• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN PETA ZONA RAWAN TANAH LONGSOR DI KOTA SEMARANG DENGAN MELAKUKAN PEMBOBOTAN PARAMETER - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBUATAN PETA ZONA RAWAN TANAH LONGSOR DI KOTA SEMARANG DENGAN MELAKUKAN PEMBOBOTAN PARAMETER - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

V-1

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil Penelitian dengan judul

“Pembuatan Peta Zona Rawan Tanah Longsor di Kota Semarang dengan

Melakukan Pembobotan Parameter” antara lain:

1. Memetakan zona yang rawan longsor dengan menggunakan metode

pembobotan parameter adalah dengan melakukan overlay pada parameter

kelerengan, penggunaan lahan, jenis tanah, dan curah hujan yang memiliki

bobot masing-masing dan juga nilai bobot pada setiap kelas parameternya.

2. Daerah di kota Semarang yang memiliki potensi rawan longsor terbagi

menjadi tiga kelas kerawanan, yaitu: cukup rawan, rawan, dan sangat

rawan yang terdapat pada kecamatan-kecamatan pada tabel 5.1 dengan

Hasil validasi atau tingkat keakuratan Penelitian sebesar 81,97%.

Tabel 5.1 Kesimpulan kecamatan-kecamatan berpotensi longsor

Peringkat Cukup Rawan Rawan Sangat Rawan

Kecamatan Luas (ha) Kecamatan Luas (ha) Kecamatan Luas (ha)

1 Tembalang 1240,024 Ngaliyan 123,885 Ngaliyan 62,234

2 Ngaliyan 1216,813 Tembalang 116,092 Mijen 15,387

3 Gajah Mungkur 625,223 Mijen 61,985 Banyumanik 15,106 Sumber: Hasil Pengolahan (2013)

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan yang didapat, antara

lain:

1. Daerah yang masuk dalam kelas “Sangat Rawan”, walaupun

persentasenya kecil, yaitu hanya 0,31% dari total luas kota Semarang,

namun sangat perlu dipantau perkembangan kondisinya, karena

sewaktu-waktu dengan adanya parameter terakhir, yaitu curah hujan yang tinggi,

(2)

V-2 2. Untuk Penelitian sejenis ini yang menggunakan pembobotan, agar

diperhatikan keakuratan hasil setiap parameternya. Kesalahan dalam

pengolahan data setiap parameter akan mempengaruhi hasil setiap

parameter pula, dan dampaknya akan merusak hasil akhir Penelitian

tersebut. Disarankan untuk mengontrol dan melakukan pengecekan ke

lapangan untuk setiap parameternya.

3. Penelitian ini berskala regional (satu kota), untuk itu perlu dilakukan

Penelitian yang lebih detail untuk skala kecamatan atau kelurahan untuk

hasil yang lebih akurat, dan tentunya menuntut ketersediaan yang lebih

detail pula.

4. Sebaiknya dilakukan Penelitian yang berkelanjutan dan terintegrasi oleh

semua pihak yang berkaitan dengan bencana, khususnya tanah longsor,

agar dapat dilakukan tindakan pencegahan, terkait dengan kondisi bencana

alam yang begitu banyak dan kompleks terjadi di Indonesia awal tahun

Gambar

Tabel 5.1 Kesimpulan kecamatan-kecamatan berpotensi longsor

Referensi

Dokumen terkait

Mitigasi ini merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan bencana alam dengan cara memperhatikan kondisi vegetasi yang ada di daerah terjadinya bencana longsor lahan,

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan peta daerah rawan bencana tanah longsor dengan menggunakan parameter- parameter penyebab tanah longsor diantaranya curah

Secara visual lokasi ini masuk dalam kelas kelerengan >40% dan kelas penggunaan lahan permukiman serta kebun

Akhir yang berjudul “ Pemetaan Risiko Bencana Tanah Longsor Kota Semarang" dapat terselesaikan dengan baik sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana

Sehingga dalam penyusunan pemetaan risiko bencana tanah longsor Kota Semarang dapat menggunakan VCA modifikasi rumus PERKA dimana klasifikasi tingkat risiko rendah

Hasil penilaian tingkat risiko bencana tanah longsor kota semarang dengan dua.. metode yaitu VCA modifikasi dan PERKA BNPB menujukkan

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan zona water content dengan metode resistivitas dan memetakan daerah rawan bencana tanah longsor dengan batasan daerah hanya

Setiap musim hujan, bencana tanah longsor selalu terjadi akibat kondisi tanah yang tidak stabil dan diisi oleh curah hujan yang tinggi menjadi faktor utama penyebab terjadinya tanah