• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post 146d243a058f07b1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Post 146d243a058f07b1"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

i

MODEL PEMBINAAN KEAGAMAAN ISLAM PADA

PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI LOKALISASI

TEGAL PANAS DESA JATIJAJAR KECAMATAN

BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

M. Fahrul Azhari

11108013

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)

ii Drs. Juz ’an, M.Hum.

DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

Saudara M. Fahrul Azhari

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : M. Fahrul Azhari

NIM : 11108013

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : Model Pembinaan Keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang tahun 2012. Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 9 Agustus 2012 Pembimbing

Drs. Juz ’an, M.Hum.

NIP. 19611024 198903 1 002 KEMENTERIAN AGAMA RI

(3)

iii SKRIPSI

MODEL PEMBINAAN KEAGAMAAN ISLAM

PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI TEGAL PANAS

DESA JATIJAJAR KEC. BERGAS KAB. SEMARANG TAHUN 2012.

DISUSUN OLEH

M. FAHRUL AZHARI

11108013

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga,

pada tanggal 1 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam(S.Pd.I.).

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : H. Agus Waluyo, M.Ag. _________________ Sekretaris Penguji : Nafis Irkhami, M.Ag. M.A. _________________ Penguji I : Drs. Imam Baihaqi, M.Ag. _________________ Penguji II : Drs. Bahroni, M.Pd. _________________ Penguji III : Drs, Juz „an, M.Hum. _________________

Salatiga, 1 September 2012 Ketua STAIN Salatiga

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : M. Fahrul Azhari

NIM : 111 08 013

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 9 Agustus 2012 Yang menyatakan

M. Fahrul Azhari NIM : 111 08 013 KEMENTERIAN AGAMA RI

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Perjuangkanlah hari ini, karena

hari ini adalah untuk hari besok

“Jangan pernah katakan menyesal

apa yang telah diperbuat, tapi

ambilah pelajaran dan hikmah dari

apa yang telah diperbuat”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

 Keluarga tercinta Ayahanda dan Ibunda yang telah

membesarkan dan mendidikku dengan penuh

kerelaan dan pengorbanan baik secara lahir

maupun batin dengan iringan do‟a restunya.

 Seluruh keluarga besar dari kakeku sampai adik

ponakanku terima kasih atas dorongan,

motivasinya, serta do‟anya yang telah

memperlancar saya dalam menyelesaikan tanggung

(6)

vi

Kepada bapak Drs. Juz „an M.Hum. selaku

pembimbing dan sekaligus sebagai motivator serta

pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini

 Kepada seluruh sahabat-sahabatku yang selalu

memberikan semangat untuk segera menyelesaikan

skripsi ini. Kawan-kawan seperjuangan anggakatan

2008 terlebih khusus kelas PAI.A yang telah

memberikan motivasi, inspirasi dan semangat

belajar.

 Kepada teman-temanku di rumah yang selalu

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayahnya sehigga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Yang telah menunjukan kepada kita agama yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Namun kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah penulisan skripsi ini selesai.

Oleh karena itu tak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih setulus-tulusnya atas terselesaikanya skripsi ini kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga

2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam beserta stafnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan ketika penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Juz „an M.Hum. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan

(8)

viii

4. Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta bagian akademik STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis

5. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian, akhirnya penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin

Salatiga, 9 Agustus 2012

Penulis

(9)

ix ABSTRAK

M. Fahrul Azhari. 2012. Model Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Drs. Juz „an, M.Hum.

Kata Kunci: Model Pembinaan Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui realitas pelaksanaan pembinaan keagamaan pada pekerja seks komersial di lokalisasi Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang, meliputi; (1) Untuk mengetahui isi atau materi pembinaan keagamaan Islam, (2) Untuk mengetahui cara pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam, (3) Untuk mengetahui model pembinaan keagamaan Islam, (4) Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam dan bagaimana upaya mengatasinya.

Pengkajian penelitian ini dilakukan secara kualitatif terhadap informan meliputi pembina keagamaan baik dari petugas atau dari tokoh masyarakat sekitar, pengelola, PSK dan mucikari. Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif. Dengan tujuan untuk mengambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara: a. Mendiskripsikan data dari informan

b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitiaan

(10)

x DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO………i

HALAMAN SAMPUL………...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………...ii

PENGESAHAN KELULUSAN………..iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………...v

KATA PENGANTAR………...vii

ABSTRAK………ix

DAFTAR ISI………...x

DAFTAR TABEL………...xiii

DAFTAR LAMPIRAN………...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Rumusan Masalah………....5

C. Tujuan Penelitian……….5

(11)

xi

E. Penegasan Istilah………...7

F. Metode Penelitian……….9

G. Sistematika Penulisan………..17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembinaan Keagamaan

1. Pengertian Keagamaan Islam………..…...20

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keagamaan Islam………...28

3. Cara Meningkatkan Pembinaan Keagamaan…….………..31

B. Lingkungan Lokalisasi (Prostitusi) dan Perilaku Sosial

1. Lingkungan Lokalisasi (Prostitusi)………..33

2. Perilaku Sosial……….35

3. Macam-macam Penyimpangan Prilaku Sosial………37

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Sejarah Lokalisasi Tegal Panas………...41

2. Kondisi Lokalisasi Tegal Panas ………...42

3. Gambaran Informan………43

B. Temuan Penelitian

(12)

xii

3. Model pembinaan keagamaan Islam ………..48

4. Kendala-kendala dalam Pembinaan keagamaan Islam ………...51

BAB IV PEMBAHASAN A. Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam ………57

B. Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam ………...60

C. Model pembinaan keagamaan Islam ………62 D. Kendala-kendala dalam Pembinaan keagamaan Islam dan upaya untuk mengatasinya……….64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………67

B. Saran ……….69

DAFTAR PUSTAKA……….72

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………...74

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

1. Tabel I Daftar Nama Pembina Tegal Panas……..………

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup………

2. Lembar Konsultasi Skripsi……….

3. Pedoman Wawancara……….

4. Transkip Wawancara………..

5. Kategori Data……….

6. Proposal Skripsi……….

7. Proposal Penelitian……….

8. Surat Ijin/Rekomendasi Penelitian……….

9. Surat Keterangan Penelitian………..

(15)

1 Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bermasyarakat di sekitar kita dan dimanapun berada, selalu terdapat permasalahan-permasalahan atau penyimpangan sosial yang dilakukan oleh manusia atau anggota masyarakat. Hal yang demikian tidak dapat dihindari dalam kehidupan masyarakat, karena manusia di dunia ini pasti akan mempunyai masalah sosial. Hubungan atau interaksi yang terjadi dalam anggota masyarakat tidak jarang menimbulkan atau mengakibatkan permasalahan-permasalahan atau penyimpangan norma yang berlaku di masyarakat tersebut.

Hubungan atau interaksi manusia tidak terbatas interaksi dengan sesamanya tetapi juga bisa dengan lingkungan. Dari interaksi anggota masyarakat dengan berbagai budaya, agama, hukum, atau sebuah kondisi negara dimana masyarakat itu bernaung, seperti kondisi keamanan, kondisi politik, dan sebagainya. Masalah yang senantiasa menyertai kehidupan umat manusia sepanjang sejarahnya sebagaimana masalah sosial, ekonomi, dan politik (Suprayogo & Tobroni, 2003:17).

(16)

2

prostitusi. Membicarakan prostitusi dalam kehidupan masyarakat merupakan hal biasa, dari yang remaja maupun sampai yang sudah tua. Membahas prostitusi itu berarti tidak lepas dari seks dan wanita. Seks adalah kebutuhan manusia yang selalu ada dalam diri manusia yang sudah dewasa atau baligh yang bisa muncul secara tiba-tiba. Seks juga bisa berarti sebuah ungkapan rasa manusia yang cinta akan keindahan secara fisik atau kasat mata. Dari keindahan itulah bisa disimpulkan bahwa wanita adalah simbol keindahan itu sendiri. Maka fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat bahwa seks selalu identik dengan wanita, karena seks tidak bisa lepas dari wanita.

Dikarenakan wanita simbol keindahan. Maka setiap yang indah menjadi target para oknum yang ingin memanfaatkannya untuk dijadikan sumber mencari uang secara cepat dan banyak. Dari situlah wanita selalu ada saja yang mengumpul dalam suatu tempat dan berusaha menjual “miliknya” kepada siapa saja yang membutuhkan “jasanya” dimanapun dan kapanpun

kepada para lelaki. Dari penjelasan tadi dapat dinamakan wanita yang menjual

“miliknya” atau “jasanya” disebut juga PSK (pekerja seks komersial). Karena

bagi wanita yang memiliki keindahan maka harganya cukup mahal bagi para lelaki untuk mendapatkan “jasanya” tergantung dari seberapa keindahan yang

(17)

3

komersial). Dan realitanya para lelaki mau merogoh kantongnya dalam-dalam demi mendapatkan PSK yang dikehendaki.

Salah satu perubahan tata nilai tersebut adalah dikarenakan lemahnya keyakinan beragama, sikap individual dan matrealis. Keadaan ini sanga berlawanan dengan ajaran islam sekaligus tidak mendukung pencapain tujuan pendidikan nasional mengacu pada undang-undang N0. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang system pendidikan nasional yang menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peraaban bangsa yang bermartabat dalam rangka melalui lembaga formal maupun non formal. Pendidikan merupakan salah satu pilar pokok untuk membangun negara agar kokoh dan berkualitas (UU RI No. 20, 2003: 6).

(18)

4

bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam sari sumber kitab suci Al-Qur‟an dan Hadits.

Pembinaan keagamaan yang dilakukan di lingkungan lokalisasi sangatlah penting terutama terhadap pekerja seks komersial di daerah Tagal Panas Kecamatan Bergas. Agar para PSK bisa sadarkan diri dan meninggalkan kemaksiyatan. Karena pendidikan keagamaan serta pemeliharaan dan peningkatan keimanan adalah upaya yang perlu terus menerus dilakukan (Ancok dan Suroso, 2005:34). Tegal Panas yang dahulunya dikenal dengan tempat pangkalan truk, kemudian sejak kedatangan para mucikari dari luar kota membeli tanah didaerah Tegal Panas untuk didirikan warung remang-remang. Mulai itulah Tegal Panas menjadi tempat praktek-praktek prostitusi karena para supir truk yang menurunkan wanita pelacur (Pekerja Seks Komersial) yang diturunkan di situ. Pada tahun 1980 warung remang-remang mulai ramai dan berkembang menjadi banyak. Kemudian tahun 1999 yang semula warung remang-remang diganti menjadi tempat karaoke dan menyediakan kamar dan pekerja seks komersial. Dan hingga sampai sekarang masih ramai dikunjungi para kaum lelaki. Dan para PSK di tegal panas kebanyakan bukan dari daerah sekitar akan tetapi malah dari daerah kota lain.

(19)

5

tempat karaoke plus-plus atau para PSK mencari penghasilan pokok (penghasilan haram). Makin hari makin ramai saja yang datang di tempat itu apalagi kalau menjelang malam pasti ramai dengan pengunjung. Dan para PSKnya pun juga bertambah banyak dari samapi usia 17-48 tahun yang kebanyakan datang dari daerah atau kota lain.

Dari pemaparan di atas penulis berpendapat bahwa pembinaan keagamaan bagi PSK (pekerja seks komersial) merupakan agenda yang harus dilakukan, tidak hanya menjadi kewajiban pemerinyah. Akan tetapi untuk menyelenggarakannya membutuhkan ketrlibatan dan partisipasi aktif dari semua elemen masyarakat. Berangkat dari permasalahan ini maka penulis ingin melakukan penelitian tentang “Model Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Lokalisasi Tegal Panas Desa

Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012”.

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah isi atau materi pembinaan keagamaan Islam ? 2. Bagaimanakah cara pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam?

3. Bagaimanakah model pembinaan keagamaan Islam yang dikembangkan? 4. Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam dan

(20)

6

C. Tujuan Penelitian

Agar memberikan gambaran konkrit serta alasan yang jelas dalam pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai yaitu:

1. Untuk mengetahui isi atau materi pembinaan keagamaan Islam.

2. Untuk mengetahui cara pelaksanaan model pembinaan keagamaan Islam. 3. Untuk mengetahui model-model pembinaan keagamaan Islam yang

dikembangkan.

4. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pembinaan keagamaan Islam dan upaya untuk mengatasinya.

D. Kegunaan Penelitian

1. SecaraTeoritis:

a. Memberikan informasi yang jelas ada tidaknya pengaruh antara usaha pembinaan keagamaan Islam terhadap perilaku pekerja seks komersial.

b. Memberikan pemahaman kepada pekerja seks komersial akan pentingnya nilai-nilai keagamaan Islam yang akan dijadikan bekal baik didunia maupun diakhirat.

c. Bagi peneliti,

(21)

7 2. Secara Praktis:

a. Tulisan ini dapat memberikan masukan kepada semua pihak terkait yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran pembinaan keagamaan Islam di lingkungan lokalisasi. b. Tulisan ini menjadi sumbangan pemikiran alternative mengenai

gambaran pembinaan keagamaan Islam di lingkungan lokalisasi. Dari keterangan diatas penulis mengharapkan bahwa penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan bagi penulis seberapa penting pembinaan keagamaan Islam bagi pekerja seks komersial mengingat semakin bertambahnya praktek-praktek prostitusi dan sebagai bahan evaluasi bagi kantor urusan agama (KUA) atau instansi-instansi maupun masyarakat dalam memberikan pembinaan keagamaan Islam bagi para pekerja seks komersial.

E. Penegasan Istilah

Untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman yang pasti serta untuk menetukan arah yang jelas dalam menyusun skripsi ini, maka penulis memberikan penegasan dan maksud penulisan judul sebagai berikut:

1. Model Pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial

Model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Depdiknas, 2007:751).

Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha”

(22)

8

Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Syafaat dkk, 2008:153).

Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti “segenap kepercayaan

terhadap Tuhan”. Jadi, keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat didalam

agama (Syafaat dkk, 2008:154).

Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci Al-Qur‟an yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT (Syafaat dkk, 2008, 15).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembinaan keagamaan Islam adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan dalam rangka membangun, membina, dan menyempurnakan serta menanamkan nilai-nilai keagamaan yang sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Al-Qur‟an dan hadits untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan fitroh serta nilai-nilai keagamaan yang sempurna.

Pekerja adalah orang yang bekerja (Zul: 458).

Pekerja adalah orang yang bekerja, orang menerima upah atas hasil kerjanya (Depdiknas, 2007: 554).

Seks adalah jenis kelamin (Zul: 741).

Seks adalah jenis kelamin, hal yang berhubungan dengan alat kelamin (Depdiknas, 2007:1014).

(23)

9

Komersial adalah bernilai niaga tinggi yang kadang-kadang mengorbankan nilai-nilai sosial, budaya dan sebagainya (Depdiknas, 2007: 583).

Dari keterangan diatas bahwa yang dinamakan PSK (pekerja seks komersial) adalah sebutan lain dari pelacur. Sedangkan pelacur berasal dari kata “lacur” artinya “buruk laku”. Maka PSK atau pelacur adalah wanita yang

berbuat buruk laku (Depdiknas, 2007:663). 2. Linkungan Lokalisasi (prostitusi)

Lingkungan di Indonesia sering dsebut sebagai “lingkungan hidup”

misalnya dalam undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Definisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (UU RI, 2000:5).

Lokalisasi adalah pembatasan suatu tempat, wilayah atau lingkungan (Zul: 532). Prostitusi yaitu pertukaran hubungan sekssual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan (kamus besar bahasa Indonesia, 2007:189).

(24)

10

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif. Yang dapat diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Milner adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya (Moloeng, 2008:4).

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan hasil deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moloeng, 2008: 4).

Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis testing. Sehingga teori yang duhasilkan bukan teori substantif dan teori-teori yang diangkat dari dasar. Dalam penelitian kualitaitf ini penulis hanya mencari gambaran dan data yang bersifat deskriptif yang berada di lingkungan lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.

2. Kehadiran Peneliti

(25)

11

berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menujang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukug, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang ditelit, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya di sisn mutlak diperlukan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitia di laksanalan di lingkungan lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang provinsi Jawa Tengah. Adapun letaknya geografisnya sebagai berikut. Letaknya di Jalan Soekarno-Hatta Km 29 Bergas atau bersebelahan dengan SPBU Tegal Panas dan 5Km dari terminal Bawen. Selain tiu juga terletak di pinggir jalan utama Solo-Semarang serta didepannya terdapat kantor SAMSAT Klepu dan RS KEN SARAS. Jadi mudah sekali untuk dijangkau karena terletak di pinggir jalan.

Adapun peneliti memilih lokasi lokalisasi Tegal Panas karena ada prihatin yang sangat mendalam dengan melihat fenomena yang ada dari hari kehari semakin bertambahnya tempat karaoke plus-plus dan semakin dikenal oleh warga dari daerah lain.

4. Sumber Data

(26)

12 a. Data Primer

Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang pembinaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012. Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari pembinaan keagamaan yaitu petugas pembina, pengeloka atau koordinator dan tokoh agama di sekitar sekaligus dari para PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkupulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data ini dapat berupa majalah, bulletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil-hasil survey, studi historis dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan Pembina keagamaan.

5. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara

(27)

13

pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Suprayogo & Tobroni, 2003:172). Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pembinaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.

b. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian sosial keagamaan terutama pada penelitian kualitatif. Secara umum observasi adalah penglihatan atau pengamatan. Sedangkan secara khusus dalam dunia penelitian, observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial-keagamaan selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam dan memotret guna penemuan data analisis (Suprayogo & Tobroni, 2003:167). Adapun pada teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pembinaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.

c. Dokumentasi

(28)

14

Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti unutk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu silam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau data gambar tentang pembinaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.

6. Analisis Data

Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku yang dapat diamati dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara:

a. Mendriskripsikan data dari informan

b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis

(29)

15 7. Pengecekan Keabsahan Temuan

Ada empat criteria yaitu: kepercayaan (kreadibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), kepastian (konfermability). (Moleong, 2008:324).

Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam antara lain sebagai berikut:

a. Kepercayaan (kreadibility)

Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ini antara lain; teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat dan pengecekan kecakupan refrensi.

b. Ketergantungan (dependability)

(30)

16 c. Kepastian (konfermability)

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit. 8. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelti ada empat tahap yaitu: tahap sebelum kelapangan, tahap pekerja lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan. Dala penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Tahap sebelum kelapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penetuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan pemohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian dan penyusunan usulan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan keagamaan Islam pada PSK di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang tahun 2012. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokementasi.

c. Tahap analisis data

(31)

17

pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data, sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. d. Tahap penulisan laporan

Tahap ini meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang dimaksud adalah:

Bab I : Pendahuluan Meliputi;

Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

(32)

18

1. Pembinaan Keagamaan Islam yang pembahasanya meliputi: a. Pengertian Keagamaan Islam

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keagamaan Islam c. Cara Meningkatkan Pembinaan Keagamaan

2. Lingkungan Lokalisai dan Perilaku sosial a.Karakter lingkungan lokalisai Tegal Panas b.Perilaku sosial

c.Macam-macam Penyimpangan Perilaku Sosial Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian

A. Paparan Data;

1. Sejarah lingkungan Lokalisasi Tegal Panas 2. Kondisi lingkungan Lokalisasi Tegal Panas 3. Gambaran Informan

B. Temuan Penelitan;

1.Isi atau materi Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.

2.Cara pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.

(33)

19

Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.

4.Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam dan upaya untuk mengatasinya.

Bab IV : Pembahsan yang berisi tentang;

1. Isi atau materi Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.

2.Cara pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.

3.Model-model pembinaan keagamaan yang dikembangkan pada Pembinaan Keagamaan Islam Pada Pekeja Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2012.

4.Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan islam dan upaya untuk mengatasinya.

(34)

20 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembinaan Keagamaan Islam 1. Pengertian Keagamaan Islam

Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti “segenap

kepercayaan terhadap Tuhan”. Jadi, keagamaan adalah sifat-sifat yang

terdapat di dalam agama (Syafaat dkk, 2008:154).

Sementara itu, menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu “kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian

dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu Syafaat dkk, 2008:12).

Menurut Frezer dalam Aslam Hadi, Agama yaitu “ menyembah atau

menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan

manusia”( Syafaat dkk, 2008:11-13).

Menurut Harun Nasution agama adalah perilaku bagi umat manusia yang sudah di tentukan dan dikomunikasikan oleh Allah SWT melalui utusan-utusan, rosul-rosul atau nabi-nabi (Syafaat dkk, 2008:14).

(35)

21

hubungan manusia dengan manusia sendiri dan hubungan manusia dengan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia.

Sedangkan pengertian Islam adalah agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SWA, yang berpedoman kitab suci Al-Qur‟an yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT (Syafaat dkk, 2008:15).

Pembinaan berarti “pembaharuan atau penyempurnaan” dan “usaha”

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan yang memperthankan dan menyempurnakan apa yang telah ada (Syafaat dkk, 2008: 152-153).

Dari penjelasan diatas pembinaan keagamaan Islam adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan dalam rangka membangun, membina, dan menyempurnakan serta menanamkan nilai-nilai keagamaan yang sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Al-Qur‟an dan hadits untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan fitroh serta nilai-nilai keagamaan yang sempurna.

(36)

22

kelihatan dan itu terjadi di dalam hati seseorang. Oleh karena tiu untuk menyuruh umatnya untuk beragama (Islam) secara menyeluruh.

Firman Allah dalam QS Al-Baqoroh 2: 208.



keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Setiap muslim baik dalam berfikir maupun bertindak, beraktivitas ekonomi, sosial ataupun yang lainnya. Maka setiap muslim diperintahkan untuk berislam atau beribadah kepada Allah.

Dan firman Allah tentang larangan mendekati zina dalam QS Al-Israa‟ 17:32

 adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.

(37)

23

sekarang tempat-tempat prostitusi seamkin ramai dikunjungi terutama para

lelaki yang “jajan” dan wanita yang menjual “jasanya”. Oleh karena itu Islam

menyuruh umatnya untuk memeluk Islam dengan menyeluruh dan sungguh-sungguh.

Keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh. Oleh karena itu, hanya konsep yang mampu member penjelasan tentang memahami keberagamaan umat Islam. Untuk memahami Islam dan umat Islam konsep yang dibuat adalah konsep yang mampu memahami beragam dimensi dalam berislam (Ancok & Suroso, 2005:80). Menurut Glock & Stark yang membagi keberagamaan menjadi beberapa dimensi yang mempunyai kesesuain dengan Islam yaitu; dimensi keyakinan atau akidah, dimensi peribadatan atau ibadah, dimensi pengalaman atau akhlak, dimensi pengetahuan atau ilmu.

Dimensi keyakinan atau akidah Islam, yang merujuk kepada

seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran agama ajarannya (islam). Dan disinilah dimensi keyakinan yang merujuk kepada keimanan, menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, nabi atau rosul Allah, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.

(38)

24

Artinya : “Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shala t. Dan menafkahkan sebahagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”

Dan firman Allah dalam QS Al-Baqarah 2: 285;

Artinya : “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami denga r dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."

(39)

25

kitab-kitabNya, rosul-rosulNya serta percaya kepada sesuatu yang ghoib (sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh salah satu panca indera), seperti percaya bahwa di atas kekuasaan manusia ada yang maha kuasa yaitu Allah. Dan yakin akan hari kemudian, maka orang-orang itulah yang menang dan sukses dari dunia sampai akherat.

Dimensi peribadatan (ibadah), dalam dimensi ini merujuk kepada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual atau beribadah sebagaimana yang diwajibkan oleh Islam. Dimensi ibadah ini menyangkut tentang shalat, puasa, zakat, puasa dan sebagianya. Firman Allah dalam QS Al-An‟am 6: 162-163;

Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".

Dan firman Allah dalam QS Adz-Dzariyaat 51: 56;

(40)

26

Dari keterangan di atas maka orang muslim hidupnya untuk mentaati dan rela mengorbankan jiwa atau matinya untuk Allah. Begitu juga sembahyangnya dan semua ibadahnya semata-mata karena Allah. Dan Allah menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk menyembah kepadaNya.

Dimensi pengalaman atau akhlak, dimensi ini menunjukkan kepada seberapa tingkatan muslim berperilaku yang dimotovasi oleh ajaran-ajaran agama islam. Yaitu bagaimana individu atau seorang muslim berinteraksi dengan dunianya ataupun dengan manusia yang lain. Dalam dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerja sama, dermawan, jujur, menegakkan kebenaran dan sebagainya yang pada hakekatnya perilaku itu tetap pada norma-norma ajaran islam.

Firman Allah dalam QS An-Nisaa‟ 4: 36;

Artinya : “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya

(41)

27

Dari keterang di atas diharapkan muslim dapat berperilaku yang baik atau berakhlak baik agar terjalin ikatan atau hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terjaga dengan baik.

Dimensi pengetahuan atau ilmu, pada dimensi ini menunjukkan kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim dari agamanya sebagaimana termuat dalam Al-Qur‟an. Dalam dimensi ini menyangkut ilmu atau pengetahuan tentang isi Al-Qur‟an, pokok-pokok ajaran yang harus dilaksanakan, hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya.

Firman Allah dalam QS Al-Mujaadilah 58: 11;

 "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Dari keterangan di atas manusia muslim mau mencari ilmu atau pengetahuan, karena dengan ilmu atau pengetahuan muslim dapat berkeyakinan kuat memahami agamanya (Islam).

(42)

28 a. Faktor Intern

Perkembangan ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor intern diantaranya sebagai berikut :

1) Faktor Hereditas

Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai factor bawaan yang diwariskan secara turun temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tetapi dalam penelitian terhadap janin terkuak bahwa makanan dan perasaan ibu berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandung.

Meskipun belum dilakukan penelitian mengenai hubungan antara sifat-sifat kejiwaan anak dengan orang tuanya, tampaknya pengaruh tersebut dapat dilihat dari hubungan emosional. Rosulullah mengatakan bahwa daging makanan yang haram, maka nerakalah yang berhak atasnya. Pernyataan ini setidaknya menunjukkan bahwa ada hubungan status hukum makanan (halal dan haram) sikap (Syafaat dkk, 2008:159). Dan dari sinilah dapat digaris bawahi bahwa ada hubungan antara status makanan yang dimakan (halal dan haram) dengan sikap.

2) Tingkat Usia

(43)

29

lebih banyak terjadi pada anak-anak, karena di lihat usia tersebut lebih mudah menerima sugesti. Namun kenyataannya hingga usia bayapun masih terjadi konversi agama. Seperti yang terjadi pada Mrtin Luther dan Al-Ghazali (Syafaat dkk, 2008:161).

3) Kepribadian

Kepribadian adalah perilaku individu yang merupakan cirinya yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian sering disebut sebagai identitas (jati diri). Dari individu satu dengan individu yang lain jati drinya berbeda-beda. Dalam kondisi normal, memang secara individu, manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian. Dengan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan, termasuk jiwa keagamaan (Syafaat dkk, 2008:162).

4) Kondisi Kejiwaan

(44)

30 b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan keagamaan yang dapat dilihat dari lingkungan itu dibagi tiga yaitu sebagai berikut :

1) Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah satuan sosial yang sangat sederhana dalam kehidupan manusia. Terdiri dari ayah, ibu dan anak. Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi pertama bagi pembentukan jiwa keagamaan anak.

Pengaruh kedua orang tua terhadap jiwa perkembangan keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Karena orang tua diberi beban tanggung jawab terhadap perkembangan jiwa keagamaan. Keluarga dinilai sebagai faktor paling dominan dalam meletakkan dasar perkembangan jiwa keagamaan (Syafaat dkk, 2008:164).

2) Lingkungan Institusional

(45)

31

seperti umumnya menjadi bagian program pendidikan di sekolah (Syafaat dkk, 2008:165).

Melalui kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik. Pembiasaan baik merupakan pembentukan moral yang berkaitan dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang (Syafaat dkk, 2008:165).

3) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan unsur yang berpengaruh dalam norma dan tata nilai dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan berpengaruh terhadap kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi keagamaan. Keadaan seperti ini bagaimanapun sangat berpengaruh dalam pembentukan jiwa warganya (Syafaat dkk, 2008:165).

3. Cara Meningkatkan Pembinaan Keagamaan

(46)

32

Seorang pembina atau pendidik, mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam membina agar selalu melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik, bersikap sopan, menghargai orang lain dan sebagainya.

Cara meningkatkan pembinaan keagamaan PSK menurut Abdullah Nashih Ulwan sebagai berikut :

a. Pendekatan dengan keteladanan b. Pendekatan dengan adat kebiasaan c. Pendekata dengan nasihat

d. Pendekatan dengan memberikan perhatian e. Pendekatan dengan memberikan hukuman

(47)

33

B. Lingkungan Lokalisasi (prostitusi atau pelacuran) dan Perilaku Sosial 1. Lingkungan lokalisasi (prostitusi atau pelacuran)

Siapa menyangka ditengah caci maki masyarakat terhadap pelacuran segolongan orang malah mencari untung dan membela mati-matian keberadaannya. Bahkan agama basar dunia mentolerir keberadaannya bahkan menjadi bagian dari proses peribadatannya (Sa‟abah & Marzuki, 2001:70).

Seiring bergulirnya waktu banyak orang yang senang akan keadaan tempat prostitusi, karena dengan adanya tempat prostitusi maka para lelaki hidung belang dengan mudah mencari PSK atau pelacur langsung menuju lokalisasi tersebut. Prostitusi atau pelacuran keberadaannya semakin berpengaruh bagi kehidupan(ekonomi), khususnya bagi para PSK atau pelacur atau lelaki hidung belang. Bagi lelaki hidung belang dengan adanya pelacur mereka semakin mudah untuk melapiaskan hasrat seksnya walaupun dengan uang yang lumayan besar. Tapi bagi kaum lelaki uang tidak begitu diperhitungkan, yang terpenting dia bisa memilih pelacur yang dia sukai secara fisik. Dan bagi PSK atau pelacur semakin banyak lelaki hidung belang yang dating maka semakin banyak pendapatan yang diperoleh.

Prostitusi disahkan dengan pertimbangan dari pada makhluk tuna susila(pelacur) berkeliaran dijalan (Sa‟abah & Marzuki, 2001:73). Karena jika

(48)

34

lokalisasi. Dengan satu tempat tersebut para pelacur dapat dipantau dan diberi pengarahan atau pembinaan (kesehatan, keagamaan dan sebagainya).

Ada beberapa sebab mengapa wanita memilih profesi yang menenggelamkan diri kelembah hitam PSK atau pelacuran:

1. Hubungan keluarga yang berantakan, terlalu menekan danjuga adanya penyiksaan seksual yang dialami dalam keluarga.

2. Jauhnya seseorang dari kemungkinan hidup secara normal akibat rendahnya pendidikan, kemiskinan, pekerjaan dan masa depan yang tidak jelas.

3. Hasrat berpetualang dan kemudahan meraih uang juga medorong kearah pelacuran.

4. Hubungan seks terlalu dini.

5. Ada juga yang memandang perasaan benci terhadap ayah.

6. Paduan antara kemiskinan, kebodohan, kekerasan dan tekanan penguasa.

7. Keluarga yang menimbukan anak bermasalah (Sa‟abah &

Marzuki, 2001:73).

(49)

35

antara lain; kemiskinan, kebodohan, penindasan, kebijakan politik yang meluu mempertimbangkan segi ekonomi, serta perbaikan perangkat hukum dan aparatnya (Sa‟abah & Marzuki, 2001:74). Selain itu juga yang tidak kalah

pentingnya adalah penanaman nilai-nilai keagamaan atau pembinaan keagamaan Islam. Sebab dengan pembinaan yang Islami merupakan upaya untuk menyempurnakan watak dan batin seseorang melalui pendekatan-pendekatan yang ada didalam Al-Qur‟an dan hadits, agar dia memiliki mental atau jiwa yang sehat, dapat beradaptasi dengan lingkungan, serta dapat mengendalikan sikap, watak dan kepribadian. Guna menciptakan keluarga yang sejahtera, serta menciptakan terlaksananya moralitas anti-eksploitasi seks.

2. Perilaku Sosial

(50)

36

Yang perlu diperhatikan ialah bahwa manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis, makanan,minuman dan lain-lainnya (Gerungan, 1988:24).

Manusia dalam kehidupan masyarakat pasti saling membutukan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Maka dari itu manusia dalam keberlangsungan hidupnya perlu mengetahui peraturan-peraturan tertentu, norma-norma sosial yang harus dia patuhi dengan rela agar dapat melangsungkan kehidupan dengan baik.

Selain makhluk sosial manusia merupakan makhluk individual. Tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, tetapi dalam arti bahwa tiap-tiap orang itu merupakan pribadi yang khas menurut corak kepribadiannya. Seperti rumusan Allport yaitu “Kepribadian adalah organisasi dinamis dari system-system psiko-fisik dalam individu yang turut menentukan caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya”

(Gerungan, 1988:23). Oleh kaerna itu individu yang satu dibandingkan dengan individu yang lain akan mengalami perkembanganya yang khas didalam hidupnya. Jadi, seseorang individu mulai belajar dari lingkungan keluarga. Dan kemudian bisa belajar atau berkembang melalui lingkungan sekolah dan masyarakat.

(51)

37

norma-norma dan cita-cita pribadi itu tidak mungkin terbentuk dan berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lain. Sehingga sudah jelas bahwa tanpa pergaulan sosial manusia itu tidak dapat berkembang sebagai manusia sempurna (Gerungan, 1988:25). Dan tanpa lingkungan psikis atau rohaniahnya walaupun secara biologis fisiologis mungkin dapat mempertahankan dalam kehidupan.

3. Macam-macam penyimpangan perilaku sosial

(52)

berbeda-38

beda bagi berbagai lingkungan maupun dari waktu kewaktu dalam lingkungan yang sama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan normatif dari lingkungan sosial yang ada (bersangkutan). Dan terjadinya perilaku menyimpang merupakan gejala yang wajar dalam setiap kehidupan bermasyarakat, apalagi dalam masyarakat yang bersifat terbuka. Macam-macam penyimpangan:

a. Penyimpangan Primer

Pada tahap ini seseorang melakukan penyimpangan walaupun ia masih berperan dan mempunyai status normal, ia belum mempunyai konsep diri dan konsep peran sebagai penyimpang. Jika penyimpangan yang dilakukannya secara materi tidak membuat konsep diri dan memberikan peran penyimpang pada orang tersebut, maka hanya tetap menjadi penyimpangan primer (Siahaan, 2009:18).

Contoh: minum-minuman keras pada saat pesta atau pada saat berkumpul dengan teman-temannya,siswa yang menyontek atau membolos, melanggar peraturan lalu lintas.

b. Penyimpangan skunder

(53)

39

partisipasinya yang lebih sering dalam subkebudayaan menyimpangnya, memperoleh pengetahuan dan rasionalisasi atas perilakunya sebagai cara menghindari pantauan dan sanksi penegak hukum (Siahaan, 2009:18). Contoh: pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan perjudian.

c. Penyimpangan Individu

Adalah penyimpangan yang dilakukan oleh sesorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Contoh: pencurian yang dilakukan sendiri.

d. Penyimpangan Kelompok

Adalah penyimpangan yang dilakukan secara kelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Contoh: geng motor, mafia.

e. Penyimpangan Situasional

Penyimpangan jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional atau sosial diluar individu dan mereka memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang. Contoh: seorang kepala keluarga yang terpaksa merampok untuk mencari uang karena melihat anak dan isrtinya kelaparan.

f. Penyimpangan Sistematik

(54)

40 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Sejarah Lingkungan Prostitusi Tegal panas

Lingkungan prostitusi di Tegal Panas desa Jatijajar, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang letaknya di Jalan Soekarno-Hatta Km 29 Bergas atau bersebelahan dengan SPBU Tegal Panas dan 5 Km dari terminal Bawen. Selain itu juga terletak di pinggir jalan utama Solo-Semarang serta di depannya terdapat kantor SAMSAT Klepu dan RS KEN SARAS. Jadi mudah sekali untuk dijangkau karena terletak di pinggir jalan.

(55)

41

menjadi banyak. Kemudian tahun 1999 yang semula warung remang-remang diganti menjadi tempat karaoke dan menyediakan kamar dan pekerja seks komersial. Dan hingga sampai sekarang masih ramai dikunjungi para kaum lelaki.

2. Kondisi Lokalisasi (prostitusi) Tegal panas

Kondisi lokalisasi Tegal Panas yaitu lingkungan yang dipenuhi dengan pemukiman warga dimana pemukiman tersebut terdiri dari beberapa tempat karaoke dan kamar. Untuk aktifitasnya di mulai pukul 08.00-24.00 WIB. Kebanyakan para pekerja disitu adalah dari luar kota. Tidak asing bagi masyarakat Kab. Semarang khususnya ketika mendengar tentang Tegal Panas. Dipikiran mereka ketika mendengar Tentang Tegal Panas berarti yang mereka tangkap adalah mengenai prostitusi. Ketika berbicara masalah prostitusi sebenarnya pengatasanya dimulai dari lingkup terkecil yakni keluarga. Dengan pondasi keluarga yang kuat berupa pendidikan, baik pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan non formal budi pekerti dan keagamaan bagi suatu keluarga merupakan dasar yang kuat untuk dapat menghindari agar tidak terjerumus dalam lembah prostitusi.

(56)

42

pembatasan dalam prakteknya demikian dengan kondisi lingkungan prostitusi Tegal Panas yang dari hari ke hari semakin tambah ramai dan banyak didirikan tempat karaoke ataupun kamar.

TABEL I

DAFTAR NAMA PEMBINA TEGAL PANAS

No Nama Jenis

klamin

Jabatan Umur Lulusan

1. I M L Ketua RW 62 th SD

2. A L Pengelola

Paguyuban

43 th SMA

3. N S L Mudin 53 th SD

4. M T L Tokoh

masyarakat

54 th SD

3. Gambaran Informan

(57)

43

TABEL II

DAFTAR NAMA INFORMAN

No Nama

(kode)

JK Pendidikan Jabatan Kerja

1 A L SMA Ketua paguyuban LSM Narkoba dan

2 MT L SD Pembina Penceramah

3 NS L SD Pembina Mudin

4 N P SMP - Ibu asuh (mucikari)

5 S P SMA - PSK

6 A P SMP - PSK

7 A P SMP - PSK

B. Temuan Penelitian

1. Isi atau materi pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks

Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab.

Semarang.

(58)

44

materi pembinaan keagamaan tersebut. Materi-materi yang diberikan dalam pembinaan keagamaan keagamaan kepada wanita binaan (Pekerja Seks Komersial) di lokalisasi Tegal Panas.

Dalam misi pembinaan keagamaan yang dilakukan secara intensif yaitu materi yang disampaikan pada saat pembinaan keagamaan, peneliti memulai pertayaan kepada pembina MT dan NS diwaktu yang berbeda, materi apa yang diberikan pada saat pembinaan keagamaan Islam kepada para pekerja seks komersial agar mereka itu bisa sadar dan pergi dari situ atau bekerja yang lebih baik lagi,

“Materi yang saya disamapaikan mencakup tiga dimensi, pertama yaitu dimensi keyakinan yang merujuk kepada tingkat keyakinan seorang muslim terhadap kebenaran agama Islam. Dari sinilah keyakinan yang merujuk kepada keimanan yaitu tentang ke-ESAan Allah. Kedua dimensi ibadah yang merujuk kepada tingkat kepatuhan dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan beribadah yang diwajibkan Islam, seperti shalat, zakat, amal, puasa dan sebagainya. Ketiga dimensi akhlak dimensi ini merujuk kepada perilaku sehari-hari, seperti tolong menolong antar sesama, jujur, tanggung jawab dan sebagainya”.tutur MT mengenai materi yang disampaikan pada saat pembinaan keagamaan Islam.

(59)

45

Dari penuturan kedua pembina MT dan NS materi yang di sampaikan dalam pembinaan keagamaan adalah sama yaitu :

1) Dimensi keyakinan/aqidah 2) Dimensi ibadah (praktek ibadah) 3) Dimensi akhlak

Dari ketiga pokkok dimensi tadi juga di pertegas oleh pengakuan dari jamaah binaan yaitu S dan A. Tutur S,

“Materi yang disampaikan oleh pembina yaitu tentang keyakinan terhadap Allah, praktek ibadah (Bagaiman caranya shalat, wudlu, amal/infak, tahlil dan lain-lain yang berhubungan dengan agama Islam) dan kami juga diberi materi tentang akhlak bagaimana kita bersosialisasi dengan sesama manusia. Selain tiu juga setiap bulan puasa saya dan sebagian besar teman saya ada yang puasa dan tetap tarawih dan tadarusan di masjid/mushala. Karena materi-materi yang disamapaikan oleh pembina itu bisa menjadi bekal ketika kami sudah keluar dari sini sebab kami juga ingin hidup yang lebih baik.

Senada dengan apa yang dikatakan oleh S, A mengatakan, “materi yang disampaikan oleh pembina yaitu tentang keyakinan terhadap Allah, kebesaran Allah, terus tentang praktek ibadah yaitu tentang bagaimana cara shalat dan wudlu, dan tentang akhlak atau mengenai tingkah laku atau sopan santun”.

2. Pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial

di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang.

(60)

46

paguyuban, bagaimana anda mengkoordinir paguyuban untuk pembinaan keagamaan para PSK.

Terus bagaimana pelaksanaan pembinaan tersebut, pemberitahuan kepada PSK, tempatnya dimana, pembinaan dilakukan berapa bulan sekali dan durasi waktunya berapa menit). A menjawab,

“Setiap bulan sekali kami paguyuban dan pengurus RT mengadakan pertemuan rutin untuk membahas kegiatan-kegiatan positif bagi pa ra anak asuh (PSK) seperti kesehatan, keagamaan, keterampilan dan lain-lain. Kemudian Untuk pemberitahuan kepada para anak asuh (PSK) jika ada pembinaan keagamaan kami dari koordinator paguyuban dua hari sebelum pembinaan kami mendatangi ibu asuh(mucikari) dan anak asuh (PSK). Terus untuk pelaksanaan pembinaan keagamaan tempatnya tidak tentu atau pindah-pindah kadang di gedung PKK, kadang di ma sjid, kadang di tempat pak Supoyo (Ket. RT 06) dan kadang di mushola. Dulu pembinaan dilakukan satu minggu sekali setiap hari sabtu tapi sekarang setiap sebulan sekali karena selain kegiatan keagamaan masih ada kegiatan kesehatan dan keterampilan. Untuk dulu waktu pembinaan keagamaan Islam masih satu minggu sekali durasi waktunya 30 60 menit, tapi setelah satu bula n sekali durasi waktunya 1 2 jam. Tegas A ketika memberikan informasi mengenai pelaksanaan pembinaan keagamaan Islam (Sabtu, 30 Juni 2012, jam 10.00 WIB).

Peneliti juga melontarkan pertanyaan kepada anak asuh (PSK) untuk memperkuat jawaban dari koordinator paguyuban “A”. Kemudian peneliti bertanya kepada S (PSK) dan N (mucikari), bagaimanakah pemberitahuan dari koordinator kepada anda jika ada pembinaan, S menjawab,

(61)

47

Untuk memberi bekal para PSK agar cepat sadar dari koordinator melakukan pembinaan keagamaan berapa kali dalam satu bulan? S menjawab,”pembinaan dilakukan satu bulan sekali”.

Terus tempat pelaksanaan pembinaan dilakukan dimana dan durasi waktunya berapa menit? S menjawab,

”Tempat pelaksanaan dilakukan di gedung PKK, pak Supoyo(Ket. RT 06), masjid dan mushola Tegal Panas (Tgal Rejo). Untuk durasi waktu pembinaan keagamaan islam yaitu sekitar 90 - 120 menit. Tegas S mengenai pelaksanaan pembinaan keaamaan (Rabu, 27 Juni 2012, jam10.00 WIB).

Penturan atau jawaban dari N (mucikari) sama dengan jawaban dari S (PSK). Jawaban N,

“Pemberitahuannya dengan kita diberi tahu oleh dari koordinator atau pengurus, yaitu kadang lewat omongan langsung, kadang lewat undangan dan kadang lewat SMS. Dulu pembinaan dilakukan satu minggu sekali setiap hari jum‟at tapi sekarang setiap sebulan sekali karena masih ada kegiatan lain. Tempat pelaksanaan pembinaan keagamaan selalu pindah-pindah kadang di gedung PKK, pak Supoyo (Ket. RT 06), ma sjid dan mushola Tegal Panas (Tgal Rejo). Untuk durasi waktu pembinaan keagamaan Isla m dulunya 30 60 menit tapi sekarang 1 - 2 jam karena hanya sebulan sekali”(Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 10.00 WIB).

(62)

48

3. Model pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial yang

diterapkan di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab.

Semarang.

Hasil temuan data penelitian di lapangan menunjukan bahwa model pembinaan keagamaan yang diterapkan pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. Oleh informan (Pembina) dari tokoh masyarakat atau tokoh agama yang memiliki kemampuan dalam mengemban misi pembinaan keagamaan tersebut menerapkan model- pembinaan yang digunakan dalam melakukan pembinaan keagamaan. Pilihan model pembinaan disesuaikan dengan kajian materi keagamaan, yang berorientasi dalam penyampaian misi pembinaan keagamaan wanita binaan (Pekerja Seks Komersial) di lingkunagan prostitusi Tegal Panas.

Dalam misi pembinaan keagamaan yang dilakukan secara intensif, peneliti memulai pertayaan kepada MT dan NS, Untuk menyampaikan materi kepada para pekerja seks komersial terhadap pengetahuan agama guna tujuan pembinaan keagamaan tuna susila maka model pembinaan seperti apa yang digunakan oleh Pembina, MT menjawab,

(63)

49

ingin bertanya. Tutur MT menjelaskan model pembinaan keagamaan Islam (Rabu, 27 Juni 2012, Jam 11.00 WIB).

Setelah dirasa cukup untuk mengali informasi dari MT tentang model pembinaan keagamaangiliran NS menjawab pertanyaan yang sama dari peneliti di waktu dan hari yang berbeda, NS menjawab,

Untuk penyampaian materi pembinaan keagamaan Islam seperti materi tentang keyakinan, praktek ibadah dan akhlak saya menggunakan model pengajian atau sarasehan (sira man rohani), dengan cara ceramah. Tapi jika materi yang sekiranya harus dipraktekan, ya saya harus mempraktekkannya seperti materi tentang shalat, wudlu dan lain-lain. Setelah materi telah cukup untuk disampaikan barulah saya buka pertanyaan bagi para jamaah yang ingin bertanya”, tutur NS menjelaskan tentang model pembinaan keagamaan pada dimensi praktek ibadah (Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 19.30 WIB).

Untuk lebih memperjelas gambaran bagaimana model pembinaan keagamaan yang diterapkan pada Pekerja Seks Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang. Peneliti juga memberikan pertanyaan kepada A (koordinator) dan N (mucikari). Model pembinaan seperti bagaimana yang dapat efektif dan membuat para jamaah itu bisa ada perubahan setelah mengikuti pembinaan.

A menjawab, “Untuk model pembinaan saya serahkan kepada para

(64)

50

tutur kata mereka sekarang lebih sopan dan rasa sosial kepada sesama teman dan orang lain lebih baik”. (Sabtu, 30 Juni 2012, jam 10.00 WIB).

Setelah A menjawab dan dirasa peneliti cukup maka peneliti ganti bertanya kepada N yang pertanyaannya sama dengan yang diajukan kepada A diwaktu dan hari yang berbeda. N menjawab,

“Untuk model pembinaan keagamaan biasanya yang sering digunakan oleh pembina yaitu model pengajiaan dan sarasehan, kerena jamaah yang ikut pembinaan banyak jadi efektifnya menggunakan model seperti itu. Para jamaah yang bisa berubah ada setelah mengikuti pembinaan keagamaan, ada yang berubah walaupun tidak semuanya yaitu perubahannya dari tutur kata mereka sekarang lebih sopan, kepedulian kepada sesama teman dan ada yang mau mengerjakan shalat walaupun belum sepnuhnya”(Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 10.00 WIB).

(65)

51

4. Kendala-kendala dalam Pembinaan keagamaan Islam pada Pekerja Seks

Komersial di lokalisasi Tegal Panas Ds. Jatijajar Kec. Bergas Kab.

Semarang dan upaya untuk mengatasinya.

Dalam hal pembinaan keagamaan Islam pada pekerja seks komersial peneliti ingin mengetahui kendala-kendala apa saja dalam pembinaan tersebut, oleh karena itu peneliti bertanya kepada NS (pembina) dan A (koordinator), kendala-kendala apa yang ada dalam pembinaan serta upaya apa untuk mengatasinya, NS mengatakan,

“Kendala yang terjadi yaitu para wanita binaan(PSK) yang ikut pembinaan keagamaan sedikit karena mereka masih kurang kesadarannya. upaya untuk mengatasinya, saya memberitahukan kepada koordinasinya untuk musyawarah mencari jalan keluar agar para wanita binaan itu bisa banyak yang ikut pada saat pembinaan. Dan hasil kesepakatannya tmengenai aturan bagi anak asuh (wanita binaan) yaitu 1) bagi anak asuh yang tidak ikut pembinaan tanpa ijin maka akan deri sanksi. 2) bagi anak asuh yang tidak ikut 3x maka akan dikeluarkan dari Tegal Panas”(Jum‟at, 29 Juni 2012, Jam 19.30 WIB).

(66)

52

Selain temuan penelitian di atas peneliti juga menemukan beberapa beberapa hasil penelitian dari pertanyaan yang diajukan kepada para pekerja seks komersial yang sebagaimana megapa mereka kerja di Tega Panas dari segi faktor, asal, sudah berapa lama disitu, motif-motif pelanggan, hasilnya berapa untuk siapa, harapan kedepan bagaimana, suka dukanya, dan sikap terhadap Pembina.

Dari penuturan seorang PSK yang sudah senior yang berinisial S Umurnya 48 tahun, tuturnya;

“Dulunya saya pedagang pakaian mas, tapi lama kelamaan saya bangkrut. Yang menyebabkan saya seperti ini adalah kebangkrutan tadi mas (faktor ekonomi), karena saya kerja disini ingin mencari modal dan setelah mendapat modal saya ingin pergi dari sini dan buka usaha sendiri”.

“Kendal”.

“kurang lebih sekitar 1 tahunan mas”

“Pada saat menjadi pemandu karaoke biasanya mereka para pelanggan yang sudah tua-tua seumuran saya langsung bertanya “ngamar berapa”, tapi bagi yang sudah sering atau pelanggan tetapn saya ya lagsung ngajak ngamar begitu mas”

“Satu bulan sekitar 1 - 1,5 juta (bersih)”.

“Untuk ditabung karena saya memang mau mencari modal buat usaha”.

“karena saya kerja disini ingin mencari modal dan setelah mendapat modal saya ingin pergi dari sini dan buka usaha sendiri”.

(67)

53

Sedangkan penuturan PSK berinisial A umurnya 25 tahun, tuturnya;

“karena saya pengangguran saya ingin bekerja terus saya diajak teman bekerja disalah satu café di Temanngung, pada saat bekerja teman saya mabuk dan akhirnya saya tidak pulang kerumah karena harus temani teman saya yang mabuk berat. Setelah saya pulang kerumah saya dihajar oleh sua mi saya dan saya disuruh minggat karena saya tidak pulang, mulai itulah saya sering dihajar oleh suami. Dan akhirnya saya pergi kesini mas”.

“Magelang”.

“Dulu disini 5 bulan terus karena kecelakaan saya pulang dan setelah sembuh saya kesini lagi mas sampai sekarang”.

“Tiap oramg motifnya beda-beda mas, ada yang suruh menemani karaoke saja, tapi ada yang ngajak langsung ngamar. Tapi kalau ngamar saja pilih yang cocok harganya dan seneng dengan orangnya mas kalau saya tidak mau dengan yang ngajak ya saya juga tidak mau untuk diajak ngamar”.

“Tarifnya, kalau nemenin karaoke 1 jamnya 30 ribu dan untuk yang punya karaike 5 ribu, kalau ngamar short- time itu tarifnya 100-200 ribu dan untuk kamarnya 15 ribu, terus ka lau long-time itu dari jam 1-4 pagi tarifnya 200-350 ribu”. Hasilnya “ya kalau rame tiap bulan bisa 2,5 –3 juta mas”.

“Ya untuk ditabung, kebutuhan saya disini dan untuk anak saya yang saya titipkan kepada kakak saya”.

“Ya tidak to mas, saya tetep ingin pergi dari sini walaupun entah kapan. Kalau sudah pergi dari sini saya ingin usaha mas”.

“Sukanya itu banyak kenalan, dapat uang banyak dengan cepat. Dukanya itu jika ada pelanggan yang bikin onar atau berbua t kasar mas dan jika ada pelanggan yang mencaci maki saya”.

Gambar

TABEL I
TABEL II DAFTAR NAMA INFORMAN

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan budaya politik santun, bersih dan beretika dalam rangka memperkokoh kehidupan berbangsa dan bernegara menuju

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata

[r]

Menurut Salvin (1995) salah satu upaya untuk mengatasi rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan dengan tindakan kelas yaitu

Unit Pengurusan Ilmu juga berkomunikasi secara formal dan tidak formal dengan fakulti dan akademia dalam usaha memohon maklumat penyelidikan dan menyakinkan akademia untuk

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan sikap percaya diri dan keterampilan berbicara siswa pada mata

Dengan adanya sistem yang menggunakan metode rough set yang diimplementasikan dalam tool Rosetta dapat digunakan untuk membangun sebuah sistem yang memanfaatkan data

The first script has a function to display the login form in the sidebar and the second script has a function to show the eLearning content in another part of webpage. This