• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN ( SSK ) POKJA AMPL KABUPATEN LOMBOK BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN ( SSK ) POKJA AMPL KABUPATEN LOMBOK BARAT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I. PENDAHULUAN 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan “sekunder”, sehingga sering terpinggirkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standar kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Selain itu sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, kemiskinan, kawasan kumuh yang pada akhirnya bermuara pada masalah kesehatan masyarakat, pada gilirannya Sanitasi akan sangat mempengaruhi dan menentukan taraf produktivitas masyarakat. Situasi ini memberikan tantangan cukup signifikan pada Pemerintah Daerah dalam upaya untuk menurunkan angka kemiskinan.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan sanitasi di daerah, terutama untuk mengurangi dampak dari kondisi buruknya sanitasi di Daerah. Upaya ini menjadi cikal bakal lahirnya komitmen nasional untuk pembangunan sanitasi permukiman dalam rangka pencapaian target pembangunan nasional yang secara jelas disebutkan dalam RPJMN tahun 2014-2019. Sebagai tindak lanjutnya masih diperlukan upaya keras yang terintegrasi dan komprehensif, serta lintas sektor. Upaya ini dilakukan secara paralel dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota. Untuk mengakomodasikan upaya ini, telah dibentuk suatu program pembangunan sanitasi permukiman yang juga disebut sebagai program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang dimulai sejak tahun 2010 hingga 2015. Dalam hal ini PPSP diharapkan akan menjadi payung pembangunan sanitasi dengan mengkonsolidasikan dan memfokuskan arah pembangunan dari seluruh program pembangunan sanitasi yang ada untuk mencapai target dan sasaran pembangunan sanitasi permukiman yang telah ditetapkan.

(2)

BAB I. PENDAHULUAN 2 Sesuai dengan Road Map Sanitasi fokus Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahap II 2015-2019 dibagi dalam 3 kegiatan besar: (1) Pemantapan Rencana Pembangunan Sanitasi; (2) Memastikan Implementasi dari Perencanaan Sanitasi yang telah disusun; dan (3) Membangun Sistem Insentif dan Disinsentif bagi Pembangunan Sanitasi Nasional. Kegiatan pertama yaitu pemantapan terhadap rencana pembangunan sanitasi maka dari itu pada Tahun 2016 Kabupaten Lombok Barat melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dengan pendampingan dari Fasilitator Kabupaten sesuai dengan SK Bupati Lombok Barat No. 111/ 11/ Bappeda/2016 tentang pembentukan Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat. Pemutakhiran SSK sangat diperlukan mengingat periode pelaksanaan yang tercantum dalam dokumen SSK telah melampaui masa berlaku yaitu lebih dari 5 tahun, perlunya peningkatan kualitas dokumen dari SSK yang disusun tahun sebelumnya serta adanya kebutuhan untuk mempercepat implementasi terkait dengan target Universal Access di Tahun 2019. Pemutakhiran SSK dilakukan dengan mengacu kepada 4 features/syarat utama dari SSK, yaitu: (1) Dilakukan dari, oleh dan untuk kabupaten/kota; (2) Komprehensif, lintas sektor dan berskala kota/kabupaten; dan (3) Menggunakan data empiris; dan (4) Menggunakan pendekatan top downbottom up.

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu rencana strategi berjangka waktu menengah (5 tahun) yang berperan signifikan dalam mengarahkan pembangunan sektor sanitasi suatu kabupaten dan juga memastikan satu program pembenahan layanan sanitasi akan bersinergi dengan program-program lainnya guna mencapai sasaran pembangunan yang disepakati serta mensinergikan upaya-upaya yang akan dilakukan sektor swasta, Lembaga Swadya Masyarakat atau kelompok masyarakat. Kabupaten Lombok Barat sebagai salah satu pusat kegiatan pariwisata di NTB membutuhkan layanan sanitasi yang baik, untuk melayani penduduknya maupun wisatawan. Citra layanan sanitasi merupakan citra kualitas pariwisata Kabupaten Lombok Barat maupun NTB. Strategi Sanitasi Kabupaten Lombok Barat ini sangat penting untuk dijadikan sebagai pedoman semua pihak dalam mengelola sanitasi secara komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif guna memperbaiki perencanaan dan pembangunan sanitasi dalam rangka mencapai target-target pencapaian layanan sektor sanitasi Kabupaten Lombok Barat. Untuk itu, dipandang perlu menyusun Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Lombok Barat Tahun 2016 – 2019.

(3)

BAB I. PENDAHULUAN 3 Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2011 telah menyusun dokumen SSK sebagai acuan dasar pembangunan sektor sanitasi selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Beberapa program dan kegiatan yang ditargetkan telah diimplementasikan secara bertahap sehingga menambah cakupan layanan sanitasi kota. Oleh sebab itu ditahun kelima yaitu tahun 2016 perlu dimutakhirkan kembali data dukung untuk perencanaan lima tahun kedepan sehingga bisa memberikan gambaran yang up to date dan rencana implementasi program akan lebih tepat sasaran. Hubungan antara SSK yang disusun sebelumnya dengan SSK yang dimutakhirkan yaitu SSK yang disusun tahun sebelumnya sebagai dasar agar target sanitasi dapat dicapai lebih terarah dan sesuai dengan target nasional yang ditentukan.

Target sasaran yang ingin dicapai oleh Kabupaten Lombok Barat adalah untuk pemenuhan 100% (universal access) akses layak sanitasi di akhir tahun 2019. Adapun rincian target capaian akses sanitasi Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut :

1. Air Limbah

• Akses layak sebesar 72% dan akses dasar sebesar 28 % (sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Pokja Sanitasi Provinsi NTB)

2. Persampahan

• Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan sebesar 20% • Adanya sistem penanganan sampah di perkotaan sebesar 70%,

• Adanya pengoperasian TPA sebesar 70%, (sesuai target SPM nasional yaitu Permen PU Nomor 01/PRT/M/2014)

3. Drainase

• Terlayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) lebih dari 2 kali setahun yang terdiri dari :

- Pengentasan genangan sebesar 50%,

- Pengurangan pengurangan genangan sebesar 50%, (sesuai target SPM nasional yaitu Permen PU Nomor 01/PRT/M/2014)

(4)

BAB I. PENDAHULUAN 4 Dalam SSK yang dimutakhiran akan diidentifikasi sejauh mana kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan sanitasi dari rencana yang telah disusun dalam SSK sebelumnya. SSK yang disusun tahun sebelumnya untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia memenuhi tujuan-tujuan Millenium Development Goals (MDGs). Khususnya yang terkait dengan Butir 7 Target ke-10 MDG, yakni “mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak punya akses berkelanjutan pada air yang aman diminum dan sanitasi yang layak pada tahun 2015.” Sedangkan secara nasional, juga telah menjadi target pencapaian bidang sanitasi nasional yang tercantum dalam RPJM Nasional Tahun 2010-2014.

Dokumen SSK merupakan terminal dari seluruh dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah sektor sanitasi di tingkat Kabupaten yang meliputi sub-sektor air limbah, sub-sektor persampahan, sub-sektor drainase perkotaan. SSK disusun oleh pemerintah kabupaten, dengan mengacu pada kondisi dan permasalahan yang merupakan hasil suatu konsolidasi dan integrasi keluaran proses perencanaan. Penyusunan Pemutakhiran SSK harus mengacu atau tidak boleh bertentangan dengan dokumen perencanaan di atasnya seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta dokumen perencanaan lainnya. Dokumen SSK tidak boleh lepas dari amanat Perda RTRW yang telah disusun untuk perencanaan jangka panjang 20 tahun dalam dokumen tersebut perencanaan sanitasi ada pada rencana struktur ruang pada sistem prasarana pengelolaan lingkungan, dimana diatur tentang sistem jaringan persampahan, air limbah dan drainase.

Kaitan antara SSK dan RPJMD Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 – 2018 sesuai dengan visi Lombok Barat yaitu Terwujudnya Masyarakat Lombok Barat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat Dengan Dilandasi Nilai Nilai Patut Patuh Patju.

Pemutakhiran Srategi Sanitasi Kabupaten pada tahun 2016 ini akan menggabungkan tiga dokumen (Buku Putih Sanitasi, Strategi Sanitasi Kabupaten dan Memorandum Program Sanitasi) dalam satu dokumen. Pemutakhiran SSK akan fokus kepada optimalisasi internalisasi SSK dalam proses perencanaan dan penganggaran yang formal baik di kabupaten, provinsi, maupun pusat. Hal ini penting dilakukan, mengingat salah satu tantangan yang harus dapat dijawab adalah terjadinya peningkatan realisasi kebutuhan sanitasi dalam perencanaan dan penganggaran formal. Pengembangan layanan sanitasi

(5)

BAB I. PENDAHULUAN 5 kota harus didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi jangka menengah (5 tahunan) yang kompehensif dan bersifat strategis. Rencana jangka menengah yang juga disebut Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dibutuhkan oleh kabupaten mengingat bahwa wilayah kabupaten akan memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) untuk memiliki layanan sanitasi yang memenuhi prinsip layanan sanitasi secara menyeluruh. Strategi Sanitasi Kabupaten juga dibutuhkan sebagai pengikat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan para pelaku pembangunan sanitasi lainnya untuk dapat terus bersinergi mengembangkan layanan sanitasi kotanya. Setelah disepakati, Strategi Sanitasi Kabupaten akan diterjemahkan ke dalam rencana tindak tahunan (annual action plan). Isinya, informasi lebih rinci dari berbagai usulan kegiatan (program atau proyek) pengembangan layanan sanitasi kota yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya.

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lombok Barat berisi visi, misi, dan tujuan pembangunan sanitasi Kabupaten Lombok Barat berikut strategi-strategi pencapaiaannya. Tiap-tiap strategi kemudian diterjemahkan menjadi berbagai usulan kegiatan berikut komponen-komponen kegiatan indikatifnya. Pembangunan sanitasi di Kabupaten Lombok Barat juga harus diupayakan dapat dilaksanakan secara terpadu dengan dukungan dari semua pihak baik pemerintah provinsi, pemerintah pusat, sektor swasta maupun sumber pembiayaan dari donor, agar lebih efisien, efektif dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat. Kegiatan pemutakhiran dokumen SSK diharapkan dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan sanitasi, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi individual kabupaten sehingga mampu mendorong pembangunan ekonomi lokal, penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kabutuhan nyata. Secara struktural dokumen SSK juga merupakan terminal “expenditure plan” dari seluruh instansi terkait tersebut dalam penganggaran pendanaan, baik dalam tingkatan kota, provinsi, pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya. Dengan demikian, posisi SSK dan kaitannya dengan dokumen perencanaan lain yakni tergambar pada diagram di bawah ini:

(6)

BAB I. PENDAHULUAN 6 Gambar 1.1 Kedudukan Dokumen Pemutakhiran SSK dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

1.2. Metodologi Penyusunan

Strategi Sanitasi Kabupaten Lombok Barat ini disusun oleh Pokja AMPL secara swakelola, partisipatif dan terintegrasi lewat diskusi, lokakarya dan pembekalan baik yang dilakukan oleh Tim Pokja Kabupaten Lombok Barat dibantu Pokja Sanitasi Provinsi NTB dan dukungan fasilitasi dari Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan BAPPENAS. Metode yang digunakan dalam penyusunan SSK ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu yang secara bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap. Serangkaian kegiatan dan metoda dilakukan bersama-sama dengan tim Pokja Sanitasi melalui kegiatan lokakarya, pelatihan, diskusi dan pembekalan. Metode penyusunan SSK ini, terdiri dari tahapan berikut:

1. Proses Internalisasi dan penyamaan persepsi yang merupakan proses pertama dan sangat penting untuk dijalankan oleh Pokja Kabupaten. Proses ini dirancang dalam upaya memastikan terbangunnya komitmen pokja untuk menyusun dan melanjutkan kembali penyiapan strategi pembangunan sanitasi dalam SSK untuk keberlanjutan pembangunan sanitasi di Kabupaten

(7)

BAB I. PENDAHULUAN 7 2. Proses ke-2 yaitu Pemetaan Kondisi dan kemajuan Pembangunan Sanitasi pada

dasarnya adalah proses pemutakhiran data terkait profil sanitasi serta mengidentifikasi sejauh mana kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan sanitasi dari rencana yang telah disusun di dalam SSK sebelumnya.

3. Proses ke-3 yaitu Skenario Pembangunan Sanitasi dilakukan untuk menyiapkan skenario pembangunan sanitasi yang paling optimal dari sisi kebutuhan pendanaan dan ketersediaan anggaran maupun dari sasaaran pembangunan yang ingin dicapai. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan kedalam visi, misi sanitasi kota, dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi kota. Dalam perumusan bagian ini tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di kabupaten.

4. Proses ke-4 yaitu Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi dimana akan dilakukan penyusunan daftar program, kegiatan dan indikasi pendanaan yang disusun bedasarkan proses yang telah dilakukan sebelumnya antara lain : Instrumen profil, Kerangka Kerja Logis dan Instrumen perencanaan. Daftar program dan kegiatan ini selain berisi daftar nama kegiatan juga mencantumkan indikasi waktu pelaksanaan kebutuhan biaya dan sumber pendanaannya. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan. Analisis kesenjangan digunakan untuk mendiskripsikan issue strategis dan kendala yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai tujuan. Merumuskan strategi sanitasi kabupaten yang menjadi basis penyusunan program dan kegiatan pembangunan sanitasi kota jangka menengah (5 tahunan). Dengan alat analisis SWOT mengkaji kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman sistem sanitasi kabupaten

5. Proses ke-5 yaitu Finalisasi bertujuan terutama untukmendapatkan pengesahan dari Kepala Daerah terhadap strategi yang telah disusun untuk pembangunan sanitasi. Sebelum pengesahan ini dilakukan perlu dilakukan kegiatan konsultasi publik yang selain untuk menampung masukan dari berbagai pihak terhadap dokumen yang disusun juga menjadi sarana advokasi pembangunan sanitasi.

(8)

BAB I. PENDAHULUAN 8 Beberapa metodologi yang dilaksanakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Lombok Barat adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan dan Pengkajian data

Penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi kabupaten saat ini (dari Buku Putih Sanitasi), guna menetapkan kondisi sanitasi yang tidak diinginkan. Pada tahap ini Tim Penyusun SSK mengkaji kembali Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lombok Barat untuk memastikan kondisi yang ada saat ini khususnya kondisi yang tidak diinginkan atau permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengelolaan sanitasi kabupaten. Kondisi semua sub sektor layanan sanitasi yang terdiri; air limbah, persampahan, drainase lingkungan dan sektor air bersih serta aspek pendukung. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/badan/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta. Data-data sekunder meliputi Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka, Kecamatan Dalam Angka, rencana-rencana Kabupaten Lombok Barat seperti RTRW, RPI2JM, RPJMD, dan lain lain. Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik antara lain :

 Kajian Literatur, data sekunder  Observasi, wawancara responden  FGD dan indepth interview

 Studi spesifik: Kesadaran masyarakat dan pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan (PMJK), Pemetaan media, Partisipasi dunia usaha, Pendanaan dan pembiayaan, Kelembagaan.

 Studi Environmental Health Risk Assesment (EHRA) Kabupaten Lombok Barat Tahun 2016

EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan yaitu studi untuk memehami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku – perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang di teliti mencakup , sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Pada aspek perilaku, dipelajari hal – hal yang terkait dengan higienitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah. Pelaksanaan pengumpulan data

(9)

BAB I. PENDAHULUAN 9 lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) AMPL Kabupaten Lombok Barat dan Tim Sanitarian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat selaku leading sektor. Anggota tim survey dipilih dari perwakilan masyarakat tiap-tiap kelurahan/desa se-Kabupaten Lombok Barat yang dilatih melalui kegiatan workshop dan pelatihan survey EHRA. Selanjutnya, data EHRA menjadi bahan masukan untuk penyusunan strategi sanitasi kota, sehingga adanya benang merah yang baik dalam perencanaan sesuai dengan fakta lapangan.

Jenis data yang digunakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Lombok Barat adalah:

1. Data Primer yakni data yang diperoleh dari survei lapangan, interview dengan narasumber.

2. Data sekunder yakni data yang diperoleh dengan melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen strategis daerah antara lain RTRW, RPJMD, RPJPD, RPIJM, APBD Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka, Renstra SKPD, RAD MDGs data dokumen pendukung lainnya seperti aturan-aturan baik dari pusat, provinsi dan kota.

b. Analisa Data

Analisis kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan dengan mendeskripsikan tentang isu strategis dan kendala yang akan dihadapi dalam melayani tujuan.

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penyusunan SSK ini yaitu dengan merumuskan program dan kegiatan pembangunan sanitasi kabupaten jangka menengah Strategi Sanitasi Kabupaten Lombok Barat (5 tahunan). Alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT mengkaji kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman dan peluang.

c. Perumusan Arah dan Tahapan Pengembangan Sektor Sanitasi Kabupaten/Kota

Dalam bagian ini dilakukan perumusan arah Pengembangan Sektor Sanitasi Kabupaten/Kota yang meliputi visi, misi sanitasi kabupaten, arah kebijakan, strategi dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi Kabupaten Lombok Barat. Perumusan tahapan pengembangan sanitasi dengan dilampiri zona sanitasi, tingkat layanan, hambatan, isu dan potensi yang ada.

(10)

BAB I. PENDAHULUAN 10 Penyusunan daftar usulan program dan kegiatan beserta urutan prioritasnya yang mencantumkan indikasi kebutuhan volume, indikasi waktu pelaksanaan, indikasi kebutuhan biaya dan sumber pendanaan.

e. Penyusunan Strategi Monitoring dan Evaluasi

Penyusunan strategi monitoring dan evaluasi capaian SSK dalam 5 (lima) tahun ke depan untuk menilai ulang kerangka strategis/kerangka hasil SSK (tujuan, sasaran, input, kegiatan dan output) sesuai kaidah SMART beserta indikator yang jelas, menetapkan mekanisme monitoring dan evaluasi implementasi SSK, serta memasukkan informasi kerangka hasil ke dalam sistem monev berbasis web (Nawasis PPSP).

Proses penulisan/dokumentasi Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lombok Barat dilakukan oleh Pokja dengan merujuk pada jadwal tahapan penyusunan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten yang telah ditetapkan oleh Pusat. Sedangkan proses penyepakatannya dilakukan dalam forum rapat koordinasi Pokja Sanitasi.

1.3. Dasar Hukum

Adapun kebijakan bidang sanitasi dimaksud sebagaimana tertuang dalam peraturan perundangan dibawah ini :

A. Undang-Undang

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Irigasi dan Pengairan;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya;

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah;

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan Nasional;

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025;

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

(11)

BAB I. PENDAHULUAN 11 10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

11. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; 12. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 14. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. B. Peraturan Pemerintah

1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Kesehatan.

C. Peraturan dan Keputusan Presiden

1. Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi.

2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.

3. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

D. Peraturan dan Keputusan Menteri

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan;

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman;

(12)

BAB I. PENDAHULUAN 12 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman

Penataan Ruang Kawasan Sekitar Tempat Pemrosesan Akhir Sampah;

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan;

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimum Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan;

8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah;

9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 648-82/Kep/Bangda/2015 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 648-565/Kep/Bangda/2014 tentang Penetapan Kabupaten/Kota Sebagai Pelaksana Dokumen Percepatan Pembangunan Sanitasi;

11. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 660/4919/SJ tentang Pedoman Pengelolaan Program Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Daerah.

E. Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat

1. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 11 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat;

2. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005-2025;

3. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013-2018;

4. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2015 tentang Pemerataan Akses Air Bersih;

5. Peraturan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 13 Tahun 2014 tentang Road Map Sanitasi Povinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015-2019.

(13)

BAB I. PENDAHULUAN 13 F. Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Lombok Barat

1. Peraturan Daerah Lombok Barat No. 3 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum (Pelayanan Kesehatan,Penyedotan Tinja dan Persampahan)

2. Peraturan Daerah Lombok Barat No 14 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor Tahun 1998 Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan dan Kebersihan

3. Peraturan Daerah Lombok Barat Tahun 2009 Tentang Kerjasama Daerah terkait pengelolaan Sampah dan Air Bersih.

4. Peraturan Daerah Lombok Barat No 9 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Lombok Barat

5. Peraturan Daerah Lombok Barat No. 10 Tahun 2008 Tentang RPJPD Lombok Barat 2005.-2025

6. Peraturan Daerah Lombok Barat No. 4 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan (Sampah)

1.4. Sistematika Penulisan

Pembahasan Strategi Sanitasi Kota dalam dokumen ini terdiri dari enam (6) bab. Bab 1, 2 dan 3 dari Dokumen SSK ini merupakan Arah Pembangunan Sanitasi Kabupaten atau sering juga disebut sebagai Kerangka Kerja Sanitasi yang memberikan arahan jangka panjang (20 tahunan), dan jangka menengah (5 tahunan) untuk pembangunan sanitasi kabupaten secara komprehensif, yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengadvokasi para pengambil keputusan di tingkat kabupaten, provinsi dan pusat. Sedangkan Bab 3, 4, 5, dan 6 memberikan gambaran rinci tentang substansi upaya-upaya strategis yang akan dilakukan. - BAB I mengenai pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang, metodologi

penyusunan, dasar hukum, dan sistematika pembahasan.

- BAB II berisikan tentang kemajuan pelaksanaan pembangunan sanitasi yang meliputi gambaran wilayah, kemajuan pelaksanaan SSK, profil sanitasi saat ini, dan area beresiko serta permasalahan sanitasi.

- BAB III memberikan penjelasan tentang kerangka pengembangan sanitasi yang berisikan penjelasan visi dan misi sanitasi, pentahapan pengembangan sanitasi, dan kemampuan pendanaan sanitasi daerah.

(14)

BAB I. PENDAHULUAN 14 - BAB IV menjelaskan tentang strategi pengembangan sanitasi yang meliputi beberapa

sub sektor sanitasi, antara lain air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan drainase.

- BAB V menjelaskan tentang program dan kegiatan yang akan dilakukan secara terintegrasi antar sub sektor dan aspek pendukung layanan sanitasi. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab, antara lain ringkasan air limbah domestik, persampahan dan drainase.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data

truk pengangkut dapat ditempatkan pada kedua sisi shovel untuk menghindari waktu tunggu, tanah permukaan rata sehingga tinggi optimal terpelihara, jalan angkut

Menurut Saifuddin Azwar, penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik. 1

Mesin inferensi adalah sebuah program yang berfungsi untuk memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi berdasarkan pada basis pengetahuan yang ada, memanipulasi

Dalam konteks negara kita Malaysia, matlamat pembangunan ekonomi dan matlamat perpaduan negara adalah dua matlamat yang tidak dapat dipisahkan kerana kejayaan kita mencapai

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia balita dan besar keluarga tidak memiliki hubungan yang bermakna sedangkan jenis kelamin, pendidikan ibu dan status

Pengetahuan: penguasaan ekspresi-ekspresi dan aspek- aspek kebahasaan yang relevan untuk mengungkapkan dan merespon ucapan simpati Keterampilan: keterampilan

Bununla birlikte kader, çerçeveleme tarzı içerisinde hüküm sürdüğünde, o en yüksek tehlike olur. Bu tehlike kendisini bize iki biçimde