• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konflik Dalam Pemerintahan Gampong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Konflik Dalam Pemerintahan Gampong"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Lentera Vol. 15. No. 16. Desember 2015

1

ANALISIS KONFLIK DALAM PEMERINTAHAN GAMPONG

Rahmad

Dosen Program Studi Administrasi Negara FISIP Universitas Almuslim

ABSTRAK

Desentralisasi pemerintahan merupakan satu sisi pengembangan daerah yang memiliki nilai yang positif bagi rakyat untuk mengatur daerah atau wilayahhnya masing-masing. Disisi lain desentralisasi tersebut mewujudkan pemerintahan yang otoriter demi mempertahankan kekuasaan atau jabatan yang telah diraih. Pemerintahan Gampong atau desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah telah ditentukan. Desentralisasi kekuasaan melahirkan phenomena yang tersendiri di indonesia khususnya di Provinsi Aceh. Hal tersebut bisa dilihat dari kinerja yang saling tumpang tindih bahkan menciptakan konflik dikalangan masyarakat. Konflik yang terjadi mengarahkan masyarakat secara tidak langsung untuk membentuk kelompok -kelompok yang melintasi jalan perpecahan, semua itu terselenggara dengan baik dengan ujung tombak praktik kekuasaan yang sangat politis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menyelesaikan konflik dalam pemerintahan gampong atau desa yang berlokasi di kecamatan dewantara kabupaten aceh utara, dimana konflik tersebut terjadi antara aparatur gampong atau desa dalam menjalankan roda pemerintahan dengan damai dan teratur. Analisa target dalam penelitian ini sebagai bagian untuk menghindari kesembrawutan roda pemerintahan gampong dalam mengatur, mengelola,mengawasi dan menertibkan masyarakat, disisi lain pula tujuan analisa ini sebagai wadah menyelaraskan ideologi dan persepsi aparatur desa dan masyarakat untuk mewujudkan praktik dari teori demokrasi yang benar dan adil.

Kata Kunci: Desentralisasi, Analisa, Konflik, Pemerintahan, Desa

PENDAHUL UAN

Undang-undang tentang pemerintahan daerah Nomor 12 Tahun 2008 dan Undang-undang tersebut menjadi refe rensi secara khusus bagi Aceh mewujudkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 pemerintahan Aceh atau lebih dikenal dengan Undang-Undang Pemerintahan Aceh atau UUPA. Di sisi la in untuk me mpe rkuat keseragaman da la m men jalan kan roda pemerintahan di desa pemerintah kabupaten Aceh utara me lahirkan Qanun No mor 4 Tahun 2009 tentang pemerintahan gampong atau desa. Qanun tersebut menjadi landasan dan acuan bagi peme rintah gampong dala m men jalan kan roda pemerintahan dengan leluasa dan terarah. Peme rintah gampong atau desa dija lankan oleh seorang Geusyik dan di dampingi oleh tuha Peut selaku dewan gampong. Pe merintah gampong me rupakan ujung tombak keca matan dala m men jalan kan program pe merintah kepada masyarakat diseluruh pelosok desa. Progra m±progam polit ik, pe merintahan,

Pendidikan, batas desa, ekonomi dan adat istiadat serta hak dan kewenangan gampong lainnya menjadi tanggung jawab Kepala desa atau Geusyik untuk mewu judkannya. Adanya qanun Nomor 4 Tahun 2014 berma ksud bahwa qanun ini men jadi ko mpas agar aparatur desa bisa me mimp in masyarakat dengan adil, bijaksana dan sejahtera.

Undang-undang yang melahirkan Qanun belum cukup kuat bagi daerah khususnya desa atau gampong dalam me mimp in pe merintahan secara mandiri, adil, bija ksana dan sejahtera. Penerapan Desentralisasi atau tuntutan masyarakat terhadap pemerintah untuk me mberikan wewenang kepada rakyat agar b isa mengatur desa masing-masing, belu m ma mpu d ike lo la secara utuh dan baik oleh masyarakat itu sendiri. Ha l tersebut terbukti dengan munculnya konflik-konflik kepentingan kelo mpok, organisasi, le mbaga bahkan pemerintah aparatur desa dimana hal in i sudah me mb ias dan men jadi ha l yang di anggap wajar atau biasa dalam sudut pandangan politik. Konflik yang terjadi

(2)

Lentera Vol. 15. No. 16. Desember 2015

2

antara Geusyik dan Tuha Peut dalam desa

bukanlah hal yang lumrah dan kita jad ikan sebagai obrolan ringan semata, namun sengketa di antara dua kubu pe merintah desa tersebut perlu menjadi perhatian utama.

Jika Geusyik dan Tuha peut dalam pemerintah desa tidak bisa saling bahu me mbahu dan saling men jaga tugas pokok dan fungsi masing-masing sesuai dengan amanat Qanun, ma ka desa tersebut akan mengala mi keterpurukan dala m hal pelayanan, pembangunan, admin istrasi bahkan menimbu lkan penggelompokan masyarakat yang me mpertahankan egosentris individu. Alasan konflik yang terjadi in ilah peneliti tertarik menga mbil judul Analisis Konflik dala m Pe me rintahan Ga mpong.

Permasalahan konflik Pe me rintah desa atau aparatur gampong menjad i phenomena yang sering terjadi dan muncul, hal in i tidak hanya terjadi di tingkat desa bahkan me ra mbah wilayah peme rintah ditingkat keca matan dan pe merintah daerah. Urgensinya penyelesaian terhadap persoalan yang beraneka raga m muncul d i setiap desa atau gampong merupakan kunci ru musan masalah yang mesti dijadikan sebagai metode penelit ian yang laya k. Saat ini pe ran desa sebagai salah satu wilayah utama pe me rintah dala m lingkup kec il me rupakan ujung to mbak pen ila ian khusus, dimana baik dan buruknya kinerja peme rintahan daerah tidak terlepas dari peranan gampong. Pe milihan kepa la desa secara langsung dengan metode coblos dan Dis isi lain Penunju kan Tuha Peut secara langsung yang di surau, meunasah atau balai desa dengan cara adat istiadat setempat me rupakan salahsatu bentuk dari konsep demokrasi politik dala m pe me rintah desa, dimana metode atau cara tersebut secara tidak langsung menjad i pe micu konflik dala m tubuh aparatur desa. Keuta maan la innya dala m penelit ian in i adalah kurangnya pemaha man akan tugas pokok dan tugas, mult itafsir tentang qanun yang disebabkan oleh pemisahan penyelenggaraan sosialisasi yang dila kukan peme rintah daerah terhadap aparatur dan adanya penggelompokan masyarakat dala m desa, dimana ha l tersebut diatas mengikis

dan menghapus persatuan dan kesatuan dala m men jaga, me mb ina dan me me lihara kehidupan rukun masyara kat dengan mengesa mpingkan kepentingan pribadi dan kelo mpo k.

Persoalan-persoalan yang telah diungkapkan d iatas akan men jadi fo kus penelit ian ini dengan tujuan mencari solusi atau jalan ke luar dengan cara berp ikir positif atau normat if, sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat baik secara adat resam maupun qanun yang telah ada.

METODEPENELITIAN

Dala m me lakukan penelit ian in i, ada beberapa tahapan kajian at au proses yang dila kukan adalah sebagai berikut:

Jenis Penelitian

Penelit ian in i menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kerja yang digunakan adalah Šcase study yang dipahami sebagai upaya secara menyeluruh dan mendala m tentang karakteristik kehidupan nyata yang dapat mencakup individu, organisasi dan sebagainya (Yin, 2003). Disa mping itu metode ini juga secara sistematis menggali informasi tentang seseorang, setting sosial, peristiwa atau ke lo mpok yang me mungkinkan peneliti untuk mengerti bagaimana proses tersebut berlangsung dan berfungsi (Berg, 2001). Masalah sebagai tolak ukur, ke mudian dica ri sumber-su mber baru yang bertujuan menemukan ka itan- kaitan yang dapat diubah menjadi hipotesis.

Unit Analisis

Penelitian ini fokus pada unit analis is konflik yang timbul antara Geusyik dan Tuha peut dan di iringi dengan pemaha man me re ka terhadap tugas pokok dan fungsi me re ka dala m men ja lankan roda peme rintahan ga mpong atau desa di keca matan dewantara . Unit-un it yang dianalisis atau dijad ikan sa mple adalah pejabat dan mantan Geusyik dan Tuha Peut, Se kretaris, Tuha Lapan dan masyara kat dari t iga desa yakni keude krueng geukuh, Ta mbon Tunong dan Ta mbon Ba roh.

Penelit ian difokuskan di keca matan ini d ika renakan merupakan salah satu keca matan yang sangat dominan terjad inya

(3)

Lentera Vol. 15. No. 16. Desember 2015

3

rutinitas konflik. Wa ktu penelitian dengan

sengaja dipilih sejak 2014 h ingga 2015, mengingat dala m masa ini roda pemerintahan desa yang dipimpin oleh Geusyik dan Tuha terpilih telah berjalan setengah abad dari masa jabatan yang telah ditetapkan.

Teknik Pengumpulan Data

Dala m penelit ian in i, proses pengumpulan dan me mpe roleh data dila kukan dengan beberapa cara diantaranya yaitu:

a. Desk Study

Desk Studi dipakai untuk me mpero leh informasi yang lengkap dan menyeluruh mengenai konflik yang terjadi antara Geusyik dan Tuha Peut dala m desa di keca matan dewantara KruengGeu kuh kabupaten Aceh utara. Untuk me mperoleh gambaran data yang komprehensif tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan masalah konflik yang terjad i, maka telaah dari be rbagai su mber sangat diperlukan. Doku men yang ditelaah nantinya berupa buku, artike l, ma kalah, koran, maja lah, Undang- Undang, Qanun, dan catatan-catatan.

b. Field Study

Kegiatan ini dila kukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat/spesifik tentang berbagai hal yang ditelaah dala m persoalan konflik antara Geusyik dan Tuha Peut dalam tiga desa tersebut di kecamatan dewantara kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini antara lain dila kukan dala m bentuk observasi. Dengan observasi partisipan ini, ma ka data yang diperoleh akan lebih lengkap, taja m, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dan setiap perila ku yang tampak (Sugiono, 2006: 162). Untuk mengerucutkan dan me mpera la m pengetahuan, juga dilakukan wawancara dengan aparatur desa setempat, tokoh masyarkat dan masyarakat dalam desa tersebut.

Analisa Data

Penelit ian kualitatif sebenarnya didasarkan pada prinsip-prinsip metodologi dan teori dari pendekatan interpretive. Untuk itu, da la m me laku kan ka jian in i,

dila kukan proses pembacaan data secara hati-hati untuk selanjutnya dilakukan pengorganisasian data. Dala m pengorganisasian data, dilakukan proses penyusunan kembali se mua info rmasi sekitar tema- te ma tertentu yang berkaitan dengan topik penelit ian. Juga meliputi kategorisasi informasi yang lebih spesifik, dan mena mpilkan hasilnya dala m beberapa format. Cara -cara yang paling umu m da la m mena mp ilkan data adalah teks. Sela in itu juga digunakan matriks, tabel, dan sejenisnya.

Tahapan selanjutnya adalah me laku kan interpretasi. Proses ini meliputi pembuatan keputusan dan penyusunan kesimpulan yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan dalam penelit ian. Hal in i me liputi proses mengidentifikasi pola-pola dan keajegan, mene mukan kecenderungan dan me mberikan penjelasan atas aspek-aspek tertentu, yang akan me mungkinkan terjadinya perke mbangan ke arah sudut pandang yang lebih tegas yang selanjutnya akan menuntun peneliti dala m langkah selanjutnya. Proses penelitian yang berlanjut akan me mbantu untuk me ru muskan ke mbali, mengkonfirmasikan dan menguji validitas dari kesimpulan yang sudah dibuat. Proses ini akan terus berlanjut sampai kesimpulan akh ir dapat tercapai.

HAS IL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan di lapangan, ada beberapa hal yang menjad i sumber konflik antara Geuch ie k dan Tuha peut Ga mpong Keude Krueng Geu kuh Keca matan De wanta ra Kabupaten Aceh Uta ra 2014 - 2015. Pertama, konflik penguasaan pengelolaan pasar. Kedua, bersumber dari ke kuasaan dan wewenang yang tumpang tindih antara Geuchiek Dan Tuha Peut. Ketiga, adanya pertentangan kepentingan.

Penguasaan Pengelolaan Pasar

Pasar merupakan satu sumber te mpat perputaran keuangan disetiap desa, kota, provinsi bahkan negara. Ekonomi masyarakat akan baik jika perputaran keuangan di pasar stabil, d imana hal tersebut akan terwujud jika minat beli masyarakat tinggi. Pe merintah desa yang

(4)

Lentera Vol. 15. No. 16. Desember 2015

4

me miliki pasar yang baik dan tertib akan

me mbantu roda pemerintahan desa berjalan norma l, na mun jika tatanan pasar sebagai pusat perputaran ekonomi t idak dike lola dengan baik akan men imbulkan efek yang tidak baik pula bagi desa.

Asal muasal konflik muncul dari faktor penguasaan pengelolaan pasar yang semberawut, dimana hasil yang menjadi kas desa digunakan oleh aparatur desa tidak pada tempatnya. Isu-isu penyelewangan ini men jadi mengundang amarah sebagian masyarakat, dimana mere ka menuntut transparansi laporan keuangan desa. Masalah inilah yang menjadi salah satu sumber timbulnya konflik antara geuchiek dan tuha peut Ga mpong Kruenggeukuh. (Wawancara, 28 - 29 Me i 2015)

Kekuasaan dan We wenang yang Tumpang Tindi h

Konflik dala m ke lo mpok, antar kelo mpok, atau antar lembaga dapat bersumber dari keabsahan kekuasaan yang ada. Berdasarkan hal in i, maka da la m mencari sumber konflik penguasaan antara Geuchiek dengan Tuha Peut di ga mpong keude kruenggeukuh telah ditelusuri pula dari keabsahan kekuasaan masing-masing le mbaga yang terlibat konflik tersebut. Kekuasaan yang dilakukan o leh beberapa kelo mpok a kan me lahirkan sistem pemerintahan desa yang tidak solid, kekacauan dala m menga mbil kebijakan sangat meresahkan masyarakat banyak dan me mbuat tatanan peraturan desa tidak berjalan dengan baik.

Adanya wewenang dan kekuasaan yang saling tumpang tindih, bisa men jadi boomerang bagi eksistensinya desa tersebut. Hal tersebut telah terjadi di Ga mpong keude kruenggeukuh, dimana Geuchie k dan Tuha peut sama me mpe rtahankan egosentrik dengan menonjolkan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Alhasil sistem pemerintahan desa di gampong kruenggeukuh tidak berjalan dengan baik layaknya desa-desa lain yang hidup satu dan tidak me miliki kubu dala m mengelo la desa. (Wawancara, 5 juni 2015)

Pertentang an Ke pentingan

Kepentingan politik juga menjadi

sumber dari perpecahan atau konflik d i gampong keude kruenggeukuh, adannya perbedaan dalam mendukung salah satu calon menimbulkan rasa dendam dan iri, dimana setiap kompetisi menang dan kalah sudah menjadi adat dan lumrah. Kege mbiraan bagi yang menang mengakibatkan luka hati bagi yang ka lah, hasilnya dari ko mpetisi tersebut berlarut dari masa ke masa bahkan menjadi dendam bebuyutan. Secara tidak langsung salah menyalah kan di dukung dengan cara mencari ke kurangan menimbu lkan permasalahan baru bermunculan. (Wawancara, 10 Juni 2015)

Efektifitas Komunikas i Apar at Desa

Analisis hasil penelitian tentang Efekt ifitas Komunikasi Antara Geu ch ie k Dengan Tuha Peut Da la m Me wujudkan Ketahanan desa sangat kurang. Dimana tingkat kepercayaan, kepedulian (concern) tidaknya terhadap kepenting publik, bagaimana aparat desa dalam menangani konflik, bagaimanan de mokrat isasi me warna i kepemimp inan aparat desa dalam me wujudkan kea manan dan kemakmu ran, apakah komunikasi yang dila kukan aparat desa mempunyai unsur manfaat bagi masyarakat dala m ka itannya dengan me wujudkan ketahanan Wilayah bidang kea manan, bagaimana empati aparat desa, bagaimana tingkat arif dan keadilan aparat desa dalam menyelesaikan konflik, Oleh sebab itu efe ktifitas ko munikasi yang dila kukan oleh aparat desa sangat penting apalagi jika d i iringi dengan silaturrah mi yang sangat kental. Sebab dala m sebuah organisasi baik ke masyarakatan maupun pemerintahan proses komunikasi yang dila kukan oleh seorang pemimp in akan me mpunyai da mpak yang sangat besar, dala m mencapai tujuan sebuah organisasi yang dipimp innya.(Wawancara, 25 juni 2015).

Dari penelitian ini dipero leh suatu model penyelesaian konflik antar Geuchie k dan Tuha Peut, sebagai berikut;

a. Peran Mediator.

Mediator yang terlibat kepentingan dan me mpunyai hubungan buruk dengan salah satu pihak, a kan mengakibatkan gagalnya penyelesaian. Sebaliknya mediator yang

(5)

Lentera Vol. 15. No. 16. Desember 2015

5

bersih dari hubungan dengan dua pihak

yang bersengketa, serta tidak terlibat kepentingan, akan mengawali peluang penyelesaian masalah.

b. Pola Negosiasi.

Bagaimana mela kukan negosiasi dengan tepat merupakan suatu seni untuk me mbantu menyelesaikan sengketa. Pe mahaman tentang dampak perubahan situasi terhadap keberhasilan negosiasi, harus terlebih dahulu dipelajari. Da la m hal demikian hubungan informa l menjadi lebih bermanfaat dibandingkan dengan hubungan forma l. kesalahpahaman dinila i sebagai tidak menghargai atau tidak menghormat i. Sela in itu masalah harus dihadapi. Masalah tidak mungkin dih indari jika ingin menyelesaikan masalah, agar tidak dianggap merendahkan pihak la in.

c. Kepastian Huku m.

Adanya ketentuan hukum yang berbeda sebagai dasar untuk menyelesaikan konflik, me mberi penafsiran yang berbeda, sehingga cenderung untuk me mbantu penyelesaian konflik. Kepastian hukum dala m hal ini dapat diartikan sebagai adanya dasar hukum yang sama dengan penafsiran yang sama untuk hal yang disengketakan, akan me mbantu menyelesaikan konflik.

d. Fungsi Koordinatif.

Dala m hal sengketa yang terjadi dari dua belah pihak, maka fungsi mediasi harus dila kukan o leh pemerintah atasan langsung, yang dalam hal ini adalah keca matan. (Wawancara, 3 Agustus 2015)

PENUTUP

Simpulan

1. Penguasaan pengelolaan pasar yang transparan.

2. Pe mbenahan struktur yang baik dan tepat.

3. Penyelesaian konflik

berkepentingan

4. Penataan misko munikasi antar tokoh

Saran

1. Perlunya med iator dari tokoh yang berperan penting dalam desa. 2. Pe mbentukan tim negosiasi yang

tepat dan adil

3. Peru musan hukum yang jelas, tepat dan akuntable bagi masyarakat dan aparatur

4. Membentuk tim koordinasi yang demokrasi dan menjadi penengah permasalahan.

DAFTAR PUS TAKA

Berg, Bruce Lawrence. 1998. Qualitative research methods for the social

sciences. CA : Allyn and Bacon.

Denny Prayudi, 2009. Aplikasi Kamus

Empat Bahasa Menggunakan

Delphi 7.0 Jak arta

Ke mendikbud, 2003, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Balai Pustaka, Ja karta.

Miles, M.B & Huberman, A.M. 1992.

Analisis data kualitatif.

Penerje mah Tjet jep Rohendi R. Universitas Indonesia Press. Peter Sa lim dan Yenni Sa lim, 2002, Kamus

Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern English Press Jakarta. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2003 Pasal 1

Tentang Ga mpong.

Sanusi M. Syarif. 2005. Gampong dan

Mukim di Aceh Menuju

Rek onstruk si Pasca Tsunami.

Pustaka latin: Bogor.

6\DIL¶H ,QX .HQFDQD Kepemimpinan

pemerintahan Indonesia.

Publisher Bandung, Refika Aditama

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta : Alfabeta.

Yin, Robert K. 2003. Case Study Research: Design and Methods. CA: sage Publication.

Referensi

Dokumen terkait

MatriksP adalah matriks peluang transisi yang berisi berukuran n berisi peluang-peluang transisi seorang pelanggan yang berpindah dari satu status ke status lainnya

Abstrak: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Penjamah Dalam Penanganan Makanan Pada Rumah Makan Di Kabupaten Banjar. Pada tahun 2015 terjadi kasus keracunan

Berdasarkan jenis alat penangkap ikan, dari 5 jenis perikanan yang dibandingkan maka terdapat 3 (tiga) dalam keadaan cukup berkelanjutan yaitu perikanan pancing

Uğur Sezer ugursezeranka@gmail.com – 0532 797 25 38 Sayfa 55 Şekil 5.7 Turba tabakası için boşluk suyu basınçlarının tanımlanması.. İpucu: Kümeye özgü serbest su

Terjemah I merupakan mata kuliah yang diminati banyak mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan mereka menjumpai beberapa kesulitan dalam mengekuievalensikan struktur

Tesis yang berjudul "Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kepemimpinan Kepala Sekolab dengan Organir.ational Citizenship Behavior (OCB) Guru Sckolah Dasar Negeri

Dari modal awal yang berasal dari pemerintah Kabupaten tersebut, BUMDes Makmur Mandiri telah melakukan perguliran dana kepada anggota BUMDesdari tahun 2016 sampai

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, masalah yang timbul adalah rendahnya hasil penilaian elemen standar dalam sistem manajemen keselamatan dan