terhadap inovasi teknologi yang diperkenalkan pada kegiatan MKRPL positif (Tabel 1.). Sebesar 90% petani menyatakan teknologi yang diperkenalkan baru. 10% petani menyatakan hanya sebagian dari teknologi yang baru. Melihat hal tersebut tentunya usaha memperkenalkan inovasi teknologi harus gencar dilakukan sehingga petani bisa lebih tertarik untuk mencoba dan menerapkan inovasi tersebut.

Hanafi (1987) menyatakan bahwa hasil-hasil inovasi yang gencar diperkenalkan dan mudah dicoba pada skala kecil akan lebih cepat diterapkan oleh pengguna.

Persepsi petani terhadap keunggulan dan kerugian suatu inovasi penting untuk diketahui karena adanya kemungkinan dan konsekuensi inovasi teknologi yang diperkenalkan kepada mereka. Konsekuensi tersebut berupa penerapan atau penolakan terhadap inovasi teknologi tersebut. Sebagai contoh penggunaan vertikutur pada pekarangan, maka petani akan menilai baik dan buruk dari inovasi teknologi tersebut, hal ini berupa kemudahan dalam membuat vertikultur, biaya yang dibutuhkan untuk membuat vertikultur, kesesuaian dengan pekarangan, kemudahan dalam perawatan dan keuntungan lain dengan menggunakan vertikultur dibanding dengan kekurangan yang akan diterima. Pemikiran petani terhadap inovasi tertentu akan berdampak pada pertimbangan resiko pada masing-masing teknologi yang diperkenalkan sebelumnya. Petani yang berada dalam situasi tertentu dapat memperhitungkan risiko teknis dan ekonomis terhadap inovasi teknologi. Sebaliknya mereka juga dapat berfikir tentang kemungkinan keuntungan yang diharapkan terjadi terhadap inovasi teknologi yang diperkenalkan. Rogers (1983) menyatakan bahwa inovasi akan cepat diterima oleh masyarakat bila inovasi tersebut lebih berorientasi pada masyarakat. Maksudnya ialah masyarakat akan menilai terlebih dahulu suatu inovasi sebelum mengambil keputusan untuk mengadopsi atau menerima inovasi.

Tabel 2.

Nilai Rerata Keragaan Persepsi Petani Terhadap Inovasi Teknologi

Komponen Persepsi Nilai Rerata Tingkat kebaruan inovasi teknologi

yang diperkenalkan

2,9 Keunggulan dan kekurangan

inovasi teknologi

2,9 Kesesuain inovasi teknologi dengan

kondisi lingkungan

3,0 Sumber : Data Primer yang diolah (Boyolali, 2012)

Kesesuaian inovasi teknologi dengan kondisi lingkungan dalam hal ini pekarangan yang dimiliki oleh petani seluruhnya menyatakan sesuai. Mereka menganggap inovasi teknologi seperti vertikultur, polybag dan rak cocok Tabel 1.

Kategori Persepsi Petani Terhadap Inovasi Teknologi Pada MKRPL

Kategori Kelas RespondenJumlah Persentase (%) Sedang 5,1 - 7,0 2 6,67

Tinggi 7,1 - 9,0 28 93,33 Sumber: Data Primer yang diolah (Boyolali, 2012)

(4)

ditempatkan di pekarangan selain pekarangan lebih tertata, fungsi estetika juga didapatkan sehingga lebih memberikan kepuasan tersendiri bagi pengguna inovasi tersebut.

Persepsi Petani Terhadap Manfaat MKRPL

MKRPL diintroduksikan kepada pengguna diharapkan dapat memberikan manfaat berupa penghematan biaya konsumsi rumah tangga, memecahkan masalah pangan keluarga, meningkatkan produktivitas maupun memberikan fungsi estetika. Secara umum persepsi petani terhadap keberadaan MKRPL memberikan manfaat bagi keluarga (Tabel 3.).

Tabel 3.

Kategori Persepsi Petani Terhadap Manfaat MKRPL

Kategori Kelas RespondenJumlah Persentase (%)

Sedang 6,8 - 9,5 1 3,3

Tinggi 9,4 - 12,0 29 96,7 Sumber : Data Primer yang diolah (Boyolali, 2012)

Keberadaan MKRPL dianggap petani bisa menurunkan biaya konsumsi rumah tangga salah satunya kebiasaan membeli sayuran. Sebelumnya petani biasa membeli sayuran di pasar atau di pedagang keliling setelah adanya MKRPL kebiasaan membeli sayuran tersebut berkurang selain itu petani bisa menanam berbagai macam sayuran sehingga bisa lebih variatif dalam memilih sayuran sesuai kebutuhan. Disisi lain tambahan penghasilan juga bisa didapatkan melalui MKRPL ini yaitu melalui penjualan kelebihan hasil panen yang dikonsumsi.

Tabel 4.

Nilai Rerata Keragaan Persepsi Petani Terhadap Manfaat MKRPL

Komponen Persepsi Nilai Rerata Penghematan biaya konsumsi

rumah tangga

3,0 Pemecahan masalah pangan

keluarga

3,0 Peningkatan produktivitas 3,0 Memberikan fungsi estetika 3,0

Sumber : Data Primer yang diolah (Boyolali, 2012)

Lebih jauh penilaian petani terhadap MKRPL dalam hal fungsi estetika sangat positif (tinggi), pekarangan yang tadinya tidak tertata dan lebih banyak kosong menjadi penuh dengan tanaman. Manfaat inilah yang diharapkan petani karena manfaat ini sulit untuk dinilai, mereka

hanya menyatakan sangat puas.

Persepsi Petani terhadap keberlanjutan MKRPL

Keberlanjutan MKRPL baik di dalam desa maupun luar desa sangat positif dimana dari 30 responden yang disurvey 100 persen menyatakan MKRPL akan terus berlanjut. Alasan petani menyatakan hal tersebut karena inovasi teknologi pada MKRPL mudah untuk diterapkan, MKRPL tidak bertentangan dengan budaya atau kebiasaan petani. Bahkan MKRPL ini memberikan manfaat baru bagi petani disela mengisi kekosongan dari pekerjaan utama yang biasa dilakukan.

Partisipasi petani sebagai wujud nyata terhadap dukungan keberlanjutan MKRPL juga terlihat positif dimana mereka banyak meniru secara mandiri model-model inovasi teknologi yang diterapkan pada MKRPL. Kekhawatiran terhadap kegagalan MKRPL juga ada yaitu timbulnya permasalahan yang membutuhkan inovasi teknologi baru sebagai solusi dari permasalahan tersebut, salah satu permasalahannya adalah ketersediaan air dimusim kemarau sehingga petani harus bersaing antara kebutuhan pokok (minum, mandi, mencuci, dll.) dengan keutuhan tanaman. Keragaan persepsi petani terhadap keberlanjutan MKRPL terdapat pada Tabel 5. Komponen persepsi mengenai keberlanjutan MKRPL terdiri dari kemudahan inovasi teknologi, kesesuaian inovasi, dukungan sarana produksi, tingkat partisipasi, dan waktu yang diperlukan dalam memperoleh hasil dari kegiatan MKRPL.

Tabel 5.

Nilai Rerata Keragaan Persepsi Petani Terhadap Keberlanjutan MKRPL

Komponen Persepsi Nilai Rerata Kemudahan inovasi teknologi

untuk diterapkan

3,0 Kesesuaian inovasi dengan budaya

dan kebiasaan petani

3,0 Dukungan sarana produksi 3,0 Tingkat partisipasi petani

mendukung MKRPL

3,0 Waktu yang dibutuhkan untuk

mendapatkan hasil

2,2 Sumber : Data Primer yang diolah (Boyolali, 2012)

Permasalahan lain yang masih mengharapkan pendampingan adalah inovasi teknologi untuk memperpendek umur tanaman khususnya tanaman sayuran, karena petani

(5)

menganggap waktu yang dibutuhkan dari mulai tanam sampai mendapatkan hasil selama ini cukup lama. Pencegahan dan pengendalian hama penyakit juga menjadi prioritas untuk didampingi, pencegahan dan pengendalian hama penyakit tanaman, dan komoditas lain dipekarangan selama ini belum diperhatikan padahal pengalaman petani serangan hama penyakit ini cukup banyak sehingga diperlukan cara pengendalian yang efektif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Persepsi petani terhadap MKRPL di Desa Seboto berada pada kategori tinggi baik dilihat dari penilaian terhadap inovasi teknologi (93,3%), manfaat (96,7 %) dan keberlanjutan MKRPL (100%). Introduksi teknologi MKRPL yang memiliki sifat kebaruan teknologi, kemudahan, kesesuaian dengan lapangan dan sosial budaya masyarakat, pelaksana MKRPL menginginkan kegiatan MKRPL terus berlanjut karena memiliki berbagai manfaat, misalnya pekarangan bisa lebih tertata, penganeka ragaman tanaman seperti sayuran, empon-empon sebagai bumbu dapur, buah dan tanaman lainnya dapat dilakukan sesuai kebutuhan, jenis rak vertikultur, polybag dan sebagainya memberi fungsi estetika yang tidak ternilai, sehingga MKRPL dianggap berpeluang untuk di kembangkan didaerah lain. Pembinaan lebih lanjut masih diperlukan, karena adanya beberapa permasalahan diantaranya petani merasakan bahwa hasil dari MKRPL berupa tanaman sayuran membutuhkan waktu yang lama, pada musim kering ketersediaan air sulit didapatkan karena harus bersaing dengan konsumsi rumah tangga.

Saran-saran untuk keberlanjutan MKRPL 1. Perlu partisipasi masyarakat, penguatan

kelembagaan, kebun bibit desa, dan pembinaan dari peneliti, penyuluh, teknisi

lapang, serta pemangku kebijakan.

2. Pemilihan komoditas perlu dipertimbangkan lagi dengan adanya musim kemarau panjang, dan perlu ada teknologi untuk mengantisipasi kekeringan misalkan irigasi tetes atau pembuatan embung.

3. Persepsi petani perlu disamakan agar kegiatan MKRPL mendapatkan dukungan penuh dari berbagai pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Data Monografi Desa Seboto. Boyolali

Azwar, S. 2002. Sikap manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Hadi, S. 1983. Metodologi Resesarch Jilid I. Yayasan Penelitian Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta.

Hanafi, Abdillah. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Penerbit Usaha Nasional Surabaya. 197 hal.

Hermawan, A., S. Bahri, T. R. Prastuti, dkk. 2011. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Jawa Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.

Kemtan. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Kementerian Pertanian.

Kuntjoningrat. 1980. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta

Rahmat J. 1998. Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Remaja Rosdakarya. Bandung. Rogers M. 1983. Diffusion of Innovations. The

Free Press. New York.

Sobur A. 2009. Psikologi Umum. CV Pustaka Setia. Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan survei awal, wilayah Pantai Kalasey mengalami abrasi dan mengakibatkan hilangnya sebagian lahan daratan yang disebabkan oleh proses laut berupa gelombang dan

Populasi dapat didefinisikan pada mereka yang hidup pada area geografis yang spesifik (contoh : tetangga, komunitas, kota atau negara) atau mereka kelompok

Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau Pada Langgam Kato Mandaki- Manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman Dan Perancangannya Sebagai

Dapat disimpulkan bahwa kelompok tani Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) mampu melakukan grafting (penyambungan) dan budidaya hortikultura dengan sistim polibag dan

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) adalah suatu model rumah pangan yang dibangun dalam satu kawasan dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk

Hasil analisis hubungan antara penggunaan pelayanan kesehatan dengan kejadian pneumonia menunjukkan orang tua balita yang menggunakan pelayanan kesehatan lebih banyak

Berdasarkan Self Assessment yang dilakukan oleh pihak Manajemen Bank dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan

Adalah struktur dimana ruang yang ada terbentuk dengan memanfaatkan tekanan udara lengkungan kubah adalah bentuk yang cocok untuk struktur ini, karena dapat menutupi ruang dan