Halaman 1
A. DATA UMUM DINAS KETAHANAN PANGAN DAN
PERTANIAN
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo sebagai salah satu OPD yang khusus menangani urusan pangan dan urusan
pertanian subsektor tanaman pangan, hortikultura,
dan perkebunan, dalam pelaksanaannya banyak berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur maupun Kementerian Pertanian RI terutama Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Perkebunan, Badan Ketahanan Pangan Kementan RI, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, dan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.
Sesuai dengan Perda No. 6 tahun 2016 tentang PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH, yang merupakan penjabaran dari PP 23 tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah ditetapkan nomenklatur
Halaman 2
Pertanian adalah Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo. Uraian Tugas dan
Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo terdapat dalam Peraturan Bupati nomor 66 tahun 2018 tentang KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN KABUPATEN PROBOLINGGO. Dalam BAB IV pasal 5 ayat 1 dinyatakan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mempunyai tugas pokok membantu bupati melaksanakan urusan pemerintahan bidang pangan dan pertanian serta tugas pembantuan yang diberikan kepada daerah. Sedang ayat 2 dinyatakan untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mempunyai fungsi :
(1) Perumusan kebijakan dibidang ketahanan
pangan, pertanian dan perkebunan;
(2) Pelaksanaan kebijakan dibidang ketahanan
pangan, pertanian, dan perkebunan;
(3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang ketahanan pangan, pertanian, dan perkebunan;
(4) Pelaksanaan administrasi Dinas Ketahanan
Halaman 3
(5) Pembinaan terhadap UPT dan Kelompok Jabatan
Fungsional Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian;enetapan perencanaan program
(6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati.
Di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo secara keseluruhan mempunyai karyawan sebanyak 227 orang (Pejabat struktural, staf, Petugas UPT, BPP-PPL, POPT tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, UPT PSB).
Tabel 1.1. DATA APARATUR SIPIL NEGARA YANG MENDUKUNG KINERJA
DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN TAHUN 2019
No. Nama Jabatan
Eselon II, III, dan IV
1 IR.NANANG TRIJOKO S,MM Kepala Dinas 2 DRS.DARMAWAN,M.SI. Sekretaris
3 IR.YULISSETYANINGSIH,MM. Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura
4 NURULKOMARILASRI,SP.,MP Kepala Bidang Perkebunan 5 IR.BAMBANGSUPRAYITNO,MMA Kepala Bidang Sarana dan Prasarana
6 SYAFI`I,SP,MMA. Kepala Bidang Ketahanan Pangan
7 EDISUYOTO,SP. Kepala Bidang Pelaksanaan Penyuluhan dan Bina Usaha Tani 8 NANANGMP. SETYODJATMIKO,SP, Kasi. Pengolahan dan Penganekaragaman Pangan 9 SAFARULLUKMANFAUZI,S.P. Kasi. Alat Mesin Pertanian
10 FEBTISURYANI,SP Kasi. Kelembagaan
11 HETILISNAWATI,S.TP. Kasi. Ketersediaan dan Cadangan Pangan 12 SURYANANURINGP,ST.M.SI. Kasi. Konsumsi Pangan
Halaman 4
14 ARIFKURNIADI,SP Kasi. Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura 15 MUCHLISIN,SP Kasi. Perlindungan Tanaman Perkebunan 16 UMINURAZIZAH,SP.,M.MA. Kasi. Penyuluhan
17 SUPARLAN,SP. Kasi. Pupuk dan Pestisida
18 M.HARIAGUSTAMI,SP. Kasi. Tanaman Hortikultura 19 DIDIKTULUSPRASETYO,SP Kasi. Tanaman Pangan
20 IR.EVIROSELLAWATI,MM Kasi. Tanaman Perkebunan Semusim
21 SUYITNO,SP,MM Kasi. Tanaman Perkebunan Tahunan
22 SITIHOESNOELCHOTIMAH,S.P. Kasi. Tata Guna Lahan dan Irigasi 23 ARIFYUDIPURWANTO,SE Kasubbag. Keuangan
24 MURFIANGGORO, STPMAP Kasubbag. Perencanaan 25 ENDANGDWISULISTYOWATI,SP Kasubbag. Umum dan
Kepegawaian
26 ARIEFRACHMAN,SP,MM Kepala UPT Produksi Benih Tanaman Pangan
27 NURHADI,SP Kepala UPT Produksi Benih Tanaman
Hortikultura
28 ABDULAZIS,SP. Kepala UPT Pengawasan dan Sertifikasi Pertanian
Petugas Penyuluh Pertanian (PNS)
1 ABD. RASYID, SP. MMA Penyuluh Pertanian Utama 2 MARDI TOTO BASUKI, SP Penyuluh Pertanian Madya
3 NUR HAFID, SP Penyuluh Pertanian Madya
4 NURWIN, SP. Penyuluh Pertanian Madya
5 HAMDANI, SP Penyuluh Pertanian Madya
6 ENY PUDYASTUTI, SP. Penyuluh Pertanian Madya
7 SULISMINI, SP. Penyuluh Pertanian Madya
8 JOKO SUSILO, SP. Penyuluh Pertanian Madya
9 SRI PASEMI SOFIA, SP. Penyuluh Pertanian Madya 10 ENDANG RESINOWIYATI, SP. Penyuluh Pertanian Madya
11 SUMADI, SP, MP. Penyuluh Pertanian Madya
12 SLAMET, SP. Penyuluh Pertanian Madya
13 LUSIAR AGUS, sp Penyuluh Pertanian Muda
14 HENI IRAWATI Penyuluh Pertanian Muda
15 YOYOK WAGIYANTO, SP Penyuluh Pertanian Muda
16 GURITNO DWIJANTORO, SP. Penyuluh Pertanian Muda 17 ENDANG KARSINI WATI, SP Penyuluh Pertanian Muda
18 SUADHINI, SP Penyuluh Pertanian Muda
19 ABD. RACHMAN, SP. Penyuluh Pertanian Muda
20 JEMMARUDDIN Penyuluh Pertanian Pelaksana
Lanjutan
21 NASRUL HALIM, SP Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan 22 SLAMET HARIYONO, SP Penyuluh Pertanian Pelaksana
Halaman 5
23 SUROTO Penyuluh Pertanian Penyelia
24 REKNO WAHYU WIDOWATI Penyuluh Pertanian Penyelia
25 SYAMSUL ABDULLAH Penyuluh Pertanian Penyelia
26 EKO BUDI SANTOSO, S.P.,MMA Penyuluh Pertanian Penyelia 27 KURNIAWAN PRIHANDHOKO, SP Penyuluh Pertanian Pertama
28 DILLA HERMANTO, SP Penyuluh Pertanian Pertama
29 AKHMAD MULYONO, SP. Penyuluh Pertanian Pertama 30 AMELIA FIRIKA RIZAL, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama 31 KHOLID MANSHUR, SP. Penyuluh Pertanian Pertama
32 NANANG SETIONO, SP Penyuluh Pertanian Pertama
33 AGUS STYAGUNG
PURWANDONO, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama
34 ENDANG RAHMAWATI, SP Penyuluh Pertanian Pertama
35 JULAIHIN, SP Penyuluh Pertanian Pertama
36 MUHAMMAD YAHYA, S.TP. Penyuluh Pertanian Pertama 37 YUNI INDRIAWATI, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama
38 ADSAN RAHYONO, SP. Penyuluh Pertanian Pertama
39 RATIH AGUNG PRADANA, S.Pt,MM Penyuluh Pertanian Pertama 40 TRI LAKSONO HENDRO
GUWANAN, SP Penyuluh Pertanian Pertama
41 GUNTUR EKO SETIAWAN, SP Penyuluh Pertanian Pertama 42 YACONUS KURNIAWAN, SP. Penyuluh Pertanian Pertama 43 MUHAMMAD MUSTAJIB, SP Penyuluh Pertanian Pertama 44 VIVIN TYAS PAMUNGKAS, SP.MP Penyuluh Pertanian Pertama 45 MUHAMAD TEGUH ARISTO ADHY, S.Pt Penyuluh Pertanian Pertama
Staf (PNS)
1 SUGI Staf UPT Produksi Benih Hortikultura
2 FALENTINA EKAWATI DYAH P, SP Staf Seksi. Tata guna lahan dan Irigasi
3 SUJONO .E Staf Seksi. Ketersediaan Pangan
4 RP.RONY SUJATMIKO Staf Seksi. Konsumsi Pangan
5 KUSNADI HARYONO Staf Subbag. Umum dan Kepegawaian
6 SUBOWO Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
7 PURWANINGRUM Staf Seksi. Konsumsi Pangan
8 SUHERI, S.Sos Staf Seksi. Penyuluhan
9 IMAM SUJARWANTO Staf Seksi. Penyuluhan
10 ISLAMAH Staf Seksi. Distribusi Pangan
11 LILIK PURWATI Staf Seksi. Perlindungan Tanaman Perkebunan 12 OKTA PURWO INA RANY, S.TP Staf Seksi. Tanaman Hortikultura 13 DADIK EKO SUPRAPTO, SP Staf Seksi. Tanaman Hortikultura 14 HIDAYAT TAUFIQ, SP Staf UPT Produksi Benih Tanaman Pangan
Halaman 6
15 NURAISYAH RAGIL CAHYANINGATI Staf Seksi. Pupuk dan Pestisida 16 DIDIK KRISTIADI Staf Seksi. Tanaman Perkebunan Musiman 17 HESTI WIJAYANTI, S.Hut Staf Seksi. Tanaman Perkebunan
Musiman
18 HERI YULIANTO Staf Seksi. Tanaman Perkebunan Tahunan 19 DINI ARIYANI, S.Si Staf Sub Bagian Perencanaan 20 ARIFANI WULANDARI, SP Staf UPT Produksi Benih Hortikultura 21 HIMYATUL AMANAH, SP Staf Subbag. Keuangan / Bendahara Pengeluaran
22 NIKE APRIAS WULANSARI, S.Sos Staf Subbag. Keuangan / Bendahara Pengeluaran 23 DJUHANTORO Staf Subbag. Umum dan Kepegawaian 24 ENI SUHARTI Staf Subbag. Umum dan Kepegawaian
25 ABDUL ASIS Staf UPT Produksi Benih Pangan
Staf (Non PNS)
1 INDRIANA MILAHAYATI,SP Staf seksi tanaman pangan 2 EDY SAPUTRO,A.MD Staf seksi Alat Mesin Pertanian 3 MOH.FAJAR YUNUS,ST Staf UPTD Kecamatan Gading 4 NURANI WITYASARI,S.TP Staf Subbag Perencanaan 5 SANTI YUNIANDARI Staf Seksi Ketenagaan dan
Pemberdayaan
6 UMMI KHOIRUN NISA,SP Staf Seksi Pupuk dan Pestisida
7 SHELLY ANDRANTY,S.TP Staf Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan
8 AGUS MULYANIK Staf Seksi Seksi Alat dan Mesin
Pertanian
9 ANITA WINDIAASTUTI Staf Seksi Keanekaragaman dan Pengolahan
10 ARIE DWI ARDINA Staf Seksi Tata Guna Lahan dan Air 11 ARIESTA YESY MANDELA Staf Seksi Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura
12 BUDI SANTOSO Staf Seksi Tanaman Hortikultura 13 BUDI SUSANTO Staf seksi Tanaman pangan 14 ELIDA NURUL UMAMI Staf Seksi Tamanan Perkebunan
Semusim
15 ENGGAR WAHYUDIANTO Staf Seksi Programa dan Informasi 16 IRVAN YULIANTO PUTRO PRATAMA Staf Subbag Keuangan
17 TOMI Staf Subbag Umum Kepegawaian
18 PRIA MUJAHIT Staf Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan
19 SAMUD Staf Subbag Umum Kepegawaian
20 TAUFIK BURAHMAN Staf Subbag Umum Kepegawaian 21 TOFAN FIRGUNTORO Staf Subbag Umum Kepegawaian
Halaman 7
22 TONI CAHYO SANTOSO Staf Subbag Umum Kepegawaian 23 YOSSY AGUS BASTIAN Staf Seksi Programa dan Informasi 24 ZUL FITRI KANTI LESTARI Staf Seksi Konsumsi dan Keamanan
Pangan
25 DRS.IMADE DARMAYANA Staf Seksi Kelembagaan dan Bina Usaha
26 EDY YULYUS,S.HUT. Staf Subag Perencanaan 27 ARIEF NUR HIDAYAT,S.SOS
Staf Seksi Kelembagaan dan Bina Usaha
Penyuluh Pertanian Lapangan-Non PNS
1 AGUNG SUPRAYITNO Alas Tengah, Sumberan, Alas Sumur Lor (Besuk)
2 MAHMUD YUNUS Randu Jalak, Sindet Lami, Alas Kandang (Besuk)
3 SLAMET SETIAWAN Besuk Agung, Krampilan, Matekan (Besuk)
4 HARDJONO PRAWIRO,SP Sumberagung, Watuwungkuk, Pabean (Dringu)
5 MISNADI Sekarkare, Sumbersuko, Kalisalam (Dringu)
6 SAIFUL HAK Randu Putih, Tamansari (Dringu) 7 SUTARMI Kaliacar, Nogosaren, Gading Wetan (Gading)
8 DWI RAMANDATI Prasi, Bulu Pandak, Condong
(Gading)
9 YETTI HARINI WENIWATI,S.TP Wangkal, Keben, Ranu Wurung (Gading)
10 INTAN TRI ASRI Gending, Bulang (Gending)
11 VERAWATI SANTI DEWI M,SP Klaseman, Jatiadi, Brumbungan Lor
(Gending)
12 IWAN PRASETYO,SP Sidomulyo, Tambak Ukir (Kotaanyar) 13 HARJONO,A.MD Kandangjati Wetan, Sumberlele, Kandang Jati Kulon (Kraksaan)
14 ATMADIYANTO Taman Sari, Asembakor (Kraksaan) 15 PRIYO BASUKI,SP Kregenan, Sidopekso, Rangkang (Kraksaan) 16 SAENOL ARIFIN Kamal Kuning, Rawan (Krejengan)
17 BIBIT Krobungan, Seneng, Betek (Krucil)
18 DONY PRAYOGO,SP Tambenglang, Bremi, Krucil (Krucil) 19 HERI IRAWAN Pandan Laras, Plaosan (Krucil)
20 AGUS SURYANTO,AMD Menyono, Wonoasri, Jatisari (Kuripan)
20 SUKANAN Branggah, Sapih, Palang besi (Lumbang)
22 SUHERWOTO Negororejo, Lambangkuning, Boto (Lumbang)
Halaman 8
24 MOHAMMAD SUGIYANTO Maron Kulon, Gerongan (Maron) 25 SULASTRI Kedungsari, Brumbungan Kidul,
Maron Wetan (Maron)
26 BABUN,AMD Taman, Petunjungan, Pandean (Paiton)
27 ZAKIYATUL UMMAH,SP Paiton, Sumber Anyar (Paiton)
28 ABDUL RAJAK Tanjung, Karanggeger (Pajarakan) 29 ABDUL HARIS NASRULLAH,STP Kertonegoro, Kalidandan
(Pakuniran)
30 HADI PRASETYO,SP Bima, Gunggungan Kidul (Pakuniran)
31 MOHAMMAD ZAMRONI Ranon (Pakuniran) 32 ROHMADI Pakel, Kedasih, Ngepung
(Sukapura)
33 IFTACHOL ARIFIN,SP Pandan Sari, Sumber, Tukul, Cepoko, Rambaan (Sumber)
34 RIDHO SWAHYUDI,SP Pesisir, Sumberbendo, Mentor (Sumberasih) 35 MOHAMMAD SIDIK,SP Banjar sari, Lemah Kembar, Jangur (Sumberasih)
36 ALI MUKHSIN,SP Tegalmojo, Blado Kulon (Tegalsiwalan)
37 YETTI PUJI RAHAYUNINGSIH,SP Bulujaran Kidul, Tegalsiwalan (Tegalsiwalan)
38 DIDIK KURNIAWAN Rejing, Tulupari (Tiris)
39 GUNADI Tiris, Ranuagung, ranugedang (Tiris) 40 DARTONO Tongas Kulon, Sumberrejo (Tongas) 41 KARYANTOKO Sumberkramat, Pamatan, Klampok (Tongas)
42 FAKTUL ARIFIN,SP Jrebeng, Wonorejo, Poh sangit
ngisor (Wonomerto) 43 TITIN AGUSTINI,SP Sepuh Gembol, Patalan (Wonomerto)
44 AHMADI Kramat Agung, Kropak (Bantaran) 45 IR.SUGIK HARIYONO
Klenang Kidul, Gading Kulon, Banyuanyar Kidul, Sentulan (Banyuanyar)
46 HARIYANTO Bago, Kecik, Jambangan,
Klampokan (Besuk)
47 AHMAD RIYADI,AMD Renteng, Duren, Sumber Secang (Gading)
48 ZAENAL ARIFIN,AMD Batur, Betek Taman, Jurang Jero
(Gading)
49 EDY AHMAD SALEH Sumber Kerang, Pikatan (Gending) 50 ABDUL TAWAB,SP Sambirampak Kidul, Curah Temu (Kotaanyar)
51 ASWARIANTO,SP Pasembon, Sidorejo (Kotaanyar) 52 RUSMINI,SP Kedung Rejoso, Sukorejo
Halaman 9
53 ALI USMAN Kebun Agung, Alassumur Kulon (Kraksaan)
54 EKO YULIANTO,SP Semampir, Kalibuntu (Kraksaan)
55 DIAH PERMATASARI,SP Sokaan, Gebangan (Krejengan)
56 ABDUL RACHMAN,AMD Patemon, Tanjang Sari (Krejengan) 57 MUNALI Kalianan, Watu Panjang, Guyangan (Krucil)
58 NURSIADI,AMD Kedawung, Resongo (Kuripan) 59 TITIK MUKTI RAHAYU,AMD Waru Jinggo, Clarak, (Leces)
60 EKO SISWANTO,SP Tigasan Kulon, Malasan Kulon, Jorongan (Leces) 61 IR.RAHARTO Tigasan Wetan (Leces)
62 NURHAYATI,AMD Tandon Sentul, Purut (Lumbang) 63 HERMANTO,SPT Puspan, Santrean, Brani Wetan (Maron)
64 IR.NUR SAMSU Plampang, Pondok Kelor, Sukodadi
(Paiton)
65 JAMALUDDIN Binor Sumberrejo (Paiton) 66 EKA KUSWILWATIKTANTO,SP Kalikajar Wetan, Alas Tengah, Kalikajar Kulon (Paiton)
67 SURYADI Karangbong, Ketompen (Pajarakan)
68 SUSI CANDRA KIRANA Selogudig Kulon, Selogudig Wetan (Pajarakan)
69 MARGONO,AMD Pakuniran, Glagah (Pakuniran)
70 SRI HASTUTI,SP Bucor Kulon, Bucor Wetan (Pakuniran)
71 SYAIFUDDIN,SP Sogaan, Kedungsumur (Pakuniran)
72 AMAN,AMD Sapikerep, Sariwani (Sukapura)
73 EDI SUTAMAN,SP Gemito, Wonokerso, Sumber Anom, Ledokombo (Sumber)
74 ARWAN PRAHARA,SP Gili Ketapang, Sumurmati, Laweyan, Ambulu (Sumberasih)
75 DEDI TRI BASUKI,SP Gunung Bekel (Tegalsiwalan)
76 RINA BUDHI WIJAYANTI,AMD Andungbiru, Segaran, Andungsari
(Tiris)
77 SUGENG EKO SUBANDRI,AMD Racek, Jangkang, Wedusan (Tiris) 78 ASMADI,AMD Wringin Anom, Curah Dringu, Tongas Wetan (Tongas)
79 ISTIYAR HIDAYADI,SP
Sumber kare, Pohsangit Tengah, Kareng Kidul, Poh Sangit Lor (Wonomerto)
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Tanaman Pangan dan Hortikultura (ASN Provinsi Jatim)
1 SAENUL HADI POPT Paiton/Besuk
2 SUGIONO POPT Kotaanyar/Pakuniran
3 SUYONO POPT Kraksaan
Halaman 10
5 SADI POPT Pajarakan
6 SUPARTO POPT Gading-Tiris-Krucil 7 BRENY HERMANTO POPT Gending - Banyuanyar 8 BAMBANG SUDJOKO POPT Maron
9 SUHARSONO POPT Dringu
10 GATOT PRAWIRO S POPT Bantaran-Wonomerto
11 KASIADI POPT Tegalsiwalan-Leces (Koordinator)
12 KUSNADI POPT Tongas
13 SUPARMIN POPT Sumberasih
14 SUGIYANTO POPT Sukapura-Sumber-Lumbang Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (ASN Balai Besar Proteksi dan Perbenihan Tan. Perkebunan Jombang)
1 RUDY TRISNADI POPT wilayah Kabupaten Probolinggo
2 IKA POPT wilayah Kabupaten
Probolinggo
Petugas Pembenihan tanaman pangan & hortikultura (ASN Diperta KP Provinsi Jatim)
1 AGUS FIRMAN UPT-PSB Diperta Propinsi 2 M.SYAIFUDIN MALIK UPT-PSB Diperta Propinsi
Sumber : Sekretariat Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab. Probolinggo
(2019)
B. ASPEK STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN
DAN PERTANIAN
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo mempunyai tujuan yang berkaitan dengan Urusan Pangan dan Urusan Pertanian dimana kedua urusan ini sangat penting
bagi kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Probolinggo, sehingga dalam RPJMD ditetapkan secara langsung yang terkait dengan urusan pangan (Indeks Ketahanan Pangan) dan urusan pertanian ini
Halaman 11
dalam RPJMD Kabupaten Probolinggo tahun 2018-2023 Misi 2 Sasaran 10 (meningkatkan ketahanan
Pangan) dan Misi 4 Sasaran 13 (Meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto sektor Strategis).
Dalam penjabarannya Indeks ketahanan
pangan dapat dicapai jika bisa melaksanakan
implementasi kegiatan yang mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Ketahanan Pangan.
Pencapaian SPM ketahanan Pangan akan
menggambarkan seberapa jauh pemenuhan/
kesejahteraan pangan masyarakat Kabupaten Probolinggo, yang untuk saat ini masih mencapai tahap 69,75 (kategori sedang). Beberapa instrument yang digunakan dalam meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Probolinggo, antara lain :
(1) Meningkatkan ketersediaan dan cadangan
pangan ~ Secara keseluruhan wilayah
Kabupaten Probolinggo mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Sehingga dalam pemenuhan pangan mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda. Di beberapa desa malahan terindikasi sebagai daerah yang rawan / rentan pangan atau malahan daerah dengan tingkat kemiskinan cukup tinggi yang
Halaman 12
disebabkan oleh masalah pangan ini. Jika dihitung dengan ketersediaan beras sebagai pangan utama maka terdapat desa-desa yang benar-benar harus mengimpor beras, sedang akses mendapatkan beras bisa diperoleh dengan biaya yang lebih mahal.
(2) Meningkatkan tingkat konsumsi pangan ~ profil
Kabupaten Probolinggo yang mempunyai daerah pantai hingga penggunungan telah menyebabkan perbedaan pola konsumsi. Dimana hal tersebut terkait dengan jenis
makanan yang dikonsumsi, tingkat
pengetahuan tentang pola pangan oleh masyarakat, dan peredaran pangan segar yang aman di masyarakat.
(3) Meningkatkan distribusi pangan~ Pangan
yang seharusnya didapatkan setiap hari secara mudah dan dan terjangkau ternyata tidak selalu tersedia. Persoalannya adalah harga pangan yang tidak stabil karena dari waktu ke waktu. Jika melihat komoditi beras sebagai pangan utama maka komoditi beras ini bisa diperoleh dengan harga yang cukup stabil karena beras sendiri diperlakukan sebagai komoditi inelastisitas oleh pemerintah,
Halaman 13
sehingga komoditi beras selalu dijaga tingkat harganya dari tingkat petani hingga tingkat pemasarannya. Namun terdapat beberapa komoditi pertanian lainnya yang masih sering mengalami fluktuasi harga yang cukup tinggi yang tentu saja hal ini juga memberatkan para petani sebagai produsen dan masyarakat umum secara konsumen.
Dalam penjabaran Peningkatan PDRB Sektor
Strategis. PDRB sektor Lapangan Usaha Pertanian
kabupaten Probolinggo memberikan kontribusi + 33%
dari keseluruhan PDRB. Namun dalam
perkembangannya PDRB sektor pertanian
pertumbuhannya cenderung stagnan atau semakin sulit
untuk meningkat dibanding sektor lainnya, padahal hingga saat ini postur PDRB Kabupaten Probolinggo masih didominasi oleh sektor pertanian keseluruhan dan sektor pertanian diperkiraan masih memberikan dampak ikutan kepada keberlangsungan sektor lainnya (pengolahan). Jika PDRB sektor pertanian ini mengalami penurunan maka akan memberikan angka penurunan yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten Probolinggo.
Halaman 14
Di Kabupaten Probolinggo, mayoritas
masyarakat adalah petani baik petani subsektor tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan kebanyakan mereka (77,7%) adalah petani gurem (kepemilikan lahan rata-rata kurang 0,5 ha), sehingga secara kelayakan usaha (feasibility) mereka masih sangat kurang. Hal inilah yang membuat perlunya campur tangan/ intervensi pemerintah untuk
mengurangi beban para petani melalui
pembangunan. Campur tangan pemerintah daerah melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian berupa pelaksanaan program dan kegiatan.
Tabel 1.2. Komposisi Penguasaan lahan
Pertanian Kabupaten
Probolinggo Tahun 2013
Luas Lahan yang dikuasai Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Persentase Akumulasi persentase < 0.1 ha 44.081 23,2% 23% 0.1 - 0.19 ha 35.906 18,9% 42% 0.2- 0.49 ha 67.634 35,7% 78% 0.5 - 0.99 ha 27.628 14,6% 92% 1 - 1.99 ha 10.523 5,5% 98% 2 - 2.99 ha 2.327 1,2% 99% 3 -3.99 ha 849 0,4% 100% 4 - 4.99 ha 308 0,2% 100% 5 - 9.99 ha 447 0,2% 100% Jumlah 189.703 100%
Halaman 15
Kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mengacu kepada Program-program yang telah ditentukan dalam RPJMD TA 2018-2023 Kabupaten Probolinggo dan program nasional utamanya Kementerian Pertanian. Sub sektor tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan mempunyai
permasalahan-permasalahan yang kompleks yang memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh, ini disebabkan beragamnya kepentingan sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi di bidang pertanian. Peningkatan produksi, dan kesejahteraan petani menjadi isu sentral, karena ini menjadi pijakan dari semua aktivitas masyarakat baik pertanian maupun non pertanian.
Peran Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian sendiri kepada masyarakat lebih banyak pada transfer teknologi pertanian kepada petani, bantuan sarana prasarana pertanian, fasilitasi agribisnis, dan
penerapan teknologi pertanian untuk
pengembangan pertanian. Hasil yang diharapkan nampak dari kegiatan di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian adalah peningkatan besaran produksi hasil pertanian baik produksi pra panen maupun
Halaman 16
pasca panen. Disini Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian berusaha memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian besaran produksi
tanaman pangan dan hortikultura, baik secara sosial, ekonomi, maupun budaya. Hasil dari kegiatan-kegiatan yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian tersebut diharapkan berpangaruh positif pada masa sekarang maupun masa akan datang.
Dengan struktur organisasi seperti sekarang ini maka diharapkan terjadi sinkronisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian dengan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan pangan dan pertanian. Dengan adanya sistem demokrasi yang dianut negara ini, maka partisipasi masyarakatlah yang sangat diperlukan. Intervensi-intervensi yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo hanya bersifat stimulus dan memberikan fasilitasi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang mana hal itu diharapkan membawa perubahan positif yang besar. Selain itu dampak yang diharapkan dari program kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian adalah Pengurangan angka kemiskinan.
Halaman 17
C. STRUKTUR ORGANISASI DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN
Adapun Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada bagan struktur organisasi berikut ini.
Halaman 18
D. PERMASALAHAN UTAMA
Terdapat beberapa Permasalahan utama dari pembangunan Urusan Pangan dan Pertanian secara
umum adalah bagaimana harus menyediakan
pangan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan indeks ketahanan pangan sedangkan kondisi masyarakat di Kabupaten Probolinggo masih banyak yang miskin dan meningkatkan nilai tambah produksi pertanian/ Produksi Pertanian bagi masyarakat Kabupaten Probolinggo, sedangkan lahan dan sarana pendukung produksi semakin terbatas.
Beberapa permasalahan utama yang
mempengaruhi kinerja dalam urusan pangan dan urusan pertanian antara lain :
d.1. Permasalahan Urusan Pangan (Wajib non pelayanan
dasar)
Sesuai dengan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian disebutkan terdapat tiga aspek yang ditangani dalam bidang Ketahanan Pangan yaitu [1] Ketersediaan
Pangan dan Cadangan Pangan, [2] Konsumsi Pangan, dan
Halaman 19
ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara layak. Di Kabupaten Probolinggo indeks Ketahanan Pangan pada tataran sedang (indeks ketahanan pangan = 69,75). Dari angka ini dapat disimpulkan masih terdapat permasalahan yang perlu diselesaikan.
Berikut ini disampaikan permasalahan urusan Pangan di Kabupaten Probolinggo melalui pendekatan 3 Pilar Ketahanan Pangan yaitu Ketersediaan Pangan, Akses
Pangan, dan Pemanfaatan Pangan sehingga dapat
diidentifikasikan beberapa hal yang perlu ditangani.
i. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan Pangan dapat diuraikan menjadi
Ketersediaan Pangan dan Cadangan Pangan, dimana
kedua hal tersebut pada intinya adalah mengukur keberadaan pangan bagi masyarakat di Kabupaten Probolinggo. Sedangn pangan yang dihitung terdiri pangan nabati dan hewati. Kondisi ketersediaan pangan yang ada di Kabupaten Probolinggo dapat diuraikan sebagaimana berikut ini :
(1)Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan di Kabupaten Probolinggo tergantung kepada tingkat produksi, pangan yang masuk,
Halaman 20
pangan yang keluar, stok pangan yang ada di pemerintah dan stock pangan dimasyarakat. Beberapa komoditi pangan didapatkan dapat diperoleh secara mandiri dari dalam daerah Kabupaten Probolinggo sendiri seperti misalnya padi, jagung, ubi kayu, kentang, ikan, dan lainnya. Sedang produksi seperti susu, daging unggas, dan pangan lainnya masih harus mendatangkan daerah lainnya. Untuk daging ruminansia walaupun populasi sangat melimpah namun sapi-sapi tersebut kebanyakan dikirim keluar daerah dalam keadaan hidup-hidup, dan pemotongan sapi di Kabupaten Probolinggo relatif sedikit dibanding populasi yang ada. Sehingga tidak bisa diklaim sebagai produksi daging sapi.
Ketersediaan komoditi pangan di tiap-tiap daerah berbeda-beda, di daerah dataran tinggi ketersediaan ikan lebih sedikit dibanding di daerah rendah (dekat pantai), Hingga saat ini Ketersediaan pangan belum terdeteksi dan tertata secara baik, masih kurang kelembagaan yang menopang ketersediaan pangan bagi masyarakat. Di beberapa daerah (kecamatan) kondisi pangan dalam keadaan defisit dalam bulan-bulan tertentu.
Upaya back up tata kelola ketersediaan dan cadangan pangan adalah membangun gudang
Halaman 21
cadangan pangan, dimana dalam pelaksanaannya adalah pembangunan gudang, lantai jemur, dan RMU.
Tabel 3.2 Jumlah estimasi Ekspor dan Impor pangan di Kab. Probolinggo Tahun 2017 Jenis Pangan Jumlah Estimasi Impor (ton) Jumlah Estimasi Ekspor (ton) Jenis Pangan Jumlah Estimasi Impor (ton) Jumlah Estimasi Ekspor (ton) Beras 49.917 Susu 18.609 -
Jagung 246.263,5 Minyak Kelapa sawit
10.973,6 -
Terigu 41.723,
5 -
Kelapa 696 -
Ubi Kayu 35.839 Kacang tanah - 756,2 Ubi Jalar 1.131,6 - Kacang kedelai 13.533 - Kentang - 49.054 Gula pasir 4.111,3 - Ikan - 868,5 Gula merah 283,3 - Daging Ruminansia 74,2 - Sayuran - 47.167,7 Daging Unggas 3.370,8 - Buah-buahan 27.228,1 - Telur 4.183,3 -
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
(2)Cadangan pangan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pada pasal 23 menyatakan bahwa dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian
pangan dan ketahanan pangan, pemerintah
menetapkan cadangan pangan nasional. Cadangan pangan nasional terdiri dari atas cadangan pangan pemerintah, cadangan pangan pemerintah daerah dan
Halaman 22
cadangan pangan nasional dimaksudkan untuk
mengantisipasi kekurangan ketersediaan pangan,
kelebihan ketersediaan pangan, gejolak harga pangan dan atau keadaan darurat.
Cadangan Beras Nasional (CBN) sebesar 20% dari
total kebutuhan beras nasional. Cadangan tersebut terbagi atas 11,5% di masyarakat, 8% dikuasai oleh pemerintah pusat, dan 0,5 % di pemerintah daerah. Sedangkan Kebutuhan konsumsi beras nasional 33,47 juta ton. Survei BPS (2015) beras tersebar di rumah tangga (47,57%), Bulog (19,30%) pedagang (18,32%), penggilingan (8,22%), dan Horeka (6,59%).
Tentang lumbung pangan yang ada di Kabupaten Probolinggo sebagaimana berikut ini :
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Probolinggo terletak di Desa Sukodadi Paiton Kabupaten Probolinggo. Dimana pengelolaan lumbung tersebut sesuai dengan UU 23/2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pangan, pemerintah daerah baik provinsi, maupun kabupaten/kota bertanggungjawab untuk melaksanakan pengembangan cadangan pangan pemerintah. Pemerintah dan masyarakat bertanggung
Halaman 23
jawab terhadap pengelolaan Cadangan Pangan Nasional, penguatan cadangan pangan sebagai antisipasi terhadap dampak anomali iklim yang semakin sulit diprediksi, seperti terjadinya pergeseran masa tanam, masa pemanenan yang tidak merata sepanjang tahun, dan meningkatnya bencana yang tidak terduga (banjir, longsor, kekeringan, gempa) sehingga memerlukan sistem cadangan pangan yang kuat.
i. Kerawanan Pangan
Kerawanan Pangan terdapat di Kabupaten Probolinggo, dimana Kerawanan Pangan bisa diidentifikasi melalui metode Food Security and vulnerability Atlas (FSVA). Terdapat Indikator yang digunakan untuk penentuan wilayah tahan dan rentan terhadap kerentanan pangan antara lain :
1. Ketersediaan pangan
a. Rasio warung terhadap rumah tangga
b. Rasio toko terhadap rumah tangga
2. Keterjangkauan pangan
a. Rasio penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah
b. Rasio rumah tangga tanpa akses listrik
c. Desa tanpa akses penghubung yang memadai
Halaman 24
a. Rasio anak tidak sekolah terhadap semua anah umur 7-15 tahun
b. Rasio rumah tangga tanpa akses ke air bersih
c. Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk
d. Rasio rumah tangga tanpa fasilitas buang air besar.
Dengan menggunakan data dari Potensi Desa (Podes) yang dimiliki oleh BPS Kabupaten Probolinggo maka dapat disusun Peta ketahanan dan Kerentanan Pangan di Kabupaten Probolinggo. Dengan data tersebut bisa diperoleh indeks ketahanan pangan tiap-tiap desa sehingga dapat disusun peringkat desa di Kabupaten Probolinggo. dari Peta dan Data berikut ini dapat disimpulkan bahwa desa Kalianan Krucil, desa Renteng Gading, desa Plaosan Krucil, dan desa Bulupandak Gading merupakan daerah dengan kerawanan pangan tertinggi.
Halaman 25
Berdasarkan data tingkat ketahanan dan
kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo, masih terdapat wilayah yang sangat rawan sebagaimana data berikut ini.
Tabel 3.5. Data Tingkat ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo
No Tingkat Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Jumlah desa
1 Sangat rawan 12 desa
2 Rawan 103 desa
3 Tahan pangan 168 desa
4 Sangat tahan pangan 47 desa
Sumber : Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Tingkat Desa Provinsi Jawa Timur (2016)
Halaman 26
ii. Akses Pangan
Distribusi pangan secara real time, belum
menggambarkan distribusi ketersediaan dan konsumsi pangan nabati, pangan hewani di seluruh wilayah Kabupaten Probolinggo hingga tingkat desa;
Halaman 27
No Kecamatan
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nop Des
1. Sukapura -107,5 -141,8 -141,5 -114,1 -105,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -142,0 2. Sumber -184,1 -130,1 -164,2 -111,9 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,7 -183,6 3. Kuripan -173,0 587,9 789,1 335,8 -79,7 67,1 -117,6 -212,4 -212,4 -212,5 -216,6 -224,0 4. Bantaran -309,6 29,6 983,5 212,0 -201,6 -290,7 -274,7 -303,4 -303,4 -303,4 -306,3 -309,7 5. Leces -399,4 -293,5 295,8 435,6 -256,5 -406,6 -332,0 -407,0 -406,6 -400,1 -357,2 -411,8 6. Tegalsiwalan -232,4 -125,7 926,4 1.124,7 -53,4 -235,9 -258,0 -258,0 -257,0 -256,9 -254,9 -246,6 7. Banyuanyar -381,4 609,2 2.864,1 979,5 -21,0 -358,3 -286,3 -388,6 -370,6 -394,3 -404,4 -421,5 8. Tiris 865,2 3.486,3 -111,0 54,5 25,9 -353,4 -223,0 -260,9 -167,8 -278,5 -204,4 363,3 9. Krucil -397,5 -387,4 1.047,4 711,4 295,4 7,6 -251,1 -382,7 -337,5 -311,1 -373,3 -362,9 10. Gading 1.411,1 1.748,3 1.662,7 1.335,5 1.450,6 1.502,2 1.644,1 1.527,1 1.527,4 1.495,2 1.720,2 1.313,9 11. Pakuniran -144,1 212,7 1.254,7 1.312,8 413,9 1.096,3 714,8 -298,9 -275,7 -92,6 -216,0 -240,0 12. Kotaanyar -287,1 -180,1 1.678,8 1.912,3 -164,6 -132,3 44,6 -248,1 -96,3 -264,2 -264,4 -271,0 13. Paiton -423,3 -436,2 935,4 3.677,6 387,6 -251,8 232,4 63,0 -466,4 -476,5 -476,5 -483,2 14. Besuk 522,6 2.324,4 3.136,8 2.190,2 2.673,4 2.349,0 1.886,8 691,7 40,4 -136,7 -160,5 -296,9 15. Kraksaan -288,4 -247,4 -205,7 3.443,6 891,5 86,2 1.216,4 867,7 -121,9 -40,8 638,9 774,2 16. Krejengan -165,3 481,3 3.496,3 2.428,1 2.783,2 2.401,9 885,3 211,1 -45,6 -49,4 -20,8 -34,3 17. Pajarakan -23,5 -17,7 317,0 1.149,2 1.293,1 509,0 408,8 744,4 424,1 397,1 671,4 168,0 18. Maron -326,2 1.007,3 3.503,4 1.468,3 -344,6 464,1 1.084,7 567,6 100,0 -313,7 11,3 130,6 19. Gending 96,0 294,8 415,6 990,7 414,2 670,1 854,7 546,3 394,7 101,8 74,9 78,4 20. Dringu -305,0 367,4 881,1 985,5 141,4 -322,2 -366,6 -264,3 -242,2 -355,3 -346,6 -365,9 21. Wonomerto -295,2 115,7 287,5 1.347,7 1.047,1 243,0 -216,3 -264,8 -282,2 -282,2 -283,6 -303,5 22. Lumbang -235,8 -164,1 484,2 707,0 67,4 366,3 70,7 -229,5 -228,3 -170,4 -77,0 -241,8 23. Tongas -150,8 -274,7 1.655,7 4.488,3 219,1 -429,5 -389,8 510,9 -267,2 -424,0 -407,0 149,5 24. Sumberasih -455,7 -360,5 1.100,0 3.484,0 -278,2 -263,2 -373,0 -115,4 -392,9 -392,4 -376,0 -378,2 Jumlah -2.390,0 8.505,7 27.093,2 34.548,3 10.415,2 6.394,2 5.630,3 1.771,1 -2.312,0 -3.485,6 -1.954,1 -1.939,0 Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP di olah (2017)
Halaman 28
Dari tabel di atas secara keseluruhan Kabupaten Probolinggo mengalami surplus beras sebesar 82.277 ton beras, namun terdapat beberapa mengalami defisit seperti Sukapura, Sumber, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan, Krucil, dan Dringu.
Dilihat dari persebaran persediaan setiap bulan maka dapat diketahui bahwa masyarakat untuk memenuhi kebutuhan beras (pangan) harus mengambil beras dari daerah lain (sekitar/ lain), disini peran distribusi pangan dan cadangan pangan menjadi sangat penting.
Contohnya adalah daerah seperti Sukapura
menggantungkan pasokan beras dari luar , Peran penyimpanan beras oleh masyarakat sendiri sangat penting.
iii. Pemanfaatan Pangan
Pola komsumsi pangan akan mempengaruhi status gizi individu. Permasalahan gizi di Kabupaten Probolinggo cenderung pada gizi kurang, Hal ini ini terlihat dengan banyaknya jumlah balita kurus, pendek dan wanita (ibu/calon ibu) yang beresiko kurang energi kronis. Hasil
Pemantauan status gizi (PSG) 2017, terdapat balita dengan
gizi kurang dan buruk (underweight) sebesar 16%, balita pendek dan sangat pendek (stunting) sebesar 32 %, balita kurus dan sangat kurus (wasting) 6.1% dan balita gemuk
Halaman 29
4%. Balita yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 33,6%, ibu hamil beresiko KEK (Kurang Energi Kronis) sebesar 25,1% dan wanita usia subur beresiko KEK sebesar 14,9%.1
Tabel 3.8. Desa yang diprioritaskan dalam penanganan balita stunting
No Kecamatan Desa No Kecamatan Desa
1 Krejengan Widoro 10 Gading Batur 2 Pakuniran Alaspandan 11 Banyuanyar Banyuanyar
Tengah 3 Dringu Mranggon
Lawang
12 Paiton Kalikajar Kulon 4 Paiton Petunjungan 13 Krejengan Kedung Caluk 5 Gending Klaseman 14 Dringu Randuputih 6 Krejengan Opo-opo 15 Paiton Sukodadi 7 Gending Bulang 16 Gading Nogosaren 8 Pakuniran Betektaman 17 Sumber Pandansari 9 Gading Bucor wetan 18 Sumber Cepoko
Sumber : Bappeda Kabupaten Probolinggo
Konsumsi pangan penduduk Kabupaten
Probolinggo sudah mencukupi secara kuantitas namun belum berkualitas. Konsumsi energi dan protein di Kabupaten Probolinggo tahun 2016 sebesar 2.078 kkal/kap/hari (96,6% AKE) dan 55,9 g/kap/hari (98% AKP). Adapun konsumsi energi dan protein tahun 2017 sebesar 2.055 kkal/kap/hari (95,5% AKE) dan 55,5 gr/kap/hari (97,3 AKP). Konsumsi energi menurun sebesar 1.1% konsumsi
1Laporan akhir analisis pola konsumsi dan suplai pangan Kabupaten Probolinggo tahun 2018 DKPP & MWA
Halaman 30
protein menurun sebesar 0,72% dari tahun 2017 terhadap tahun 2016. Skor PPH Kabupaten Probolinggo tahun 2016 adalah 69, meningkat sebesar 4,3% menjadi 72 pada tahun
2017. Konsumsi padi-padian dan gula sudah mencukupi
standar ideal. Kelompok pangan lainnya yaitu umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, serta sayur dan buah masih belum memenuhi standar ideal.
Pada tahun 2016, pola konsumsi pangan sumber karbohidrat penduduk adalah beras (71%), terigu (16%), dan jagung (10%). Pada tahun 2017, pola konsumsi pangan sumber karbohidrat adalah beras (70%) dan terrigu (21%). Jagung tidak lagi menjadi konsumsi pangan sumber karbohidrat. Selain ikan dan kacang kedelai, pola konsumsi pangan sumber protein pada tahun 2016 adalah kacang kedelai (45%), ikan (19%), daging unggas (10%), telur (10%), dan susu (9%). Adapun pola konsumsi pangan sumber protein pada tahun 2017 memiliki pola yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu kacang kedelai (40%), ikan (22%), daging unggas (13%) , telur (11%), susu (6%) dan daging ruminansia (5%). Pola konsumsi vitamin dan mineral pada tahun 2016-2017 adalah sayuran dan buah-buahan. Minyak sawit adalah sumber kelompok minyak dan lemak yang paling banyak dikonsumsi. Hal ini terlihat dari kontribusi konsumsi energi minyak sawit tahun 2016 dan
Halaman 31
2017 sebesar 90% dan 93% berturut-turut. Gula pasir menjadi pola konsumsi pangan sumber gula dengan kontribusi energi sebesar 98%.
Tabel 3.9. Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Probolinggo Tahun 2017 No Kelompok Pangan Gram/ kapita/ hari Kkal/ Kapita/ hari % AKE 2 g/kapita/ hari % AKP 3 1 Padi-padian 326,5 1.329 61,8 29,5 51,6 2 Umbi-umbian 48,5 54 2,5 0,5 0,9 3 Pangan hewani 71,3 111 5,2 11,5 20,2 4 Minyak dan Lemak 23,6 213 9,9 0,0 0,0 5 Buah/ Biji
berminyak 2,1 12 0,6 0,2 0,4 6 Kacang-kacangan 34,0 86 4,0 8,7 15,3
7 Gula 33,1 121 5,6 0,0 0,0
8 Sayur dan buah 152,9 85 3,9 2,8 4,9 9 Lain-lain 70,8 45 2,1 2,3 4,0
Total 2.055 95,6 55,5 97,3
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
Kemandirian pangan di suatu wilayah dianalisis berdasarkan perspektif swasembada pangan dimana pemenuhan kebutuhan (konsumsi) pangan diutamakan berasal dari kemampuan produksi pangan wilayah. Kemandirian energi di Kabupaten Probolinggo adalah
3.527 kkal/kapita/hari (147% AKE), protein sebesar 94,3
g/kapita/hari (94,3 %AKE) dan skor PPH 55,8. Kondisi ini
2 Angka Kecukupan Energi : 2.150 kkal/ kapita/ hari 3 Angka Kecukupan Protein : 57 g /kapita /hari
Halaman 32
menunjukkan bahwa secara umum Kabupaten
Probolinggo tergolong surplus pangan (>110% AKE) 57 gram namun pangan yang diproduksi keragamannya masih rendah. Produksi pangan padi-padian (beras,
jagung), umbi-umbian dan sayuran sudah mampu
memenuhi kebutuhan penduduknya dan berpotensi ekspor. Namun produksi kelompok pangan lainnya masih belum mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk secara ideal dan harus dipenuhi dari pasokan (impor) pangan.
Tabel 3.10. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Pangan di Kabupaten Probolinggo berdasarkan komoditi pertanian Tahun 2017
No Komoditi Produksi (ton) Konsumsi (ton) Surplus/ Defisit (ton) 1 Beras 179.832 97.549,75 82.282 2 Jagung 229.366 4.082,74 184.115 3 Ubi kayu 44.795 16.110,25 28.685,35 4 Kedelai 126 13.682,68 -13.556 5 Daging sapi 3.913 2.202,03 1.711,53 6 Daging ayam Tidak ada
data 2.202,03 Tidak ada data 7 Daging Kambing 121 2.202,03 (2.080,72) 8 Daging Kambing Domba 259 2.202,03 (1.942,04) 9 Daging ayam ras 1.558 2.202,03 (643,96) 10 Daging ayam buras 15 2.202,03 (2.186,54) 11 Telur ayam buras 797 2.202,03 (1.404,26)
Halaman 33
12 Telur itik 2.454 2.202,03 252,07 13 Telur ayam ras 1.801 2.202,03 (400,09) 14 Daging sapi 24.096 2.202,03 21.893,97 15 Daging ayam 3.913 2.202,03 1.711,53 16 Daging Kambing
Domba 121 2.202,03 (2.080,72) Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP (2018)
Keamanan Pangan bagi masyarakat masih belum
dapat dipenuhi, karena perlakuan proses produksi pangan segar masih belum dapat dipantau secara baik dan pendidikan bagi produsen pangan masih belum terselenggara secara optimal.
Salah satu proses meningkatkan keamanan pangan adalah dengan meningkat standar keamanan produksi hasil pangan segar yang diproduksi oleh para petani di Probolinggo, hal ini dilakukan UPT Pengawasan dan Sertifikasi Hasil Pertanian. Untuk saat ini UPT ini masih dalam tahap pembangunan gedung UPT. Sehingga tidak banyak yang bisa diperoleh dari UPT ini.
d.2. Permasalahan Urusan Pertanian (Pilihan)
Secara umum masalah Urusan pertanian berkaitan dengan bagaimana mendapatkan nilai tambah pada
subsektor bahan pangan, hortikultikultura, dan
perkebunan. Nilai tambah dapat diketahui dengan menggunakan indikator Produksi sektor Tanaman
Halaman 34
Pertanian. Sebagaimana kecenderungan pada tahun-tahun terakhir sektor Pertanian semakin sulit untuk meningkatkan laju pertumbuhannya. Indikator Produksi
tanaman pertanian ini juga terkait secara langsung pendapatan para petani. Baik produksi tanaman
pertanian maupun pendapatan petani saling
mempengaruhi secara langsung. Namun peningkatan
produksi tidak selalu meningkatkan pendapatan petani, selama beberapa tahun terakhir ini semakin banyak faktor yang berpengaruh seperti kebijakan impor komoditi
pertanian, persaingan komoditi yang sama antar daerah, kelembagaan petani yang belum menunjang, tata niaga lokal komoditi pertanian yang kurang menguntungkan,
Halaman 35
Sedangkan untuk produksi pertanian mengalami kesulitan yang sangat besar di 2 (dua) tahun terakhir (tahun 2017-2018), dimana produksi pertanian mengalami penurunan yang sangat drastis akibat serangan hama penyakit dan kurangnya air untuk pertanian. Sebagaimana terlihat
pada tabel 3.2. dimana tanaman padi mengalami penurunan yang signifikan. Untuk tanaman lainnya dari tahun ke tahun secara perlahan mengalami penurunan produksi (tanaman ubi kayu, tembakau, mangga, tebu,
kedelai, kelapa, dan lainnya). Berdasarkan data yang ada
penurunan ini terjadi karena alih komoditi (ke padi atau ke
jagung atau ke sengon) atau terjadi alih fungsi lahan
pertanian ke non pertanian (pemukiman, jalan, dan
lainnya).
Halaman 36
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo tahun 2016 bersama dengan Universitas Airlangga menunjukkan bahwa bahwa permasalahan terbesar yang
dirasakan petani di Kabupaten Probolinggo adalah
masalah Stabilitas Harga. Hingga sekarang harga komoditi
pertanian belum memuaskan dan belum dapat memberikan kesejahteraan kepada petani secara layak.
Secara umum ketidakseimbangan antara
permintaan dan penawaran masih menjadi
permasalahan. Ketidakseimbangan ini merugikan produsen (petani) dan konsumen (masyarakat) karena ketidakpastian yang tinggi menyebabkan barang / komoditi pertanian tidak tepat waktu panen dan konsumsi, dan menimbulkan kerugian akibat kerusakan-kerusakan
Sumber: Evaluasi Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Dinas Pertanian Unair (2016)
Halaman 37
yang dialaminya selama masa tunggu antara panen dengan masa konsumsi.
Masalah harga ini juga disebabkan oleh petani tidak bisa mengelola hasil produksinya, dimana petani secara umum tidak mempunyai kemampuan untuk menyimpan hasil panennya secara maksimal beberapa sebab antara lain :
o Petani terikat untuk segera menjual dengan para pemodal yang memberikan sarana produksi saat budidaya
o Petani membutuhkan dana untuk kehidupan
sehari-hari;
o Hasil panen tidak maksimal (rusak akibat serangan OPT), sehingga dijual dengan dengan umur tanaman tidak maksimal
o Biaya panen semakin mahal, misalnya ketiadaan prasarana (jalan usaha tani)
o Petani tidak memanen hasil panennya sendiri, petani tidak mau mengalami keruwetan dalam masalah panen dan pemasaran.
Stabilitas harga komoditi pertanian, Harga komoditi
pertanian setiap tahun selalu mengalami fluktuasi, dimana hal tersebut telah menyulitkan bagi produsen dan konsumen. Tingkat harga komoditi pertanian terkait dengan tingkat produksi yang selalu berubah setiap waktu
Halaman 38
dan keadaan. Selama lima tahun terakhir (2014-2018) terjadi lonjakan inflasi beberapa kali akibat tingkat harga komoditi pertanian, utamanya tanaman pangan (padi) dan tanaman hortikultura (bawang merah dan cabe). Beberapa sebab utama fluktuasi harga komoditi pertanian yang tinggi antara lain :
o Produksi komoditi yang sama di daerah lain, dengan sering terjadinya bencana alam yang mengakibatkan puso menyebabkan lonjakan harga komoditi;
o Petani kebanyakan sangat tergantung kepada pola pemasaran tradisional. Sebagaimana contohnya terjadi pola kemitraan tradisional pemasaran bawang merah yang melibatkan petani, kios pertanian, pedagang lokal, pengepul, pedagang besar dimana proses pembiayaan yang didapatkan oleh petani pada awal
budidaya membawa konsekuensi pada
penjualan hasil panen yang tidak
menguntungkan para petani dibandingkan potensi keuntungan yang seharusnya didapatkan.
o Kualitas yang menurun akibat perubahan cuaca
Halaman 39
o Semakin mudahnya akses teknologi informasi mempengaruhi perubahan harga komoditi secara cepat;
o Kebijakan impor komoditi pertanian, isue impor bagi petani sering dianggap tidak berpihak kepada para petani, pada beberapa kasus petani tebu sering melakukan proses terhadap kebijakan impor gula oleh pemerintah. Sistem pasar bebas menyebabkan hasil lelang gula harus berhadapan dengan gula impor, sehingga menyulitkan peningkatan harga gula lokal;
o Tidak tersedianya sarana pasca panen dan
pengolahan komoditi pertanian yang memadai dalam mendongkrak daya saing komoditi pertanian. Hal ini terjadi pada komoditi tebu, dimana animo petani tebu dalam budidaya sering terkendala dengan proses penggilingan tebu di pabrik gula. Harapan yang tinggi sering tidak tercapai karena hasil proses penghitungan rendemen dianggap rendah, dengan beberapa sebab seperti antrian penggilingan yang panjang.
o Kurang sesuainya mutu komoditi dengan
permintaan pasar, Hal ini terjadi pada tanaman jagung, Dimana hasil panen jagung Kabupaten
Halaman 40
Probolinggo kurang memenuhi mutu produk yang diharapkan beberapa perusahaan pembeli karena dianggap masih kotor, tingkat kerusakan yang besar. Disini pengaruh varietas benih jagung dengan produktivitas yang tinggi kadang tidak bagus jika diolah dengan teknologi pasca panen yang dimiliki perusahaan tersebut, akibatnya jagung Probolinggo dibeli dengan harga yang lebih rendah dari jagung wilayah lain (Banyuwangi atau Situbondo)
Disamping permasalahan yang dirasakan oleh petani sebagaimana hasil survei diatas maka terdapat persoalan besar yaitu masalah perubahan iklim, kerusakan
lingkungan, dan bencana alam yang membawa
konsekuensi kinerja bidang pertanian. Sedangkan untuk menjaga tingkat kestabilan harga komoditi (terutama komoditi hortikultura) diperlukan kemitraan, namun hal tersebut tidak mudah. Selama ini para petani kesulitan
mencari pihak yang dapat diajak bermitra secara langsung dalam menampung hasil panen mereka.
Banyak tanaman buah dan tanaman perkebunan tahunan (misalnya mangga, alpokat, kelapa, dan kopi) yang mengalami penurunan produktivitas-beberapa
Halaman 41
penyebabnya antara lain tanaman tua atau rusak akibat diserang penyakit sehingga perlu dilakukan eradikasi.
Gambar 3.4. Grafik Produktivitas tanaman buah di Kabupaten Probolinggo tahun 2002-2017
Sumber : Statistik Pertanian DKPP (2002-2017)
Serangan hama penyakit, Sejak beberapa tahun
terakhir sering terjadi serangan organisme pengganggu tanaman secara masif sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar. Terjadinya serangan OPT yang masif ini bersamaan dengan perubahan iklim yang tidak pasti (hujan sepanjang tahun ataupun cuaca yang sangat panas) sehingga mendorong perkembangbiakan OPT yang ekstrim. Penyebab lain adalah pola budidaya tanaman pertanian yang masif sehingga mengganggu ekosistem, seperti misalnya tahun 2017 terjadi ledakan (outbreak) serangan hama wereng coklat pada tanaman
Halaman 42
padi sehingga menyebabkan ratusan hektar mengalami penurunan produktivitas dan puso. Pada kasus ini terjadi resurjensi karena hama tidak mempan dikendalikan secara kimia, proses terjadi karena sejak tahun 2015 dilakukan penamaman padi secara masif. Kejadian pada tanaman padi juga terjadi pada tanaman bawang merah, dimana petani harus mengeluarkan biaya ektra untuk pengendalian hama ulat bawang (spodoptera
exiqua).
Serangan hama penyakit pada tanaman padi – berdasarkan kawasan padi terdapat perbedaan karakter seranngan OPT seperti misalnya Kecamatan Gading yang lebih banyak mengalami serangan hama tikus dibandingkan jenis OPT lain.
Pada tanaman kelapa banyak terjadi serangan hama kwangwung, pada daerah sepanjang pantai utara, sehingga sepanjang pantai utama tidak layak untuk pengembangan tanaman kelapa.
Ketersediaan air semakin terbatas, Para petani
dalam melakukan budidayanya tergantung kepada ketersediaan air, Selama kurun waktu 2010-2017 budidaya pertanian cenderung mengalami penurunan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah ketersediaan air, sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini yang
Halaman 43
menunjukkan adanya kecenderungan penurunan indeks penanaman padi selama 4 tahun terakhir. Penanaman padi 3 kali menurun menjadi 2 atau 1 kali tanam. Penurunan luas tanam padi ini disebabkan oleh peralihan ke komoditi non padi yang lebih sedikit memerlukan air, seperti tanaman jagung, tembakau, ataupun tanaman hortikultura (cabe dan bawang merah).
Subsidi pupuk, Para petani sering mengalami
permasalahan dengan ketersediaan pupuk, dimana waktu tanam dan ketesediaan pupuk tidak selalu sinkron. Di wilayah yang agak jauh dari pusat perkotaan, petani sering tidak mendapatkan pupuk yang berimbang atau hanya menggunakan pupuk urea saja akibatnya produktivitasnya sangat rendah (hal ini dibuktikan dengan
data ubinan yang ada). Penyebabnya adalah petani
belum memiliki pengetahuan dan kemampuan / akses dalam mengaplikasikan teknologi pemupukan.
Upaya pemerintah dalam memperbaiki distribusi pupuk bersubsidi melalui kartu tani masih belum optimal
akibat belum selesainya pendataan para petani secara
akurat sehingga bisa diaplikasikan oleh pihak bank sebagai penyalur dana.
Penggunaan alsintan, masih belum optimal, selama
Halaman 44
dan telah dibentuk kelompok-kelompok tanam panen (brigade alsintan). Namun seringkali alat mesin pertanian yang dibantukan tidak dapat diaplikasi secara optimal, penyebabnya adalah ketidaksesuaian alsintan mesin dengan kondisi lahan, suku cadang yang rusak. Bantuan alsintan yang terdahulu belum didukung kesiapan yang memadai tentang kelembagaan, ketrampilan kelompok, kesiapan prasarana utamanya jalan usaha tani.
Berkurangnya lahan pertanian baik lahan sawah
maupun non sawah, permasalahan alih fungsi lahan
pertanian merupakan permasalahan yang terjadi di mana-mana, dan mengancam tingkat produksi hasil pertanian. Dari data penggunaan lahan terlihat bahwa terdapat penurunan penggunaan lahan untuk budidaya pertanian. Perubahan ini tidak bisa dihindari, namun yang perlu dilakukan adalah penataan alih fungsi lahan melalui penetapan RTRW dan RDTR, sehingga perubahan alih fungsi tidak liar dan merusak lahan pertanian yang masih berpotensi. Untuk saat ini telah ditetapkan LP2B yang berfungsi sebagai kendali perubahan lahan pertanian.
1. Semakin banyak alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Pada tahun 2018 dilakukan identifikasi dan verifikasi luas sawah tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan oleh BPN dimana hasil
Halaman 45
akhir ditemukan luasan 39.525 Ha, angka ini menjadi bahan bagi pemerintah pusat dalam mengambil kebijakan tentang PLP2B;
Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi adalah diluar LP2B, sebagaimana diketahui bahwa luas LP2B yang ditetapkan adalah 38.692 Ha sehingga untuk mengendalikan luasan LP2B itu dibentuk TKPRD (Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah) yang
secara teknis menilai pemanfaatan tata ruang khususnya lahan-lahan pertanian yang akan dialihfungsikan.
Dalam prakteknya walaupun Luas LP2B masih tetap namun masih ada penurunan luas lahan pertanian di area non LP2B, dan sawah tersebut adalah sawah yang cukup produktif. Hal inilah yang secara langsung mengurangi kinerja produksi tanaman pertanian. Peruntukan paling banyak adalah Permukiman, industri pengolahan, dan
gudang.
Namun pengendalian lahan ini masih banyak kendala diantaranya adalah belum adanya data kepemilikan LP2B by name by adress. Berdasarkan Perda nomor 10 tahun 2015 tentang PLP2B, dalam pelaksanaan harus mempunyai data kepemilikan lahan pertanian di kawasan PLP2B dalam bentuk by name by adress.
Halaman 46
Berkembangnya secara pesat pohon sengon di wilayah Kabupaten Probolinggo telah mengikis produksi tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan. Perkembangan lima tahun terakhir ini telah terjadi alih fungsi tananam jagung, tanaman mangga, tanaman ubi kayu ke tanam sengon. Selain itu tanaman sengon di sinyalir sebagai penyebab penurunan kualitas tanaman pertanian lainnya, karena tanaman sengon dianggap mendominasi penyerapan unsur lain tanaman lainnya disekitarnya dan tingginya pohon sengon yang menutupi tanaman lainnya.
Kelembagaan petani yang masih lemah, Jika
dibandingkan dengan kelompok tani di Jawa Timur maka Kelompok tani di Kabupaten Probolinggo masih bisa dianggap tertinggal. Persoalan ini kelembagaan ini tentu saja sangat menentukan kinerja bidang pertanian di Kabupaten Probolinggo terutama bagaimana petani secara umum menerapkan teknologi pertanian yang ada.
Sebaran kelas kelompok tani ini yang perlu diperhatikan adalah kelompok tani Pemula yang masih banyak di Kabupaten Probolinggo, jika dilihat korelasi antara kelompok pemula dengan kinerja maka terlihat bahwa daerah dengan kelompok pemula yang dominan juga mengalami kinerja yang tidak bagus.
Halaman 47
Jika dilihat grafik disamping terlihat kelompok tani
pemula mempunyai
komposisi mencapai 69 % hal ini saja menjadi
perhatian bagaimana
mengangkat kelompok
tani pemula menjadi kelompok tani lanjutan. Tentu saja ini berkorelasi
dengan hasil survey yang telah dilakukan perlu
meningkatkan kunjungan para petugas lapangan kepada
para petani. Selain itu terdapat kelompok petani yang berpotensi sehingga diharapkan dapat mengembangkan agribisnis lebih lanjut di masa akan datang.