TUGAS AKHIR
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
JUDUL
GEREJA HKBP DI JAKARTA TIMUR
TOPIK
ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR
TEMA
PENERAPAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA PERENCANAAN
& PERANCANGAN GEREJA HKBP DI JAKARTA TIMUR
Disusun Oleh
TIO ANANKO TAMPUBOLON
1534190030
Pembimbing
Prof. Ir, SA. Indriyanti, MS. Ph D
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu berlimpah. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur atas peyertaan Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir sesuai pada waktu yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Ir, SA. Indriyanti, MS. Ph D, selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasehat selama penyusunan Tugas Akhir ini.
2. Ibu Dr. Ir. Siti Sujatini, MSi. selaku Ketua Program Studi Arsitektur Universitas Persada Indonesia Y.A.I.
3. Kedua orang tua yang tidak pernah berhenti memberikan do’a serta mendukung penulis secara moral dan materil.
4. Yth. Ibu Dr. Ir. Siti Sujatini selaku dosen penguji tugas akhir. 5. Yth Bapak Ir. Ari Wijaya, M. Si selaku dosen penguji tugas akhir.
6. dan Keluarga Besar atas do’a dan semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas. 7. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa arsitektur yang telah banyak berdiskusi
dan berkerjasama dengan penulis selama masa pendidikan.
Jakarta, 12 Januari 2020 Penulis
Tio Ananko Tampubolon 1534190030
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... I DAFTAR ISI ... II DAFTAR TABEL ... III DAFTAR GAMBAR ... IV BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ... 1
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH ... 2
1.3 MAKSUD & TUJUAN ... 3
1.4 RUANG LINGKUP ... 3
1.5 METODE PEMBAHASAN ... 4
1.6 SISTEMATIS PEMBAHASAN ... 5
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 TINJAUAN UMUM ... 7
2.1.1 Pengertian Gereja... 7
2.1.2 Pengertian Kristen Protestan... 7
2.2 TINJAUAN KHUSUS GEREJA HKBP ... 8
2.2.1 Pengertian Hkbp ... 8
2.2.2 Tinjauan Umum Gereja Hkbp ... 9
2.2.3 Struktur Organisasi Hkbp ... 10
2.4 ADAT DAN GEREJA HKBP ... 19
2.4.1 Gereja Huria Kriste Batak Protestan... 21
2.5 ARSITEKTUR GEREJA ... 25
2.5.1 Perkembangan Arsitektur Gereja Di Indonesia ... 32
2.5.2 Studi Survey ... 34
2.5.3 Arsitektur Neo Vernakular ... 41
2.5.4 Arsitektur Tradisional Batak Toba ... 46
BAB III PERMASALAHAN 3.1 ASPEK LINGKUNGAN ... 62
3.2 ASPEK MANUSIA ... 63
3.3 ASPEK BANGUNAN ... 63
BAB IV ANALISIS 4.1 LANDASAN ANALISIS ... 65
4.11 Analisis Aspek Manusia ... 65
4.1.2 Analisis Kegiatan Dan Kebutuhan Ruang ... 68
4.1.3 Analisis Tapak ... 76
4.2 ANALISIS SUASANA, ARSITEKTURAL DAN ESTETIKA TAPAK... 85
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 HUBUNGAN PROYEK DENGAN LINGKUNGAN ... 91
5.2 ZONASI DAN PENGELOMPOKAN FUNGSI DAN KEGIATAN ... 92
5.3 RANCANGAN GUBAHAN MASSA ... 95
5.4.1 Aplikasi Topik Tema ... 97
5.4.2 Cintra, Bentuk ... 100
5.4.3 Suasana ... 100
5.4.4 Respon Arsitektural Terhadapat Lingkungan Dan Kota ... 101
5.5 UTILITAS ... 102
5.5.1 Pencahayaan ... 102
5.5.2 Penghawaan ... 103
5.5.3 Tata Suara/Sistem Akustik ... 103
5.5.4 Sistem Saluran Air Bersih ... 103
5.5.5 Sistem Saluran Air Kotor... 104
5.5.6 Sistem Pengeloaan Sampah ... 104
5.5.7 Sistem Pencegahan Kebakaran/ Keselamatan ... 105
5.5.8 Sistem Keamanan ... 105
5.5.9 Sistem Penangkal Petir ... 105
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Perkembangan Gereja Hkbp Di Jakarta ... 24
Tabel 2.2 :Arsitektur Gereja ... 26
Tabel 2.3 : Perkembangan Arsitektur Gereja Di Indonesia ... 33
Tabel 2.4 : Perbandingan Arsitektur Radisional, Vernakular Dan Neo Verakular .. 44
Tabel 2.5 : Elemen Bagian Depan Bangunan ... 49
Tabel 2.6 : Elemen Bagian Samping Bangunan... 51
Tabel 2.7 : Jenis-Jenis Gorga ... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Bagan Organisasi Hkbp... 10Gambar 2.2 : Logo Hkbp ... 23
Gambar 2.3 : Struktur Tim Arsitek Hkbp Serpong ... 35
Gambar 2.4 : Konsep Bangunan Hkbp Serpong ... 41
Gambar 2.5 : Denah Rumah Tradisional Suku Batak Toba ... 47
Gambar 2.6 : Tampak Depan Rumah Tradisional Suku Batak Toba ... 48
Gambar 2.7 : Elemen Pada Bagian Depan Bangunan ... 49
Gambar 2.8 : Elemen Pada Bagian Samping Bangunan ... 51
Gambar 4.1 : Alur Kegiatan Pengelola Gereja... 69
Gambar 4.2 : Alur Kegiatan Pengunjung Gereja ... 69
Gambar 4.4 : Analisis Pelaku Kegiatan Pada Gereja Hkbp ... 71
Gambar 4.5 : Lokasi Tapak Proyek ... 77
Gambar 4.6 : Analisa Pengguna Tanah Pada Tapak ... 79
Gambar 4.7 : Analisa Sirkulasi Sekitar Tapak ... 79
Gambar 4.8 : Analisa Pencapaian Ke Dalam Tapak ... 80
Gambar 4.9 : Analisa Zonasi ... 81
Gambar 4.10 : Analisa Kebisingan ... 82
Gambar 4.11 : Analisa Kebisingan ... 83
Gambar 4.12 : Analisa View Kedalam Tapak ... 83
Gambar 4.13 : Analisa View Keluar Tapak ... 84
Gambar 4.14 : Analisa Vegetasi ... 84
Gambar 4.15 : Analisa Drainase ... 85
Gambar 5.1 : Hubungan Ruang Makro ... 91
Gambar 5.2 : Hubungan Ruang Kegiatan & Pelayanan Gereja ... 92
Gambar 5.3 : Hubungan Ruang Kegiatan ... 92
Gambar 5.4 : Analisa Zonasi ... 93
Gambar 5.5 : Entrance... 93
Gambar 5.6 : Jalur-Jalur Utama ... 94
Gambar 5.7 : Gubahan Massa ... 95
Gambar 5.8 : Tranformasi Bentuk ... 95
Gambar 5.9 : Konsep Sky Line ... 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah Gereja yang tumbuh dari misi RMG (Rheinische Missions Gesselschaft) dari Jerman dan resmi berdiri pada 7 Oktober 1861. Saat ini, HKBP memiliki jumlah jemaat ±6,5 juta anggota di seluruh Indonesia, di mana jemaat tersebar di 3129 gereja HKBP yang berada seluruh Indonesia. Gereja ini mengadopsi kebudayaan Batak Toba dalam melaksanakan tata cara ibadahnya. Di Indonesia, gereja ini cukup berkembang hampir di setiap provinsi, seiring dengan banyaknya masyarakat Batak yang merantau.
Pertumbuhan HKBP lebih pesat setalah Ingwer Ludwid Nommensen tinggal di Lembah Silindung (1864). Pekerjaan penginjilan yang dilakukan oleh Nommensen mendapat tantangan besar dari orang Batak. Bagi orang Batak yang sudah dibaptis dikucilkan masyarakat Batak lainnya dari persekutuan adat Nommensen kemudian mengumpulkan Jemaat yang pertama di “ Huta Dame ” artinya Kampung Damai. “Pada tahun 1873 Nommensen mendirikan gedung Gereja, sekolah dan rumahnya sendiri di Pearaja yang letaknya ditepi lereng sawah-sawah Silindung itu. Disitulah menetap pusat gereja batak sampai sekarang ini. Sudah pada tahun 1881 Nommensen ditetapkan oleh pusat RMG menjadi “Ephorus” atas usaha pekabaran injil itu Gelarnya itu yang artinya sebenarnya tidak lain dari pada pengawas (Muller Kruger 1959:188)”.
2
“Selanjutnya, Pada tahun 1890 Nommensen memulai misinya ke Toba, dia pindah ke Sigumpar(Hotman Lumbangaol 2011:52)” .Nommensen memperluas pengabaran injil kedaerah danau Toba kampung Sigumpar. Dalam segala usaha pengabaran injil Nommensen menganngap perlu adanya pekerja-pekerja yang asalnya dari suku itu sendiri, oleh sebab itu sejak permulaan ia melakukan pengajaran untuk mendidik masyarakat Batak.
Keberadaan orang Batak Kristen di Jakarta sejak tahun 1907 dari tahun ke tahun semakin bertambah banyak khususnya dijakarta timur yang dimana populasi data orang batak kristen terbanyak. Maka dari itu peningkatan gereja dijakarta timur harus di perluas supaya dapat menampung jemaat yang ingin beribadah. Dan disisi lain khususnya orang batak kristen yang banyak merantau ke jakarta pada sewaktu-waktu merindukan kampung halamannya yang berada di sumatera, jadi pada projek ini akan di implementasikan kultur budaya rumah batak pada bangunan gereja yang akan dibuat dijakarta timur supaya jemaat HKBP yang beribadah bisa merasakan susana kampung halaman di lingkungan Gereja.
1.2
Identifikasi Masalah
➢ Bagaimana merumuskan dan merancang suatu bangunan Gereja HKBP yang menerapkan Desain Arsitektur Neo Vernakular pada bangunan rumah batak toba
➢ Bagaimana membuat Gereja yang nyaman dan tidak membosankan bagi Jemaat yang sedang beribadah
3
➢ Bagaimana menyediakan fasilitas yang bersifat informatif, edukatif, dan dokumentatif yang mampu menambah pengetahuan jemaat tentang Kebudayaan Batak
➢ Bagaimana merancang ruang luar & dalam yang dapat membawa suasana atmostfer kampung batak toba.
1.3
Maksud & Tujuan
➢ Menghasilkan sebuah perencanaan & perancangan sebuah Gereja HKBP yang mengangkat kultur budaya Rumah Batak
➢ Menyediakan fasilitas penunjang yang membuat jemaat merasa nyaman saat beribadah & berada di lingkungan gereja
➢ Menyediakan ruang-ruang yang dapat mengoptimalkan dan meningkatkan informatif, edukatif, dan dokumentatif bagi pengelola & jemaat Gereja
➢ Menghasilkan rancangan gereja yang mengimplementasikan rumah batak toba dengan menerapkan konsep Arsitektur Neo Vernakular dan suasanna atmosfer kampung batak.
1.4
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Proyek Ruang lingkup pada proyek ini meliputi :
➢ Ruang Lingkup Substansial
o Ditekankan pada aspek-aspek antara lain perundang-undangan/kebijakan pemerintah, aspek fisik & non fisik tentang perencanaan & perancangan yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur untuk perencanaan & perancangan
4
Gereja HKBP di Jakarta, sehingga fungsi dari bangunan ini dapat memberi manfaat secara maksimal dalam pelayanan dan penyediaan kebutuhan aktivitas tersebut.
➢ Ruang Lingkup Spasial
o Secara fisik, lingkup pembahasan perancangan ini berada di wilayah Buaran Jakarta Timur.
1.5
Metode Pembahasan
Pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, memaparkan, dan menganalisa data sehingga diperoleh suatu pendekatan program perencanaan dan perancangan untuk selanjutnya digunakan dalam penyusunan program dan konsep dasar perencanaan dan perancangan. Adapun metode yang di pakai dalam penulisan ini antara lain:
1. Studi Literatur
Penulis melakukan mengumpulkan data untuk melakukan kajian secara teori berupa standart dan ketentuan dari pada masalah yang terkait, referensi didapat dari tulisan disitus internet dan jurnal yang terkait dengan perencanaan dan perancangan Gereja HKBP di jakarta timur sehingga dapat mendukung untuk bahan penyelesaian proyek tugas akhir.
2. Studi Banding
Membandingkan apa yang sudah didapatkan dari studi literatur dengan keadaan sebenarnya pada Gereja HKBP lain dengan kasus yang sama yang bertujuan
5
untuk mendapatkan masukan dan alternatif desain, guna mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengerjaan proyek tugas akhir ini.
3. Survei Lapangan
Melakukan percakapan/wawancara dengan pihak-pihak yang di anggap dapat memberikan informasi yang dapat di percaya dan mendukung topik, tema dan judul proyek tugas akhir.
1.6
Sistematis Pembahasan
Sistem pembahasan yang akan dilakukan oleh penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini, sebagai berikut:
➢
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang melatar belakangi proyek tugas akhir, maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan penyususnan tugas akhir.
➢
BAB II TINJAUAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai landasan teori-teori yang diperoleh dari studi literature, studi banding dan juga hasil survey lapangan dengan meliputi tinjauan umum dan tinjauan khusus yang berkaitan dengan topik dan tema.
➢
BAB III PERMASALAHAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai identifikasi masalah dan analisa permasalahan secara arsitektural dari hasil tinjauan dan landasan teori yang terkait proyek tugas akhir.
6
➢
BAB IV ANALISIS
Pada bab ini membahas mengenai penerapan teori yang terkait dengan penekanan topik dan tema yang akan digunakan kedalam perencanaan dan perancangan pada proyek tugas akhir.
➢
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Pada bab ini membahas mengenai konsep dalam perencanaan dan perancangan yang meliputi konsep umum, konsep tapak, serta gubahan massa bangunan.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1TINJAUAN UMUM 2.1.1 Pengertian Gereja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gereja adalah rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama kristen yang sama kepercayaan, ajaran dan tata caranya. Bangunan suci yang diperuntukkan bagi ibadat Ilahi dimana kaum beriman berhak untuk masuk dan melaksanakan ibadat Ilahi terutama ibadah yang dilangsungkan secara publik. Gereja mengandung arti dan fungsi sebagai tempat ibadah dimana umat beriman berkumpul untuk merayakan misteri keselamatan. Sedangkan perngertian gereja secara etimologi adalah sekumpulan orang percaya (Injil Matius 16:17-18). Kata gereja sendiri berasal dari bahasa
- Portugis, igreja artinya kumpulan kaum
-Yunani, ekklesia artinya pertemuan atau sidang (jemaat);kuraikon artinya milik Tuhan 2.1.2 Pengertian Kristen Protestan
Protestan berasal dari bahasa latin yaitu protestari, yang melahirkan istilah protest. Istilah tersebut diartikan mengakui atau menyatakan secara terbuka atau suatu pernyataan yang khidmat tentang resolusi, fakta atau pendapat.Namun, protest sering diartikan secara negatif yaitu keberatan atau menyanggah. Protestanisme adalah sebuah gerakan di dalam gereja yang didalamnya terkandung dua arti, yaitu
8
-Keberatan atas beberapa pokok kepercayaan dan praktek gereja Roma.
-Protestan menyatakan kepercayaan yang dianggap essensial kepercayaan kristen. 2.2 Tinjauan Khusus Gereja HKBP
2.2.1 Pengertian HKBP
HKBP adalah singkatan dari Huria Kristen Batak Protestan, dimana Huria diambil dari bahasa batak toba yang artinya jemaat. Pada abad ke-14 orang-orang Barat mulai sangat aktif menyelidiki Tanah Batak. Dengan surat keputusan Komisaris Jendral pemerintahan Hindia Belanda tanggal 11 oktober 1833 no 310 maka distrik Batak dikuasai oleh pemerintah Belanda secara yuridis. Dalam keputusan itu disebutkan distrik itu terbatas di selatan sampai ke Rao, utara sampai ke Singkil.Di bagian barat sampai ke laut, di timur sampai dimana kekuasaaan Belanda diperluas.Walaupun distrik Batak telah dikuasai tetapi belum semuanya Tanah Batak dapat dikuasai.
Kedatangan para misionaris untuk mengembangkan agama kristen, melibatkan pemerintahan Hindia Belanda terhadap soal-soal akibat pengembangan agama tersebut. Pada tahun 1866 Sisingamangaraja XII melawan Belanda. Pada mulanya raja tersebut di suruh raja-raja lain untuk menghancurkan gereja-gereja serta pengikut agama kristen tersebut yang dikembangkan oleh Nomensen. Tetapi karena terjadi wabah penyakit maka Sisingamangaraja XII tidak melakukan penyerangan.Perlawanan baru meletus pada tahun 1878.
Buku karya Lothar Schreiner (2003) dengan judul Adat Dan Injil mengungkapkan tentang penggabungan adat batak dan ajaran Kristen.Lothar mengungkapkan bahwa
9
masyarakat masih sangat tertutup saat Injil masuk ke tanah Batak.Masyarakat Batak sering kali digambarkan dengan suku bangsa yang memiliki sifat yang sangat sulit disentuh karena memegang teguh adat dan aturan-aturannya.
Pelayanan Rheinische Mission dari Jerman dimulai di Tanah Batak tepatnya pada tanggal 7 Oktober 1861 dan merupakan hari lahirnya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), ditandai dengan berundingnya empat orang Missionaris, Pdt. Heine, Pdt. J.C. Klammer, Pdt. Betz dan Pdt. Van Asselt membicarakan pembagian wilayah pelayanan di Tapanuli.
2.2.2Tinjauan Umum Gereja HKBP
HKBP adalah Gereja Protestan terbesar di kalangan masyarakat Batak, bahkan juga di antara Gereja-gereja Protestan yang ada di Indonesia. Gereja ini mengadopsi kebudayaan Batak dalam melaksanakan tata cara ibadahnya.
HKBP merupakan anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), dan anggota Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD).Sebagai gereja yang berasaskan ajaran Lutheran, HKBP juga menjadi anggota dari Federasi Lutheran se-Dunia (Lutheran World Federation) yang berpusat di Jenewa, Swiss.
HKBP berkantor pusat di Pearaja (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). Pearaja merupakan sebuah desa yang terletak di sepanjang jalan menuju kota Sibolga (ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah). Di kompleks ini juga Ephorus (sama dengan uskup dalam agama khatolik) sebagai pimpinan tertinggi HKBP berkantor.HKBP juga
10
mempunyai beberapa gereja di luar negeri, seperti di Singapura, Kuala Lumpur, Los Angeles, New York, Seattle dan di negara bagian Colorado.
2.2.3 Struktur Organisasi HKBP
Gambar 2.1.Bagan Organisasi HKBP Sumber : HKBP
11
1) Ephorus
Ephorus adalah yang memimpin segenap HKBP dan wakil HKBP terhadap pemerintah, gereja dan badan-badan organisasi lainya.Jabatannya harus diembannya sesuai dengan Konfesi, Tata Gereja dan Siasat Gereja HKBP.Periode kepemimpinannya selama 4 tahun dan dia dapat dipilih kembali untuk mimpin selama 2 periode.
Adapun yang menjadi tugas-tugas Eporus sesuai dengan Aturan dan Peraturan HKBP 1994-2004 adalah sebagai berikut:
a. Menggembalakan jemaat-jemaat dan pelayan-pelayan di segenap HKBP.
b. Melaksanakan pembinaan terhadap pelayan-pelayan tahbisan dalam rangka upaya meningkatkan kemampuan mereka melaksanakan tugas-tugas pelayanannya, terutama dalam pelayanan firman dan penggembalaan.
c. Memelihara dan menyuarakan tugas kenabian HKBP terhadap pemerintah atau penguasa melalui kata-kata maupun perbuatan nyata untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di tengahtengah bangsa dan negara.
d. Mewakili HKBP terhadap pemerintah, gereja, dan badan-badan lain di dalam maupun di luar negeri.
e. Memimpin segenap HKBP bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepala departemen berdasarkan Alkitab, Konfessi, Aturan
12
Paraturan, dan Peraturan Penggembalaan dan Siasat Gereja sebagai manifestasi kepatuhannya kepada Yesus Kristus, Raja Gereja. Ephorus dapat mendelegasikan wewenang melaksanakan tugas-tugas tertentu kepada Sekretaris Jenderal, kepala departemen, atau praeses sesuai dengan kebutuhannya.
f. Menyelenggarakan Sinode Agung sesuai dengan ketentuan persidangan Sinode Agung.
g. Memimpin Rapat Pimpinan HKBP. h. Melantik praeses.
i. Memimpin Rapat Praeses.
j. Mempersiapkan dan menyusun Rencana Induk Pengembangan Pelayanan HKBP yang akan disampaikan kepada Sinode Agung untuk ditetapkan.
k. Menyusun Rencana Strategis HKBP untuk disampaikan ke Sinode Agung, dan Rencana Tahunan dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja yang akan disampaikan kepada Majelis Pekerja Sinode untuk ditetapkan.
l. Mengunjungi jemaat-jemaat untuk memimpin upacara penahbisan gereja dan peletakan batu alas.
m. Menahbiskan pendeta, guru jemaat, bibelvrouw, diakones, dan evangelis.
13
n. Menyampaikan Laporan Tahunan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugasnya memimpin HKBP ke Sinode Agung.
o. Menyusun Almanak HKBP.
p. Menerbitkan surat-surat ketetapan tentang jemaat, resort, distrik baru, yayasan, lembaga, dan komisi, demikian juga yang berhubungan dengan personalia.
q. Menerima usul amandemen terhadap Aturan Peraturan HKBP. 2) Sekertaris Jenderal Tugasnya
a. Menyertai Ephorus memimpin HKBP bersama-sama dengan kepala departemen.
Memimpin administrasi HKBP sesuai dengan Aturan Peraturan HKBP b. Mewakili Ephorus melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh
Ephorus sesuai dengan kebutuhannya.
c. Menerima laporan pelayanan dari organ-organ pelayanan di bawahnya.
d. Bersama-sama dengan kepala departemen menyertai Ephorus menyusun Berita Pelayanan, Rencana Tahunan, dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Tahunan HKBP, yang akan mereka sampaikan ke Majelis Pekerja Sinode; Laporan Pertanggungjawaban dan Rencana Strategis ke Sinode Agung.
e. Mempersiapkan segala keperluan yang berkenaan dengan pelaksanaan Sinode Agung dan rapat-rapat lain ditingkat Pusat.
14
f. Bersama-sama dengan Ephorus dan kepala departemen menyelenggarakan Rapat Pimpinan HKBP
g. Membuat evaluasi dan menyampaikan pertanggung jawaban kepada Ephorus melalui laporan rutin
3) Kepala Departemen Koinonia Tugasnya
1. Menyertai Ephorus bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepala departemen lainnya memimpin HKBP
2. Memimpin semua pekerjaan di Departemen Koinonia
3. Mengkordinasikan perencanaan dan pelaksanaan semua usaha yang mengembangkan dan meneguhkan persekutuan seluruh warga HKBP di semua tingkat, persekutuan oikumenis di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional
4. Menyusun kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan, dan pedoman-pedoman yang perlu dalam kegiatan mengembangkan dan meneguhkan persekutuan sel uruh warga di semua tingkat, dan menjadi pegangan semua petugas
5. Mewakili Ephorus dalam pelaksanaan tugas yang diberikan Ephorus sesuai dengan kebutuhan
6. Menerima laporan pelaksanaan tugas dari semua organ pelayanan di bawahnya
7. Bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepala departemen lainnya menyertai Ephorus menyusun Berita Pelayanan, Rencana
15
Tahunan, dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Tahunan HKBP, yang akan mereka sampaikan ke Majelis Pekerja Sinode; Laporan Pertanggungjawaban dan Rencana Strategis ke Sinode Agung
8. Bersama-sama dengan Ephorus, Sekretaris Jenderal, Kepala Departemen Diakonia dohot Departemen Marturia menyelenggarakan Rapat Pimpinan HKBP. Membuat evaluasi dan memberikan pertanggungjawaban kepada Ephorus melalui laporan rutin
4) Kepala Departemen Marturia Tugasnya :
1. Menyertai Ephorus bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepala departemen lainnya memimpin HKBP
2. Memimpin semua pekerjaan di Departemen Marturia:
a. Mengkordinasikan perencanaan dan pelaksanaan pekabaran Injil di setiap tingkat pelayanan HKBP
b. Menyusun kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan, dan pedoman-pedoman yang perlu dalam pekerjaan pemberitaan firman Allah yang akan menjadi pegangan bagi semua pelayan di semua tingkat pelayanan
c. Mewakili Ephorus dalam pelaksanaan tugas yang diberikan Ephorus sesuai dengan kebutuhan
d. Menerima laporan pelaksanaan tugas dari semua organ pelayanan di bawahnya
16
e. Bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepala departemen lainnya menyertai Ephorus menyusun Berita Pelayanan, Rencana Tahunan, dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Tahunan HKBP, yang akan mereka
sampaikan ke Majelis Pekerja Sinode; Laporan
Pertanggung jawaban dan Rencana Strategis ke Sinode Agung. f. Bersama-sama dengan Ephorus, Sekretaris Jenderal, Kepala
Departemen Koinonia, dan Departemen Diakonia
menyelenggarakan Rapat Pimpinan HKBP.
g. Membuat evaluasi dan memberikan pertanggungjawaban kepada Ephorus melalui laporan rutin
5) Kepala Departemen Diakonia Tugasnya :
1. Manyertai Ephorus bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepada departemen lainnya memimpin HKBP
2. Memimpin semua pekerjaan di Departemen Diakmonia:
a. Mengkordinasikan pengelolaan semua pelayanan social yang berhubungan dengan pemberian bantuan kepada yang kesusahan, demikian juga yang berhubungan dengan yayasan pendidikan dasar, menengah, dan yayasan pendidikan tinggi, yayasan kesehatan dan pengembangan masyarakat di setiap tingkat pelayanan
17
b. Menyusun kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan, dan pedoman-pedoman yang perlu dalam pekerjaan diakonia yang menjadi pegangan bagi semua pelayan di semua tingkat pelayanan
c. Mewakili Ephorus dalam pelaksanaan tugas yang diberikan Ephorus sesuai dengan kebutuhan
d. Menerima laporan pelaksanaan tugas dari semua organ pelayanan di bawahnya
e. Bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepah departemen lainnya, menyertai Ephorus menyusun Berita Pelayanan, Rencana Tahunan, dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Tahunan HKBP, yang akan mereka sampaikan ke Majelis Pekerja Sinode; Laporan Pertanggungjawaban dan Rencana Strategic ke Sinode Agung
f. Bersama-sama dengan Ephorus, Sekretaris Jenderal, Kepala Departemen Koinonia, dan Departemen Marturia menyelenggarakan Rapat Pimpinan HKBP. Membuat evaluasi dan memberikan pertanggungjawaban kepada Ephorus melalui laporan rutin
6) Praeses
Tugasnya :
a. Memimpin distrik bersama-sama dengan para kepala bidan
b. Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan distrik sesuai dengan keputusan Sinode Agung, Majelis Pekerja Sinode, dan Rapat Pimpinan HKBP
18
c. Membina dan menggembalakan pelayan-pelayan tahbisan dalam pekerjaan yang sesuai dengan tugas pelayanannya masing-masing d. Membimbing dan mengawasi semua kegiatan yan berkenaan dengan
kerohanian dan kekayaan di jemaat-jemaat dan resort-resort
e. Memimpin sinode distrik, majelis pekerja sinode distri dan rapat pimpinan distrik
f. Meresmikan jemaat-jemaat dan resort-resort barn yan sudah ditetapkan oleh Pimpinan HKBP
g. Mengunjungi jemaat-jemaat dan memimpin pesta-pesta jubileum jemaat
h. Melantik pelayan-pelayan tahbisan penuh waktu pada jabatannya masing-masing di distrik itu
i. Menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di jemaat dan resort yang tidak dapat diselesaikan oleh majelis resort
j. Mengawasi pelaksanaan keputusan Sinode Agung, Majelis Pekerja Sinode, sinode distrik, rapat majelis pekerja sinode distrik, dan rapat distrik
k. Mengadakan dan memimpin rapat-rapat para pelayan tahbisan penuh waktu di distrik
l. Mengawasi dan menerima laporan dari yayasan tentang pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan HKBP yang ada di distrik itu
19
m. Memberikan laporan dan saran kepada Ephorus tentang kemampuan dan perpindahan pelayan-pelayan tahbisan penuh waktu yang ada di distrik itu
n. Membuat evaluasi dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara berkala kepada Ephorus HKBP, dan laporan pekerjaan ke majelis pekerja sinode distrik, Serta laporan tahunan ke sinode distrik 2.3Maksud Dan Tujuan HKBP
Maksud dan Tujuan HKBP
1. Memberitakan dan menghayati Firman Tuhan
2. Memelihara kemurnian pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan
3. Menyediakan dirinya agar menjadi kemuliaan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus
4. Memantapkan dan menguatkan keberadaan HKBP 2.4Adat Dan Gereja HKBP
Peralihan dari setiap tingkat kehidupan manusia ditandai dengan pelaksanaan suatu upacara adat khusus. Upacara adat dilakukan agar seseorang atau sekelompok orang terhindar dari bahaya atau celaka yang akan menimpanya. Malahan sebaliknya, mereka memperoleh berkat dan keselamatan.Inilah salah satu prinsip universal yang terdapat di balik pelaksanaan setiap upacara adat.
Dalam kehidupan orang Batak Toba, khususnya di daerah Samosir setelah masuknya agama masih banyak yang percaya dengan hal-hal mistis dimana sangat bertentangan dengan ajaran agama. Dengan menghindari hal-hal tersebut HKBP
20
membuat pelarangan dan pengajaran tentang akan Kristen, dimana adat batak yang digunakan dalam kehidupan tidak semua dapat diterima oleh agama tersebut
Sinkretisme dalam kehidupan orang-orang Batak didasarkan pada pemahaman, bahwa upacara adat itu hanya merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan oleh leluhur. Karena itu keberadaannya perlu dilestarikan dengan caramenyingkirkan beberapa hal yang dinilai mengandung unsur Hasipelebeguon (bersifat mistis) seperti: perdukunan (Hadatuon), kesurupan (siar-siaran), pembuatan patung-patung ( gana-ganaan), jimat (parsimboraon), menyembah setan (mamele begu) dan hal-hal lainnya. Hasipelebeguon itu hanya sebagian dari bentuk tipuan yang dimainkan oleh iblis.Hasipelebeguon itu mengambil bentuk yang lebih halus, sehingga sekilas bisa dianggap tidak bertentangan dengan Firman Tuhan.Diluar itu, masih banyak lagi bentuk pemujaanlain yang sangat dibenci oleh Tuhan.
Dalam hal ini HKBP banyak melakukan pelarangan untuk tidak mengikuti ajaran-ajaran sesat yang tidak sesuai dengan ajaran Kristen.Adat batak yang diterima dan sesuai dengan ajaran Kristen yang diatur dalam RPP HKBP.
Dalam acaraa adat-istiadat orang Batak gereja tidak berperan untuk menentukan kapan dilaksankannya upacara adat, danbagaimana prosesinya.Gereja berperan dalam pembukaan, dan menutup acara adat sesuai dengan ajaran HKBP serta mengawasi jalannya upacara adat, supaya tidak terjadi keberhalaan.Sinkretisasi ini adalah sebagai upaya untuk mengelola, menyatukan, mengkombinasikan dan menyelaraskan dua atau lebih sistem prinsip yang berlainan atau berlawanan sehingga terbentuk suatu prinsip yang baru.Dengan adanya sinkretisasi, maka
penganut-21
penganut dapat menerima tanpa merasa bahwa mereka menganut prinsip yang berlawanan.
2.4.1 Gereja Huria Kristen Batak Protestan
1) Sejarah Singkat Gereja Huria Kristen Batak Protestan
HKBP adalah singkatan dari Huria Kristen Batak Protestan, dimana Huria diambil dari bahasa batak toba yang artinya jemaat. Pada abad ke-14 orang-orang Barat mulai sangat aktif menyelidiki Tanah Batak. Dengan surat keputusan Komisaris Jendral pemerintahan Hindia Belanda tanggal 11 Oktober 1833 No. 310 maka distrik Batak dikuasai oleh pemerintah Belanda secara yuridis. Dalam keputusan itu disebutkan distrik itu terbatas di selatan sampai ke Rao, utara sampai ke Singkil. Di bagian barat sampai ke laut, di timur sampai dimana kekuasaaan Belanda diperluas.Walaupun distrik Batak telah dikuasai tetapi belum semuanya Tanah Batak dapat dikuasai.
Kedatangan para misionaris untuk mengembangkan agama kristen, melibatkan pemerintahan Hindia Belanda terhadap soal-soal akibat pengembangan agama tersebut. Pada tahun 1866 Sisingamangaraja XII melawan Belanda. Pada mulanya raja tersebut disuruh raja-raja lain untuk menghancurkan gereja-gereja serta pengikut agama kristen tersebut yang dikembangkan oleh Nomensen. Tetapi karena terjadi wabah penyakit maka Sisingamangaraja XII tidak melakukan penyerangan. Perlawanan baru meletus pada tahun 1878
Buku karya Lothar Schreiner (2003) dengan judul Adat Dan Injil mengungkapkan tentang penggabungan adat batak dan ajaran Kristen. Lothar
22
mengungkapkan bahwa masyarakat masih sangat tertutup saat Injil masuk ke tanah Batak. Masyarakat Batak sering kali digambarkan dengan suku bangsa yang memiliki sifat yang sangat sulit disentuh karena memegang teguh adat dan aturan-aturannya
Pelayanan Rheinische Mission dari Jerman dimulai di Tanah Batak tepatnya pada tanggal 7 Oktober 1861 dan merupakan hari lahirnya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), ditandai dengan berundingnya empat orang Missionaris, Pdt. Heine, Pdt. J.C. Klammer, Pdt. Betz dan Pdt. Van Asselt membicarakan pembagian wilayah pelayanan di Tapanuli.
HKBP berkantor pusat di Pearaja (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). Pearaja merupakan sebuah desa yang terletak di sepanjang jalan menuju kota Sibolga (ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah). Di kompleks ini juga Ephorus (sama dengan uskup dalam agama khatolik) sebagai pimpinan tertinggi HKBP berkantor.HKBP juga mempunyai beberapa gereja di luar negeri, seperti di Singapura, Kuala Lumpur, Los Angeles, New York, Seattle dan di negara bagian Kolorado.
23
Gambar 2.2 Logo HKBP Sumber : HKBP
Ada tiga bidang/bangun yang membentuk logo HKBP, yaitu: 1. Salib: Menggambarkan Yesus Kristus.
2. Lingkaran: Menggambarkan kosmos/dunia
3. Pita dengan tulisan HKBP: Menunjukkan institusi yang terikat sebagai organisasi yang utuh.
Dengan demikian, logo HKBP secara keseluruhan berarti: HKBP terikat kepada Yesus Kristus sebagai kepala Gereja yg berkuasa atas dunia.Sedangkan warna biru mengandung arti perdamaian
2) Perkembangan Gereja HKBP di Sumatera Utara
Dapat dilihat bahwa gereja yang dibangun di pedesaan masih menggunakan arsitektur sekitar. Para misionaris yang berasal dari Jerman mulai membangun gereja dengan menerapkan arsitektur tradisional, seperti halnya di daerah pedesaan Sumatera Utara.
24
Tabel 2.1. Gereja HKBP di Sumatera Utara
NO. Gambar Gereja Keterangan
1.
HKBP Resort bandar maratur berdiri pada tahun 1861. Gereja ini memiliki satu Menara yang berada di tengah
2.
Gereja HKBP pearaja tarutung tapanuli utara berdiri pada tahun 1873. Gereja ini menerapkan 2 menara
3.
Gereja HKBP hutaraja berdiri pada tahun 1901. Gereja ini sudah mulai
perubahan dengan 1 menara dibagian kiri fasad bangunan.
4.
Gereja HKBP dolok sanggul berdiri pada tahun 1928. Gereja ini masih menerapkan 1 menara yang berada ditengah.
25
5.
Gereha HKBP sipinggolpinggol pematang siantar berdiri pada tahun 1953. Gereja ini masih menerapkan 1 menara yang berada di tengah
6.
Gereja HKBP peronan nagodang laguboti berdiri pada tahun 1997. Gereja ini masih menerapkan 1 menara yang berada di tengah. Namun gereja ini sudah lebih modern disbanding tahun sebelumnya.
Sumber: Diolah dari Google 2.5Arsitektur Gereja
Menurut Keane (1998), sejarah Arsitektur Kristen Awal dimulai pada masa kerajaan Romawi dan berkembang secara bertahap pada periode tertentu. Pada abad ke-1 sampai abad ke-4, ajaran Kristen yang diberitakan Yesus Kristus di tengah bangsa Yahudi mengalami banyak penolakan yang mengakibatkan para pengikutNya mati sebagai martir. Karena hidup dalam masa pengejaran, pengikut Kristen lalu mengadakan kebaktian dalam tempat yang tersembunyi, yaitu katakombe. Katakombe merupakan pemakaman yang terletak di bawah tanah.
26
Pada tahun 313 SM, Kaisar Konstantin mulai mengakui adanya agama Kristen melalui Deklarasi Milan. Mulai saat itu agama Kristen menjadi agama resmi negara dan gedung-gedung ibadah banyak dibangun. Saat itu, bangunan gereja mengambil bentuk bangunan yang berfungsi sebagai gedung pertemuan dan gedung kegiatan peribadatan, maka basilica mulai dimodifikasi. Pada masa ini arsitektur Basilica merupakan arsitektur pertama kali di dunia. Arsitektur ini ditandain dengan adanya modifikasi pada pilar, dinding, dan apse yang dibuat berhiaskan mozaik dan fresco Kristiani. Ruang ibadah dibuat menyerupai bahtera yang disebut naos, gereja menghadap ke timur sebagai pengharapan kedatangan Mesias. (Keane, 1998). Tabel 2.2. Arsitektur Gereja
No. Gambar Keterangan Deskripsi
1. Basilica of Santa Croce, Florence Arsitektur Gereja kemudian dilanjutkan dengan munculnya gaya arsitektur Romanesque. Gaya arsitektur ini muncul setelah Romawi mengalami zaman kegelapan selama ratusan tahun. Arsitektur ini berkembang pada tahun1050 hingga 1200 Menurut Keane (1998), ciri-ciri dari Arsitektur Romanesqueadalah: Penggunaan busur lengkung sebagai penghubung antar kolom yang berjajar rapat.
27 2. Busur Lengkung Ketinggian ruang cenderung mencolok dibandingkan dengan lebarnya, Bentuk denah mengadopsi bentuk salib, Memiliki jendela yang berukuran kecil,
3. Jendela yang berukuran kecil Dinding-dindingnya dipenuhi ukiran/lukisan yang menggambarkan kisah dalam Alkitab.
Adanya vault (langit-langit) yang berbentuk melengkung. Vault terdiri dari tiga jenis, yaitu:
4. Barrel Vault
✓ Barrel vault, jenis vault yang paling sederhana dimana terdapat rusukyang membagi langit-langit menjadi dua bagian secara horisontal.
28
5. Groin Vault
Groin vault, dimana terdapat rusuk yang membagi langit-langit menjadi empat bagian secara diagonal
6. Ribbed Vault
Ribbed vault, dimana terdapat rusuk yang membagi langit-langit menjadi enam bagian (dua diagonal dan satu horisontal) 7. Notre Dame du Mont Cornadore, Saint Nectaire di Prancis Arsitektur Gothic berkembang dari Perancis sekitar abad 13 hingga 16. Selama 400 tahun, Arsitektur Gothic dianggap sebagai puncak keberhasilan kesenian arsitektur gereja. Arsitektur Gothic memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:
29
8.
. Fasad Katedral Reims, Prancis
Bentuk pintu seperti berlapis-lapis dan dari bagian depan ke belakang semakin kecil. Bagian sisi dan atasnya dihiasi dengan patung dan ukiran.
9.
Bentuk jendela seperti
mawar pada Gereja
Pada bagian jendela berbentuk seperti mawar (rose window). Pada jendela terdapat hiasan berupa ukiran (tracery) dan menggunakan kaca bergambar (stained glass). Bentuk ukiran (tracery) pada jendela Gereja dan menggunakan kaca patri bergambar (stained glass)
30
10. Pointed arch
pada Gereja
Penggunaan busur lancip (pointed arch), yang merupakan pertemuan dua pilar yang membentuk lengkung berujung lancip.
11. Ribbed vault
pada Gereja
Pada interior gereja terdapat ribbed vault yang pada bagian langit-langitnya tampak seperti disokong oleh beberapa rusuk melengkung yang bertemu pada satu titik di tengah. 12. Dinding penopang (Buttress) pada Gereja Memiliki banyak dinding penopang/pilar yang tampak menonjol ke luar. Adanya buttress pada dinding bagian luar membuat bangunan ini seperti tersusun atas garis-garis vertikal dari kejauhan sehingga membuat bangunan tampak terlihat lebih tinggi
31 13. Menara lonceng pada Gereja Memiliki menara lonceng yang dibuat tinggi agar bunyi lonceng terdengar lebih jauh. Gereja gotik umumnya memiliki dua menara
lonceng yang terdapat pada bagian kiri dan kanan, namun ada juga yang memiliki satu atau tiga menara lonceng. Pada bagian puncak menara dibuat meruncing yang disebut spire. 14. Gereja St. Petrus di Roma, Italia
Pada abad ke-15, arsitektur mulai mengalami peralihan pada masa Renaissance. arsitektur Renaissance mempelajari prinsip-prinsip konstruksi Romawi dengan melahirkan model kubah dengan bata. Pada arsitektur ini menerapkan prinsip-prinsip desain berupa: 1. kubah beton Pantheon 2. Memberikan cangkang ganda 3. kubah di atas 24 rusuk rangka. 4. busur lancip
32 15. Carlo Maderno Santa Susanna, Roma
Pada abad ke-20, Revolusi Industri membawa banyak perubahan dan perkembangan. Prinsip-prinsip yang digunakan pada arsitektur gereja zaman modern memiliki pertimbangan-pertimbangan dari aspek kegunaan (utiity), kesederhanaan (simplicity), keluwesan (flexibility), kedekatan (intimacy), dan keindahan (beauty) (Keane, 1998)
2.5.1 Perkembangan Arsitektur Gereja di Indonesia
Gereja-gereja di Indonesia yang dibangun pada tahun 1900-1930 cenderung menggunakan gaya eklektik, sesuai dengan langgam yang sedang digemari di Eropa saat itu. Namun, pada daerah-daerah terpencil, para misionaris justru berusaha mengadaptasi unsur-unsur tradisional setempat, sehingga muncul bangunan-bangunan gereja yang menggunakan bentuk arsitektur tradisional (Priatmojo, 1989:41).
33
Tabel 2.3. Perkembangan Gereja
No. Gambar keterangan deskripsi
Gereja HKBP Hutaraja Dolok Gereja di kota-kota besar kebanyakan adalah gereja-gereja yang dibangun orang-orang Kristen
berkebangsaan Eropa yang pada waktu itu banyak tinggal di ibukota provinsi dan kota-kota besar lainnya, terutama di Jawa.
Gereja Bleduk di Semarang
Sekarang ini masih dapat kita saksikan berupa katedral-katedral yang terdapat di Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, dan lain-lain, yang dibangun antara tahun 1900-1930.
Kebanyakan katedral (gereja) tersebut menggunakan gaya Neo-Gotik atau cabang gaya Eklektik lainnya yang sedang melanda Eropa pada waktu itu.
Gereja Katedral Jakarta Gereja di daerah kebanyakan adalah gereja-gereja yang dibangun di pelosok-pelosok, di tengah jamaah pribumi yang telah berhasil
dipermandikan oleh para misionaris pada awal abad 20.
34 Gereja Poh Sarang Kediri . Gereja-gereja ini kebanyakan menggunakan arsitektur tradisional setempat. Sampai sekarang jenis gereja seperti ini banyak dijumpai di wilayah-wilayah gereja di Indonesia Timur atau di pelosok-pelosok Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2.5.2 STUDI SURVEY A. HKBP Serpong
Gereja ini dirancang dengan menawarkan tipologi baru untuk sebuah gereja tropis dengan atap yang tinggi dan besar. Hal ini berguna untuk mengantisipasi kondisi cuaca dan lingkungan. Secara umum, tipologi gereja komunitas etnis Batak adalah jenis bangunan seperti gereja di Jerman pedesaan (berasal dari misionaris yang menyebarkan Nasrani di daerah Batak), yang memiliki atap yang besar dan menara lonceng di sisi depan. Tipologi ini diterapkan di seluruh bangunan gereja HKBP dengan lingkungan yang berbeda, baik di daerah perkotaan maupun di desa.Desain gereja ini mencoba mengkritisi tipologi itu dan membuat rancangan berdasarkan ‘dialog’ dengan lingkungan dan masyarakat batak tersebut.
35
Gereja-gereja di kota umumnya memiliki ruang yang kompleks yang sangat cocok untuk masyarakat yang heterogen dan plural dalam kota. Gereja ini diharapkan menjadi ruang publik yang baik bagi masyarakat tanpa mengurangi privasi masyarakat tersebut. Arsitektur rumah panggung berbentuk seperti sebuah kapal. Inilah yang menjadi ide utama pada hubungan bangunan utama dan halaman. Area ruang luar dan taman yang ada dirancang agar dapat menjadi ruang interaksi sosial, seperti di desa tradisional Batak Toba.
B. Tim Arsitek
Gambar 2.3 struktur tim arsitek Sumber : HKBP Serpong
Ir. Jimmy Purba, MT, IAI
Riana Safitri (DI ITB94) Andri Dharma (AR ITB04) Victor Vembrianto (AR ITB04) Cristian Ihotasi
Siregar Rinaldi Ridwan
Julius F Siregar (AR ITB07) Aris Adhi Nugraha (AR ITB06) T. Fahmi Ferdiansyah (AR ITB06 Aris Munandar (AR ITB06 Ganesha Gunadharma M (AR ITB08) Diana Carolyn Siahaan (AR ITB10)
36
C. Pemilik / Pengguna Jasa HKBP Serpong
Alamat Proyek : Jl. Oliander VI Blok O No. 1 Kompleks Villa Melati Mas, Serpong, Kota Tangerang Selatan 15310
D. Fungsi Bangunan Rumah ibadah
E. Konsultan Yang Terlibat Konsultan yang terlibat : 1. Struktur : Ir. Todung Siagian 2. Akustik : Credo/ Atok Purnomo 3. MEP : Leonard Purba
4. QS : PT. Ruang Jelajah F. Informasi Lain
Tahun Perencanaan & Pembangunan : Perencanaan 2009 – 2011, konstruksi 2010 – 2014
Luas Lahan : 3810 m2
Luas lantai dasar bangunan : 705 m2 Luas Bangunan : 1848 m2
Keterangan Material Struktur & Konstruksi yang digunakan : Struktur Bangunan – Beton bertulang dan baja
37
G. Data Collection
Area pintu masuk utama gereja yang menghadap ke selatan. Pada pintu masuk gereja langsung dipertumakan dengan
bangunan pengelola gereja supaya pengunjung yang masuk tidak kebingungan saat masuk kedalam gereja.
Bentuk bangunan pengelola gereja yang berekatan dengan gereja. Pada bangunan pengelola ada beberapa ruangan penunjang didalam nya yaitu ruang administrasi, ruang sekretaris, ruang guru sekolah minggu, ruang pendeta & ruang pembagian kelas untuk anak sekolah minggu.
38
Pada gambar ini menunjukan arah masuk kedalam gereja yang melalui tangga yang di jadikan dua jalur yaitu tangga masuk pada pintu utama dan tangga untuk disabilitas yang berada pada posisi bagian timur bangunan karena tempat beribadah berada di lantai 2
Pada gambar di samping terdapat lobby yang tepatnya berada dibawah ruang ibadah yang langsung menuju parkiran & jalur keluar gereja
39
Pada area parkir yang berukuran ±1.000m² bisa digunakan untuk beberapa kegiatan gereja apabila ruanan ibadah tidak lagi bisa menampung banyak jemaat yang datang saat acara besar.
Pada gambar disamping adalah pintu masuk kedalam gereja yang
berhadapan langsung dengan ruang konsistori untuk para pelayan gereja mempersiapkan jalannya ibadah.
Saat memasuki ruangan gereja jemaat langsung dihadapkan ke arah altar yang menghubungkan dengan satu jalur.
40
Pada gambar disamping adalah altar gereja yang megang dengan
pencahayaan alami menggunakan stained glass. Dengan elemen kaca pada posisi diatas altar menggambar cahaya Tuhan yang hadir saat beribadah dan pada bagian salib yang terdapat
dibawah kaca seolah-olah Tuhan yesus yang disalibkan naik ke surga dengan perumpamaan pencahayaan alami yang terdapat diatas salib.
Pada gambar disamping adalah view dari lantai dua yang ketinggiannya langsung menghadap altar supaya pada bagian altar bisa terlihat jelas dibagian lantai dua
41
H. Konsep Bangunan
Gambar 2.4 konsep bangunan HKBP Serpong Sumber : HKBP Serpong
2.5.3 Arsitektur Neo Vernakular
1) Pengertian Arsitektur Neo Vernakular
Kata “neo” berasal dari bahasa Yunani dan digunakan sebagai foni yang berarti baru. Jadi, Neo Vernakular berarti bahasa setempat yang diucapkan dengan cara baru. Arsitektur Neo Vernakular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik maupun non-fisik dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya
42
mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat (Nauw & Rengkung, 2013).
Arsitektur Neo Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang Mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo Vernakular merupakan arsitektur yang pada konsepnya memiliki prinsip mempertimbangkan kaidah-kaidah normatif, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.
Dalam proses menerapkan pendekatan dalam arsitektur Neo Vernakular adalah interpretasi desain yaitu pendekatan melalui analisis tradisi budaya dan peninggalan arsitektur setempat yang dimasukkan kedalam proses perancangan yang terstruktur yang diwujudkan dalam bentuk termodifikasi sesuai dengan zaman sekarang, ragam dan corak desain yang digunakan dengan pendekatan simbolisme, aturan dan tipologi. Struktur tradisional yang digunakan mengadaptasi bahan bangunan yang ada di daerah dan menambah elemen estetis yang diadaptasi sesuai dengan fungsi bangunan (Arifin, 2010).
Arsitektur Neo Vernakular banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur Neo Vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern tapi masih memiliki ciri daerah setempat walaupun material
43
yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam arsitektur Neo Vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern.
2) Ciri-Ciri Gaya Arsitektur Neo Vernakular
Dari pernyataan Charles Jencks (1984) dalam bukunya “Language of Post-Modern Architecture” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular sebagai berikut :
a. Selalu menggunakan atap bumbungan Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan. b. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)
Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.
c. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal.
d. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.
e. Warna-warna yang kuat dan kontras. Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernacular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau
44
arsitektur tradisional tetapi lebih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.
f. Pemakaian atap miring
g. Batu bata sebagai elemen local h. Susunan masa yang indah.
Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).
Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya). Tabel 2.4. Perbandingan Arsitektur Tradisional, Vernakular dan Neo Vernakular
45 Ideologi Terbentuk oleh tradisi yang diwariskan secara turun– temurun. Berdasasrkan kultur & kondisi local Terbentuk oleh tradisi turun temurun tetapi terdapat pengaruh dari luar baik fisik maupun nonfisik bentuk perkembangan arsitektur tradisional
Penerapan elemen arsitektur yang sudah ada dankemudian sedikit atau
banyaknya mengalami pembaruan
menuju suatu karya yang modern
Prinsip
Tertutup dari perubahan zaman terpaut pada satu kultur kedaerahan dan mempunyai peraturan dan norma–norma keagamaan yang kental Berkembang setiap waktu untuk merefleksikan lingkungan
budaya dan sejarah dari daerah dimana arsitektur
tersebut berada transformasi dari situasi
kultur homogen ke situasi yang lebih heterogen
bertujuan melestarikan unsur–unsur local yang
telah terbentuk secara empiris oleh tradisi dan mengembangkannya menjadi suatu langgam yang modern Kelanjutan dari arsitektur vernakular Ide Desain Lebih mementingkan Fasad atau bentuk Ornament sebagai Suatu keharusan Ornamen sebagai pelengkap tidak meninggalkan nilai– nilai
Setempat tetapi dapat melayani aktifitas masyarakat di dalam
Bentuk desain lebih modern
46
2.5.4 Arsitektur Tradisional Batak Toba
a) Rumah Tradisional Suku Batak
Rumah tradisional Toba adalah sebuah bangunan panggung persegi panjang, yang dapat dijangkau dengan lima atau tujuh langkah dari bawah. Rumah terkunci di malam hari dengan pintu perangkap terpasang ke lantai, yang bisa melesat dari dalam. Di beberapa rumah, pintu ditempatkan di bagian belakang. Substruktur rumah terdiri dari tiang kayu besar, selebihnya batu datar yang menyediakan perlindungan efektif terhadap resiko basah (Loebis, 2002).
Tipologi atau bentuk rumah tradisional (Ruma atau Jabu) memiliki variasi dari satu tempat ke tempat lainnya, namun mereka memiliki beberapa fitur-fitur yang sama. Ukuran rumah ditentukan oleh sejumlah faktor. Pertama, jumlah keluarga yang menempati rumah, biasanya rumah tradisional Toba dapat menampung 4-6 keluarga. Kedua, tersedianya batang pohon yang panjang yang digunakan terutama untuk papan dan tiang. Karena bahan untuk komponen ini sebaiknya tidak terhalang dan tidak boleh disambungkan, maka, jumlah pilar tidak bisa lebih dari 6-8 pada bangunan memanjang yang menggambarkan panjang papan yang dibutuhkan. Jenis kayu yang dapat digunakan untuk papan terbatas diantaranya Hariara, Pinasa, Pokki, Bintatar, Baringin dan Maranti. Ketiga, tersedianya tenaga kerja untuk membangun rumah tradisional tersebut (Loebis, 2002).
47
Gambar 2.5 Denah Rumah Tradisional Suku Batak Toba Sumber: Loebis (2002)
48
Rumah Batak Toba tidak dibagi menjadi ruangan terpisah oleh penghalang permanen, meskipun lebih dari satu keluarga menempati rumah tersebut. Ruang hidup komunal terdapat di area tengah-tengah bangunan. Sedangkan area pada kedua sisi dialokasikan untuk setiap keluarga yang sementara dibagi pada malam hari dengan menggantungkan kain yang memastikan masing-masing keluarga memiliki privasi mereka. Namun, siang hari seluruh ruang rumah terbuka bebas (Loebis, 2002).
Gambar 2.6 Tampak Depan Rumah Tradisional Suku Batak Toba Sumber: Loebis (2002)
b) Elemen Bangunan Rumah Tradisional Suku Batak Toba
Menurut Loebis (2002), elemen-elemen pada bangunan dibagi sebagai berikut:
49
1) Elemen pada bagian depan bangunan:
Gambar 2.7. Elemen pada Bagian Depan Bangunan Sumber: Loebis (2002)
Tabel 2.5. Elemen Bagian Depan
No.
Elemen Bagian Depan
Deskripsi
1. Ulu Paung
Ulu paung merupakan ornamen yang berbentuk raksasa setengah manusia setengah hewan. Ulu paung sekilas mirip wajah manusia bertanduk kerbau
2. Dilapaung
Lidah seperti papan tegak melambangkan payung (Santungsantung)
3.
Sibombong Ari Perisai atau kasau dalam bentuk struktur segitiga atap pelana, juga disebut Sibombong Anting
50
4. Sitindangi Papan tegak berfungsi untuk menjaga frame tegak
5. Halang gordang Pendukung Drum di balkon
6. Songsong rak Balok horisontal dari balkon
7. Songsong Boltok
Juga disebut pamoltoki, bagian balok utama yang dilambangkan sebagai perut
8.
Tomboman Adopadop
Papan depan terletak dibelakang dorpi jolo
9. Dorpi jolo Sepotong kecil kayu vertical yang disebut papan tengah
10. Singasinga
Mahkluk mitos ornament yang menggambarkan mangala bulan
11. Parhongkom Papan horizontal sebagai dasar dorpi jolo
12. Ture-ture Pendukung papan lantai, bertopang pada balok Sumber : loebis (2002)
51
2) Elemen pada bagian samping
Gambar 2.8 Elemen pada Bagian Samping Bangunan Sumber: Loebis (2002)
Tabel 2.6. Elemen Bagian Samping
No.
Elemen bagian samping
Deskripsi
1. Pardingdingan
Bagian ini adalah bagian yang paling penting dari dinding, itu adalah bagian paling tebal dari sisa dinding, itu berdiri di Tureture. Bentuknya mirip dengan perahu dayung tradisional Toba
2. Dorpi Sandesande
Papan tengah yang bisa dipindahkan, berdiri di atas Pardingdingan
3. Dinding Parginjang Pendukung dari papan tengah tembok
52
5. Pangumbari Balok utama
6. Sundalap Balok lintang
7.
Niggor atau Bungkulan
Ring balok
8. Lais-lais Rentang reng
9. Sendal-sendal Balok Kanopi
10. Rassang Papan yang dimasukkan ke dalam kolom
Sumber : loebis (2002)
c) Gorga Atau Ornamen
Gorga (ornamen) adalah salah satu perwujudan budaya masyarakat Batak Toba. Rumah bukan sekedar tempat tinggal manusia. Rumah adalah tempat dan sumber berkah serta kesejahteraan bagi penghuninya. Agar rumah tetap sanggup menjalankan fungsinya yang sedemikian, si pemilik rumah harus tetap memperhatikan kekuatan hidup dari rumah yang di huninya. Salah satu cara yang di tempuh untuk mempertahankan kekuatan hidup rumah tadi,orang batak toba memberikan hiasan pada rumah dan perangkat isi rumahnya berupa hiasan bermakna bukan hanya ornamentasi belaka, melainkan juga sarana-sarana pendukung daya hidup rumah (ungkap keyakinan).
Warna yang digunakan menghias rumah batak ialah warna khas batak toba yakni ‘triwarna’ putih, hitam dan merah. Dalam bahasa batak toba triwarna tersebut
53
dinyatakan sebagai tolubuma: tolu artinya tiga, boma artinya warna (Wahid dan Alamsyah 2013).
Gorga adalah ukuran dalam bentuk garis spiral pada permukaan kayu. Bila satu rumah batak dinamai rumah gorga itu berarti bahwa rumah tersebut penuh dengan gorga. Gorga ini termasuk seni gaya dongson dengan polo-pola geometris. Gaya dongson adalah salah satu gaya seni bangsa-bangsa proto– melayu (Wahid dan Alamsyah, 2013). Terdapat beberapa jenis Gorga yaitu:
Tabel 2.7 jenis-jenis gorga
No. Gambar Nama Keterangan
1.
Gorga sitompi
Motof: Motif seperti anyaman
Motif gorga ini berasal dari
bentuk ‘tai tompi’ yakni tali rotan
yang di anyam agak lebar dan di
gunakan sebagai pengikat kaki kerbau
Letak: Ditempatkan pada tomboman adop-adop, parhokom sibongbong ari dan tidak pernah pada
54
ture–ture dan songsong boltok
Makna: Gorga sitompi dipakasi untuk hiasan raja atau orang yang sanggup mempersatukan atau
Menjalin kesatuan masyarakat layaknya menjalin sebuah anyaman. Gorga ini melambangkan ikatan kebudayaan.
2. Gorga
ipon-ipon
Motif: Motifnya kotak-kotak kecil yang tersusun sepeti deretan gigi,kata ipon berarti gigi.
Letak: Gorga motif ini biasanya di tempatkan pada jenggar, ture-ture dorpi jolo dan songsong boltok
Makna: Gorga ini mengisyaratkan pesan betapa pentingnya kemajuan hidup serta
55
rasa tolong menolong dan saling melengkapi Ataupun perlambangan dari suatu Hasrat akan kesuksesan dan kemajuan pribadi keluarga, maupun masyarakat. 3. Gorga simeol-meol
Motif: Gorga simeol-meol merupakan motif gorga yang di
deformasikan dari Gerakan tumbuhan lumut yang melenggak lenggok. Gerak yang dihasilkan memberi irama dan garis melengkung kedalam dan meliuk keluar. Sehingga satu kesatuan gorga ini terkesan tampak mengikuti pola huruf S ataupun pola angka 8
Letak: Biasanya di tempatkan pada
56
jolo dan songsong boltok.
Makna: Gorga simeol-meol ini merupakan symbol kegembiraan akan hidup duniawi.
4.
Gorga dalihan na
tolu
Motif: bentuknya bebas merupakan gambaran jalinan mengikat mengartikan jalinan dahlia na tolu yang menuntun segenap bentuk perikanan
kekeluargaan masyarakat batak toba
Letak: Biasanya di letakan pada dorpi jolo. Makna: Sebagai
pengingat pemilik rumah agar senantiasa hormat kepada pihak hula-hula dan sifat membujuk pihak boru serta sikap hati–hati terhadap dongan sabutuha.
5. Gorga
iran-iran
Motif: Iran–iran adalah sejenis alat pemanis wajah manusia agar
57
tampak manis & berwibawa dihadapan orang lain. Gorga iran– iran merupakan bentuk tumbuhan merambat. Letak: Biasanya di letakan pada songsong boltok.
Makna: Sebagai symbol
kecantikan atau manis.
6. Gorga
silintong
Motif: Merupakan tanda yang berbentuk
visualisasi dari tiruan putaran air dalam suatu wadah Letak: Gorga ini ditempatkan pada dorpi jolo.
Makna: Mengartikan
pusaran air yang indah
7. Gorga
sitangan
Motif: Bentuk gorga ini menyerupai dua buah gorga simeol–meol yang dipasang berhadapan. Letak: Gorga ini ditempatkan pada dorpi jolo.
Makna: Kewajiban tuan
58 hormat, sopan berhadapan dengan tamu. 8. Gorga sihoda-hoda Motif: Bentuknya menyerupai orang yang sedang menunggangi kuda.
Letak: Diletakkan pada parhongkom dinding samping
Makna: Pemilik Rumah
sudah berhak melaksanakan pesta besar mangalahat horbo.
9. Gorga
simataniaria
Motif: Bentuknya mirip matahari.
Letak: Ditempatkan pada sebelah kiri dorpi jolo.
Makna: Penerangan
kesuburan dan
kehidupan bagi pemilik rumah.
10. Gorga
singa-singa
Motif: Bentuknya adalah wajah manusia yang berwibawa dengan lidah terjulur sampai ke dagu.
59
Kepala beserban dengan kain tiga kali lilitan dan sikap kaki berlutut Letak: Gorga ini diletakan di sebelah kan dan kiri dorpi jolo
Makna: Berwibawa
11. Gorga
boraspati
Motif: Boraspati (cecak) dapat
menempel berjalan di berbagai bentuk sisi dan bidang.
Letak: Dorpi jolo,parhongkom rumah dan pintu sopo.
Makna: Kecerdasan, kebijaksanaan dan perlindungan 12. Gorga gaja dompak Motif: Bentuknya seperti gorga Jengger hanya berbeda penempatan nya.
Letak: Santung–santung atau
pada dorpi jolo. Makna: Simbol Kebenaran.
60
13.
Gorga buah dada
Motif: Gorga buah dada ini
berjumlah delapan buah yang di
tempatkan di parhongkom,empat buah berada dikiri dan empat
buah di kanan.
Letak: Diletakan depan mulut
boras pati.
Makna: Sebagai lambing Kesuburan.
14.
Gorga jenggar/jorn
gom
Motif: Menyerupai muka manusia.
Letak: Gorga ini di tempatkan
Pada bagian tomboman adop–
adop dan halang gordang. Makna: Sebagai symbol penjaga
Keamanan yang akan menolak
Segala bentuk ancaman pengganggu.
15. Gorga ulu
paung
Motif: Ulu paung berbentuk muka
61
Raksasa setengah manusia setengah hewan. Ulu paung sekilas terlihat mirip wajah manusia bertanduk kerbau. Letak: Pada bagaian ujung atas atap.
Makna: Menggambarkan kekuatan dan sebagai tanda hagabeon parhorasan (banyak
keturunan). Sumber: Wahid Dan Alamsyah (2013)
62
BAB III
PERMASALAHAN
Aspek - aspek yang harus diperhatikan dalam proses perancangan proyek Gereja HKBP dijakarta timur dengan Arsitrktur Neo Vernakular dan mengangkat kultur budaya rumah batak toba, antara lain sebagai berikut :
3.1
Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan merupakan identifikasi dari permasalahan yang mungkin timbul akibat dari suatu perancangan karena lingkungan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pembangunan sebuah proyek Gereja HKBP dijakarta timur. Permasalah-permasalahan tersebut yang mungkin akan terjadi antara lain:
1. Efisiensi dan efektivitas lahan pada sirkulasi dalam bangunan utama, sirkulasi kendaraan, area parkir, dan pejalan kaki.
2. Pemisahan antar bangunan utama & fasilitas penunjang.
3. Dapat mengimplementasikan rumah batak toba dengan menerapkan konsep Arsitektur Neo Vernakular pada bangunan & lingkungan gereja. 4. Pemisahan sirkulasi antara pejalan kaki, kendaraan pribadi & fasilitas
63
3.2
Aspek Manusia
Mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul pada perancangan proyek Gereja HKBP dijakarta timur karena factor manusia seperti kenyamanan, keamanan, efektivitas, dan efisiensi. Permasalahan yang mungkin akan timbul adalah :
1. Kapasitas pengguna atau pengunjung yang menentukan besaran ruang yang menentukan luasan bangunan
2. Pengelompokan kegiatan yang jelas disesuaikan dengan kegiatan dan fungsi bangunan sebagai tempat untuk beribadah.
3. Kapasitas jemaat yang datang dengan intensitas tinggi yang kemungkinan datang dari beberapa jemaat luar gereja pada acara-acara tertentu.
4. Faktor kenyamanan jemaat terhadap konsep Arsitektur Neo Vernakular.
3.3 Aspek Bangunan
Mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul dalam perancangan Gereja HKBP dijakarta timur yang berhubungan dengan Arsitekturalnya seperti perletakkan massa bangunan, sirkulasi, gaya bangunan, dan material bahan bangunannya. Permasalahan yang mungkin timbul adalah :
1. Bagaimana menciptakan suatu desain bangunan penunjang Gereja HKBP yang mengangkat kultur budaya rumah batak toba
64
2. Menciptakan bangunan dengan akses yang mudah di jangkau oleh jemaat yang mau beribadah dari luar daerah maupun jemaat setempat 3. Mengelola massa bangunan yang dapat mendukung fungsi Gereja itu
sendiri
4. Pemilihan material kunstruksi ( dinding, lantai dan atap ) dengan teknologi terbaru dengan perpaduan elemen-elemen pada rumah batak toba
5. Menciptakan bangunan yang aman dan nyaman saat beribadah berlangsung
6. Bagaimana menciptakan bangunan penunjang gereja HKBP yang dapat menyatu dengan suasana atmosfer kampung halaman.
65
BAB IV
ANALISIS
4.1 LANDASAN ANALISIS
Perencanaan dan perancangan Gereja HKBP dijakarta timur selain harus bisa memenuhi segala kegiatan kerohanian, disamping itu juga harus menciptakan suatu penyajian pada fasilitas penunjang nya.
Pemilihan lokasi site untuk Gereja HKBP ini tentunya menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan, agar Gereja ini bisa menjadi suatu elemen baru yang mampu mendekatkan/menghubungkan elemen-elemen yang telah ada pada kawasan tersebut.
4.1.1 ANALISIS ASPEK MANUSIA 1) Analisis Pengguna Gereja
Dalam hal ini pengguna bangunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :
1. Pengelola
Pengelola terdiri dari :
▪ Pengelola Gereja.
Yaitu pengelola yang bertugas :
- Mempersiapkan buku acara untuk beribadah pada hari minggu - Membuat daftar anggaran keuangan yang masuk & keluar