• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PRAKTIKUM STASE KARDIOPULMONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL PRAKTIKUM STASE KARDIOPULMONAL"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PRAKTIKUM

STASE KARDIOPULMONAL

2019

PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

MODUL PRAKTIKUM

Stase Kardiopulmonal

Program Studi Profesi Fisioterapi Fk Unud

Tim Penyusun :

(3)

i

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu.

Puji syukur kita haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kini telah tersusun Modul Praktikum Stase Kardiopulmonal Program Studi Profesi Fisioterapi FK Unud.

Tujuan diterbitkannya modul praktikum ini adalah sebagai panduan dalam : 1. Melaksanakan proses praktik dalam ilmu fisioterapi kardiopulmonal

2. Menganalisis secara praktis dan professional dalam praktik fisioterapi kardiopulmonal Harapan kami semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat sesuai tujuan dan sasaran pendidikan

Om santih, santih, santih, om.

Denpasar, 17 September 2016 Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi FK Unud

(4)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii Definisi ... 1 Tujuan ... 1 Sasaran ... 1 Sumber Pembelajaran ... 1 Sumber daya... 1 Pelaksanaan ... 2 A. PPOK ... 2 B. Asma Bronchial ... 6 C. Bronchitis ... 10 D. Gangguan Pleura ... 12 E. Pnemonia ... 13 F. Bedah Thorax ... 15 G. Bronchiectasis ... 15 H. Emphysema ... 17 I. TB Paru ... 19 J. Pneumothorax ... 20

(5)

1 Definisi

Manajemen fisioterapi kardiopulmonal adalah ilmu yang mempelajari penanganan fisioterapi pada kasus kardiopulmonal. Manajemen fisioterapi kardiopulmonal adalah gabungan dari beberapa ilmu seperti fisiologi, anatomi, patologi, manajemen fisioterapi, dll yang bertujuan untuk memberikan gambaran penatalaksanaan kasus-kasus fisioterapi di bidang kardiopulmonal. Tujuan

Tujuan instruksional umum

1. Memahami kasus-kasus fisioterapi kardiopulmonal

2. Memahami dan mampu menganalisa kasus-kasus fisioterapi kardiopulmonal 3. Memahami dan mampu melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus

kardiopulmonal Tujuan intruksional khusus

Mahasiswa memahami dan mampu melakukan proses-proses fisioterapi spesifik seperti: 1. Pemeriksaan dengan cermat pada bidang kardiopulmonal

2. Memberikan program latihan untuk proses rehabilitasi pada kasus-kasus kardiopulmonal

Sasaran

Sasaran pembelajaran praktikum manajemen fisioterapi kardiopulmonal adalah mahasiswa Profesi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah lulus pada mata kuliah anatomi, fisiologi, biomekanik, elektrofisika dan sumberfisis, patologi, manual therapy, terapi latihan, dan psikologi pada semester sebelumnya atau pada jenjang pembelajaran sebelumnya. Sumber Pembelajaran

Sumber Pembelajaran yang digunakan sebagai rujukan adalah : A. Buku Text dan ebook :

1. Basuki, Nur. 2007. Hand Out FT Kardiopulmonal.surakarta.

2. Price, S.A. Wilson, L.M. Pathophysiology: clinical concepts of disease process. 6 edition, Elsevier Science 2006.

3. Wenzel, S.E., Larsen, G.L.. Assesment of lung function. In: Bierman, C.W., Pearlman, D.S., Shapiro, G.G., Busse, W.W., ed. Allergy, asthma and immunology from infancy to adulthood. Philadelphia 1996 : WB Saunders, 157-172..

B. Narasumber :

1. Dosen Matakuliah Sumber daya

(6)

2 1. Dosen pemberi mata kuliah : 1 orang B. Sarana dan Prasarana:

1. BRSUD Tabanan

2. RSUP Sanglah Denpasar 6. Ruang Lingkup

Ruang lingkup praktikum manajemen fisioterapi kardiopulmonal adalah melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus kardiopulmonal mulai dari pemeriksaan hingga intervesi pemberian pelatihan untuk meningkatkan aktivitas fungsional pasien.

7. Alat dan kelengkapan: 1. Bed atau matras 2. Formulir pemeriksaan

3. Alat-alat exercise (trampoline, bola, terabands, dll.) 8. Pengendalian dan Pemantauan

1. Absensi mahasiswa dan dosen yang telah ditandatangani

2. Format penilaian responsi yang telah ditandatangani dan diberi nama jelas instruktur yang menilai dan peserta didik yang bersangkutan

3. Pedoman penilaian pencapaian kompetensi.

Pelaksanaan A. PPOK

Definisi

PPOK adalah istilah umum yang mengacu pada kondisi paru kronis yang ditandai dengan penyempitan dan penyumbatan saluran udara, peningkatan retensi sekresi paru dan kerusakan struktural alveoli. Keterbatasan aliran udara ini bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversibel.

Problem fisioterapi: impaiment.

1. Spasme bronkus/Penyempitan jalan nafas /inflamasi bronkus(s43010)

2. Spasme otot-otot asesores inspirasi (s 43038). Kelelahan otot asesoris (b4452) 3. Frekuensi sesak napas tidak teratur (b4401) " sasak nafas saat aktivitas".(b4402) 4. Tachinae (b4400)

5. Jangka panjang keterpaksaan ekspirasi

dalam alveoli akibat saluran udara menyempit selama ekspirasi dan menyebabkan (meningkatnya residual volum(s43011)).

6. Terjadi akumulasi sekresi kronik pada bronkus dan paru (s43010). 7. FEV1 < 80 % (b)

(7)

3

8. Kemampuan daya tahan latihan menurunan (b). 9. Gangguan sikap (s).

10.Kemampuan kerja menurun (d)

11.Bila parah perlu alat bantu dan lingkungan khusus (e). Anamnese Fisioterapi

Assesment umum: Cantumkan jam: tanggal, bulan, dan tahun.. 1) Identitas pasien. Termasuk BB dalam Kg, dan TB dalam cm/m. 2) Vital signs: Meliputi: HR, RR,BP,

3) Assesment khusus berdasarkan masalah tidak terbatas pada:

a. Spasme bronkus/Penyempitan jalan nafas /inflamasi bronkus(s43010)

b. Spasme otot-otot asesores inspirasi (s 43038). Kelelahan otot asesoris (b4452) c. Frekuensi sesak napas tidak teratur (b4401) " sasak nafas saat aktivitas".(b4402) d. Tachinae (b4400)

e. Keterpaksaan ekspirasi /kerja keras ekspirasi. (b) f. Peningkatnya residual volum(s43011)).

g. Akumulasi sekresi (s43010). h. FEV1 < 80 % (b)

i. Kemampuan daya tahan latihan (b). j. Gangguan sikap (s).

k. Kemampuan kerja (d)

l. Alat bantu yang digunakan (e). Tujuan Fisioterapi:

1) Meringankan rasa sesak nafas (dyspnea). a. Mengurangai spasme bronkus. b. Mengurangi spasme otot asesoris. c. Mengurangi keterpasaan ekspirasi d. Meminimalkan volume residual. 2) Memobilisasi sekresi.

a) Akumulasi sekresi (s43010). b) Meningkatkan FEV1 > 80 % (b) 3) Meningkatkan toleransi latihan.

a. Meningkatkan kKemampuan daya tahan latihan (b). a. Meminalkan gangguan sikap (s).

b. Meningkatkan kemampuan kerja (d)

(8)

4 Metode:

1. Meringankan rasa sesak nafas (Relief dyspnea): a. Posisi rileks:

Langkah pertama adalah mengatur posisi minimal energi. Ini adalah teknik yang efektif dan terbaik untuk mengurangi gejala sesak napas dan kerja pernapasan berlebih.

b. Latihan re breathing kembali:

Latihan kontrol pernapasan meringankan sesak nafas dan meningkatkan pertukaran gas. Teknik paling sering diajarkan adalah pernapasan diafragma dengan mengerutkan bibir saat ekspirasi atau kombinasi diapraghma dan pursed lips breathing tehnik.

(1). Diaphragmatic Breathing Exercise(DBE) /Latihan Pernapasan Diafragma: Latihan pernapasan diafragma meningkatkan kekuatan diafragma sebagai otot inspirasi utama. Ini meningkatkan ventilasi saluran udara kecil dan dasar paru-paru. Selain itu, sering digunakan dalam kombinasi dengan pernapasan mengerutkan bibir saat ekspirasi (PLBT) dan relaksasi teknik.

(2). Pursed lips breathing (PLB) / Bernapas Mengerutkan Bibir (BMB) dikombinasi dengan low brething control tecnigoe(LBCT) /deep breathing technigues (DBT)

Berlatih bernapas dengan bibir mengerucut selama ekspirasi untuk mengatasi spasme saluran udara, karena dengan mempertahankan tekanan positif di saluran udara selama ekspirasi menstimulasi rileksasi bronkus. Selain itu ekspirasi dengan bibir mengerucut waktu panjang akhirnya menyebabkan penurunan jebakan udara dan volume residu sehingga, menstimulasi alveolar di dasar paru-paru komplin lebih luas. (3).Breathing Control Techniques (BCT)/ Teknik Kontrol Pernapasan (TKP): istilah lain deep breathing technigue( low breathing technigue) Teknik Kontrol Pernapasan mendorong pernapasan dalam dan untuk mengontrol sesak nafas (Napas dangkal/cepat). Mengontrol napas/ nafas perlahan saat bekerja sangat baik seperti ketika berjalan atau naik tangga, misalnya satu langkah menarik napas dalam dan dua langkah untuk menghembuskan napas, atau satu langkan tarik nafas dan satu langkah berikutnya untuk meng eluarkan nafas, atau irama sesuai pola nafas oleh individu tertentu. Selain itu, kontrol pernapasan dapat dilakukan melalui latihan pernapasan diafragma dan mengerutkan bibir, yang mendorong pernapasan dalam dan mengontrol sesak nafas tersebut dengan menurunkan jumlah frekuensi nafasnya. Dalam low breathing atau mengurangi frekuensi nafas dapat dilakukan berdasarkan prosentasi dari respiratori rate hasil pemeriksaan. Misalnya RR pemeriksaan 30/min dengan dosis 80%, 60%,40 % 20% contoh 80% RR 30 x80 /100=RR latihan 24/min , 60%= 30x60/100= RR latihan 18 , 40 % =30x40/100 = RR latihan 12/min , 20% = 30 x 20/100 = RR latihan 6 kali /min. Dan dalam dosis selalu ingat : frekuensi latihan. Intensitas latihan, waktu latihan. Tipe latihan, Repetisi ( pengulangan/menit),

(9)

5

set (berapa pengulangan per set( satu kali latihan) dan latihan dilakukan berapa sesi (intermeten training).

(4).Biofeedback and respiratory muscle training/Biofeedback dan pelatihan otot pernafasan: Biofeedback mengajarkan pengendalian diri terhadap fungsi fisiologis dan pelatihan otot pengendali ventilasi membangun kekuatan dan daya tahan pada otot pernapasannya.

2. Mobilisasi skret.

a. Incentive spirometry: Tujuan intervensi ini adalah untuk mendorong pasien untuk mengambil pernapasan panjang/dalam yang mengarah ke pengurangan sesak napas. b. Peak expiratory flow meter/Puncak arus ekspirasi : yang mendorong pasien untuk

melakukan ekspirasi penuh di setiap latihan dengan keberhasilan diakhir latihan. c. Oksimetri biofeedback digabung dengan latihan bernafas bibir mengerucut : pasien

dapat menggunakan oksimetri pulsa sebagai panduan biofeedback untuk mengajar mereka, meningkatkan oksigen saturasi selama kinerja pernapasan mengerutkan bibir yang mengurangi sesak nafas dan meningkatkan pertukaran gas, yang mengakibatkan peningkatan saturasi oksigen.

d. Coughing (Batuk):

Pasien dilatih batuk dan didorong untuk batuk efektif agar mukus/ sekresi termobilisasi. Sebagai alternatif, dilakukan "huffing" terdiri dari inspirasi lambat dan mengeluarkan nafas spontan/ cepat untuk meningatkan total kapasitas paru, diikuti oleh huffing dengan glotis terbuka agar lebih efektif. Huffings dapat membuka saluran udara kecil, bronkospasme danmenurunkan kelelahan.

e. Chest physiotherapy/Fisioterapi dada:

Postural drainase, perkusi/ getaran dinding dada efektif secara klinis untuk mobilisasi mukus.

3. Latihan peningkatan kemampuan aktifitas:

Pada kelemahan otot rangka dan otot torak pada umumnya dialami pasien PPOK untuk meningkatkan kekuatan kelompok otot tersebut dilakukan pelatihan kelompok otot tertentu memungkinkan pasien untuk lebih nyaman dan percaya diri, sehingga mampu melakukan ADL mandiri. Oleh karena itu, latihan kekuatan dimungkinkan digabungkan dengan pelatihan daya tahan dengan intensitas: 60-80% dan frekuensi 3-5/minggu. a. Pedoman dosis latihan untuk pasien dengan COPD:

1) Latihan Fleksibilitas:

Peregangan kelompok otot utama dari kedua ekstremitas atas dan, termasuk otot trapezius . Fleksibilitas / peregangan dianggap sebagai bagian dari pemanasan sebelum latihan aerobik dan sebagai bagian dari pendinginan setelah latihan aerobik.

(10)

6

a) Motode: Harus menggabungkan kelompok otot besar yang dapat terus menerus dan aktivitas berirama. Jenis latihan meliputi: senam, berjalan, bersepeda, mendayung, berenang dll

b) Frekuensi: Direkomendasikan minimal latihan adalah tiga sampai lima kali per minggu.

c) Intensitas: intensitas Minimal 50% dari puncak VO2 maks/60 % HR maks- 85 %. Pendekatan lain adalah di bawah batas maksimum ditoleransi oleh gejala.

d) Durasi : direkomendasikan minimal 20 sampai 45 menit, latihan intermiten/terus menerus.

e) Tipe latihan aerobik

3) f). Repetisi 20-30 grakan/menit

4) g). satu set minimal 2 x 8 gerakan (shehab M, Abd- Kader 2011) 5) h). sesi disesuaikan dengan waktu.

Prognosis 1. Baik.

2. Ringan dapat sembuh sendiri. Sarana dan Prasarana

1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer,Ultrasound, Nebulizer 2. Prasarana : Ruangan latihan dengan perlengkapan nya B. Asma Bronchial

Definisi

Asma adalah gangguan inflamasi pada saluran jalan nafas yang hiper reaktivitas, terjadi secara berulang, disertai mengi, sesak nafas , dan batuk terutama pada malam dan pagi hari

Problem Fisioterapi :

1. Impairment (Body Structure &Function):

a. Ketidak mengertiannya terhadap pencetus problem.(pendidikan) b. Kapasitas aerobik (b.4551)

c. FEV1 < 80 % (?...), d. Retensi sekret (b.4501)

e. sesak nafas/tachypnoea (b 4400), f. Kemampuan latihan rendah (b.4548), g. Inflamasi saluran nafas (S.43010).

h. Ketegangan m. scaleni sterno cledomastoideus, m.Trapezius (s.7104)/(s.43038). 2. Keterbatasan Aktivitas

(11)

7

b. Beraktivitas terbatas, berjalan terbatas, bekerja terbatas 3. Keterbatasan Partisipasi

a. Perlu alat tranportasi (e.5401)

b. Edukasi lingkungan dan latihan ( e.5851). Hasil asesmen

1. Riwayat penyakit :

a. Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa berobat. b. Problem berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak c. Problem timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari

d. Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu 2. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :

a. Riwayat keluarga (atopi) b. Riwayat alergi / atopi

c. Penyakit lain yang memberatkan

d. Perkembangan penyakit dan pengobatan 3. Pemeriksaan Fisik :

Pemeriksaan fisik seperti normal, yang paling sering ditemukan adalah mengi pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan napas. Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema dan hipersekresi dapat menyumbat saluran napas; maka sebagai kompensasi penderita bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi dan menimbulkan hiperaktif otot asesoris inspirasi (m. Trapezius dan m. Sternocledomastoideus) dan menimbulkan kelelahan, Otot ekspirator lemah termasuk inspirator utama m. Diapraghma).

a. Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi napas, suhu, dan tekanan darah).Temuan pemeriksaan adalah frekuensi napas yang meningkat (tachypnea) dan tachycardia.

b. Sesak napas dan batuk

c. Terdapat bunyi mengi (wheezing) dan ronchi d. Disertai/tidak disertai nyeri pada dada

e. Regio kepala dan leher: – Ditemukan hiperarthropi otot-otot inspirator –Adanya sianosis pada ujung jari dan bibir yang diakibatkan karena menurunnya oksigen dalam darah

f. Analisis bentuk dada dan postur :–Bahu nampak sedikit elevasi dan protraksi bahu dikarenakan pada saat ekspirasi selalu menggunakan otot aksesori pernapasan (m.scaleni sterno cledomastoideus) – Postur tubuh cenderung forward – Bentuk thoraks barrel chest anterior posterior

g. Pola napas : Cepat dan dalam karena adanya gangguan pada fase ekspirasi h. Pemeriksaan : – Pump hundle movement – Bucket hundle movement

(12)

8 4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan spirometri

Manfaat pemeriksaan spirometri dalam menilai klasifikasi berat ringannya kondisi :

- Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.

- Menentukan derajat asma.

- Menentukan dosis latihan: pasif,asisted, actif atau dengan beban (batas aerobik).

Klasifikasi derajat asma: b. Pemeriksaan Lab : eosinovil, Gas darah

c. Chest X-Ray : bila diperlukan Penegakan Diagnosa Fisioterapi:

1. Automatik respon: Memonitor perubahan tanda vitaldan gejala yang muncul setelah ada perubahan posisi atau aktivitas gerak dasar.

2. Six minutes walking test (test 6 menit jalan).

3. Diagnosa Fisioterapi : Bergerak atau berjalan terbatas: karena penyempitan bronkus, ketegangan m.asesoris inspirator, penumpukan sputum, FEV1 < 80%, sesak nafas.

(13)

9 Rencana intervensi.

Tujuan mengatasi masalah:

 Masalah anatomi:

- Ketidak mengertiannya terhadap pencetus problem.(pendidikan )

- Inflamasi saluran nafas (S.43010).

- Ketegangan m. scaleni sterno cledomastoideus, m.Trapezius s.7104)/(s.43038).

 Masalah Fisiologi:

- Kapasitas aerobik(b.4551),

- FEV1 < 80 % (?....)

- Retensi sekret (b.4501),

- Sesak nafas/tachypnoea (b 4400),

- Kemampuan latihan rendah (b.4548),

 Keterbatasan Aktivitas: Berjalan dan bergerak (d.450-469): Beraktivitas terbatas, berjalan terbatas, bekerja terbatas

 Keterbatasan Partisipasi: . Perlu alat tranportasi (e.5401) dan edukasi dan latihan (e.5851).

Prognosis :

Prediksi; membaik, memburuk ( Paul F Beattie, Roger M Nelson,2007)

Setelah dilakukan intervensi Fisioterapi: masalah minimal dan Kemampuan meningkat, gunakan tes reevaluasi.

Intervensi.

Prinsip intervensi Fisioterapi :

- informed consent

- Aman dan terbaik

- Tepat dosis yang berdasarkan evidance based assesment. 1. Problem anatomi:

i. Ketidak mengertiannya terhadap pencetus

- Edukasi dan home program (sesuai SOP) i. Inflamasi saluran nafas (S.43010).

- Pursed lips breathing ( Sesuai SOP)

- Inhalasi

ii. Ketegangan m. scaleni sterno cledomastoideus, m.Trapezius s.7104)/(s.43038).

- Stretching/ kontrak rileks/ IR/ MWD/ Manipulasi (Sesuai SOP). 2. Problem Fisiologi:

a. Kapasitas aerobik (b.4551)

aktivitas fisik/ sepeda statik/ tread mill/ joging/senam dll Sesuai (SOP). b. FEV1 < 80 %

- Deep Diaphragmatic Breathing c. Retensi sekret (b.4501),

(14)

10 d. sesak nafas/tachypnoea (b 4400),

- Posisioning, Deep Breathing, rilaksasi, perbaikan sirkulasi (sesuai SOP). e. Kemampuan latihan rendah (b.4548),

- Mobilitas, ADL dan latihan progresif ( Sesuai SOP).

3. Problem Keterbatasan Aktivitas : Berjalan dan bergerak (d.450-469):

: Beraktivitas terbatas, berjalan terbatas, bekerja terbatas. : Latihan jalan, senam, bersepeda statik (sesuai SOP). 4. Problem Keterbatasan Partisipasi:

Perlu alat tranportasi (e.5401) dan edukasi dan latihan ( e.5851) sesuai analisa hasil evaluasi dan kebutuhan .

5. Treatment goals and plan of care Sarana dan Prasarana

1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer, spirometri/peak flow , IR/MWD, Nebulizer 2. Prasarana : Ruangan fisioterapi dengan alat altihan.

C. Bronchitis Definisi

Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paruparu). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya, penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis dapat bersifat serius. Secara umum, bronkitis dibagi menjadi dua jenis, yaitu bronkitis akut dan bronkitis kronis.

PROSES FISIOTERAPI Anamesis

Pada kondisi ini yang menjadi keluhan utama yang dirasakan pasien adalah pasien batuk disertai dahak dan sesak napas secara terus-menerus.

Pemeriksaan Spesifik

1. Pemeriksaan ekspansi thorak

Pemeriksaan ekspansi thorak menggunakan midline dengan mengukur pada 3 titik yaitu pada axilla, ics v, dan xiphoideus sehingga didapatkan hasil mengalami penurunan ekspansi thorak.

2. Pemeriksaan sesak napas

Pemeriksaan sesak napas menggunaka Borg Scale untuk mengetahui seberapa sesak napas yang sedang dirasakan. Hasil yang didapatkan menunjukkan nilai 5 (Sesak mengganggu). 3. Pemeriksaan spasme otot

Pemeriksaan spasme otot dengan cara palpasi untuk mengetahui otot-otot pernapasan yang mengalami spasme. Didapatkan hasil terdapat spasme pada otot pectoralis mayor dan trapezius upper.

(15)

11

Pemeriksaan sputum dengan cara auskultasi berdasarkan suara krakel untuk mengetahui letak dan banyak sputum pada penderita.

Permasalahan Fisioterapi 1. Impairment

Impairment yang dijumpai pada pasien dengan kondisi bronkitis kronis ini adalah: a) adanya sesak napas

b) adanya sputum

c) adanya spasme otot-otot pernapasan d) adanya penurunan ekspansi thorak.

2. Functional limitation

Keterbatasan fungsi yang dirasakan oleh pasien dengan kondisi bronchitis kronis ialah Pasien mengalami hambatan dalam melakukan pekerjaannya dikarenakan sesak nafas dan mudah lelah.

3. Disability

Pasien memiliki hambatan saat melakukan aktivitas dan bersosialisasi dengan masyarakat dikarenakan adanya sesak nafas dan mudah lelah.

Penatalaksanaan Fisioterapi 1. Sinar Infra Merah

Lakukan tes sensibilitas tajam tumpul pada area otot pectoralis mayor dan trapezius upper kemudian posisikan pasien senyaman mungkin. Pada area yang diterapi bebas dari pakaian. Persiapkan alat IR dengan mengarahkan sinar infra merah tepat tegak lurus pada otot pectoralis mayor dan trapezius upper dengan jarak 45 cm dengan waktu penyinaran 10 menit pada tiap bagian. Terapis memberikan informasi efek rasa hangat yang muncul pada sinar infra merah, apabila pasien merasakan panas yang berlebihan saat terapi berlangsung diharapkan dapat memberitahukan kepada terapis.

2. Chest Fisioterapi

Fisioterapi dada dengan menggunakan beberapa tehnik seperti postural drainage,

tapotement, batuk efektif, breathing exercise. a. Postural Drainage

Postural drainage adalah posisi tubuh dengan menggunakan gravitasi untuk membantu mengalirkan sekresi (mukus) dari segmen paru-paru pasien. Pada setiap posisi, bronchus segmental pada area yang akan dialirkan harus tegak lurus dengan lantai.

b. Tapotement

Tapotement adalah pengetokan dinding dada dengan tangan. Untuk melakukan

tapotement, tangan dibentuk seperti mangkuk dengan memfleksikan jari dan meletakkan ibu jari bersentuhan dengan jari telunjuk. Perkusi dinding dada secara mekanis akan melepaskan sekret. Indikasi untuk perkusi dilakukan pada pasien yang mendapatkan postural drainage.

c. Batuk Efektif

Latihan batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan sekret secara maksimal.

(16)

12

Latihan napas yang terdiri atas pernapasan diafragma dan purse lips breathing. Tujuan latihan pernapasan adalah untuk mengatur frekuensi dan pola napas, memperbaiki fungsi diafragma,memperbaiki mobilitas sangkar thorak dan mengatur kecepatan pernapasan sehingga bernapas lebih efektif. Latihan ini meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan kecemasan, menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna dan tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernapasan, dan mengurangi kerja pernapasan. D. Gangguan Pleura

Definisi

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada, diantara permukaan viseral dan parietal.Dalam keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Pada gangguan tertentu, cairan dapat berkumpul dalam ruang pleural pada titik dimana penumpukan ini akan menjadi bukti klinis, dan hampir selalu merupakan signifikasi patologi.

Anamnesis

Pengumpulan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Adanya ganggguan nyeri dada dan gangguan pernapasan.

Pemeriksaan

1) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologis rongga dada pemeriksaan cairan pleura torasentesis (pengambilan cairan pleura)

2) Pemeriksaan objektif Postural drainage Rencana penatalaksanaan

1) Tujuan

Mengurangi nyeri dada dan pola nafas kembali efektif 2) Prinsip terapi

Mengurangi nyeri dada, mengurangi cairan yang berlebihdan sesak nafas 3) Edukasi

Latihan posisi postural drainage 4) Kriteria rujukan

Dari dokter Prognosis

(17)

13

Sangat bervariasi dan tergantung padaa factor penyebab dan ciri efusi pleura. Sarana dan prasarana

1) Sarana : Bed

2) Prasarana : Ruangan fisioterapi Penegakan diagnosa

Adanya nyeri yang berhubungan dengan penekanan rongga pleura oleh penimbunan cairan yang berlebih sehingga pola nafas yang tidak efektif dan menganggu pertukaran gas oksigen pada alveoli.

E. Pnemonia Definisi

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru . dan sel–sel tubuh mengalami kekurangan oksigen. Pneumonia adalah gangguan menular /peradangan paru pada parenkim paru-paru. Kebanyakan pasien memiliki gejala demam, menggigil, gejala gangguan paru (batuk, dyspnea, produksi sputum berlebih, pleuritic, nyeri dada), dan satu atau lebih infiltrat/opacities pada hasil foto x-ray dada.

Anamnesis:

Didapatkan pada anak dibawah 3 tahun atau lansia dengan adanya sering kali batuk berdahak, sputum exudat, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek, nyeri dada tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan bernafas dalam atau batuk. Kadang-kadang berdarah , sakit kepala atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan, kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot. Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Fisik :

- Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi napas dan suhu meningkat)..

- Tekanan darah menurun.

- Sesak napas, demam, batuk, dan nyeri dada

- Terdapat bunyi mengi (wheezing) dan ronchi

- Inspeksi :

a. Regio kepala dan leher :

– Ditemukan hiperarthropi otot-otot asesoris pernapasan

– Bahu nampak sedikit elevasi karena ketegangan otot asesori pernapasan. b. Analisis bentuk dada dan postur :

(18)

14

– Bahu nampak sedikit elevasi dan protraksi bahudi karenakan pada saat ekspirasi selalu menggunakan otot aksesori pernapasan (m.scaleni sternocledomastoideus)

– Postur tubuh cenderung forward

c. Pola napas : frekuensi nafas yang meningkat (tachypnea) dan tachycardia (1:4)

- Pemeriksaan :

- Palpasi :

– Pump hundle movement – Bucket hundle movement

- Perkusi : Sonor rendah.

- Auskultasi : wheezeng daerah retensi skret

- Pemeriksaan spirometri : Fev1dibawah 80 %. 2. Pemeriksaan Penunjang

- Sample sputum

- Pemeriksaan Lab darah :

a. Kadar Hb : 12-14 (wanita), 13-16 (pria) g/dl b. Jumlah leukosit : 5000 – 10.000 /μl

c. Jumlah trombosit : 150.000 – 400.000 /μl d. Hematokrit : 35 – 45 %

e. LED : 0 – 10 mm/jam (pria), 0 – 20 mm/jam (wanita

dilakukan untuk menentukan jenis pneumonia, tes dahak dilakukan untuk menentukan apakah itu adalah infeksi jamur atau bakteri. Tes darah dilakukan untuk memeriksa jumlah sel darah putih pasien, ini dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan pneumonia, serta untuk menentukan apakah itu adalah infeksi virus atau bakteri. infeksi bakteri akan menghasilkan jumlah darah yang memiliki peningkatan jumlah neutrofil jumlah darah yang memiliki peningkatan jumlah limfosit akan menunjukkan infeksi virus.

- Chest X-Ray : untuk mendukung problematik yang ada. Penegakkan Diagnosa

Body Structure &Function :

- Ketegangan otot asesori pernafasan.

- Penurunan ventilasi pulmonal dan mobilitas thoraks

- Retensi Sputum.

- Lab darah normal

Keterbatasan Partisipasi : Makan seimbang, lingkungan sehat Keterbatasan Aktivitas : Penurunan Tranvers dan ambulasi

Diagnosis Fisioterapi : Penurunan tranvers dan ambulasi karena sesak nafasan , retensi mukus, demam, spasme otot asesoris (trapezius dan stenokledomastoideus).

(19)

15 Rencana Penatalaksanaan

1. Tujuan : -Membebaskan jalan nafas dan memobilisasi sputum

- Meningkatkan ventilasi dan ketersediaan oksigen.

- meningkatkan kemampuan ambulasi

2. Prinsip Terapi : - Relaksasi dengan penurunan tonus otot pernapasan

- Mengurangi penumpukan sputum

- Perbaikan ventilasi pada paru 3. Kriteria Rujukan : Dokter spesialis Intervensi.

1. Memobilisasi sputum : Inhalasi, Chest Fisioterapi, latihan batuk/ huffing , suction, Incentive spirometri ( sesuai SOP).

2. Rileksasi: Manipulasi, MLD, Breathing exercise ( sesuai SOP).

3. Perbaikan ventilasi: ACBT, Breathing technigue, Mobilisasi toraks, incentive spirometri (sesuai SOP). (Madjoe & Marais, 2007)

Prognosis

Di kalangan lansia atau orang yang memiliki masalah paru-paru lain penyembuhan mungkin memakan waktu lebih dari 12 minggu. Di kalangan orang yang memerlukan perawatan di rumah sakit, mortalitas mungkin hingga 10% dan di kalangan mereka yang memerlukan perawatan intensif (ICU) mortalitas bisa mencapai 30–50%. Komplikasi bisa muncul terutama di kalangan lansia dan mereka yang memiliki masalah kesehatan dasar. Ini bisa termasuk, antara lain: emfisema, abses paru-paru, bronkiolitis obliteran, sindrom kesulitan pernafasan.

Sarana dan Prasarana

1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer, Nebulizer 2. Prasarana : Ruangan Terapi

F. Bedah Thorax Definisi

G. Bronchiectasis Definisi

Bronchiectasis adalah kondisi yang ditandai dengan dilatasi abnormal di bronki dan kehancuran dinding bronkial, dan bisa muncul di seluruh pohon trakeobronkial atau bisa terbatas pada satu segmen atau lobus. Bronchiectasisdidefinisikan sebagai kelainan pada pelebaran bronki. Proses ini terjadi dalam konteks infeksi kronis saluran pernapasan dan peradangan.

(20)

16

Seorang pasien wanita berusia 35 tahun datang dengan keluhan demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak napas sejak dua minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri yang menjalar ke leher, bahu, dan perut.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Fisik :

- Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi nafas, suhu, dan tekanan darah)

- Pemeriksaan gerakan dasar (aktif, pasif, isometrik)

- Inspeksi : apakah ada perubahan pada raut wajah, bentuk dada atau sangkar thoraks, melihat adanya oedema.

- Palpasi : menyentuh dan meraba, apakah ada piting oedema, suhu tubuh, nyeri tekan pada daerah dada atau thoraks.

- Perkusi : mengetuk pada bagian dada atau thoraks dan abdomen. Melihat apakah ada nyeri tekan dan kembung.

- Auskultasi : mendengar dengan stetoscop pada bagian dada dan punggung. Untuk mengetahui adanya cairan pada paru-paru, suara nafas, detak jantung

- Pemeriksaan nyeri dada dengan VAS

- Pemeriksaan spirometer 2. Pemeriksaan Penunjang - Radiografi - Ultrasonografi - CT Scan Dada - Pemeriksaan Lab Penegakkan Diagnosa

Keterbatasan Aktivitas : Berjalan jauh, Melakukanpekerjaanrumah Struktur & Fungsi Tubuh : - Adanya sesak nafas

- Adanya penurunan ekspansi thoraks.

- Adanya spasme pada musculus upper trapezius dan m. sternocleidomastoideus.

- Penurunan kapasitas paru - Nyeri dada

Keterbatasan Partisipasi : Berolahraga, Berkebun

Diagnosis Fisioterapi : Penurunan kemampuan fungsional akibat gangguan napas Rencana Penatalaksanaan

1. Tujuan : Mengembalikan kemampuan fungsional dengan meningkatkan dan mempertahankan kekuatan serta daya tahan jantung paru.

(21)

17

- Relaksasi lokal pada daerah dada dan punggung juga untuk memperbaiki sirkulasi darah

- Memperbaiki ventilasi udara, melatih pernapasan diafragma, dan menjaga ekspansi thorak

- Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas chest dan thoracal spine.

- Meningkatkan toleransi aktifitas

- Menjaga mobilitas anggota gerak atas (pencegahan keterbatasan gerak) 3. Kriteria Rujukan: spesialis

Prognosis

Prognosis baik jika ditangani dengan cepat tergantung penyebab, beratnya gejala dan respon terapi. Dan apabila tidak dapat ditangani dengan cepat akan menimbulkan komplikasi yang lebih berat pada jalan nafas.

Sarana dan Prasarana

1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer, Nebulizer 2. Prasarana : Ruangan Terapi

H. Emphysema Definisi

Emfisema adalah keadaan paru yang abnormal, yaitu adanya pelebara nrongga udara pada asinus yang sifatnya permanen yang disebabkan oleh kerusakan pada dinding asinus. Emfisemaa didefinisikan sebagai gangguan abnormal dan pembesaran alveoli secara permanen. Masalah utama terdapat di dalam paru-paru ysitu runtuhnya dinding alveolar, sehingga terjadi pembesaran ruang udara.

Anamnesis

Seorang pasien pria berusia 63 tahun datang dengan keluhan gangguan nafas sejak satu minggu yang lalu. Pasien mengeluhkan sesak nafas disertai batuk berdahak. Pasien juga merasa mudah lelah disertai nafas yang tersengal – sengal.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Fisik :

 Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi napas, suhu, dan tekanan darah).Temuan pemeriksaan adalah frekuensi napas yang meningkat (tachypnea) dan tachycardia.

 Inspeksi :

- Bernafas dengan pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup) dan ekspirasi panjang.

(22)

18

- Sternum menonjol.

- Retraksi intercostal saat inspirasi.

- Penggunaan otot bantu pernapasan.

 Pemeriksaan : - Palpasi : vokal fremitus melemah.

 Perkusi : hipersonor, hepar terdorong ke bawah, batas jantung mengecil, letak diafragma rendah.

 Auskultasi : Suara nafas vesikuler normal atau melemah. Terdapat ronki samar-samar. Wheezing terdengar pada waktu inspirasi maupun ekspirasi.

 Pemeriksaan spirometri 2. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Lab

- Chest X-Ray Penegakkan Diagnosa

Keterbatasan Aktivitas : Berjalan jauh

Struktur & Fungsi Tubuh : - Impairment dinding asinus - Peradangan pada bronchiolus - Penurunan kapasitas paru - Limitasi inspirasi

Keterbatasan Partisipasi : Berolahraga

Diagnosis Fisioterapi : Sesak nafas disertai penumpukan sputum yang tercetus akibat kelelahan dan udara dingin sehingga terjadi gangguan bernafas

Rencana Penatalaksanaan

1. Tujuan : Mengatasi gangguan pernapasan pasien 2. Prinsip Fisioterapi:

- Membantu mengeluarkan sputum dan meningkatkan efisiensi batuk. - Mengatasi gangguan pernapasan pasien

- Memperbaiki gangguan pengembangan thoraks. - Meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan

- Mengurangi spasme/ketegangan otot-otot leher pasien 3. Kriteria Rujukan : bila 6 kali tindakan tidak mencapai tujuan. Prognosis

Prognosis untuk pasien yang memiliki emfisema bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan apakah pasien terus merokok. Meskipun emfisema bersifat progresif dan ireversibel, pasien yang berhenti merokok dan menerima terapi oksigen umumnya memiliki harapan hidup yang lebih panjang

(23)

19 1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer, Nebulizer 2. Prasarana : Ruangan Terapi

I. TB Paru Definisi

Tuberkulosis paru adalah penyakt radang parenkimparu karena infeksi kuman

mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis, yang terutama menyerang saluran pernapasan, walaupun juga dapat melibatkan semua sistem tubuh.

Anamnesis

a. Umum: Demam, menggigil, berkeringat di malam hari, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan kelelahan. clubbing kuku signifikan.

b. Problem paru: Jika TB tidak menjadi aktif, paling sering melibatkan paru-paru (sekitar 90% dari kasus). (1) Nyeri dada berkepanjangan, (2) batuk memproduksi sputum. Sekitar 25% dari orang mungkin tidak memiliki gejala apapun. Kadang-kadang, orang mungkin batuk darah dalam jumlah kecil, dan dalam kasus yang sangat jarang, infeksi dapat mengikis ke arteri pulmonalis atau aneurisma, yang mengakibatkan pendarahan masif. TBC dapat menjadi penyakit kronis dan menyebabkan jaringan parut yang luas di lobus atas paru-paru. Lobus paru bagian atas lebih sering terkena TBC daripada yang lebih rendah. Ini mungkin karena baik aliran udara yang lebih baik dibawah, atau getah bening drainase yang buruk dalam paru-paru bagian atas.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Fisik :

- Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi nafas, suhu, dan tekanan darah)

- Pemeriksaan auskultasi : adanya wheezing

- Nyeri dada

- Inspeksi statis dan dinamis

- Pemeriksaan : -Palpasi -Perkusi -Auskultasi

- Pemeriksaan gerakan dasar (aktif, pasif, isometrik)

- Pemeriksaan ekspansi thoraks

- Sesak nafas disertai nyeri

- Pemeriksaan Spirometer

- Pasien cenderung lemah dan kurus 2. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Lab : Pemeriksaan sputum, darah, uji tuberkulin

(24)

20

- CT Scan Penegakkan Diagnosa Struktur & Fungsi Tubuh :

- Nyeri gerak pada dada saat protraksi dan retraksi

- Spasme pada otot m.sternocleidomastoideus

- Penurunan ekspansi thoraks

- sesak nafas

- jalan nafas yang terganggu akibat sekres exudat

- inspirasi terbatas

Keterbatasan Aktivitas : Berjalan terbatas/ADL terbatas

Keterbatasan Partisipasi : Pola hidup sehat, lingkungan bersih, tidak merokok. Diagnosis Fisioterapi : Aktivitas terbatas karena sesak nafas dan ventilasi rendah.. Rencana Penatalaksanaan

1. Tujuan : Membebaskan jalan nafas dan mengembalikan fungsional 2. Prinsip Terapi :

- Efisiensi bernafas/ bergerak.

- Menekankan inspirasi breathing

- Mengurangi sesak nafas, nyeri gerak pada dada saat gerakan protaksi dan retraksi,

- Menurunkan spasme pada otot m.sternocleidomastoideus,

- Meningkatkan ekspansi thoraks

3. Intervensi : ...SOP 4. Kriteria Rujukan : 6-12 intervensi tidak mencapai 75%

Prognosis

Pada penyakit TB primer (sejumlah 1–5% dari kasus), perkembangan ini muncul segera setelah infeksi awal. Namun, pada kebanyakan kasus, suatu Infeksi laten muncul tanpa gejalan yang nyata. Kuman yang dorman ini menghasilkan tuberkulosis aktif pada 5–10% dari kasus laten ini, dan pada umumnya baru akan muncul bertahun-tahun setelah infeksi. Pada orang yang juga terinfeksi oleh ―M. tuberculosis‖ dan HIV, resiko adanya reaktivasi meningkat hingga 10% per tahun. Peluang terjadinya kematian karena tuberkulosis adalah kurang lebih 4% pada tahun 2008, turun dari 8% pada tahun 1995.

Sarana dan Prasarana

1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer,stetoscoope, Nebulizer. Incentive spirometri 2. Prasarana : Ruangan Terapi

J. Pneumothorax Definisi

(25)

21

Pneumotoraks adalah adanya udara bebas di ruang pleura yang menyebabkan paru-paru collapse secara parsial ataupun keseluruhan. Pneumotoraks didefinisikan sebagai kondisi dimana adanya udara dalam ruang pleura, yang merupakan ruang antara paru-paru dan dinding dada.

Anamnesis

Seorang pasien pria berusia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri dada yang tiba – tiba seperti tertusuk sejak 1 bulan yang lalu disertai dengan batuk dan sesak nafas saat beraktifitas.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik :

- Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi nafas, suhu, dan tekanan darah)

- Pemeriksaan gerakan dasar (aktif, pasif, isometrik)

- Inspeksi : - Posture : membungkuk - Ekstremitas : clubbing finger - Syanosis : Pada kuku

- Pola nafas : tachypnea

- Palpasi :

- Palpasi Fremitus (menggunakan kedua telapak tangan/sisi ulnar) : Fremitus menurun

- -Palpasi Mediastinum (pada posisi trachea) : kontra lateral (tidak terkena)/mediastinum bergeser

- Mobility Chest (gerakan upper,middle, & lower lobus) : ada gangguan mobility chest & asimetris

- Nyeri pada dinding chest dan otot scaleni

- Nyeri saat deep breathing dan batuk

- Perkusi : hyper resonant

- Auskultasi : bunyi nafas menurun

- Pemeriksaan ekspansi thoraks

- Pemeriksaan sesak nafas dengan Borg scale

- Pemeriksaan spasme otot-otot pernafasan

- Pemeriksaan nyeri dada dengan VAS

- Pemeriksaan Spirometer

 Pemeriksaan Penunjang

- Rontgen Thoraks

- CT Scan dada

- USG dada

(26)

22 Penegakkan Diagnosa

Keterbatasan Aktivitas : Berjalan jauh, Pekerjaan Rumah Struktur & Fungsi Tubuh : - Abnormal breathing pattern

- Penurunan ekspansi sangkar thoraks - Disfungsi otot-otot pernapasan - Penurunan kapasitas paru - Nyeri

Keterbatasan Partisipasi : Berolahraga, Berkebun

Diagnosis Fisioterapi : Penurunan kemampuan fungsional akibat gangguan pada pernafasan

Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Mengembalikan kemampuan fungsional dan membebaskan jalan nafas

 Prinsip Terapi :

- Meningkatkan oksigenisasi

- Meningkatkan dan mempertahankan kekuatan serta daya tahan otot pernafasan

- Membersihkan mucus

- Meningkatkan volume paru

- Fasilitasi pergerakan sekresi bronchial

- Menjaga mobilitas anggota gerak atas (pencegahan keterbatasan gerak)

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis Prognosis

Jika kasus pneumotoraks mendapatkan pengobatan sejak awal, maka prognosis akan sangat baik. Tingkat kekambuhan pneumotoraks dapat sampai setinggi 30% pada ipsilateral dan 10% pada kontralateral. Insiden kekambuhan yang tercatat paling tinggi adalah setelah episode pertama dan pada pasien yang berpartisipasi dalam kegiatan seperti menyelam di laut dalam. Pasien dengan cystic fibrosis memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi untuk mengalami kekambuhan.

Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed, Sphygmomanometer, Nebulizer

(27)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

23

FORM PENILAIAN SIKAP (AFEKTIF DAN PRAKTEK PROFESIONAL)

HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________

EVALUASI AFEKTIF

No NIM Nama Mahasiswa

Nilai

Nilai Total Tanggung

Jawab Disiplin Kerjasama Kejujuran Prakarsa Sopan Santun

1

2

3

4

5

EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL

No NIM Nama Mahasiswa

Nilai

Nilai Total

Keamanan Prilaku

Profesional Akuntabilitas Komunikasi

Kompetensi Budaya Pengembangan Profesional 1 2 3 4 5

Kriteria penilaian: Penilai,

1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik

(28)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

24

FORM PENILAIAN PRESENTASI JURNAL

NAMA MAHASISWA :

NIM :

STASE :

TEMPAT :

HARI/TANGGAL :

No Materi Nilai Maksimal Nilai

1 Format presentasi (power point) 10

2 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir

penalaran 10

3 Penguasaan metodelogi penelitian 10

4 Review jurnal

- Materi jurnal 20

- Diskusi dan kemampuan argumentasi 20

- Kelayakan (feasibility) 20

5 Performance presentator

- Bahasa dan sopan santun 10

Jumlah 100

Penilai,

(29)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

25

FORM PENILAIAN REVIEW JURNAL

NAMA MAHASISWA :

NIM :

STASE :

TEMPAT :

HARI/TANGGAL :

No Materi Nilai Maksimal Nilai

1 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir

penalaran 20

2 Penguasaan metodelogi penelitian 10

3 Review jurnal - Materi jurnal 30 - Kelayakan (feasibility) 30 - Format penulisan 10 Jumlah 100 Penilai, ( )

(30)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

26

FORM PENILAIAN PRESENTASI KASUS

NAMA MAHASISWA :

NIM :

STASE :

TEMPAT :

HARI/TANGGAL :

No Aspek Penilaian Nilai Maksimal Nilai

Penilaian Status Klinis

1 Pemeriksaan Subjektif 4 2 Pemeriksaan Objektif - Vital Sign 2 - Pemeriksaan Per-Kompetensi 4 3 Diagnosis - Impairment 2 - Activity Limitation 2 - Participation Restriction 2 - Contextual Factor 2 4 Prognosis 2 5 Planning

- Jangka Panjang & Pendek 2

- Clinical Reasoning 3

6 Prosedur Intervensi

- Metode Pelaksanaan & Dosis 4

- Clinical Reasoning 6

7 Edukasi & Home Program 2

8 Evaluasi 3

Format Penilaian Presentasi

1 Penguasaan konsep dan penalaran klinis 25

2 Diskusi dan kemampuan argumentasi 25

3 Format presentasi dan bahasa 10

TOTAL 100

Penilai,

(31)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

27

FORM PENILAIAN TUGAS LAPANGAN

NAMA MAHASISWA :

NIM :

STASE :

TEMPAT :

HARI/TANGGAL :

Aspek yang nilai Rentan Nilai Bobot Nilai

Assessment 0-100 25%

Diagnosis Fisioterapi (ICF) 0-100 25%

Planning 0-100 25%

Intervensi 0-100 25%

Total Nilai

Penilai,

(32)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

28

FORM PENILAIAN UJIAN BAGIAN / OSCE STASE KARDIOPULMONAL

NAMA PESERTA :

NIM :

TEMPAT :

TANGGAL :

PRAKTIK PROFESIONAL (PROFESSIONAL PRACTICE) N

o Komponen Penilaian Kinerja

Subjektif Jumla

h Poin

0 1 2 3 4

1 Keamanan (Safety)

2 Perilaku Profesional (Professional Behaviour)

3 Akuntabilitas (Accountability)

4 Komunikasi (Communication)

5 Kompetensi Budaya (Cultural Competence) 6 Pengembangan Profesional (Professional

Development)

TOTAL POIN

MANAJEMEN PASIEN (PATIENT MANAGEMENT) N

o Komponen Penilaian Kinerja

Objektif Subjektif Jumla

h Poin

0 1 0 1 2 3 4

ASSESMENT

Anamnesis Umum

1 Peserta memperkenalkan diri

2 Peserta menanyakan identitas pasien Anamnesis Khusus

1 Peserta menanyakan keluhan utama

pasien

2 Menanyakan Riwayat Penyakit

Sekarang (RPS)/S7

3 Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu

(RPD)

4 Menanyakan Riwayat Penyakit

Keluarga (RPK)

5 Menanyakan Riwayat Penyakit

Penyerta (RPP)

(33)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

29

Pemeriksaan Umum

1 Pemeriksaan Vital Sign

2 Pemeriksaan Kondisi Umum Pasien

3 Pemeriksaan Fisik Inspeksi Statis Inspeksi Dinamis Palpasi Auskultasi Pemeriksaan Khusus

1 Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

Aktif

Pasif

Isometrik Resisted

2 Pengukuran Kekuatan Otot

3 Pengukuran ROM

4 Pengukuran Antropometri

5 Pengukuran Nyeri

6 Pemeriksaan Spesifik

Untuk mendukung penegakan

diagnosis

Untuk menentukan diagnosis banding 7 Melakukan Pengukuran terkait

Diagnosis

DIAGNOSIS

1 Diagnosis Medis (penjelasan)

2 Diagnosis Fisioterapi

Impairment

Functional Limitation

Disability/Participant Restriction PLANNING

1 Rencana Jangka Pendek

2 Rencana Jangka Panjang

INTERVENSI

1 Penerapan Intervensi Modalitas

2 Penerapan Intervensi Manual Terapi 3 Penerapan Intervensi Terapi Latihan EDUKASI & HOME PROGRAM

(34)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

30

2 Modifikasi faktor eksternal

3 Home Program

EVALUASI

1 Evaluasi sesuai dengan pemeriksaan

awal

Total Poin

PERHITUNGAN NILAI AKHIR N

o Penilaian Perhitungan Bobot (%) Nilai

1 Praktik Profesional (Professional Practice)

(Jumlah Poin : 24) x

100 30%

2 Manajemen Pasien (Patient Management)

(Jumlah Poin : 157)

x 100 70%

Total Nilai Akhir

Interpretasi :

Objektif …...………….,

………

0 Tidak Dilakukan

1 Dilakukan Mengetahui,

Subjektif Penguji Bagian

0 Tidak Dilakukan

1 Kurang Baik

2 Cukup Baik

3 Baik ( )

(35)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI

Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656

Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

31

FORM PENILAIAN MORNING REPORT

HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________

No NIM Nama Mahasiswa Kehadiran Partisipasi

Aktif Berpikir Kritis Kemampuan Komunikasi Time Manajemen Tata

Krama Nilai Total 1 2 3 4 5 Keterangan Penilaian No Keterangan Nilai 1 Kehadiran

Hadir tepat waktu 4

Terlambat <15 menit 3 Terlambat <30 menit 2 Tidak hadir 0 2 Partisipasi

Memberikan komentar dan jawaban secara aktif 4

Kadang - kadang memberikan komentar dan jawaban 3

Hanya menjawab kalau ditanya 2

Diam saja 1 3 Berpikir kritis

Mempunyai materi dengan jelas 4

Ragu - ragu menyampaikan materi tapi benar 3

Materi yang disampaikan tidak jelas 2

Salah menyampaikan materi 1

4 Kemampuan komunikasi

Bahas jelas, mau menerima dan memberikan saran/kritik 4

Bahasa jelas, kurang bisa menerima kritik teman 3

Bahasa kurang jelas, tidak bisa menyampaikan kritik/saran 2

Tidak dapat menyampaikan komentar dengan jelas 1

5 Manajemen Waktu

Aktif berdiskusi dan menyampaikan materi secara efektif 4

Aktif berdiskusi, cenderung monopoli 3

Kurang aktif dan sering bicara ngelantur 2

Bicara dan ngobrol di luar materi diskusi 1

6 Tata krama

Tegar sapa dengan sopan kepada fasilitator dan teman saat

berdiskusi 4

Jarang melakukan tegur sapa kepada teman tapi masih bersikap

sopan 3

Sering memotong pembicaraan teman tanpa sopan santun 2

Bertindak dan bicara seenaknya 1

Penilai,

(36)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 7 rumah tangga nelayan nelayan bagan motor yang fasilitas tempat tinggalnya termasuk dalam kategori lengkap sebanyak 6 keluarga (20%) sedangkan

Dari hasil penelitian stasiun IV dan V merupakan lokasi yang memiliki komposisi jenis, kerapatan dan persen penutupan lamun yang lebih tinggi dibandingkan dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Instrumen Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Biologi pada Materi Fungi Kelas X SMA/MA

Komputer pada awalnya digunakan sebagai sistem informasi akuntasi (SIA) yang merupakan bagian dari pemrosesan data (EDP), kemudian berkembang kearah pengolahan

 beren%aru- ter-ada ter-ada i&amp;iran, i&amp;iran, in%atan, in%atan, dan dan erasaan erasaan *an% *an% $e$bentu&amp; $e$bentu&amp; &amp;esadaran

Terjadinya  perceraian  membuat  subjek  merasa  terpukul  dan  semakin  merasakan  afek  negatif.  Tidak  adanya  pemahaman  yang  diberikan  orang  tua  terhadap 

A G T 3 0 6 Teknologi Budidaya Tanaman 2 1 Macam-macam tanaman pangan, prospek pengembangan tanaman pangan, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

Maka dengan demikian untuk masyarakat Desa Peunayan yang harus lebih utama diprioritaskan adalah mengadakan penyuluhan yang rutin oleh petugas kesehatan karena penyuluhan masih