• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. EKSISTENSI PERLINDUNGAN ANAK DI SURABAYA SMART CITY BERBASIS KONDISI OBYEKTIF DAN BUDAYA DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. EKSISTENSI PERLINDUNGAN ANAK DI SURABAYA SMART CITY BERBASIS KONDISI OBYEKTIF DAN BUDAYA DAERAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1. EKSISTENSI PERLINDUNGAN ANAK DI

SURABAYA SMART CITY BERBASIS KONDISI

OBYEKTIF DAN BUDAYA DAERAH

Asri Wijayanti Universitas Muhammadiyah Surabaya aw@asriwrites.com

Abstrak

Anak adalah generasi bangsa yang harus diberikan perlindungan mutlak. Sebagai kota yang menerapkan smart city tentunya membawa Surabaya harus memiliki suatu program program kerja yang inovatif dan memberikan manfaat bagi masyarakatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi perlindungan anak di kota Surabaya yang telah menerapkan smart city. Penelitian hukum ini menggunakan pendekatan sosio legal. Hasil penelitian adalah Surabaya memiliki strategi yang tepat berupa program program kerja yang menunjukkan identitas sebagai kota smart city. Ada enam dimensi sebagai parameter suatu kota telah menerapkan smart city yaitu dimensi smart people, smart living, smart goverment, smart economy, smart mobility, dan smart environment. Rekomendasi adalah pemerintah daerah kota Surabaya harus lebih memiliki program kerja yang inovatif agar dapat meningkatkan eksistensi keberadaan negara hadir bagi masyarakat kota Surabaya.

Kata kunci: Smart city, Surabaya, perlindungan, anak.

Latar Belakang Masalah

Anak adalah generasi bangsa yang harus diberikan perlindungan mutlak.(Wijayanti, Hidayat, Hariri, et al., 2017) Pada diri anak, harapan suatu bangsa dapat digantungkan. Fakta yang ada dan masih banyak anak yang ada di suatu daerah di Indonesia belum mendapatkan

(2)

2

perlindungan hukum(Wijayanti, Hidayat, Unggul, et al., 2017) dengan baik. Seringkali anak masih menjadi korban atas suatu perbuatan yang melanggar hukum hak anak(Wijayanti, 2015) untuk tumbuh dan berkembang serta mendapatkan pendidikan belum dapat dirasakan oleh Sebagian besar anak anak di Indonesia bahkan di dunia termasuk juga di Surabaya.

Surabaya, sebagai kota yang menerapkan smart city tentunya harus memiliki suatu program program kerja yang inovatif dan memberikan manfaat bagi masyarakatnya. Kususnya yang dapat memberikan perlindungan terhadap anak. Banyak program kerja yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kota Surabaya terkait dengan memberikan perlindungan terhadap anak dikaitkan dengan konsep smart city.

Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat diketahui masalah yaitu bagaimana eksistensi Pemerintah Daerah Tingkat II Kota Surabaya dalam memberikan perlindungan anak sebagai perwujudan dari smart city berbasiskan pada kondisi obyektif dan budaya daerah?

Metode Penelitian

Penelitian hukum(Fallis, 2018) ini menggunakan pendekatan sosio legal.(Wijayant & Nafiah, 2019)

Tinjauan Pustaka

Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang telah menerapkan konsep smart city(Zanella et al., 2014) pada dasarnya merupakan pengembangan dari e-government(He et al., 2014) ada enam parameter yang menjadikan suatu kota dapat disebut telah menerapkan

(3)

3

smart city konsep yaitu smart people(Chourabi et al., 2012), smart living(Batty et al., 2012), smart goverment(Hashem et al., 2016), smart economy(Söderström et al., 2014), smart mobility(Söderström et al., 2014), dan smart environment(Angelidou, 2014).

Enam parameter ini harus menjadi dasar dalam melakukan urusan pemerintahan yang telah diatur di dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 oleh Pemerintah Daerah. Urusan pemerintahan dibagi dalam urusan pemerintahan yang bersifat absolut(Nur Wijayanti, 2017), bersifat konkuren(Zulkarnain, 2017) dan urusan pemerintahan umum(T, 2013). Urusan pemerintahan absolut meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama. Negara melaksanakan urusan pemerintahan absolut dapat dilaksanakan sendiri oleh pemerintahan pusat atau melimpahkan wewenang nya kepada Instansi vertikal yang ada di daerah atau kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat berdasarkan Asas dekonsentrasi.

Urusan pemerintahan konkuren menjadi kewenangan pemerintahan daerah yang bersifat wajib berkaitan dengan pelayanan dasar atau tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan pemerintahan daerah wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi enam bidang yaitu bidang Pendidikan(Zainudin, 2016); bidang Kesehatan(Presiden Republik Indonesia, 2007); bidang pekerjaan umum dan penataan ruang; bidang perumahan rakyat dan kawasan permukiman; bidang ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat, dan bidang sosial(Firmansyah, 2015).

Urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar terdiri atas tenaga kerja, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pangan, pertanahan, lingkungan hidup, administrasi kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan masyarakat dan Desa, pengendalian penduduk dan keluarga berencana, perhubungan, komunikasi dan informatika, koperasi, usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kepemudaan dan olahraga, statistik, persandian, kebudayaan, perpustakaan dan kearsipan.

(4)

4

Sementara urusan pemerintahan pilihan terdiri atas kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, perdagangan, perindustrian dan transmigrasi. (LISNA, 2007) memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk melakukan suatu program kerja yang mendasarkan pada smart city, dengan menerapkan enam parameter yang menjadikan suatu kota dapat disebut telah menerapkan smart city konsep yaitu smart people, smart living, smart goverment, smart economy, smart mobility, dan smart environment. Yang berbasiskan kondisi obyektif dan budaya daerah (kearifan lokal).

Hasil dan Pembahasan

Surabaya adalah ibukota provinsi Jawa timur Surabaya memiliki luas sekitar kurang lebih 326,81 km² dengan 3.158.943 jiwa penduduk di tahun 2019. Surabaya terkenal sebagai kota pahlawan dengan keberanian arek arek Suroboyo (pemuda-pemuda Surabaya) dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.(Pemerintah Kota Surabaya, 2011)

Di bawah kepemimpinan Tri Rismaharini sebagai walikota Pemeritah Daerah Tingkat II kota Surabaya yang ke 15 sejak tanggal 28 September 2010 sampai dengan tanggal 23 Desember 2020 nanti, Surabaya terus berbenah untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Surabaya telah melakukan 6 langkah strategis untuk mewujudkan prinsip smart city, melalui dimensi smart people, smart living, smart goverment, smart economy, smart mobility, dan smart environment. Dimensi pertama yaitu smart government. Pembenahan internal dan eksternal pemerintahan telah dilakukan. Dilakukan pembenahan pemerintahan berbasis internet. Terkenal dengan sebutan e-procurement.(Schuh et al., 2014)

Dimensi smart ekonomi dilakukan oleh Risma dengan program unggulan pengentasan kemiskinan. Menggerakkan pemuda dan ibu

(5)

5

rumah tangga untuk menciptakan ekonomi baru melalui kreatuivitas dan inovasi.

Dimensi smart environtment melalui pembukaan ruang terbuka. Diciptakan tempat rekreasi berbasis lingkungan hijau, serta pengolahan sampah secara mandiri. Membuat taman kota di banyak wilayah sampai masuk ke perkampungan. Kini Surabaya terkenal dengan kecantikan taman kotanya. Perawatan taman kota dengan luas area yang sangat luas, diatasi dengan melakukan pengolahan sampah dan membuat kompos sendiri dari warga kampung, melalui pelatihan yang diadakan oleh pemerintah daerah.(Zhafira et al., 2018)

Dimensi smart living, menjadi prioritas utama. Anak di Surabaya harus tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang baik. Program utama melalui penghapusan gang Dollly yang dulu sebagai tempat prostitusi. Wilayah Dupak, Bangunsari, Tambaksari, Moroseneng dan Klakah Rejo sekarang telah bersih dari prostitusi. Dilakukan pemulangan ke daerah asal dengan biaya dari Pemda kepada penghuni lokalisasi. Pelatihan kewirausahaan dan bantuan modal kerja sebagai Langkah tepat untuk menghapus prostitusi dan menghidupokan ekonomi masyarakat. Hal ini tentu menjadi tempat yang aman bagi anak untuk tumbuh dan berkembang.

Dimensi smart morality, dilakukan oleh Risma melaku kunjungan mendadak, secara tiba tiba baik pada lingkungan pegawai pemerintahan, swasta atau masyarakat. Dilakukan secara terprogram atau tanpa program. Semua ini telah dilakukan dengan dasar ingin memperbaiki mutu kesejahteraan penduduk Surabaya. Seluruh komponen warga Surabaya merasa terpanggil untuk berperan ikut membersihkan kota Surabaya.

Untuk dapat melaksanakannya dengan baik, pemerintah tidak perlu mengerjakan semuanya sendiri. Tapi dengan konsep Smart City Ecosystem dapat melibatkan pihak lain untuk berperan serta.

(6)

6 Kesimpulan

Eksistensi Pemerintah Darerah Tingkat II Kota Surabaya dalam mewujudkan smart city mendasarkan pada kondisi factual yang terjadi di wilayah Surabaya serta budaya daerah. Wujud kongkritnya adalah telah terpenuhinya enam dimensi sebagai parameter suatu kota telah menerapkan smart city yaitu dimensi smart people, smart living, smart goverment, smart economy, smart mobility, dan smart environment.

Rekomendasi adalah pemerintah daerah kota Surabaya harus lebih memiliki program kerja yang inovatif agar dapat meningkatkan eksistensi keberadaan negara hadir bagi masyarakat kota Surabaya.

Daftar Pustaka

Angelidou, M. (2014). Smart city policies: A spatial approach. Cities. https://doi.org/10.1016/j.cities.2014.06.007

Batty, M., Axhausen, K. W., Giannotti, F., Pozdnoukhov, A., Bazzani, A., Wachowicz, M., Ouzounis, G., & Portugali, Y. (2012). Smart cities of the future. European Physical Journal: Special Topics. https://doi.org/10.1140/epjst/e2012-01703-3

Chourabi, H., Nam, T., Walker, S., Gil-Garcia, J. R., Mellouli, S., Nahon, K., Pardo, T. A., & Scholl, H. J. (2012). Understanding smart cities: An integrative framework. Proceedings of the Annual Hawaii International Conference on System Sciences. https://doi.org/10.1109/HICSS.2012.615

Fallis, A. . (2018). Pemidanaan Orang Tua yang Memperkerjakan Anak Dibawah Umur. Jurnal Lex Crimen. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Firmansyah, A. A. (2015). Dekonstruksi Urusan Pemerintahan Konkuren dalam UU Pemerintahan. Jurnal Ilmu Hukum.

Hashem, I. A. T., Chang, V., Anuar, N. B., Adewole, K., Yaqoob, I., Gani, A., Ahmed, E., & Chiroma, H. (2016). The role of big data in smart city. International Journal of Information Management. https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2016.05.002

(7)

7

He, Y., Stojmenovic, I., Liu, Y., & Gu, Y. (2014). Smart city. In International Journal of Distributed Sensor Networks. https://doi.org/10.1155/2014/867593

LISNA, E. (2007). Dampak Kebijakan Ketenagakerjaan Terhadap Tingkat Pengangguran Dan Perekonomian Indonesia Di Era Otonomi Daerah. Thesis.

Nur Wijayanti, S. (2017). Hubungan Antara Pusat dan Daerah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Jurnal Media Hukum. https://doi.org/10.18196/jmh.2016.0079.186-199

Pemerintah Kota Surabaya. (2011). Sejarah Kota. Profil Kota.

Presiden Republik Indonesia. (2007). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Menkumham RI.

Schuh, G., Potente, T., Wesch-Potente, C., Weber, A. R., & Prote, J. P. (2014). Collaboration mechanisms to increase productivity in the context of industrie 4.0. Procedia CIRP. https://doi.org/10.1016/j.procir.2014.05.016

Söderström, O., Paasche, T., & Klauser, F. (2014). Smart cities as

corporate storytelling. City.

https://doi.org/10.1080/13604813.2014.906716

T, F. (2013). Analisis implementasi kebijakan otonomi daerah. Analisis Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah.

Wijayant, A., & Nafiah, A. (2019). Payment of wage under minimum wage for abdi dalem sultan palace (Daerah istimewa yogyakarta). Humanities and Social Sciences Reviews, 7(3). https://doi.org/10.18510/hssr.2019.738

Wijayanti, A. (2015). Labor Judiciary Access to Achive the Substantive Justice. SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.2570860

(8)

8

(2017). Framework of child laborers legal protection in marginal communities. Man in India.

Wijayanti, A., Hidayat, N. A., Unggul, S., & Hariri, A. (2017). Legal aid for marginal communities. Man in India.

Zainudin, A. (2016). Model Kelembagaan Pemerintahan Desa. Jurnal Ilmu Pemerintahan : Kajian Ilmu Pemerintahan Dan Politik Daerah. https://doi.org/10.24905/jip.v1i2.607

Zanella, A., Bui, N., Castellani, A., Vangelista, L., & Zorzi, M. (2014). Internet of things for smart cities. IEEE Internet of Things Journal. https://doi.org/10.1109/JIOT.2014.2306328

Zhafira, F. A., Zulherman, D., & Pujiharsono, H. (2018). Analisis dan Rancang Bangun Sistem Monitoring Tempat Sampah Berbasis IOT menggunakan Protokol MQTT. Centive.

Zulkarnain, U. (2017). Analisis kebijakan standar pelayanan minimal untuk peningkatan kualitas layanan publik daerah. Jurnal Analisis Dan Kebijakan Publik.

Referensi

Dokumen terkait

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi pertama yaitu Mengukur intensitas cahaya dengan menggunakan lux meter kemudian mengukur data posisi

Masyarakat sasaran terlihat sangat antusias dalam mengikuti pelatihan pembuatan VCO dengan metode tanpa pemanasan yang diberikan tim sehingga sesudah mengikuti pelatihan

“ MEWUJUDKAN BONTANG SEBAGAI SMART CITY BERBASIS KEMARITIMAN, SDM BERKUALITAS, INDUSTRI YANG MAJU, MODERN DAN LINGKUNGAN HIDUP LESTARI ”.. # Kota Bontang, Smart City and

Berdasarkan perjanjian sewa menyewa tanggal 20 Agustus 2009, Perusahaan mengadakan perjanjian sewa bangunan berlokasi di Pantai Indah Kapuk Jakarta yang berlaku selama 3 tahun yang

temuan. Menyampaikan kepada OPD terperiksa atas temuan BPK atau APIP yang berulang, sehingga pada pemeriksaan selanjutnya kelemahan dapat diperbaiki.. Inspektorat Provinsi

Dari penegasan istilah diatas dapat disimpulkan bahwa ketenangan jiwa pada lansia pengikut tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyah adalah suatu keadaan manusia lanjut (usia

krisis yang berkepanjangan ini dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan perusahaan-perusahaan perbankan lainnya. Kepuasan nasabah merupakan suatu bentuk pelayanan

Berdasarkan karakteristik penurunan muka air tanah akibat pemompaan sumur di bantaran sungai, imbuhan air tanah dominan berasal dari Sungai Cihideung dengan kurva muka