• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stunting

2.1.1 Definisi Stunting

Stunting atau tubuh pendek merupakan akibat kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan di masalalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak (Kemenkes RI, 2015). Menurut keputusan Menteri Kesehatan No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 tanggal 30 desember 2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah berdasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan istilah stunting atau survely. Balita pendek stunting dapat diketahui bila balita sudah dapat diukur panjang ata tingg badannya, lalu dibandingkat dengan standar buku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005 dan didapatkan hasil nilai z-core <-2 SD, sedangkan dikatakan sangat pendek apabila hasil z-core <-3 SD (Kemenkes RI, 2016).

2.1.2 Pencegahan Stunting

Menurut Eko (2017). Pencegahan stunting sebagai berikut :

1. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah. 2. Pembrian makanan tambahan pada ibu hamil. 3. Pemenuhan gizi.

(2)

5. Inisiasi Menyusui Dini.

6. Berikat ASI eklusif pada bayi selama 6 bulan.

7. Berikan makanan pendamping asi diatas 6 bulan hingga 2 tahun. 8. Berikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A.

9. Pantau pertumbuhan balita di posyandu. 10. Lakukan perilaku hidup bersih dan sehat.

2.1.3 Kelompok Usia Beresiko Stunting

Masa balita adalah usia yang beresiko mengalami stunting. Kejadian stunting sering dijumpai pada anak usia 12-36 bulan dengan prevalensi sebesar 38,8-41,5% (Anugraheni, 2012). Kelompok usia 24-35 bulan adalah kelompok usia yang beresiko besar mengalami stunting (Hagos., et al, 2017). Keadaan gizi yang baik dan sehat merupakan keadaan yang baik bagi anak untuk kesehatannya kedepan. Masa usia 12-24 bulan adalah masa yang sangat memungkin untuk mengalami infeksi atau gangguan status gizi, karena pada usia ini mengalami peralihan dari bayi menjadi anak. Apabila pola pengasuhan tidak betul diperhatikan secara benar, maka akan mengalami penyakit atau infeksi (Welasasih & Wirjatmadi, 2012).

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stunting

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa anak-anak dan sepanjang siklus kehidupan. Adapun faktor yang berhubungan dengan stunting, yaitu:

(3)

1. Faktor genetik

Faktor genetik orang tua merupakan faktor yang mempengaruhui terjadinya stunting pada anak balita. Salah satu orang tua yang pendek akibat kondisi patologis dan memiliki gen dalam kromosom yang membawa sifat pendek atau stunting. Selain itu, penelitian yang dilakukan di Asia Selatan juga menunjukkan bahwa ibu yang pendek berhubungan terhadap resiko anak stunting (Kim & Subramin, 2017).

2. Faktor Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan merupakan jenjang terakhir yang ditempuh sesorang dimana tingkat pendidikan merupakan suatu wahana untuk mendasari seseorang berprilaku secara ilmiah. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena berhubungan dengan kemampuan seseorang menerima dan memahami sesuatu , karena tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara pemulihan makanan pada anak. Pendidikan adalah pemicu utama terjadinya stunting, merupakan faktor rumah tangga yang di modifikasi, memiliki hubungan yang konsisten dengan status gizi buruk (Hagos., et al, 2017). Menurut penelitian Subarkah et al., (2016) di posyandu kalijudan kota Surabaya menjelaskan bahwa pendidikan ibu mempengaruhui pola makan yang tepat pada anak usia 1-3 tahun. Faktor pendidikan ibu merupakan faktor yang penting dalam hal memilih jenis makanan sertu penentuan jadwal makan anak sehingga pola pemberian makan tepat dan sesuai pada usia 1-3 tahun. Apabila pola pemberian makan tidak tepat maka akan mengalami status gizi kurang. Sama halnya penelitian Aridiyah et al., (2015) yang menunjukkan adanya hubungan

(4)

antara tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan mengenai perawatan kesehatan terutama dalam memahami pengetahuan mengenai gizi.

3. Faktor Pola Pemberian Makan

Faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting adalah asupan gizi (Kemenkes RI, 2015). Pola pemberian makan merupaka gambaran asupan gizi mencakup jenis, jumlah, dan jadwal makan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi (Kemenkes RI 2014). Pola pemberian makan tiap usia berbeda beda. Menurut penelitian yang dilakukan Subarkah (2016) bahwa pemberian pola makan yang tepat pada balita, sebagian besar memliki status gizi normal. Ibu yang memliki pola pemberian makan yang baik, menunjukkan bahwa ibu telah memberikan makanan yang tepat kepada balita yaitu makanan yang diberikan sesuai usia anak dan memenuhi kebutuhan anak (Kumala, 2013).

4. Faktor Pengaruh Ibu

Pengaruh ibu mengenai gizi adalah salah satu faktor penyebab terjadinya stunting pada anak secara tidak langsung tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan ibu mengenai perawatan kesehatan terutama mengenai gizi anak (Aridiyah., et al, 2015).

5. Faktor Ekonomi

Pendapatan keluarga menjadi faktor yang behubungan dengan stunting panak anak. Apabila ditinjau jadi dari karakteristik pendapatan keluarga bahwa akar masalah dari dampak pertumbuhan bayi dan berbagai masalah gizi lainnya salah satu berdasarkan dari ekonimi yang menipis.

(5)

Sebagian besar anak yang mengalami gangguan pertumbuhan memliki ekonomi yang rendah (Aridiyah., et al, 2015). Status ekonomi rendah berdampak pada ketidakmampuan untuk mendapatkan pangan yang cukup dan berkualitas. Kondisi seperti ini membuat anak stunting sulit mendapatkan asupan gizi yang adekuat sehinnga mereka tidak dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhan dengan baik (Anugraheni, 2012). 6. Faktor Budaya dan Gaya Hidup

Faktor budaya dan gaya hidup dapat mempengaruhi kejadian stunting pada anak. Beberapa budaya atau prilaku masyarakat Madura yang terkait dengan masalah kesehatan khususnya gizi kurang pada anak yaitu tradisi perempuan Madura khususnya didaerah pedesaan yang memilih menikah di usia muda, kebiasaan ini dikarenakan adanya ikatan pertunangan pada perempuan yang sudah memasuki usia menstruasi. Mayoritas perempuan di Madura menikah ketika usia dibawah 20 tahun hal ini mempengaruhi pengetahuan dan kesiapan untuk merawat anak (Hidayah., et al, 2013). Penelitian yang dilakukan di Sub-Sahara Africa juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara anak yang lahir dari wanita yang menenikah usia muda terhadap kejadian stunting (Efevbera., et al, 2017).

Pola peberian MP-ASI dini pada anak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting (Aridiyah., et al, 2015). MP-ASI pada usia dini (0-2 bulan) dapat meningkatkan resiko stunting pada balita usia 24-48 bulan (Anugraheni, 2012). Di kabupaten Sumenep, ibu mempunyai kebiasaan memberikan air kelapa hijau dan madu pada saat bayi baru lahir. Selain bayi berusiha 0-6 bulan, juga mendapat makanan tambahan lain berupa biskuit, telur, daging dan lain-lain. Keadaan ini

(6)

menyebabkan ibu tidak dapat memberikan inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif pada bayi (Adriani, 2011). Tradisi ibu-ibu di Madura menganggap anak yang sehat adalah anak yang gemuk. Budaya memberi makan yang belum waktunya sudah menjadi hal yang biasa, seperti diberi nasi pisang saat usia masih bayi, atau juga budaya ter-ater saat bayi lahir. Terdapat juga budaya pemberian makan dini dengan istilah pemberian lontong, gedhang sapeh dan gedhang gaji selama bayi, agar anaknyan cepat besar dan kuat, selain itu pola tradisi makan dan minum kelapa muda atau disebut ro’ moro’ dan sedikit madu yang dijadikan sebagai makanan bayi (Hidayah., et al, 2013).

Konsumsi makanan anak sebagian besar tidak sesuai dengan pola makan anak sesuai dengan usianya. Jika keadaan ini berlangsung secara terus menerus maka anak akan mengalami kekurangan zat gizi, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan akhirnya menjadi pendek atau stunting (Adriani, 2011).

7. Sanitasi

Sanitasi yang rendah dapat menyebabkan faktor kejadian stunting pada anak. Anak yang tinggal di lingkungan dengan sanitasi rendah lebih rawan terkontaminasi bakteri (Anugraheni, 2012).

8. Penyakit Infeksi

Timbulnya status gizi stunting tidak hanya karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Kejadian penyakit infeksi berulang tidak hanya berakibat pada menurunnya berat badan atau tampak akan rendahhnya nilai indikator berat badan menurut umur dan indikator

(7)

tingga badan menurut umur. Hal tersebut bisa dijelaskan bahwa status gizi stunting gizi kurang kronis yang menggabbarkan adanya gangguan pertumbuhan tinggi badan yang berlangsung pada kurun waktu cukup lama. Memburuknya keadaan gizi anak akibat infeksi dapat menyebabkan turunnya nafsu makan, sehingga masukan zat gizi berkurang padahal anak justru memerlukan zat gizi yang lebih banyak (Welasasih & Wirjatmadi, 2012).

2.1.5 Dampak Stunting

Dampak buruk dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal sebelum usia 6 bulan, akan mengalami kekerdilan lebih berat menjelang usia 2 tahun. Bila hal tersebut terjadi, maka salah satu organ tubuh yang paling cepat mengalami resiko adalah otak. Dalam otak terdapat sel-sel saraf yang berkaitan dengan respon anak termasuk melihat, mendengar, dan berfikir selama proses belajar. Anak stunting pada usia 2 tahun secara signifikan lebih rendah disekolah pada masa anak-anak (Grantham., et al, 2017).

Dampak berkepanjangan akibat stunting yaitu kesehatan yang buruk, meningkatnya resiko terkena penyakit tak menular, buruknya kognitif dan prestasi pendidikan yang dicapai pada masa kanak-kanak (Bappenas & UNICEF, 2017). Resiko tinggi munculnya penyakit dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktifitas ekonomi (Kemenkes RI, 2016).

(8)

2.2 Konsep Pendidikan Kesehatan

2.2.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter, 1986 dikutip oleh Notoatmodjo 2010). Pendidikan kesehatan adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011).

2.2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan yaitu (Mubarak, 2009): a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri

b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar

c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf

d. Sedangkan tujuan utama pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik secara fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (BKKBN, 2012).

2.2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ada beberapa dimensi ruang lingkup pendidikan kesehatan, antara lain (Fitriani, 2011):

(9)

a. Dimensi Sasaran 1. Individu

Metode yang dapat dilakukan adalah: a. Bimbingan dan konseling

Konseling kesehatan adalah kegiatan pendidian kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bersedia melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Maulana, 2009).

b. Wawancara

Wawancara adalah bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Menggali informasi mengapa individu tidak atau belum mau menerima perubahan, apakah individu tertarik atau tidak terhadap perubahan, bagaimanakah dasar pengertian dan apakah mempunyai dasar yang kuat jika belum, maka diperlukan penyuluhan yang lebih mendalam (Fitriani, 2011).

2. Kelompok

Metode yang bisa digunakan untuk kelompok kecil diantaranya: a. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah membahas suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih dalam suatu kelompok yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. b. Mengungkapkan pendapat (Brainstorming)

Merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Pada prinsipnya sama dengan diskusi kelompok. Tujuannya adalah

(10)

untuk menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari setiap peserta.

c. Bermain peran

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam satu pertunjukkan di dalam kelas pertemuan.

d. Kelompok yang membahas tentang desas-desus

Dibagi menjadi kelompok kecil kemudian diberikan suatu permasalahan yang sama atau berbeda antara kelompok satu dengan kelompok lain kemudian masing-masing dari kelompok tersebut mendiskusikan hasilnya lalu kemudian tiap kelompok mendiskusikan kembali dan mencari kesimpulannya.

e. Simulasi

Berbentuk metode praktek yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar. Metode ini merupakan gabungan dari role play dan diskusi kelompok. 3. Masyarakat luas

Metode yang dapat dipakai untuk masyarakat luas diantaranya: a. Seminar

Metode seminar ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu presentasi dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topic yang dianggap penting dan biasanya sedang ramai dibicarakan di masyarakat (Fitriani, 2011).

(11)

b. Ceramah

Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan menyampaikan informasi secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah, 2000 dalam Simamora, 2009).

b. Dimensi Tempat Pelaksanaan

1. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran murid

2. Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau di tempat pelayanan kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan juga keluarga pasien 3. Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan

c. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

Menurut Leavel dan Clark ada lima tingkat pencegahan yang dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan, yaitu:

1. Peningkatan kesehatan

Dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, konsultasi perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan sebagainya.

2. Perlindungan umum dan khusus

Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan dalam rangka memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang atau masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut seperti imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari

(12)

kecelakaan, kesehatan kerja, pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain.

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobati penyakitnya.

4. Pembatasan kecacatan

Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.

5. Rehabilitasi

Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat. Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan- latihan tersebut (Mubarak, 2009).

(13)

2.2.4 Media Pendidikan Kesehatan

Agar dapat mempermudah penyampaian informasi, media dapat menghindari kesalahan persepsi, dapat menjelaskan informasi lebih detail, media dapat mempermudah pengertian, mengurangi komunikasi yang verbalitik, dapat menampilkan objek yang tidak bisa di tangkap dengen mata, memperlancar komunikasi kepada sasaran (Notoatmodjo, 2010).

2.2.5 Metode Pembelajaran

Setiawati & Dermawan (2008) menjelaskan bahwa pemilihan metode pembelajaran ini sangat penting karena dengan metode yang tepat makanhasil pengajaran dapat efektif dan efesien, menurut Drs. Syaiful Bahri, dalam buku strategi belajar mengajar, ada beberapa metode pengajaran yakni:

1. Ceramah

Ceramah adalah metode pembelajaran yang sudah sejak lama digunakan. Ceramah digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, informasi baru terhadap sasaran yang diinginkan ceramah mengandalkan penuturan dari pengajar/pembicara keuntungannya: peserat mudah dikuasai, jumlah peserta bisa besar, kekurangannya: pembicara hanya satu arah, membosankan, materi terlalu panjang susah dimengerti dan peserta didik lebih pasif.

2. Proyek

Metode ini digunakan dengan diangkatnya suatu masalah, kemudian dibicarakan dari berbagai sudut pandang dan ditemukan pemecahannya secara keseluruhan. Keuntunganya: menambah wawasan peserta didik, peserta lebih kreatif dan inovatif. Kekurangannya: di butuhkan dana

(14)

besar, materi bisa meluas dan butuh fasilitas yang mendukung. 3. Tugas dan Resitasi

Penugasan adalah metode pembelajaran yang digunakan untuk memberikan motivasi terhadap peserta didik untuk mencaritahu sumber lain yang terkait dirumah, tempat pembelajaran. Keuntunganya: merangsang peserta untuk aktif, mengembangkan kemandirian, membina tanggunng jawab dan kreatifitas, kelemahannya: kreatifitas tidak merata pada semua peserta didik.

4. Diskusi

Diskusi adalah metode oembelajaran dengan menekankan pada pembicaraan dua arah yang ditujukan untuk memecahkan masalah dalam bentuk pertanyann ataupun dalam bentuk pertanyaan. Keuntungannya: merangsang kreatif peserta, saling menghargai, memperluas wawasan. Kelemahanya: pembicaraan sering menyimpang dari materi, tidak dapat dipakai dalam kelompok besar, tidak semua peserta mendapatkan informasi.

5. Demonstrasi

Demonstrasi yang melibatkan indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, dan indra peraba. Demonstrasi berarti memperagakan suatu kejadian dengan bantuan alat dan media untuk mempermudah diterimanya informasi dari pembicara/pengajar. Kelebihanya: penyampaian lebih jelas, lebih menarik, peserta dapat lebih aktif. Kekurangannya: memerlukan keterampilan khusus pengajar,

(15)

tersedianya fasilitas yang memadai, memerlukan kesiapan yang matang. Menurut Djamarah (2000, dalam Bukhari, 2017) metode pembelajaran Demonstrasi adalah metode yang mengajar dengan memperagakan dan perjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses tertentu kepada siswa. Secara umum manfaat dari pskikologis adalah dari metode demonstrasi yaitu perhatian anak dapat lebih dipusatkan, proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari dan pengalaman dan kesan hasil belajar lebih melekat. Hasil ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Purnomo (2013, dalam Artadana et al, 2015) Mengatakan bahwa pembelajaran melalui metode demonstrasi ditunjukkan dapat meningkatkan keinginan siswa untuk belajar dan turut aktif ikut serta dalam pembelajaran untuk mendapatkan perubahan pengetahuan lebih baik. Menurut Silberman dalam Bahruddin (2010, dalam Stauri et al 2016) menjelaskan belajar membutuhkan mental dan tindakan sekaligus. Belajar dengan mendengarkan siswa akan mengingat 20%, dengan melihat akan akan mengingat 50%, berdiskusikan dengan siswa lain akan mengingat 70%, dan dengan melakukan siswa akan mengingat 90%. Pendidikan kesehatan metode demonstrasi mempunyai presentase tertinggi (90%) dalam mengingat materi atau pengetahuan baru yang diterima.

6. Buzz Group

Metode ini mirip dengan diskusi kelompok ataupun problem solving yang membedakan hanya pada teknis pelaksanaan. Buzz group dilaksanakan

(16)

pada kelompok kecil tanpa ketua ataupun sekretaris, yang dibutuhkan hanya pelapor yang sedang bertugas untuk menyampaikan hasil diskusi pada kelompok besar.

2.3 Konsep Pengetahuan 2.3.1 Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang (Kholid, 2012).

2.3.2 Tingkatan Pengetahuan

Dijelaskan tingkatan pengetahuan (Kholid, 2012) meliputi: 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

(17)

2. Memahami (Comprehension)

Memahani artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara bener tentang objek yang duketahui dan dapat menginterpresentasikan materi secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi yang harusa dapat dijelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan , dan sebagiannya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya) ialah dapat menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari dalam kasus yang telah diberikan. 4. Analisis (Analysis)

Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu dengan yang lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggunakan dan menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formasi-formasi yang ada.

(18)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu meteri atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kreteria yang ada.

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarok (2007) dalam pengetahuan terdapat beberapa factor-faktor yang mempengaruhi seseorang:

1) Pendidikan adalah proses menuntun terhadap orang lain mengenai suatu hal agar mereka dapat memahami suatu hal, semakain tinggi tingkat pendidikan seseorang makan semakin gampang mereka menerima dan memahami informasi sehingga pengetahuan yang dihasilkan akan semakin meningkat (Muteara, 2016).

2) Pekerjaan, dalam pekerjaan mereka mampu mendakan pengalaman atau pengetahuan yang baik secara langsung maupun tidak langsung (Muteara, 2016).

3) Umur, usia muda adalah suatu individu yang mampu mengingat semua informas yang diterima, individu yang mengalami penuaan mengalami penurunan daya ingat sehingga akan sulit menerima informasi (Muteara, 2016).

4) Minat, keinginan seseorang untuk tahu dalam mencoba sesuatu yang baru (Muteara, 2016).

5) Pengalaman, suatu keadaan yang pernah dialami seseorang yang mengajarkan atau mengingatkan suatu yang sangat diingat, seperti

(19)

pengalaman baik akan memberi ingatan yang baik, pengalaman buruk akan memberikan ingatan yang buruk juga (Muteara, 2016).

6) Kebudayaan lingkungan sekitar, ketika sesorang dibesarkan di suatu lingkungan dengan kebudayaan yang sangat kental, makan akan berpengaruh besar terhadap sikap pribadi orang itu sendiri (Muteara, 2016).

7) Informasi, jalinan komunikasinyang sangat mempermudah seseorang dalam memperoleh pengetahuan (Muteara, 2016).

2.3.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau Angket (Notoatmodjo, 2010). Tingkatan pengetahuan pada masing masing pengetahuan dilakukan dengan skoring pada kuisioner yang di isi oleh responden, kuisioner ini menggunakan kuisioner pengetahuan yang digunakan oleh penelitian Rahman et al, (2013).

2.4 Konsep Kader Posyandu 2.4.1 Definisi Posyandu

Posyandu adalah unit kesehatan dasar yang membantu puskesmas yang memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan secara terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat yang menyelenggarakan sistem pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia secara empirik telah dapat meratakan pelayanan bidang kesehatan.

(20)

Kegiatan tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat, serta pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) (Kemenkes, 2017).

2.4.2 Definisi Kader Posyandu

Kader posyandu merupakan masyarakat yang telah dipilih oleh masyarakat, dimana masyarakat tersebut mau dan mampu bekerjasama dalam setiap kegiatan masyarakat secara sukarela (Kemenkes, 2017). Kegiatan bulanan di Posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan untuk memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan konseling gizi, serta memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar. Terdapat beberapa syarat menjadi Kader, antara lain :

1. Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat

2. Bersedia dan mampu bekerja bersama masyarakat secara sukarela 3. Bisa membaca dan menulis huruf latin

4. Sabar dan memahami usia lanjut

Menurut Kementerian Kesehatan (2017) ada beberapa peran kader, khususnya pada kegiatan Posyandu, antara lain:

1. Melakukan pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat

2. Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) bersama petugas yang antara lain untuk melakukan kegiatan pendataan sasaran, pemetaan, serta mengenal masalah dan potensi.

(21)

3. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk membahas hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas, dan jadwal kegiatan.

Sedangkan peranan kader dalam penyelenggaraan posyandu, yaitu: memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada masyaraka, menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu sebelum pelaksanaan Posyandu (buku catatan, KMS, alat peraga), melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, dan ibu usia subur yang hadir di posyandu, Melakukan penimbangan bayi dan balita, mencatat hasil penimbangan pada KMS, Melakukan penyuluhan perorangan kapada ibu-ibu dimeja, melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan khususnya pada bumil, ibu yang mempunyai bayi/balita, dan pasangan usia subur.

2.4.3 Peran Kader Posyandu

Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Direktur Jendral Bina Gizi dan KIA, 2013).

Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan pelaksanaannya dilakukan secara koordinatif dan integratif serta saling memperkuat antar

(22)

kegiatan dan program untuk kelangsungan pelayanan di posyandu sesuai dengan situasi dan kebutuhan lokal dan kegiatannya tetap memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat. Posyandu juga merupakan program pemerintah dibidang kesehatan, sehingga semua anggota masyarakat dapat memanfaatkan posyandu terutama:

1. Bayi dan anak balita

2. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui 3. Pasangan Usia Subur (PUS)

Dalam pergerakan posyandu dimonitori oleh kader posyandu. Kader posyandu merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat itu sendiri. Untuk itu, dapartemen kesehatan membuat program pelatihan untuk kader posyandu agar kader-kader posyandu di desa siaga nantinya mempunyai pengetahuan yang lebih (Departemen Kesehatan RI, 2007).

Peran tidak lepas hubungannya dengan tugas yang diemban seseorang. Dengan demikian peran adalah bagian utama yang harus dijalankan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka menciptakan hubungan saling ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran (role). Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan

(23)

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan (Purnikasari, 2010).

Peran kader adalah mengambil tanggung jawab, mengembangkan kemampuan, menjadi pelaku, dan perintis serta pemimpin yang menggerakkan masyarakat berdasarkan asas kemandirian dan kebersamaan. Kegiatan masyarakat tersebut dapat bersifat pengobatan, pencegahan, peningkatan maupun pemulihan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimiliki. Faktor individu yang memengaruhi peranan kader Posyandu meliputi: umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, penghargaan, lama menjadi kader serta pembinaan atau pelatihan kader.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja kader posyandu yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik (dari dalam diri) kader posyandu meliputi faktor umur, tingkat pendidikan, lama pekerjaan, lama menjadi kader, minat dan kemampuan, sedangkan motivasi esktrinsik (dorongan yang berasal dari luar diri individu), yang meliputi fasilitas posyandu, pelatihan kader, pembinaan kader, insentif dan dukungan masyarakat yang diberikan kepada kader. Faktor ekstrinsik merupakan faktor pendukung dalam meningkatkan keaktifan kader posyandu. Faktor ekstrinsik dalam kegiatan posyandu yang berupa fasilitas posyandu dan sarana pendukung dapat meningkatkan keaktifan kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu. Pemberdayaan kader melalui pelatihan, penyegaran, dan cerdas cermat, serta pengadaan alat masak dan kebutuhan

(24)

operasional, supaya kader posyandu dapat meningkatkan kinerja dan fungsi sehingga mampu mengemban tugasnya untuk meningkatkan gizi keluarga.

Kader yang sebagian besar anggota PKK, mempunyai tugas yang mulia. Kader diharapkan dapat berperan sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat, penggerak masyarakat untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan seperti mendatangi posyandu dan melaksanakan hidup bersih dan sehat. Disamping itu kader juga dapat berperan sebagai orang yang pertama kali menemukan jika ada masalah kesehatan di daerahnya dan segera melaporkan ke tenaga kesehatan setempat. Kader merupakan penghubung antara masyarakat dengan tenaga kesehatan karena kader selalu berada di tengah-tengah masyarakat. Peran kader posyandu, meliputi:

a. Pelayanan kesehatan

Terdapat lima aspek yang harus dimiliki jasa pelayanan, yaitu:

1) Cepat, waktu yang digunakan dalam melayani klien minimal sama dengan batas waktu standar.

2) Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam waktu kerja tidak menjamin kepuasan klien.

3) Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama dalam memberikan pelayanan kepada jasa yaitu memperhatikan keamanan klien dan memberikan keyakinan atau kepercayaan kepada klien sehingga memberikan rasa aman.

(25)

4) Ramah tamah, menghargai dan menghormati klien, bahkan pada saat klien menyampaikan keluhan.

5) Nyaman, rasa aman timbul ketika seseorang merasa diterima apa adanya (Lestari, 2015).

Dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan terdapat beberapa teori yang mengungkap faktor yang erat kaitannya dengan mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat. Menurut teori perilaku Lawrence L. Green (1980) dalam Notoatmodjo, perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi (Predisposing factors), faktor pendukung (Enabling factors), faktor pendorong (Reinforcing factors).

1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan, sikap kepercayaan, keyakinan, nilai nilai. Faktor Predisposisi juga berkaitan erat dengan karakteristik individu mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

2) Faktor Pemungkin/Pendukung (Enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat seperti: rumah sakit, puskesmas, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun segi biaya dan social, adanya peraturan- peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tertentu.

(26)

Faktor penguat/pendorong adalah faktor yang memperkuat untuk terjadinya perilaku tertentu. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat sangat ditentukan oleh dukungan tokoh masyarakat (TOMA) dan peran kader sebagai motor penggerak (Paridah, 2013).

Pelayanan di posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan amak seperti imunisasi untuk pencegahan penyakit, penanggulangan diare, penyuluhan dan konseling/rujukan konseling bila diperlukan (Direktur Jendral Bina Gizi dan KIA, 2013). Sebelum pelaksanaan posyandu, kader memastikan sasaran seperti jumlah bayi baru lahir, anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas. Selain itu, kader juga harus mengadakan pertemuan antara ibu bidan dan ibu hamil, sebagai berikut:

1) Sebelum Hari Buka Posyandu

a. Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan posyandu.

b. Menyebarluaskan informasi tentang hari buka posyandu melalui pertemuan warga setempat atau surat edaran. Kader dapat mengajak sasaran untuk datang ke posyandu dengan bantuan tokoh masyarakat.

c. Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan tambahan, serta pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.

(27)

d. Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya terkait dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan. Jenis kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan posyandu sebelumnya atau rencana kegiatan yang telah ditetapkan berikutnya. Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan. Bahan- bahan penyuluhan sesuai permasalahan yang di dihadapi para orang tua serta disesuaikan dengan metode penyuluhan, misalnya: menyiapkan bahan-bahan makanan apabila ingin melakukan demo masak, lembar balik untuk kegiatan konseling, kaset atau CD, buku KIA, sarana stimulasi balita.

e. Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan posyandu. 2) Saat Hari Buka Posyandu

a. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan sasaran lainnya.

b. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh yang dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain sebagainya.

c. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.

(28)

d. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan ini, kader bisa memberikan layanan konsultasi, diskusi kelompok dan demonstrasi dengan orangtua/keluarga anak balita. e. Memotivasi orang tua balita agar terus melakukan pola asuh yang

baik pada anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh. f. Menyampaikan penghargaan kepada orang tua yang telah datang ke

posyandu dan minta mereka untuk kembali pada hari posyandu berikutnya.

g. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.

h. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka posyandu.

3) Sesudah Hari Buka Posyandu

a. Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lain-lain.

b. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan dalam rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat keluarga, membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman. Selain itu, memberikan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

c. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk menyampaikan hasil kegiatan posyandu serta mengusulkan dukungan agar posyandu terus berjalan dengan baik.

(29)

d. Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk membahas kegiatan posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan sebagai bahan menyusun rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya. e. Mempelajari sistem informasi posyandu (SIP). SIP adalah sistem

pencatatan data atau informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di posyandu. Manfaat SIP adalah sebagai panduan bagi kader untuk memahami permasalahan yang ada, sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran (Kemenkes, 2012).

Sedangkan peran kader dalam kesehatan ibu dan anak adalah kader melakukan deteksi dini masalah kesehatan ibu dan anak dengan menggunakan buku KIA, kader harus selalu siap mengantar dan menjaga apabila ada ibu atau anak yang memerlukan pertolongan dan perawatan tenaga kesehatan (akan dirujuk). Selain itu juga, kader diharapkan mampu membantu keluarga ibu atau anak yang akan dirujuk dalam hal apa saja yang harus dibawa. Tahapan peran kader posyandu menganut sistem 5 meja, yaitu:

1. Meja 1 : Pendaftaran balita dan pendaftaran ibu hamil serta ibu nifas.

2. Meja 2 : Penimbangan balita.

3. Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan. 4. Meja 4 : Penyuluhan perorangan 5. Meja 5 : Pelayanan kesehatan. b. Penyuluhan Kesehatan

(30)

Penyuluhan adalah penyampaian informasi dari sumber informasi kepada seseorang atau sekelompok ornag mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan suatu program. Posyandu, penyuluhan yang diberikan biasanya berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak (Direktur Jendral Bina Gizi dan KIA, 2013). Penyuluhan dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok seperti:

1) Penyuluhan perorangan atau tatap muka, yaitu dapat dilakukan di posyandu ataupun pada saat kunjungan rumah, serta dapat juga menggunakan buku KIA, contoh makanan dan lain-lain.

2) Penyuluhan kelompok, yaitu penyuluhan yang dilakukan kader ke sekelompok masyarakat, dan kader menjelaskan materi, dilanjutkan dengan tanya jawab.

3) Penyuluhan disertai peragaan, yaitu kader membantu petugas untuk mengadakan penyuluhan disertai peragaan seperti demo masak resep makanan sendiri, atau demo mempersiapkan MP ASI.

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyuluhan, yaitu informasi yang diberikan sesuai dengan keadaan atau permasalahan peserta yang datang ke posyandu, dapat menggunakan berbagai jenis media, penjelasan diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat, saran yang diberikan harus praktis sengga bisa langsung dilaksanakan oleh sasaran dan beri kesempatan untuk bertanya. Berdasarkan hal tersebut kader harus memiliki sikap sabar, mendengarkan dan tidak mendominasi, menghargai pendapat, bersikap

(31)

sederajat, ramah dan akrab, tidak memihak, menilai dan mengkritik serta bersikap terbuka. Materi penyuluhan, meliputi:

1) Cara mengetahui tumbuh dan kembang anak.

2) Makanan yang sehat untuk pertumbuhan dan perkembanga anak. 3) Penjelasan mengenai peran posyandu dalam memenuhi kesehatan

dasar ibu dan anak.

c. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat

Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pengorganisasian masyarakat yang dimulai dari mengidentifikasi masalah yang dihadapi di masyarakat, kemudian menyusun urutan prioritas masalah. Setelah prioritas masalah diperoleh, lalu masyarakat mengupayakan untuk mencari sumberdaya baik yang ada di masyarakat itu sendiri maupun di luar lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Sumberdaya tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang ada melalui tindakan-tindakan yang diperlakukan dengan cara kerjasama dengan anggota masyarakat lainnya.

Jadi pada dasarnya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses kegiatan masyarakat yang bersifat setempat yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian pengalaman belajar dan secara bertahap dikembangkan pendekatan yang besifat partisipatif dalam bentuk pendelegasian wewenang dan pemberian peran yang semakin besar kepada masyarakat.

(32)

Menurut Wiku Adisasmito yang dikutip oleh Dedi Alamsyah berpendapat bahwa pemberdayaan adalah terjadinya dari empowerment. Mengandung dua pengertian memberikan kekuasaan, mengalihkan atau mendelegasikan otoritas kepihak lain atau memberi kemampuan (Alamsyah, 2013).

Untuk menjaga efektivitas pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dilakukan program pendampimgan pada masyarakat. Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat adalah pembangunan yang bertumpu pada masyarakat, dimana pola pendekatan yang akan digunakan adalah bot tom up, dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat itu sendiri. Tim pendamping bertugas untuk melakukan pengamatan terhadap kesehatan ibu dan anak, memfasilitasi pelaksanaan posyandu, memberikan teknis pelatihan terkait program kerja posyandu serta mendampingi masyarakat jika ada anak atau ibu yang kesehatannya terganggu dan harus dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit (Suhartini, 2005).

Fungsi dan peran kader dalam melakukan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat:

1) Peran sebagai pelaku penggerakan masyarakat a. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

b. Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa c. Upaya penyehatan limgkungan

d. Peningkatan kesehatan ibu dan anak 2) Peran tambahan dalam hal:

(33)

a. Membantu petugas kesehatan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan sehari-hari.

b. Membantu petugas kesehatan dalam penyiapan masyarakat dalam menghadapi bencana.

c. Untuk menjalankan peranannya sebagai pengembang desa, maka fungsi kader yaitu:

1. Membantu tenaga kesehatan dalam pengelola desa melalui kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya manusia (UKBM).

2. Membantu memantau kegiatan dan evaluasi desa, seperti mengisi register ibu dan anak, mengisi kartu menuju sehat (KMS) dan lain-lain.

3. Membantu mengembangkan dan mengelola UKBM serta hal-hal yang terkait lainnya, seperti PHBS, pengamatan kesehatan berbasis masyarakat, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga sadar gizi (Kemenkes, 2015).

d. Pemantauan

Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan melalui proses pemantauan antara lain:

1) Kunjungan rumah

Setelah kegiatan di dalam posyandu selesai, maka rumah ibu-ibu yang akan dikunjungi ditentukan bersama. Mereka yang dikunjungi, yaitu ibu yang selama 2 bulan tidak hadir berturut-turut tidak hadir ke posyandu, ibu yang anak balitanya belum mendapatkan vitamin A

(34)

serta ibu yang anak balitanya pada bulan lalu di kirim ke puskesmas karena 2 bulan berturut-turut berta badannya tidak naik, berat badannya di bawah garis merah, sakit dan anak kegemukan.

2) Pemeriksaan jentik

Pemeriksaan jentik dilakukan oleh kader dengan mengunjungi rumah kerumah.

e. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung mengandung pengertian dari bahasa sansekreta “cetera” yang berarti paying. Dalam konteks ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti “cetera” (payung) adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman, tenteram, baik lahir maupun batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “socius” yang berarti kawan, teman dan kerja sama. Orang yang sosial adalah orang dapat berelasi dengan orang lain dan lingkungannya dengan baik. Jadi kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi dengan linkungannya secara baik (Fahruddin, 2012).

f. Kesehatan Ibu dan Anak

Kondisi sehat bukanlah keadaan yang mudah untuk diperoleh karena berbagai faktor berperan untuk tercapainya kondisi sehat.

(35)

Sebagian besar masalah kesehatan dalam hal penyakit atau terjadinya gangguan kesehatan yang timbul pada manusia, disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Penyakit menular seperti TBC dan diare misalnya lebih sering terjadi pada perilaku masyarakat yang kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan, sehingga menjadi tempat perkembangbiakan dan sumber penularan penyakit. Kesehatan merupakan hal kompleks yang merupakan resultan dari berbagai faktor lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia, sosial, budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika dan sebagainya serta termasuk didalamnya pelayanan kesehatan (Syarifuddin, 2012).

Kesehatan juga merupakan keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat serta produktif secara ekonomi dan sosial. Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis yang paling mendasar disamping kebutuhan fisiologis lainnya seperti makan, minum dan perumahan. Kesehatan merupakan suatu kebutuhan (need) yang diartikan secara umum yang merupakan perbandingan antara situasi nyata dan standar teknis tetentu yang telah disepakati. Selain itu juga kesehatan merupakan kebutuhan yang dirasakan (felt need) yaitu kebutuhan yang dirasakan sendiri oleh individu. Sehingga keputusan untuk memanfaatkan suatu pelayanan kesehatan merupakan pencerminan kombinasi normatif dan kebutuhan yang dirasakan (Putra, 2010).

Dari sudut pandang ilmu perilaku, derajat kesehatan ditentukan oleh dua faktor utama yakni faktor perilaku dan faktor non perilaku

(36)

(lingkungan dan pelayanan). Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah kesehatan, haruslah diarahkan kepada kedua faktor tersebut. Perbaikan lingkungan fisik, biologis dan peningkatan lingkungan sosial budaya serta peningkatan pelayanan kesehatan merupakan intervensi atau pendekatan terhadap faktor non perilaku. Sedangkan pendekatan (intervensi) terhadap faktor perilaku adalah melalui promosi atau pendidikan kesehatan (Syarifuddin, 2012).

1. Kesehatan Ibu

Kesehatan ibu sangat berpengaruh terhadap kesehatan anaknya, sehingga pada saat ibu sedang hamil harus dipastikan memperoleh pelayanan kesehatan diantaranya:

a. Pengukuran tinggi badan, bila tinggi badan di bawah 145 cm maka kemungkinan sulit melahirkan secara normal.

b. Penimbangan berat badan setiap kali periksa, sejak bulan ke 4 pertambahan BB paling sedikit 1 kg/bulan.

c. Pengukuran tekanan darah, tekanan darah normal 120/80mmHg bila tekanan darah lebih besar, ada faktor risiko tekanan darah tinggi dalam kehamilan.

d. Pengukuran lingkar lengan atas, bila di bawah 23,5 cm maka menunjukkan ibu menderita kurang energy kronis dan berpotensi melahirkan bayi berat lahir rendah.

(37)

f. Pemberian tablet tambah darah untuk mengurangi rasa mual. g. Konseling atau penjelasan (Departemen Kesehatan RI, 2009).

Sedangkan pelayanan kesehatan ibu nifas, yaitu menanyakan kondisi ibu nifas secara umum, pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan, dan nadi, pemeriksaan lokhia dan perdarahan, pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi, pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus uteri, pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif, pemberian kapsul vitamin A. Pelayanan kontrasepsi Pasca Persalinan, konseling, tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan komplikasi serta memberikan nasihat.

2. Kesehatan Anak

Sejak konsepsi hingga berakhirnya masa remaja, anak mempunyai ciri khas tersendiri yaitu selalu tumbuh dan berkembang proses tumbuh kembang tersebut dimulai sejak anak berusia 3 bulan dalam kandungan (tepatnya setelah sel-sel janin terbentuk). Fase itu terus berlangsung hingga anak berumur tiga tahun. Inilah masa yang biasa disebut golden period atau periode emas. Oleh karena itu, pada periode emas ini, anak membutuhkan nutrisi dan stimulasi yang tepat supaya otaknya berkembang secara maksimal. Cara memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu timbang berat badannya tiap bulan di posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan lain, rangsang perkembangan anak sesuai umurnya, ajak anak bermain dan bercakap-cakap, bawa anak kepetugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan

(38)

stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang serta minta kader atau tenaga kesehatan mencatatnya (Departemen Kesehatan RI, 2009).

Ada beberapa gangguan kesehatan yang sering kali dialami oleh anak-anak. Diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Gangguan kesehatan akibat kurangnya energi dan protein, penyakit ini menyebabkan gangguan pertumbuhan badan (tidak dapat mencapai berat dan panjang yang maksimal), perubahan aspek kejiwaan (memalas, cengeng, lemah dan tidak memiliki selera makan), otot tubuh terlihat lemah serta tidak mempunyai perkembangan tubuh yang baik. Umumnya penyakit ini menyerang anak berusia 6 bulan sampai 4 tahun.

b. Gangguan kesehatan akibat kekurangan vitamin A, yaitu berkurangnya kemampuan melihat, tulang tidak berkembang dengan baik dan mudah terserang penyakit.

c. Gangguan kesehatan akibat kekurangan zat besi atau kurang mengomsumsi sayur-sayuran.

d. Gangguan kesehatan akibat kekurangan iodium, ini bisa mengakibatkan membesarnya kelenjar gondok. Biasanya seorang ibu yang menderita pembesaran gondok berpotensi melahirkan bayi yang juga kekurangan iodium. Kejadian pembesaran gondok terbanyak ditemukan pada usia 9-13 tahun pada anak laki-laki dan usia 12-18 tahun pada anak perempuan (Fida & Maya, 2012).

Referensi

Dokumen terkait

andersoni yang ditemukan adalah 311 ekor, sebagian besar ditemukan pada usus (82,96%), sisanya pada lambung dan cecum dengan jumlah cacing per individu inang adalah 1-66.. Jenis

Invitasi Renang Nasional Kelompok Umur tahun 2012 dengan meng-“consider” juga hasil kejuaraan-kejuaraan internasional yang relevan selama tahun pembinaan 2012 (point 13.2)”

2 Pusat Sumber Sekolah (PSS) Tuan Pengetua Penolong Kanan Pentadbiran PK HEm PK Kokurikulum Pen.

Berdasarkan permasalahan di atas, pada artikel ini dibahas hasil penelitian mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan cara demonstrasi cara menyikat

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan komposisi media yang tepat pada perbanyakan tanaman jarak pagar dengan menggunakan teknik kultur jaringan.. Manfaat

Dengan memperhatikan peta penurunan luas sawah, dapat diketahui bahwa daerah Kecamatan Somba Opu adalah daerah yang paling tinggi perubahan alih fungsi lahan sawah ke non sawah. Hal

Layanan kereta api untuk perjalanan orang di Kota Surabaya, berdasarkan identifikasi awal memiliki 3 stasiun kelas besar (Stasiun Semut, Stasiun Gubeng, Stasiun Pasar Turi), 1

Tanaman yang memiliki pertumbuhan generatif terbaik terdapat pada perlakuan pemupukan 1.5 g NPK/polybag, karena tanaman tersebut memiliki jumlah bunga dan buah terbanyak,