• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT SEMANGKA (Citrullus vulgaris) DI DALAM AIR MINUM TERHADAP PROFIL GLUKOSA DARAH, TOTAL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA AYAM RAS PEDAGING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT SEMANGKA (Citrullus vulgaris) DI DALAM AIR MINUM TERHADAP PROFIL GLUKOSA DARAH, TOTAL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA AYAM RAS PEDAGING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

6 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Ras Pedaging

Ayam ras pedaging adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki ciri khas pertumbuhan cepat dan dipelihara khusus untuk menghasilkan daging, konversi ransum rendah, siap dipotong pada usia relatif muda dan menghasilkan kualitas daging berserat lunak (North dan Bell, 1990; Kruchten dan Tom, 2002).

Secara umum ciri-ciri ayam ras pedaging adalah memiliki warna bulu yang dominan putih, pertumbuhan cepat, karakteristik daging yang baik seperti dada yang besar, bentuk badan yang dalam dan hasil daging yang banyak (Ensminger et al., 1990). Menurut Daghir (1998), masa perkembangan ayam ras pedaging dapat dibagi menjadi tiga periode, yakni periode starter (0-3 minggu), periode grower (3-6 minggu) dan periode finisher (6 minggu-dipasarkan). Tampilan ayam ras pedaging dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Ayam Ras Pedaging. Sumber : Zulhaqqi (2013)

(2)

7 Persyaratan mutu bibit ayam ras pedaging atau DOC menurut BSN (2005), yaitu berat DOC per ekor minimal 37 g dengan kondisi fisik sehat, kaki normal, dapat berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ditemukan kelainan bentuk dan cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering, warna bulu seragam sesuai dengan warna galur dan kondisi bulu kering dan berkembang serta jaminan kematian DOC maksimal 2 %.

Ternak unggas tergolong hewan homeothermic (berdarah panas) dengan ciri spesifik tidak memiliki kelenjar keringat serta hampir semua bagian tubuhnya tertutup bulu. Ternak unggas yang dipelihara di daerah tropis rentan terhadap bahaya stres panas (Tamzil, 2014). Kenaikan suhu yang ekstrim pada periode ini akan mengakibatkan pertumbuhan yang buruk, konversi pakan yang buruk dan kerentanan terhadap penyakit (Fairchild, 2012). Biasanya setelah terjadi perubahan pada suhu tubuh maka ayam akan berusaha untuk melakukan penyeimbangan kembali dan umumnya proses interval penyeimbangan tersebut dapat berdampak negatif terhadap performans ayam. Suhu tubuh dari anak ayam berusia 1 hari adalah sekitar 39°C tetapi setelah berumur lima hari maka akan meningkat menjadi 41,1 °C (Erwan dan Febriyanti, 2015). Fairchild (2012) melaporkan bahwa suhu ekstrim (tinggi atau rendah) sering mengakibatkan kematian pada anak ayam, sedangkan perubahan yang tidak terlalu dapat mempengaruhi kinerja ayam muda tanpa menyebabkan kematian. Sementara itu ayam muda lebih toleran terhadap suhu tinggi dibandingkan ayam dewasa yang berakibat peningkatan mortalitas dan berdampak negatif terhadap performans.

(3)

8 2.2. Glukosa Darah

Glukosa adalah suatu gula monosakarida, salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber energi bagi ayam (Annisa, 2012). Menurut Ekawati (2012), Glukosa merupakan salah satu senyawa organik yang berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh. Kadar glukosa darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh. Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas, sehingga hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah. Bila kadar glukosa dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat, maka oleh enzim-enzim tertentu glukosa dirubah menjadi glikogen. Proses ini hanya terjadi di dalam hati dan dikenal sebagai glikogenesis. Sebaliknya bila kadar glukosa menurun, glikogen diuraikan menjadi glukosa. Proses ini dikenal sebagai glikogenolisis, yang selanjutnya mengalami proses katabolisme menghasilkan energi (dalam bentuk energi kimia, ATP). Menurut Mardani et al., (2015), pada saat stres panas, ternak membutuhkan glukosa sebagai prekursor pembentukan energi, sedangkan kadar glukosa dalam darah harus dipertahankan tetap. Glukosa disintesis dari glikogen atau cadangan karbohidratdan pada saat cadangan glikogen ini menurun maka akan memanfaatkan cadangan lipid (trigliserida) akibat dari penurunan intake pakan.

Menurut Ekawati (2012), Kadar glukosa yang tinggi merangsang pembentukan glikogen dari glukosa, sintesis asam lemak dan kolesterol dari glukosa. Kadar glukosa darah yang tinggi dapat mempercepat pembentukan trigliserida dalam hati. Trigliserida merupakan salah satu bagian komposisi lemak yang ada dalam tubuh. Dimana jika kadar trigliserida dalam batas normal

(4)

9 mempunyai fungsi yang normal dalam tubuh, semisal sebagai sumber energi. Menurut Mardani et al., (2015), melalui jalur glukoneogenesis, trigliserida dikatabolisme menjadi glukosa. Berdasarkan mekanisme ini maka dapat diterangkan dalam keadaan stres panas kadar trigliserida menjadi rendah dalam darah sebagai akibat perombakannya menjadi glukosa. Kadar glukosa darah yang rendah menunjukkan ketersediaan energi yang rendah sehingga untuk memenuhinya ayam akan mengkonsumsi pakan lebih banyak (Has et al., 2013). Menurut Sulistyoningsih (2004) kadar glukosa normal pada ayam adalah 200-250 mg/100ml darah. Erwan dan Febriyanti (2015), menyatakan pemberian oral

administration L-Citrulline tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap

kadar glukosa darah dan total kolesterol anak ayam ras pedaging.

2.3. Trigliserida

Trigliserida merupakan lemak utama yang disimpan dalam tubuh ternak sebagai cadangan energi. Menurut Sulistyoningsih (2014), Lemak yang terdapat dalam daging ayam umumnya terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipid (sebagian besar berupa lesitin) dan kolesterol. Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Lemak disimpan dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Trigliserida merupakan sejenis lemak yang proporsinya terbesar pada lemak dalam makanan, merupakan cadangan energi yang disimpan di dalam jaringan adiposa dan otot. Jika tubuh membutuhkan energi, maka trigliserida dilepaskan untuk dimetabolisme menjadi energi (Sulistyoningsih, 2014). Tornheim dan Ruderman (2011) menyatakan bahwa kebutuhan energi dalam tubuh dapat dipenuhi dengan memanfaatkan trigliserida

(5)

10 dalam jaringan lemak. Ketika kebutuhan energi didalam tubuh meningkat, maka untuk mencukupinya tubuh akan mensinstesis trigliserida (dalam bentuk asam lemak) yang tertimbun dalam jaringan lemak, dimana asam lemak akan kembali mengalami esterifikasi untuk menyediakan bahan bakar bagi seluruh sel dalam tubuh yang memerlukan energi. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya kedalam pembuluh darah. Asam lemak selanjutnya akan dihidrolisis didalam hati dan akan menghasilkan produk sampingan antara lain kolesterol (Wijaya et al., 2013). Jadi kadar tigliserida daging broiler yang makin rendah berarti cadangan energi yang disimpan dalam tubuh makin rendah (Mide, 2008).

Kadar trigliserida dalam darah orang yang normal, tidak melebihi kadar 200 mg/dl. Pada keadaan tertentu, seperti Diabetes Mellitus dan obesitas, kadar trigliserida dapat meningkat melibihi 200 mg/dl, yang sering disebut Hypertriglyceridemia (Koestadi, 1989). Menurut Harper et al., (1979) faktor-faktor yang memperbesar sintesis trigliserida dan sekresi Very Low Density

Lipoprotein (VLDL) oleh hati adalah makanan yang banyak mengandung

karbohidrat, sirkulasi asam lemak bebas yang tinggi, adanya kadar insulin yang tinggi dan kadar glukagon yang rendah.

Menurut Syamsuhadi (1997), imbangan energi protein ransum yang diperluas dapat meningkatkan konsentrasi trigleserida yang ada dalam serum darah, sedangkan menurut Santoso et al., (2001) umur ayam mempengaruhi kandungan trigleserida di dalam serum darah, semakin lama broiler dipelihara maka kandungan trigleserida serum darah ayam tersebut akan meningkat. Susanto (2006), menyatakan bahwa trigliserida adalah lemak yang berbentuk sebagai hasil

(6)

11 dari metabolisme makanan. Bukan saja yang berbentuk lemak tetapi juga makanan yang berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan juga tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi. Sekitar 95% trigliserida datang dari ransum dan 5% nya disintesis dalam tubuh.

Trigliserida disintesa di dalam hati. Solichedi dan Yunianto (2003) menyatakan bahwa sebelum sampai ke hati, trigliserida dari kilomikron dapat juga digunakan oleh jaringan otot atau jaringan lain atau disimpan dalam jaringan adipose. Asam lemak hasil dari bekerjanya lipase diserap usus halus dengan bantuan empedu, lemak yang diserap masuk peredaran darah melalui vena porta ke hati kemudian disintesis dalam hati menjadi trigliserida. Lemak (trigliserida) yang masuk peredaran darah dapat langsung disimpan dalam jaringan (Anggorodi, 1994).

Menurut Mardani et al., (2015), Cekaman lingkungan yang berkepanjangan seperti temperatur yang tinggi dalam waktu yang lama meningkatkan aktivitas katabolisme karbohidrat dan lipid. Perombakan glikogen dan trigliserida menjadi target utama kegiatan metabolisme untuk memenuhi penyediaan energi terutama untuk kebutuhan hidup pokok. Secara keseluruhan apabila proses ini berkepanjangan, menyebabkan banyaknya cadangan karbohidrat dan lemak terpakai hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok. Inilah yang menjadi alasan utama mengapa dalam kondisi stres secara drastis menurunkan kadar trigliserida dan bahkan berat badan serta produksi ternak. Garriga et al., (2006) mengemukakan bahwa katabolisme trigliserida antara lain menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak. Mushtaq et al., (2013) melaporakan bahwa gliserol memasuki lintasan glikolisis dan glukoneogenesis melalui gliseraldehide

(7)

3-12 phospat sedangkan asam-asam lemak melalui β-oksidasi. Mardani et al., (2015) menyatakan oksidasi asam lemak dari trigliserida semakin meningkat seiring dengan tingginya kebutuhan energi untuk berbagai penyesuaian fisiologis dalam kondisi stres panas. Aktivitas biologik ini berdampak terhadap menurunnya kadar trigliserida plasma darah.

2.4. Kolesterol

Menurut Mide (2008), broiler pada priode finisher cendrung mempunyai lemak tubuh yang sangat tinggi sehingga sering menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa daging broiler sebagai sumber kolesterol karena kadar lemak yang tinggi. Upaya mengantisipasi hal tersebut dengan jalan menghasilkan ayam berkadar kolesterol rendah melalui manipulasi nutrisi ransum. Kolesterol dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan sejumlah steroid penting seperti asam folat, hormon-hormon adrenal korteks, estrogen, androgen dan progesterone serta cairan empedu (Hasanuddin et al., 2013). Menurut Almatsier (2002), Kolesterol mempunyai peran penting sebagai prekursor untuk mensintesis beberapa hormon seperti progesteron, estradiol, testosteron, kardiol, dietilbestrol dan etinadiol diasetat yang berperan dalam proses pembentukan telur pada itik dan sperma pada itik jantan. Menurut Ljung et al., (2005) bakteri probiotik seperti bakteri lipolitik menghasilkan enzim Bile Salt Hydrolase dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan enzim lipase menurunkan trigliserida darah tanpa meninggalkan residu dalam ternak yang menggunakannya maupun produk ternak tersebut (Santoso dan Tanaka,1995). Jumlah yang disintesis tergantung pada kebutuhan tubuh dan

(8)

13 jumlah yang diperoleh dari makanan seperti karbohidrat, protein atau lemak (Almatsier, 2002).

Basmacioglu dan Ergul (2005) menyatakan, nilai normal kolesterol darah ayam ras adalah Kolesterol total : 52 – 148 mg/dl , Trigliserida : < 150 mg/dl, HDL : > 22 mg/dl, LDL : < 130 mg/dl. Kolesterol darah hampir 2/3 bagiannya diproduksi dalam organ hati dan sisanya atau 1/3nya diperoleh dari makanan yang dikonsumsi (Manengkey, 2006). Sesuai dengan pernyataan Harper et al., (1979), yang menyatakan bahwa kandungan kolesterol didalam darah sebesar 5% berasal dari kolesterol yang terdapat dalam bahan pakan dan 80% berasal dari kolesterol yang disintesis oleh hati.

Lemak yang tinggi dalam pakan akan mengakibatkan terjadinya kenaikan kadar Low density lipoprotein (LDL) dalam darah yang merupakan lipoprotein yang kaya akan kolesterol (Muhajir, 2002), hal ini menyebabkan peningkatan kolesterol dalam darah (Hasanuddin et al., 2013). Hal ini dikarenakan LDL dan HDL merupakan dua jenis lipoprotein yang berfungsi mengedarkan kolesterol dalam darah sehingga kosentrasinya di dalam darah sangat dipengaruhi oleh jumlah kolesterol yang disintesis. Hasil penelitian Musa et al., (2006) menunjukkan adanya korelasi positif antara kadar kolesterol dengan LDL dan HDL dalam serum darah. Montgomery et al., (1993) mengemukakan bahwa LDL berperan dalam menyediakan kolesterol dalam jaringan tubuh karena merupakan karier utama untuk kolesterol dari hati ke jaringan tubuh, sehingga kadar LDL dalam darah dipengaruhi oleh konsentrasi kolesterol. Disisi lain, HDL merupakan

lipoprotein yang menjaga keseimbangan kolesterol agar tidak menumpuk di

(9)

14 tingkat yang sama dengan jumlah kolesterol yang disintesis menuju hati (Diestchy, 2003). Menurut Hasanuddin et al., (2013), variasi kadar kolesterol serum darah dipengaruhi 0,918 oleh kadar LDL serum darah, dimana setiap peningkatan 1 mg/dl kadar LDL serum darah menyebabkan peningkatan kadar kolesterol serum darah sebesar 1.082 mg/dl. Sedangkan variasi kadar kolesterol serum darah dipengaruhi 0,263 oleh kadar HDL serum darah, dimana setiap peningkatan 1 mg/dl kadar HDL serum darah menyebabkan peningkatan kadar kolesterol serum darah sebesar 1.741 mg/dl. Gizi lebih meningkatkan risiko terjadinya peningkatan kolesterol (Muwakhidah , 2008). Murray et al., (2000), juga menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kolesterol darah adalah kecepatan sintesis kolesterol didalam tubuh dan lingkungan.

2.5. Kulit Semangka

Tanaman semangka (Citrullus vulgaris Schard) dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya, selain itu daun dan buah semangka yang masih muda dapat digunakan sebagai bahan sayuran. Kulit buah semangka dapat dijadikan sebagai bahan untuk membuat nata. Nata yang terbuat dari kulit buah semangka sangat baik karena kulit buah ini kaya akan vitamin, mineral dan enzim. Kandungan vitamin E dan vitamin C yang cukup banyak pada kulit buah semangka dapat digunakan untuk menghaluskan kulit, rambut dan membuat rambut tampak berkilau (Mawaddah, 2011).

Buah semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua tergantung kultivarnya, daging buahnya yang berair berwarna merah atau kuning (Prajnanta, 2003). Menurut Sobir (2010)

(10)

15 taksonomi tanaman semangka diklasifikasikan Kingdom Plantae; Divisio

Magnoliophyta; Kelas Magnoliopsida; Ordo Violales; Familia Cucurbitaceae;

Genus Citrullus; Spesies Citrullus vulgari.

Buah semangka merupakan buah yang digemari segala lapisan masyarakat karena rasanya yang segar (Sunarjo, 2008). Apalagi buah semangka tanpa biji, buah ini banyak disukai orang karena menambah kenyamanan saat menyantapnya. Saat ini semangka hibrida (berbiji dan tidak berbiji) juga makin diminati para petani karena memiliki beberapa keunggulan, seperti produksi tinggi, rasa yang lebih manis, tahan hama dan penyakit, serta disukai banyak konsumen (Cahyono, 1996). Gambar kulit semangka yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Kulit Semangka. Sumber : Seo (2017)

Indonesia merupakan salah satu negara yang produsen buah semangka dengan produksi sekitar 653.974 ton pada tahun 2014 (Statistik Produksi Hortikultura, 2014). Semangka dikonsumsi oleh banyak orang di seluruh dunia sebagai buah segar dikarenakan rendah kalori dan sangat bergizi dan memuaskan dahaga (Watt and Merrill, 1975). Buah semangka (Citrullus vulgaris Schard) tergolong buah yang popular, dikenal dan digemari oleh masyarakat. Seperti kulit buah lainnya, kulit buah semangka yang memiliki ketebalan 1,5-2,0 cm selalu

(11)

16 menjadi sampah. Bagian kulit buah semangka yang beratnya hampir 36% dapat diolah menjadi suatu produk agar tetap dapat dikonsumsi dan dimanfaatkan, salah satunya diolah menjadi jelly (Pita, 2007).

Limbah kulit semangka merupakan limbah yang saat ini pemanfaatannya masih belum begitu banyak, padahal kulit semangka mempunyai kandungan kalsium yang cukup tinggi dan ion sangat dibutuhkan oleh tubuh. Pengolahan kulit semangka mempunyai aspek pengawetan, memperpanjang umur simpan dan dapat meningkatkan nilai ekonomis (Pujimulyani, 2012).

Semangka sangat kaya beberapa nutrien seperti prekursor β-karoten dan karotenoid sangat menarik karena kapasitas antioksidan dalam mengurangi kapasitas oksigen reaktif, yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif dan kehilangan yang tepat fungsi pada sel (Mascio et al., 1989). Semangka juga merupakan sumber yang kaya asam (non-esensial) amino seperti asam amino

L-citrulline (Rimando dan Perkins-Veazie, 2005). L-Citrulline adalah scavenger

radikal hidroksil yang efisien dan antioksidan yang kuat (Fang et al., 2002). Menurut Sugiyanta (2011), kulit buah semangka (Citrullus vulgaris Schard) yang mengandung senyawa aktif sitrulin yang mencapai 24,4 mg/g berat kering. Menurut Adelia, Everilliem dan Sigit (2015), Citrulline di dalam tubuh bisa berubah menjadi arginin, yaitu asam amino yang berguna untuk berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh dan dapat melancarkan peredaran darah. Kandungan gizi dalam kulit buah semangka dianggap mampu menjaga kesehatan jantung.

(12)

17 Komposisi kimia dari kulit semangka dalam 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Kulit Semangka dalam 100 g Bahan

Komposisi Jumlah Air (g) Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Abu (g) Serat (g) Kalsium (g) Fosfor (g) Zat besi (g) Riboflavin (mg) Thiamin (mg) Niacin (mg) Vitamin A (μg) 94,00 18,00 1,60 0,10 3,20 0,70 0,60 31,00 11,00 0,50 0,03 0,03 0,60 75,00

Gambar

Gambar 2.1. Ayam Ras Pedaging.  Sumber : Zulhaqqi (2013)
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Kulit Semangka dalam 100 g Bahan

Referensi

Dokumen terkait