IV-1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan Penelitian
yang terdiri dari hasil analisapeta parameter, peta kerawanan longsor, validasi
lapangan, riwayat kejadian longsor, dan validasi riwayat.
4.1 Analisa Peta Paramter
Pada subbab ini akan dibahas mengenai hasil spasial setiap parameternya,
yang akan ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik.
4.1.1 Administrasi
Hasil yang diperoleh dari analisis spasial administrasi kecamatan kota
Semarang ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik.
Gambar 4.1 Peta administrasi kecamatan kota Semarang
IV-2
Tabel 4.1 Luas dan persentase administrasi kecamatan kota Semarang
No Kecamatan Luas (ha) Persentase
Luas (%)
Gambar 4.2 Grafik luas administrasi kecamatan kota Semarang
Banyumanik
IV-3 Sebagian besar wilayah kota Semarang terdapat di kecamatan-kecamatan
bagian selatan dan barat, yaitu:
1. Gunung Pati : 15,99%
2. Mijen : 14,00%
3. Ngaliyan : 11,67%
4. Tembalang : 10,78%
5. Banyumanik : 8,04%
Total : 60,48%
Lima kecamatan ini sudah melebihi setengah dari luas kota Semarang.
Kecamatan – kecamatan ini merupakan hasil dari pemekaran kota Semarang.
4.1.2 Kelerengan
Hasil yang diperoleh dari analisis spasial kelerangan kota Semarang
ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik.
Gambar 4.3 Peta kelerengan kota Semarang
IV-4
Tabel 4.2 Luas dan persentase kelas kelerengan kota Semarang
No Kecamatan Luas Kelas Lereng (Ha) Total
Luas (ha)
0-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40%
1 Banyumanik 990,743 856,425 798,839 296,262 150,338 3092,608
2 Candisari 9,375 429,315 101,711 105,146 15,739 661,285
3 Gajah Mungkur 157,293 445,117 200,227 32,011 106,758 941,407
4 Gayamsari 643,444 0,000 0,000 0,000 0,000 643,444
5 Genuk 2729,458 0,000 0,000 0,000 0,000 2729,458
6 Gunungpati 422,594 3565,687 1510,485 199,589 450,979 6149,334
7 Mijen 475,375 4222,154 550,293 25,987 108,582 5382,392
8 Ngaliyan 481,332 2233,412 1413,466 356,287 1,822 4486,319
9 Pedurungan 2198,640 0,000 0,000 0,000 0,000 2198,640
10 Semarang Barat 1708,066 294,102 160,443 40,880 0,000 2203,492 11 Semarang Selatan 519,292 65,623 29,662 0,000 0,000 614,577
12 Semarang Tengah 535,313 0,000 0,000 0,000 0,000 535,313
13 Semarang Timur 561,732 0,000 0,000 0,000 0,000 561,732
14 Semarang Utara 1140,335 0,000 0,000 0,000 0,000 1140,335
15 Tembalang 1350,187 1573,403 855,740 212,950 152,942 4145,221
16 Tugu 2835,123 84,129 44,810 0,396 0,000 2964,458
Total Luas (ha) 16758,303 13769,367 5665,676 1269,508 987,162 38450,015
Persentase Luas (%) 43,58 35,81 14,74 3,30 2,57 100,00
Nilai Bobot (NB) 0,02 0,07 0,15 0,32 0,45
Bobot (B) 40 40 40 40 40
Total Bobot (NB x B) 0,8 2,8 6 12,8 18
IV-5
Tabel 4.3 Persentase luas kelas kelerengan setiap kecamatan
No Kecamatan Persentase Luas (%) Total
0-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40%
1 Banyumanik 32,04 27,69 25,83 9,58 4,86 100,00
2 Candisari 1,42 64,92 15,38 15,90 2,38 100,00
3 Gajah Mungkur 16,71 47,28 21,27 3,40 11,34 100,00
4 Gayamsari 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
5 Genuk 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
6 Gunungpati 6,87 57,98 24,56 3,25 7,33 100,00
7 Mijen 8,83 78,44 10,22 0,48 2,02 100,00
8 Ngaliyan 10,73 49,78 31,51 7,94 0,04 100,00
9 Pedurungan 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
10 Semarang Barat 77,52 13,35 7,28 1,86 0,00 100,00
11 Semarang Selatan 84,50 10,68 4,83 0,00 0,00 100,00 12 Semarang Tengah 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
13 Semarang Timur 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
14 Semarang Utara 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
15 Tembalang 32,57 37,96 20,64 5,14 3,69 100,00
16 Tugu 95,64 2,84 1,51 0,01 0,00 100,00
Gambar 4.4 Grafik luas kelas kelerengan kota Semarang
0-8%
IV-6 Gambar 4.3 dan 4.4 menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah kota
Semarang merupakan daerah yang datar, dengan hampir setengahnya yaitu
43,58% merupakan kelas kelerengan 0-8%. Sisanya sebesar 35,81% merupakan
kelas kelerengan 8-15%, dan 14,74% merupakan kelas kelerengan 15-25%.
Sedangkan wilayah yang masuk dalam kelas kelerengan 25-40% dan >40° hanya
sebesar 3,30% dan 2.57% dari total luas wilayah kota Semarang. Jika diperhatikan
semakin besar kelerangannya, maka semakin kecil luas wilayahnya.
Akan tetapi jika diperhatikan lebih jauh, tabel 4.2 dan 4.3 menunjukkan
bahwa kecamatan-kecamatan di bagian selatan, tengah, dan barat kota Semarang
terdapat wilayah yang cukup luas dengan kelerangan 25-40% dan >40% yang
sangat berpengaruh terhadap potensi terjadinya gerakan massa tanah, yaitu:
Kelas kelerengan 25-40%
Namun untuk beberapa kecamatan, seperti:Gayamsari, Genuk, Semarang
Tengah, Semarang Timur, dan Semarang Utara seluruh wilayahnya merupakan
IV-7 4.1.3 Penggunaan Lahan
Hasil yang diperoleh dari analisis spasial penggunaan lahan kota
Semarang ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik.
Gambar 4.5 Peta penggunaan lahan kota Semarang tahun 2013
(Sumber: Hasil pengolahan, 2013)
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan lahan di kota
Semarang merupakan kelas permukiman, yaitu sekitar 43,29% atau sekitar
16645,448 ha dan sisanya merupakan vegetasi yang umumnya berada di bagian
barat dan selatan kota Semarang.
Vegetasi dengan akumulasi luas terbanyak adalah kelas kebun campuran
dengan luas 5810,846 ha atau 15,11% dari luas total kota Semarang dengan
1314,699 ha berada di kecamatan Tembalang. Vegetasi lainnya, yaitu kelas
penggunaan lahan sawah tersebar di bagian utara kota Semarang dengan total luas
4812,202 ha atau sekitar 12,52. Sedangkan kelas hutan, perkebunan, dan tegalan
IV-8 masing-masing adalah 4491,378 ha (11,68%); 4304,539 ha (11,20%); dan
2385.602 ha (6,20%). Lihat tabel 4.4.
Tabel 4.4 Luas dan persentase kelas penggunaan lahan kota Semarang tahun 2013
No Kecamatan Luas Kelas Penggunaan Lahan Total Luas
(ha)
H S P KC Pk T
1 Banyumanik 430,729 114,864 1675,122 493,423 257,305 121,165 3092,608
2 Candisari 6,263 10,688 589,245 30,398 12,016 12,676 661,285
3 Gajah Mungkur 45,072 32,613 724,706 81,628 21,273 36,114 941,407
4 Gayamsari 0,573 108,017 466,687 21,191 1,407 45,569 643,444
5 Genuk 9,926 541,414 1414,004 316,799 51,090 396,225 2729,458
6 Gunungpati 2181,918 365,664 1142,196 1124,012 1115,020 220,525 6149,334
7 Mijen 1192,318 512,837 913,191 1098,918 1361,868 303,259 5382,392
8 Ngaliyan 485,756 166,474 1792,129 770,844 1019,308 251,808 4486,319
9 Pedurungan 6,532 123,775 1645,151 207,401 36,622 179,159 2198,640
15 Tembalang 124,126 129,074 1780,441 1314,699 399,356 397,526 4145,221
16 Tugu 5,673 1934,439 609,763 180,209 18,112 216,261 2964,458
Total Luas (ha) 4491,378 4812,202 16645,448 5810,846 4304,539 2385,602 38450,015
Persentase Luas (%) 11,68 12,52 43,29 15,11 11,20 6,20 100,00
Nilai Bobot (NB) 0,01 0,06 0,09 0,21 0,25 0,38
Bobot (B) 30 30 30 30 30 30
Total Bobot (NB x B) 0,3 1,8 2,7 6,3 7,5 11,4
Keterangan (Tabel 4.4 dan 4.5):
H : Hutan KC : Kebun Campuran
S : Sawah Pk : Perkebunan
P : Permukiman T : Tegalan
IV-9
Tabel 4.5 Persentase luas kelas penggunaan lahan setiap kecamatan
No Kecamatan Persentase Luas (%) Total
H S P KC Pk T
1 Banyumanik 13,93 3,71 54,17 15,95 8,32 3,92 100
2 Candisari 0,95 1,62 89,11 4,60 1,82 1,92 100
3 Gajah Mungkur 4,79 3,46 76,98 8,67 2,26 3,84 100
4 Gayamsari 0,09 16,79 72,53 3,29 0,22 7,08 100
5 Genuk 0,36 19,84 51,81 11,61 1,87 14,52 100
6 Gunungpati 35,48 5,95 18,57 18,28 18,13 3,59 100
7 Mijen 22,15 9,53 16,97 20,42 25,30 5,63 100
8 Ngaliyan 10,83 3,71 39,95 17,18 22,72 5,61 100
9 Pedurungan 0,30 5,63 74,83 9,43 1,67 8,15 100
10 Semarang Barat 0,08 20,03 67,36 5,95 0,40 6,18 100
11 Semarang Selatan 0,06 1,89 95,94 1,49 0,17 0,45 100
12 Semarang Tengah 0,00 0,81 98,75 0,23 0,04 0,17 100
13 Semarang Timur 0,03 10,92 84,17 1,97 0,07 2,83 100
14 Semarang Utara 0,02 22,25 71,69 1,64 0,05 4,34 100
15 Tembalang 2,99 3,11 42,95 31,72 9,63 9,59 100
16 Tugu 0,19 65,25 20,57 6,08 0,61 7,30 100
Gambar 4.6 Grafik luas kelas penggunaan lahan kota Semarang tahun 2013
Hutan
IV-10 4.1.4 Jenis Tanah (Erodibilitas)
Hasil yang diperoleh dari analisis spasial jenis tahas (erodibilitas)
kotaSemarang ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik.
Gambar 4.7 Peta jenis tanah kota Semarang
(Sumber: BAPPEDA kota Semarang, 2011)
Gambar 4.7 menjelaskan, bahwa sebagian besar wilayah kota Semarang
terbentuk dari jenis yang yang beredobilitas rendah (kaitannya dalam
kemungkinannya untuk tererosi) yaitu Latosol Cokelat Kemerahan, Aluvial,
Grumosol, Asosiasi Aluvial Kelabu, Regosol, dan Latosol Cokelat sebesar
79,41%, sedangkan jenis tanah beredobilitas sedang, yaitu Mediteran Cokelat Tua
sebesar 19,65%, dan untuk jenis tanah beredobilitas tinggi yaitu Regosol sebesar
0,94%.
Jenis tanah bererodibilitas tinggi yang sangat berpengaruh terhadap
potensi terjadinya gerakan massa tanah ini seluruhnya berada di kecamatan
Tembalang sebesar 361.588 Ha, yaitu 8.72% dari luas wilayah kecamatan
IV-11
Tabel 4.6 Luas dan persentase kelas jenis tanah kota Semarang
No Kecamatan Luas Kelas Erodibitas (Jenis Tanah) Total
Luas (ha)
Rendah Sedang Tinggi
1 Banyumanik 2738,650 353,957 0,000 3092,608
2 Candisari 312,578 348,706 0,000 661,285
3 Gajah Mungkur 213,681 727,725 0,000 941,407
4 Gayamsari 643,444 0,000 0,000 643,444
5 Genuk 2729,458 0,000 0,000 2729,458
6 Gunungpati 4682,851 1466,483 0,000 6149,334
7 Mijen 5319,014 63,378 0,000 5382,392
8 Ngaliyan 2186,952 2299,367 0,000 4486,319
9 Pedurungan 2162,746 35,894 0,000 2198,640
10 Semarang Barat 2031,953 171,538 0,000 2203,492
11 Semarang Selatan 614,577 0,000 0,000 614,577
12 Semarang Tengah 535,313 0,000 0,000 535,313
13 Semarang Timur 561,732 0,000 0,000 561,732
14 Semarang Utara 1140,335 0,000 0,000 1140,335
15 Tembalang 1694,163 2089,470 361,588 4145,221
16 Tugu 2964,458 0,000 0,000 2964,458
Total Luas (ha) 30531,906 7556,521 361,588 38450,015
Persentase Luas (%) 79,41 19,65 0,94 100,00
Nilai Bobot (NB) 0,2 0,3 0,4
Bobot (B) 20 20 20
Total Bobot (NB x B) 4 6 8
Gambar 4.8 Luas kelas erodibilias (jenis tanah) kota Semarang
Rendah
IV-12 4.1.5 Curah Hujan
Hasil yang diperoleh dari analisis spasial penggunaan lahan kota
Semarang ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik.
Gambar 4.9 Peta curah hujan kota Semarang tahun 2012
(Sumber: Hasil pengolahan, 2013)
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah kota Semarang
memiliki curah hujan rata-rata bulanan yang masuk dalam kelas sedang
(kaitannya dalam memicu terjadinya longsor) yaitu sebesar 96,71%, sisanya
sebesar 3,29% masuk dalam kelas tinggi, dan tidak ada yang masuk dalam kelas
rendah. Lihat tabel 4.7.
Stasiun/pos curah hujan tersebar secara merata di kota Semarang. Pada
tabel 4.8 menunjukkan bahwa kecamatan hanya kecamatan Mijen yang memiliki
curah hujan tinggi, yang dideteksi oleh stasiun curah hujan yang berlokasi di Boja
Mijen dengan curah hujan rata-rata bulanan pada tahun 2012 sebesar 467,26
mm/bulan. Daerah berwarna biru langit pada gambar 4.9 ini sangat diwaspadai
IV-13
Tabel 4.7 Luas dan persentase kelas curah hujan kota Semarang tahun 2012
No Kecamatan Luas Kelas Curah Hujan Total Luas
(ha)
Rendah Sedang Tinggi
1 Banyumanik 0,000 3092,608 0,000 3092,608
2 Candisari 0,000 661,285 0,000 661,285
3 Gajah Mungkur 0,000 941,407 0,000 941,407
4 Gayamsari 0,000 643,444 0,000 643,444
5 Genuk 0,000 2729,458 0,000 2729,458
6 Gunungpati 0,000 6149,334 0,000 6149,334
7 Mijen 0,000 4118,776 1263,616 5382,392
8 Ngaliyan 0,000 4486,319 0,000 4486,319
9 Pedurungan 0,000 2198,640 0,000 2198,640
10 Semarang Barat 0,000 2203,492 0,000 2203,492
11 Semarang Selatan 0,000 614,577 0,000 614,577
12 Semarang Tengah 0,000 535,313 0,000 535,313
13 Semarang Timur 0,000 561,732 0,000 561,732
14 Semarang Utara 0,000 1140,335 0,000 1140,335
15 Tembalang 0,000 4145,221 0,000 4145,221
16 Tugu 0,000 2964,458 0,000 2964,458
Total Luas (ha) 0,000 37186,399 1263,616 38450,015
Persentase Luas (%) 0,00 96,71 3,29 100,00
Sumber: Hasil pengolahan (2013)
Tabel 4.8 Curah hujan rata-rata bulanan kota Semarang tahun 2012
IV-14
Sumber: BMKG kota Semarang (2012)
Gambar 4.10 Luas kelas curah hujan kota Semarang tahun 2012
4.2 Analisa Peta Kerawanan Longsor
Dari uraian di atas terlihat bahwa longsor dikontrol oleh interaksi
pengaruh beberapa kondisi, yaitu kondisi kemiringan lereng, penggunaan tanah,
erodibilitas (jenis tanah), dan curah hujan.Jadi dalam melakukan analisa longsor,
seluruh faktor pengontrol gerakan tersebut harus dianalisa secara terpadu, tidak
terpisah.
Oleh karena itu, maka peta kerawanan longsor dalam Penelitian ini
merupakan perpaduan/penggabungan antara peta-peta parameter penyebab
terjadinya longsor seperti yang sudah di jelaskan pada subbab 4.1, yaitu peta
kelerengan, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah, dan peta curah hujan, yang
memiliki bobot masing-masing.
Dari klasifikasi tingkat kerawanan longsor di atas dan analisa parameter
dan overlay, didapatkan hasil kerawanan longsor yang disajikan dalam bentuk
peta, tabel dan grafik.
Sedang 96,71%
Tinggi 3,29%
IV-15
Gambar 4.11 Peta kerawanan longsor kota Semarang
(Sumber: Hasil pengolahan, 2013)
Tabel 4.9 Luas dan persentase kelas kerawanan longsor kota Semarang setiap kecamatan
No Kecamatan Tidak Rawan Agak Rawan Cukup Rawan Rawan Sangat Rawan Total Luas
IV-16
Gambar 4.12 Luas kelas kerawanan longsor kota Semarang
Tabel 4.9 & 4.10 dan gambar 4.12 menyajikan luas dari masing-masing
tingkat kerawanan, dan dapat disimpulkan sebagian besar wilayah kota Semarang
masuk dalam kelas “agak rawan”, yaitu 60,51% dari total luasnya, yaitu sebesar
23266,315 ha. Sedangkan tingkat kelas “sangat rawan” merupakan yang paling
rendah total luas areanya, hanya 0,31%, yaitu sebesar 120,547 ha.
Peta kerawanan longsor (lihat gambar 4.11) memperlihatkan bahwa daerah
yang sangat rawan dipengaruhi besar oleh parameter kelerengan dengan tingkat
kelerengannya >40% (lihat kembali gambar 4.3 peta kelerengan). Kelas sangat
rawan paling banyak terdapat di kecamatan-kecamatan dibawah ini, dengan luas
masing-masing yaitu:
karena parameter kerengan memiliki bobot yang paling besar, yaitu 40.
Kelas agak rawan paling banyak ditemui di daerah utara, yang sebagian
besar merupakan daerah permukiman dan memiliki kelerengan 0-8%. Tidak Raw an
IV-17 4.3 Validasi Hasil
Pada subbab ini dijelaskan mengenai validasi hasil, yaitu membandingkan
hasil Penelitian terhadap peta titik longsor BPBD kota Semarang tahun 2012
sebagai pengontrol. Validasi hasil Penelitian disajikan dalam bentuk peta dan
tabel.
Gambar 4.13 Peta titik riwayat longsor kota Semarang
(Sumber: Hasil pengolahan, 2013)
Pada pengujian hasil Penelitian ini, hasil validasi yang dianggap benar adalah
titik-titik kejadian longsor yang masuk ke dalam kelas kerawanan “Cukup
IV-18
Tabel 4.10 Hasil Validasi
No. Lokasi Koordinat Kelas
Kerawanan Validasi Nilai
Kelurahan Kecamatan X Y
35 Pedurungan Kidul Pedurungan 442160 9223881 Agak Rawan Tidak 0
36 Manyaran Semarang Barat 432337 9225988 Cukup Rawan Ya 1
37 Manyaran Semarang Barat 431975 9225840 Rawan Ya 1
IV-19
39 Gisik Drono Semarang Barat 431930 9226856 Cukup Rawan Ya 1
40 Gisik Drono Semarang Barat 432218 9226810 Sangat Rawan Ya 1
41 Kalibanteng Kulon Semarang Barat 431426 9227479 Agak Rawan Tidak 0
42 Kembang Arum Semarang Barat 430840 9227253 Agak Rawan Tidak 0
43 Kembang Arum Semarang Barat 430444 9227242 Agak Rawan Tidak 0
44 Kembang Arum Semarang Barat 430639 9227049 Cukup Rawan Ya 1
45 Krapyak Semarang Barat 430030 9227621 Cukup Rawan Ya 1
46 Ngemplak Simongan Semarang Barat 433249 9226038 Sangat Rawan Ya 1
47 Ngemplak Simongan Semarang Barat 433291 9226347 Cukup Rawan Ya 1
48 Randusari Semarang Selatan 434755 9227572 Sangat Rawan Ya 1
60 Penggaron Kidul Pedurungan 439283 9222997 Agak Rawan Tidak 0
61 Penggaron Kidul Pedurungan 443653 9224334 Cukup Rawan Ya 1
Total 50
Sumber: BPBD kota Semarang (2012) dan hasil pengolahan (2013)
Tabel 4.10 menunjukan tingkat akurasi Penelitian ini berdasarkan kejadian
longsor pada tahun 2012 adalah sebanyak 50 kejadian atau sebesar 81,97%,
sedangkan yang tidak sesuai berjumlah 11 kejadian atau sebesar 18,03%.
4.4 Kejadian Tanah Longsor di Kota Semarang Tahun 2012
Kejadian longsor di kota Semarang memiliki intensitas yang cukup tinggi.
IV-20
Tabel 4.11 Data kejadian longsor di kotaSemarang tahun 2012
(Sumber: BPBD kota Semarang)
No Waktu Lokasi Penyebab
Tanggal Hari Jam Kecamatan Kelurahan
1 2 Januari Senin 02.00 Candi Sari Karanganyar Gunung Hujan Deras 2 10 Januari Selasa 22.55 Gajah Mungkur Bendungan Hujan Deras
3 12 Januari Kamis 09.30 Ngaliyan Tambak Aji Hujan Deras
4 26 Januari Kamis 23.35 Semarang Barat Kembang Arum Hujan Deras 5 26 Januari Kamis 23.36 Semarang Barat Bojong Salaman Hujan Deras 6 27 Januari Jumat 00.30 Gajah Mungkur Gajah Mungkur Hujan Deras 7 30 Januari Senin 19.00 Semarang Barat Kembang Arum Hujan Deras 8 30 Januari Senin 20.30 Gajah Mungkur Lempongsari Hujan Deras 9 30 Januari Senin 22.00 Candi Sari Karanganyar Gunung Hujan Deras 10 30 Januari Senin 23.00 Gajah Mungkur Lempongsari Hujan Deras
11 30 Januari Senin 23.45 Candi Sari Candi Hujan Deras
12 31 Januari Selasa 08.00 Tembalang Tandang Hujan Deras
13 3 Februari Jumat 08.30 Semarang Barat Kembang Arum Hujan Deras 14 3 Februari Jumat 17.00 Semarang Selatan Randusari Hujan Deras 15 3 Februari Jumat 20.30 Pedurungan Plamongan Sari Hujan Deras
16 5 Februari Minggu 07.00 Tembalang Tandang Hujan Deras
17 7 Februari Selasa 20.30 Candi Sari Wonotinggal Hujan Deras
18 12 Februari Minggu 05.00 Tembalang Jangli Hujan Deras
19 19 Februari Minggu 18.00 Ngaliyan Wonosari Hujan Deras
20 26 Maret Senin 22.00 Ngaliyan Purwoyoso Hujan Deras
21 25 April Rabu 23.00 Gajah Mungkur Lempongsari Hujan Deras 22 2 Mei Rabu 19.10 Candi Sari Karanganyar Gunung Hujan Deras
23 7 Mei Senin 16.30 Banyumanik Srondol Kulon Hujan Deras
24 5 November Senin 18.30 Gajah Mungkur Lempongsari Hujan Deras
25 6 Desember Kamis 21.30 Tembalang Jangli Hujan Deras
26 22 Desember Sabtu 17.00 Semarang Barat Kalibanteng Hujan Deras 27 29 Desember Sabtu 15.00 Tembalang Kedungmundu Hujan Deras
Tanah longsor terjadi tidak hanya dikarenakan oleh satu sebab saja, namun
oleh beberapa sebab yang kompleks, bahkan bencana tanah longsor dapat terjadi
secara tiba-tiba, namun proses yang membuat wilayah tersebut berpotensi longsor
ternyata telah terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama. Sebagian besar
kejadian tanah longsor terjadi ketika suatu area yang mempunyai potensi longsor
diguyur hujan, baik itu hujan deras maupun ringan, dan dalam waktu yang lama
IV-21 yang berbeda-beda. Area yang sangat rawan longsor ketika diguyur dengan curah
hujan yang ringan dan sebentar akan sangat berpotensi terjadi longsor, namun area
yang agak dan cukup rawan akan membutuhkan curah hujan yang sangat deras
dan lama untuk terjadi longsor.
Gambar 4.14 Longsor di kec. Semarang Barat dan kec. Ngaliyan tahun 2012
(Sumber: BPBD kota Semarang)
Kejadian longsor pada gambar 4.14 terjadi pada tanggal 30 Januari dan 19
Februari tahun 2012 (lihat tabel, no.7 dan 19). Juga terlihat bahwa tanah longsor
terjadi di daerah yang tingkat kelerengannya sangat tinggi, dan dipicu juga oleh
curah hujan yang sangat deras.
4.5 Survey Hasil
Pada subbab ini dijelaskan mengenai survey hasil, yaitu membandingkan
hasil kerawanan longsor dengan kondisi lapangan yang sebenarnya dengan
melakukan survey secara langsung. Hasil survey ini disajikan dalam bentuk peta
titik survey hasil (peta kerawanan yang ditampalkan dengan peta jalan, titik
survey) koordinat titik, deskripsi area, dan foto-foto hasil survey sebagai
IV-22
Gambar 4.15 Peta titik validasi lapangan
(Sumber: Hasil pengolahan, 2013)
4.3.1 Tidak Rawan
Merupakan daerah yang tidak memiliki kemungkinan terjadi longsor.
Masuk dalam kelas “Tidak Rawan” dengan range Total Bobot Akhir (TBA)
adalah 7,10 – 13,96.
IV-23 1. Lokasi Titik
WGS84 UTM S49 (m) : 438823,746; 9228292,040
WGS84 Geodetic (°) : 6,981212931 LS; 110,446153817 BT
2. Deskripsi Area
Berada di kelurahan Sambirejo, kecamatan Gayamsari. Fisik lokasi ini
berupa sawah tepat di sebelah utara Masjid Agung Jawa Tengah. Secara
visual, lokasi ini masuk dalam kelas kelerengan 0-8% dan kelas
penggunaan lahan sawah.
Gambar 4.17 Lokasi tidak rawan longsor (dokumentasi survey tahun 2013)
4.3.2 Agak Rawan
Merupakan daerah yang sedikit memiliki kemungkinan terjadi longsor.
Masuk dalam kelas “Agak Rawan” dengan range Total Bobot Akhir (TBA)
adalah 13,97 – 20,82.
IV-24 1. Lokasi Titik
WGS84 UTM S49 (m) : 436331,092; 9227427,085
WGS84 Geodetic (°) : 6,989009858 LS; 110,423578287 BT
2. Deskripsi Area
Berada di kelurahan Pekunden, kecamatan Semarang Tengah, merupakan
pusat kota Semarang, yaitu di kawasan Simpang Lima. Fisik lokasi ini
berupa perkotaan. Secara visual, lokasi ini masuk dalam kelas kelerengan
0-8% dan kelas penggunaan lahan permukiman.
Gambar 4.19 Lokasi agak rawan longsor (dokumentasi survey tahun 2013)
4.3.3 Cukup Rawan
Merupakan daerah yang cukup memiliki kemungkinan terjadi longsor.
Masuk dalam kelas “Cukup Rawan” dengan range Total Bobot Akhir (TBA)
adalah 20,83 – 27,68.
IV-25 1. Lokasi Titik
WGS84 UTM S49 (m) : 436235,180; 9221801,635
WGS84 Geodetic (°) : 7,039893785 LS; 110,422647313 BT
2. Deskripsi Area
Berada di kelurahan Ngesrep, kecamatan Banyumanik. Fisik lokasi ini
berupa tempat hiburan, yaitu resto, karaoke keluarga, dan hotel di sebelah
timur hutan Gombel. Secara visual, lokasi ini masuk dalam kelas
kelerengan 15-25% dan kelas penggunaan lahan permukiman.
Gambar 4.21 Lokasi cukup rawan longsor (dokumentasi survey tahun 2013)
4.3.4 Rawan
Merupakan daerah yang memiliki kemungkinan terjadi longsor. Masuk
dalam kelas “Rawan” dengan range Total Bobot Akhir (TBA) adalah 27,69 –
33,54.
IV-26 1. Lokasi Titik
WGS84 UTM S49 (m) : 431470,598; 9223740,149
WGS84 Geodetic (°) : 7,022303898 LS; 110,379531774 BT
2. Deskripsi Area
Berada di kelurahan Sukorejo, kecamatan Gunungpati. Fisik lokasi ini
berupa bukit. Secara visual, lokasi ini masuk dalam kelas kelerengan
25-40% dan kelas penggunaan lahan kebun campuran.
Gambar 4.23 Lokasi rawan longsor (dokumentasi survey tahun 2013)
4.3.5 Sangat Rawan
Merupakan daerah yang sangat memiliki kemungkinan terjadi longsor.
Masuk dalam kelas “Sangat Rawan” dengan range Total Bobot Akhir (TBA)
adalah 34,55 – 41,40.
IV-27 1. Lokasi Titik
WGS84 UTM S49 (m) : 435267,112; 9222213,752
WGS84 Geodetic (°) : 7,036155094 LS; 110,413887017 BT
2. Deskripsi Area
Berada di kelurahan Banyumanik, kecamatan Banyumanik. Fisik lokasi ini
berupa rumah-rumah yang kontur tanahnya sangat curam di sebelah timur
laut Gombel Golf. Secara visual, lokasi ini masuk dalam kelas kelerengan
>40% dan kelas penggunaan lahan permukiman serta kebun campuran. (1.
akses jalan yang curam, 2. rumah yang terlihat sangat rawan longsor, 3
dan 4. kejadian longsor yang ditemukan saat survey).
Gambar 4.25 Lokasi sangat rawan longsor (dokumentasi survey tahun 2013)
1 2