• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KEBIASAAN MAKAN-MAKANAN KARIOGENIK, KEJADIAN KARIES GIGI, DAN STATUS GIZI SISWA SD SWASTA NURUL HUDA PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN KEBIASAAN MAKAN-MAKANAN KARIOGENIK, KEJADIAN KARIES GIGI, DAN STATUS GIZI SISWA SD SWASTA NURUL HUDA PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KEBIASAAN MAKAN-MAKANAN KARIOGENIK, KEJADIAN KARIES GIGI,

DAN STATUS GIZI SISWA SD SWASTA NURUL HUDA PADANG BULAN

MEDAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

MELISA EKA SARI NIM. 131000434

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

GAMBARAN KEBIASAAN MAKAN-MAKANAN KARIOGENIK, KEJADIAN KARIES GIGI,

DAN STATUS GIZI SISWA SD SWASTA NURUL HUDA PADANG BULAN

MEDAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

MELISA EKA SARI NIM. 131000434

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

i

(4)

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 24 Oktober 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes.

Anggota : 1. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D.

2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes.

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Gambaran Kebiasaan Makan-Makanan Kariogenik, Kejadian Karies Gigi, dan Status Gizi Siswa SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Desember 2018

Melisa Eka Sari

(6)

Abstrak

Kebiasaan anak sekolah mengonsumsi makanan manis dan lengket penyebab karies gigi (makanan kariogenik) diduga dapat menyebabkan karies gigi pada anak. Juga, jenis dan frekuensi makan makanan kariogenik dapat meningkatkan kejadian karies gigi anak. Karies gigi dapat mengganggu fungsi utama pengunyahan yang akan berdampak pada konsumsi makan anak sekolah, konsumsi makan yang tidak maksimal akan berdampak pada status gizi anak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kebiasaan makan makanan kariogenik, kejadian karies gigi dan status gizi siswa SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan tahun 2018. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah seluruh murid di SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan tahun 2018. Pemilihan sampel dengan cara purposive sampling sampel adalah seluruh anak kelas III usia 8-9 tahun. Data karakteristik responden dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara, data kebiasaan makan diperoleh dengan menggunakan metode food frequency untuk melihat jenis dan frekuensi makan, dan metode food recall 1x 24 jam selama dua hariuntuk melihat kuantitas makanan, yaitu tingkat konsumsi energi dan protein, status gizi menggunakan indeks IMT/U memakai baku rujukan WHO. Dari hasil penelitian ini diketahui status gizi anak yang termasuk dalam kategori kurus sebesar 13,3% dan kategori sangat kurus sebesar 9,2% .Untuk pola konsumsi dari jenis dan frekuensi menunjukkan bahwa permen adalah jenis makanan yang paling sering dikonsumsi dengan frekuensi setiap hari. Sebagian besar anak yang sering mengonsumsi permen menderita karies berat (68,0%). Disarankan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut melalui program UKGS, bagi anak- anak sebaiknya meningkatkan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan khususnya pihak sekolah dapat memantau penjualan makanan yang bersifat kariogenik di sekitar lingkungan sekolah.

Kata kunci: Kebiasaan makan, makanan kariogenik, karies

(7)

v Abstract

The habit of schoolchild on consuming sweet and sticky foods that caused dental caries (cariogenic food), suspected may caused dental caries of the child. Also, the type and frequency of consumed cariogenic foods can increase the dental caries incidence of a child. The dental caries can interfere the main function of mastication which will affected the consumption of schoolchild, consumption of food that are not optimal will have an impact on the nutritional status of the child.

The purpose of this study was found for an overview on consumption habit of cariogenic foods, the incidence of dental caries and nutritional status of Nurul Huda Elementary school students at Padang Bulan Medan in 2018.This research was descriptive research with cross sectional research design. The population was all students at Nurul Huda Elementary School at Padang Bulan Medan in 2018. The sample selection was taken by purposive sampling, the sample was all third grade children aged 8-9 years. The characteristic data of the respondents were collected by questionnaire with interview technique, and the data on consumption habits were obtained used food frequency method to found for the type and frequency of food consumption, and food recall method 1x 24 hours for two days to found the quantity of food which was the level of energy and protein consumption, nutritional status used an index IMT/U uses the WHO reference standard.From the results of this study, it was found that the nutritional status of children included in the thin category was 13.3% and the very thin category was 9.2%. For consumption pattern of types and frequencies, it was indicated that candy is the type of the most frequently consumed food on a daily basis. Most of the children who often consumed sweets suffered severe caries (68.0%).It was recommended for healthy workers to improve education or counseling about dental and mouth health care through the UKGS program, and for the children, it is better to improve dental health care action especially for the school should monitor of cariogenic food sales around the school environment.

Keywords: Consumption habits, cariogenic food, caries

(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Kebiasaan Makan-Makanan Kariogenik, Kejadian Karies Gigi, dan Status Gizi Siswa SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018”.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si. selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing I dan juga Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, dan arahan selama penulisan skripsi ini.

5. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, dan arahan selama penulisan skripsi ini.

6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang memberikan

(9)

vii

7. Fitri Ardiani, S.K.M., M.P.H. selaku Dosen Penguji II yang memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Marihot Oloan Samosir, S.T. selaku staf Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam memberi informasi apapun yang penulisbutuhkan.

10. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama mengikuti pendidikan.

11. Kepala Sekolah SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian serta para staff guru yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

12. Teristimewa untuk orang tua (Seno dan Peristiwati) yang telah memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis.

13. Terkhusus untuk saudara dan saudari (Mayomi dan Tri Sandi Wibisono) yang telah memberikan semangat kepada kepada penulis.

14. Teman-teman seperjuangan skripsi (Rahma Hasibuan, Anggi Siregar, Okta Marbun, dan Mei Gurusinga) yang selalu saling menyemangati satu sama lain dalam penyelesaian skripsi.

(10)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

.

Medan, Oktober 2018

Melisa Eka Sari

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

Daftar Istilah xv

Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Tujuan umum Tujuan khusus 5

Manfaat Penelitian 5

Tinjauan Pustaka Kebiasaan Makan 7

Makanan kariogenik 8

Bentuk makanan kariogenik 8

Jenis makanan kariogenik 9

Frekuensi konsumsi makanan kariogeik 9

Cara mengonsumsi makanan kariogenik 9

Pola Konsumsi Anak Sekolah 10

Kecukupan Gizi 11

Kecukupan gizi anak usia sekolah 12

Karies gigi 15

Karies gigi pada anak sekolah 16

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi 17

Bentuk-Bentuk Karies Gigi 20

Landasan Teori 22

Metode Penelitian Jenis Penelitian 26

(12)

Lokasi dan Waktu Penelitian 26

Populasi dan Sampel Penelitian 26

Populasi penelitian 26

Sampel penelitian 27

Variabel dan Definisi Operasional 27

Metode Pengumpulan Data 28

Data primer 28

Data sekunder 29

Metode Pengukuran 29

Metode Analisis Data 32

Hasil Penelitian Gambaran Umum Sekolah 33

Karakteristik Responden 34

Hasil Pemeriksaan Karies Gigi 35

Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut 35

Frekuensi Makan Makanan Kariogenik 36

Kecukupan Gizi Energi dan Protein 38

Status Gizi 39

Pembahasan Status Gizi 42

Kecukupan Gizi 43

Karies Gigi 44

Kecukupan gizi anak penderita karies 45

Status gizi pada anak penderita karies gigi 45

Frekuensi dan Jenis Makan Makanan Kariogenik 46

Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi 48

Keterbatasan Penelitian 49

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 51

Saran 51

Daftar Pustaka 52

Daftar Lampiran 55

(13)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Kebutuhan Energi pada Anak Usia Sekolah Dasar 12

2 Kebutuhan Karbohidrat pada Anak Usia Sekolah Dasar 12

3 Angka Kecukupan Protein pada Anak Usia Sekolah Dasar 13

4 Tabel Persentase Karies Berdasarkan Jenis Kelamin 16

5 Tabel Distribusi Pengaruh Kekuranan Vitamin pada Gigi/ Gusi 18

6 Distribusi Jumlah Staf Pengajar Berdasarkan Jabatan SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018 33

7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018. 35

8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018 35

9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Karies Gigi di SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018 35

10 Distribusi Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Berdasarkan Tingkat Karies Gigi pada Siswa SD Swasta Padang Bulan Medan Tahun 2018 36

11 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Kariogenik di SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018 37

12 Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makan Anak SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018 38

13 Kecukupan Gizi Energi dan Protein Responden di SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018 38

14 Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makan Siswa SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018 39

(14)

15 Distribusi Indeks Massa Tubuh Responden di SD Swasta Nurul

Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018 39

16 Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di

SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018 40 17 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Kecukupan Gizi dan Protein

Swasta Nurul Huda Padang Bulan Tahun 2018 40 18 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Tingkat Karies Gigi pada

Responden di SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan

Tahun 2018 41

(15)

xiii Daftar Gambar

No Judul Halaman 1 Kerangka konsep ... 25

(16)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 55

2 Master Data 58

3 Hasil Pengolahan Data 62

4 Dokumentasi Penelitian 69

5 Surat Izin Penelitian 72

6 Surat Keterangan Selesai Penelitian 73

(17)

xv Daftar Istilah

BB Berat Badan

IMT Indeks Massa Tubuh

UKGS Unit Kesehatan Gigi Sekolah WHO World Health Organization

(18)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Melisa Eka Sari berumur 23 tahun, dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Mei 1995. Penulis beragama Islam, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Seno dan Ibu Peristiwati.

Pendidikan formal dimulai di SD Nurul Huda Padang Bulan Medan tahun 2002-2007, sekolah menengah pertama di SMP Ar-Rahman Full Day School tahun 2007-2010, sekolah menengah atas di SMAS Pangeran Antasari tahun 2010-2013. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Desember 2018

Melisa Eka Sari

(19)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Karies gigi erat hubungannya dengan konsumsi makanan ataupun minuman yang kariogenik. Golongan yang paling rentan terhadap risiko karies gigi, adalah anak umur sekolah dasar (Erisanti, 2015). Prevalensi karies gigi terus menerus meningkat dengan perubahan kebiasaan diet masyarakat dan meningkatnya konsumsi gula. Dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dari keluaran zat gizi (nutritional imbalance) merupakan masalah yang dapat mempengaruhi status gizi anak yaitu asupan melebihi keluaran atau keluaran melebihi asupan, selain itu di akibatkan karena kesalahan dalam pemilihan bahan makanan untuk di santap (Arisman, 2007).

Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang akan menjadi tumpuan kualitas bangsa dalam konteks sumberdaya manusia yang akan datang. Kelompok usia anak sekolah di Indonesia berjumlah sekitar 66 juta atau 28% dari jumlah penduduk (BPS, 2010). Anak yang memasuki usia sekolah mempunyai resiko tinggi mengalami karies. Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Banyaknya jajanan yang ada di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan kariogenik akan menyebabkan keberadaan pH yang rendah di dalam mulut dipertahankan sehingga terjadi peningkatan demineralisasi dan penurunan remineralisasi (Arisman, 2007).

(20)

Pada anak sekolah, karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak saja menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya produktifitas. Kondisi ini tentu akan mengurangi frekuuensi kehadiran anak ke sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, mempengaruhi nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat mempengaruhi status gizi dan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan berimplikasi pada kualitas sumber daya manusia (Situmorang, 2012).

Menurut Kennedy yang dikutip oleh Situmorang (2012) anak usia sekolah dasar yaitu usia 6-12 tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap karies gigi dan memerlukan perhatian khusus karena usia tersebut merupakan periode gigi bercampur di mana terdapat gigi sulung dan gigi permanen secara bersamaan.

Gigi sulung yang masih tersisa, misalnya molar kedua sulung, umumnya telah mengalami karies pada tahap yang parah sehingga mempengaruhi awal perkembangan karies pada gigi permanen muda. Gigi permanen muda yang baru tumbuh juga mempunyai bentuk anatomi yang memudahkan terjadinya retensi plak dan berkembangnya karies.

Konsumsi pangan dan gizi memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap status gizi dan kesehatan siswa. Makanan berpengaruh terhadap perkembangan otak. Kekurangan makanan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan dalam periode yang berkepanjangan dapat membawa pengaruh yang tidak baik terhadap pertumbuhan anak dan mengakibatkan perubahan metabolisme otak. Dengan demikian, kemampuan dan fungsi otak menjadi tidak

(21)

3

maksimal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan fisik terganggu, badan menjadi lebih kecil dan diikuti pula dengan mengecilnya ukuran otak. Keadaan ini akan membawa pegaruh buruk terhadap perkembangan kecerdasan anak (Achmad, 2015).

Berdasarkan penelitian Meishi yang dilakukan pada anak SD Swasta Muhammadyah 08 Medan Tahun 2011, menunjukkan bahwa 94,10% dari murid SD tersebut menderita karies gigi. Makanan yang sering mereka konsumsi makanan manis yang berbentuk lunak dan lengket dapat berpengaruh langsung terhadap terjadinya penyakit karies gigi. Makanan kariogenik dengan kadar gula tinggi seperti coklat, permen, sirup, serta biskuit mempunyai korelasi tinggi dengan kejadian karies gigi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hana yang dilakukan pada tahun 2013 terhadap Anak Kelas III dan IV SDN Kadipaten I dan II Kabupaten bojonegoro konsumsi makanan kariogenik yang sering dan berulang-ulang akan menyebabkan PH plak dibawah normal dan menyebabkan demineralisasi enamel dan terjadilah pembentukan karies gigi.

Dampak yang di timbulkan oleh masalah karies, khususnya pada anak tidak hanya pada kondisi fisik dan psikologis saja, namun juga mempengaruhi masalah tumbuh kembang anak, menjalani hidup, penampilan, berbicara, dan bersosilisasi. Jika karies gigi tidak dilakukan secara dini perawatan terutama pada anak, dapat menyebabkan gangguan bagian tubuh yang lain seperti gangguan gizi dan nutrisi, gangguan sendi rahang, gangguan penyerapan makanan bergizi, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta hilangnya waktu sekolah (Achmad, 2015) .

(22)

Bila di tinjau dari kelompok umur (menurut WHO) penderita karies aktif terjadi peningkatan pula prevalensinya dari tahun 2007 ke tahun 2013, dengan peningkatan terbesar pada usia 12 tahun (13,7%) dan 65 tahun lebih (14,3%).Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia yang memiliki masalah kesehatan pada gigi dan mulut sebanyak 25,9%. Prevalensi terjadinya karies aktif di Indonesia masih tinggi yaitu 53,2%. Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang mengakibatkan suatu lesi berupa demineralisasi email dan dentin, yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan kariogenik.

Hasil penelitian di Kota Medan menunjukkan prevalensi penyakit gigi dan mulut yang cukup tinggi untuk anak sekolah. Hal ini dapat dilihat dari Profil Data Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2017 di Puskesmas Padang Bulan yang menunjukkan prevalensi karies gigi untuk anak usia sekolah di Kota Medan sebesar 60,73%.

Survei pendahuluan yang dilakukan pada 15 orang murid kelas III SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan, ditemukan karies gigi pada 11 orang murid, dengan IMT kurang dari 18,4 pada 6 orang murid. Hasil wawancara, 1 orang murid sudah pernah mendapatkan perawatan gigi berlubang baik di puskesmas maupun di klinik dekat lingkungan rumah. Serta kurangnya pemeliharaan kesehatan gigi yang dilakukan misalnya: tidak menggosok gigi sebelum tidur, tidak berkumur setelah mengkonsumsi makanan manis, dan sering mengkonsumsi makanan tinggi kadar glukosa (makanan kariogenik). Makanan jajanan yang dikonsumsi baik di sekolah pada waktu istirahat maupun di

(23)

5

lingkungan rumah, didominasi dengan jenis makanan kariogenik yaitu makanan- makanan yang mengandung kadar tinggi glukosa seperti permen, biskuit, eskrim, coklat dan minuman sirup berwarna dengan kemasan plastik bermerk.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian di bawah ini adalah bagaimana gambaran kebiasaan makan makanan kariogenik, kejadian karies gigi dan status gizi siswa SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan tahun 2018

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Mengetahui gambaran kebiasaan makan makanan kariogenik berdasarkan jenis, dan frekuensi makan makanan kariogenik, kejadian karies gigi dan status gizi pada siswa SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan tahun 2018.

Tujuan khusus. Mengetahui gambaran kecukupan energi dan protein pada siswa SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan tahun 2018.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai sumber informasi dan masukan mengenai konsumsi makanan kariogenik untuk kesehatan gigi anak bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam peningkatan program kesehatan gigi.

2. Sebagai sumber informasi dan masukan mengenai konsumsi makanan kariogenik untuk kesehatan gigi anak bagi puskesmas untuk meningkatkan kegiatan UKGS.

(24)

3. Sebagai sumber informasi dan masukan mengenai konsumsi makanan kariogenik bagi SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan mengenai konsumsi makanan untuk kesehatan gigi serta pemeliharaan kesehatan gigi.

(25)

7

Tinjauan Pustaka

Kebiasaan Makan

Menurut Khosman kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain Perubahan kebiasaan makan dapat disebabkan oleh faktor pendidikan gizi dan kesehatan serta aktivitas pemasaran atau distribusi pangan. Dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti lingkungan budaya (cultural environmental), lingkungan alam (natural environmental) serta populasi.

Kebiasaan makan sifatnya personal, para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu komplek kegiatan masak-memasak, kesukaan dan ketidaksukaan yang berkaitan dengan produksi dan ketersediaan. Perilaku konsumsi pangan yang diperoleh terjadi berulang-ulang (food consumtion).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan antara lain: faktor prilaku, yaitu cara berfikir atau pandangan terhadap makanan yang kemudian terjadi dalam bentuk tindakan berulang-ulang yang disebut dengan kebiasaan. Faktor lingkungan, yaitu dilihat dari segi lingkungan tempat tinggal, kependudukan dan sifat lainnya. Faktor lingkungan ekonomi, yaitu faktor financial atau sistem usaha yang mendukung dalam membelanjakan kebutuhan makan. Dan yang terakhir faktor ketersediaan bahan pangan/ jenis bahan makanan yang tersedia atau disediakan sesuai dengan hasil karya manusia/ sarana atau prasarana di dalam lingkungan tersebut.

(26)

Makanan kariogenik. Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Makanan yang mengandung tinggi karbohidrat dan sukrosa menjadi pemicu terjadinya karies gigi (Meishi 2011).

Menurut Ramayanti dan Pumakarya (2013) makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung fermentasi karbohidrat sehingga menyebabkan penurunan pH plak menjadi 5,5 atau kurang dan menstimulasi terjadinya proses karies.

Karbohidrat yang dapat difermentasikan adalah karbohidrat yang dapat dihidrolisis oleh enzim amilase pada saliva sebagai tahap awal dari penguraian karbohidrat dan kemudian difermentasikan oleh bakteri. Karbohidrat merupakan bahan yang paling berhubungan dengan karies gigi.

Karbohidrat adalah bahan yang sangat kariogenik. Gula yang terolah seperti glukosa dan terutama sekali sukrosa sangat efektif menimbulkan karies karena akan menyebabkan turunnya pH saliva secara drastis dan akan memudahkan terjadinya demineralisasi. Karies gigi erat hubungannya dengan konsumsi makanan ataupun minuman yang kariogenik. Pada anak umur sekolah dasar biasanya suka jajan makanan dan minuman yang manis dan lengket di gigi.

Makanan dan minuman jajanan yang sering dikonsumsi anak SD banyak bersifat kariogenik sehingga kondisi ini dapat menyebabkan karies gigi (Hana, 2014) Bentuk makanan kariogenik. Bentuk fisik makanan yang lunak, lengket dan manis yang mudah menempel pada permukaaan gigi dan sela-sela gigi yang jika dibiarkan akan menghasilkan asam yang lebih banyak pula sehingga mempertinggi resiko terkena karies gigi. Selain itu karbohidrat dalam bentuk

(27)

9

tepung yang mudah hancur di dalam mulut juga harus dihindari, misalnya kue- kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain (Suwelo, 2001).

Jenis makanan kariogenik. Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang paling erat berhubungan dengan proses karies adalah sukrosa, karena mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibanding karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Sukrosa banyak tergantung pada makanan manis dan camilan (snack) seperti roti, coklat, permen dan es krim (Pratiwi, 2009).

Frekuensi konsumsi makanan kariogenik. Mengonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan mengonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang (Arisman, 2002). Terlalu sering ngemil akan membuat saliva dalam rongga mulut tetap dalam suasana asam akibatnya gigi akan semakin rentan terhadap karies. Beberapa hasil penelitian menganjurkan supaya makanan dan minuman yang bersifat kariogenik jangan dikonsumsi sepanjang hari tetapi sebaiknya dikonsumsi pada tiga waktu makan utama, hal ini dapat mengurangi resiko karies.

Cara mengonsumsi. Berhubungan dengan cara mengonsumsi makanan yang dapat menyebabkan karies gigi dan juga berhubungan dengan oral clearance time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mengeliminasi makanan dari mulut, dan mengurangi konsentrasi karbohidrat sampai pada titik terang.

(28)

Seseorang yang mengulum makanan lebih lama didalam mulutnya mempunyai resiko karies lebih.

Pola Konsumsi Makan Anak Sekolah

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang di konsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Dalam hal konsumsi pangan, permasalahan yang dihadapai tidak hanya mencakup masalah ketidakseimbangan komposisi pangan yang dikonsumsi, tetapi juga masalah belum terpenuhinya kecukupan gizi. Pola konsumsi makan juga dikatakan sebagai suatu cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh- pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial (Baliwati, 2004).

Penganekaragaman konsumsi pangan selama ini sering diartikan terlalu sederhana, berupa penganekaragaman konsumsi pangan pokok, terutama pangan non beras. Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengonsumsi aneka ragam pangan dari berbagai kelompok pangan baik pangan pokok, lauk pauk, sayuran maupun buah dalam jumlah yang cukup. Tujuan utama penganekaragaman konsumsi pangan adalah untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi dan mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau kelompok pangan (Baliwati, 2004). Pada permulaan masuk sekolah anak mulai mengenal lingkungan baru, dimana dia mulai banyak berhubungan dengan orang-orang diluar keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru. Hal ini juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan mereka.

(29)

11

Cara menilai makanan yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat dari banyak aspek, seperti ekonomi, sosial, budaya, agama, disamping aspek medik dari anak itu sendiri. Makanan pada anak usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak, selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial budaya serta agama dari keluarga.

Sedangkan seimbang artinya nilai gizi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein, dan lemak

Pada jaman modern ini, banyak kita jumpai jenis-jenis makanan yang bersifat manis, lunak dan mudah melekat misalnya permen, coklat,wafer, biskuit dan lain-lain. Dimana biasanya makanan-makanan tersebut sangat disukai oleh anak-anak. Makanan tersebut sifatnya yang lunak maka tidak perlu pengunyahan sehingga gampang melekat pada gigi dan bila tidak segera dibersihkan maka akan terjadi proses kimia bersama dengan bakteri dan air ludah yang dapat merusak email gigi.

Kecukupan Gizi

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, dan aktivitas fisik. Angka Kecukupann Gizi (energi dan protein) diajurkan untuk diperhatikan pada anak kelompok umur 7-15 mengingat zat gizi makro

(30)

energi dan protein paling banyak dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak usia sekolah.

Kecukupan gizi anak usia sekolah. Anak dari golongan usia sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih sama dengan yang dianjurkan untuk anak prasekolah terkecuali porsinya harus lebih besar karena kebutuhannya yang lebih banyak, mengingat bertambahnya berat badan dan aktivitasnya. Kebutuhan gizi yang disesuaikan dengan banyak aktifitas yang dilakukan oleh anak usia sekolah sangat memengaruhi. Anak-anak membutuhkan makanan yang bervariasi yang dapat memberikan energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Energi. Kebutuhan energi anak usia sekolah berhubungan dengan laju pertumbuhan. Kebutuhan energi individual anak bergantung pada tingkat aktivitas anak dan ukuran tubuhnya. Aktivitas fisik memerlukan energi diluar kebutuhan untuk metabolisme basal. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan makan sumber karbohidrat, seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni. Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber energi.

(31)

13

kondisi tubuh orang tersebut. Daftar kebutuhan energi pada anak usia sekolah dasar dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Kebutuhan Energi pada Anak Usia Sekolah Dasar

Golongan Usia

Berat badan (kg)

Tinggi badan (cm)

Energi (kkal)

4 – 6 tahun 19 112 1600

7 – 9 tahun 27 130 1850

Pria 10-12 tahun 34 142 2100

Wanita 10-12 tahun 35 145 2000

Sumber: Depkes RI Tahun 2013

Karbohidrat. Zat-zat makanan yang mengandung unsur karbon dapat

digunakan sebagai bahan pembentuk energi yaitu karbohidrat, lemak, dan protein.

Karbohidrat- zat tepung/ pati adalah makanan yang dapat memengaruhi keperluan akan tenaga ini. Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan keperluan energi tubuh, selain itu karbohiddrat juga mempunyai fungsi lain yaitu karbohidrat diperlukan bagi kelangsungan proses metabolisme lemak. Diketahui juga karbohidrat mengadakan suatu aksi penghematan terhadap protein. Daftar kebutuhan karbohidrat pada anak usia sekolah dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Kebutuhan Karbohidrat pada Anak Usia Sekolah Dasar

Golongan Usia

Berat (kg)

Tinggi (cm)

Protein (gram)

4 – 6 tahun 19 112 35

7 – 9 tahun 27 130 49

Pria 10-12 tahun 34 142 56

Wanita 10-12 tahun 35 145 60

Sumber: Depkes RI Tahun 2013

(32)

Protein. Asupan protein yang direkomendasikan untuk anak usia sekolah

adalah 0.95 gram protein per kilogram berat badan untuk usia 4-13 tahun laki-laki dan perempuan. Diet vegetarian juga sesuai untuk anak usia sekolah kalau mereka membutuhkan energi yang cukup, makanan protein tambahan, variasi jenis makanan dan tingkat asupan vitamin dan mineral yang kuat. Memenuhi kebutuhan energi individual anak, protein disiapkan untuk pertumbuhan dan pemulihan jaringan. Berdasarkan daftar Angka Kecukupan Gizi (2013), angka kecukupan protein yang dianjurkan (tiap orang per harian) pada anak usia sekolah dasar dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Angka Kecukupan Protein pada Anak Usia Sekolah Dasar

Golongan Usia

Berat (kg)

Tinggi (cm)

Protein (gram)

4 – 6 tahun 19 112 35

7 – 9 tahun 27 130 49

Pria 10-12 tahun 34 142 56

Wanita 10-12 tahun 35 145 60

Sumber : Depkes RI Tahun 2013

Lemak. Makanan tinggi lemak, khususnya yang mengandung lemak jenuh

tinggi dan asam lemak agar dikonsumsi sedikit mungkin. Namun bagaimanapun, konsumsi jumlah yang tepat penting untuk memenuhi kecukupan energi, asam lemak esensial dan vitamin larut dalam lemak.Demi kesehatan WHO menganjurkan agar konsumsi lemak sebesar 15-30% dari kebutuhan energi total.

Menurut jenisnya,konsumsi lemak jenuh maksimal sebesar 10% dari kebutuhan energi total, sedangkan untuk lemak tak jenuh sebesar 3-7%.

(33)

15

Vitamin.Vitamin berpengaruh pada proses terjadinya karies gigi, terutama

pada periode pembentukan gigi. Kebutuhan vitamin A dalam sehari sebesar 1-2 mg yang mana bisa didapatkan dengan mengonsumsi sayuran-sayuran yang mengandung vitamin A. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kerusakan pembentukan email dan dentin. Kekurangan zat gizi vitamin juga dapat memperparah karies gigi, kekurangan vitamin B1 misalnya dapat memperparah karies yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada bibir dan lidah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4

Tabel Distribusi Pengaruh Kekuranan Vitamin pada Gigi/ Gusi

Vitamin

Kebutuhan Perhari

Pengaruhnya Terhadap Gigi/Gusi

A 1-2 mg Merusak pembentukan email dan dentin

B1 1-2 mg Karies meninggi (perubahan-perubahan pada

lidah, bibir, dan periodontium)

B2 2 mg Karies meninggi (perubahan-perubahan pada

lidah, bibir, dan periodontium)

B6 2 mg Tidak ada pengaruh (ingat: anemia, mudah

kejang pada anak-anak)

C 75-100 mg Degenerasi odontoblas, kerusakan

periondetium, stomatitis dan lain sebagainya.

D 0,01

400-600 I.U

Hipoplasia email dan dentin

E 10 mg Tidak di ketahui

K 1 mg Tidak di ketahui

Sumber: Buku Karies Gigi, 2012

Karies gigi. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits,fissure dan daerah interproximal) meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang

(34)

dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa (Tarigan, 2012).

Kata karies, dalam bahasa Yunani diambil dari kata “Ker” artinya kematian. Dalam bahasa Latin berarti kehancuran. Pembentukan lobang pada permukaan gigi disebabkan oleh kuman yang dikenal sebagai lubang. Lubang ini terbentuk pada permukaan gigi yang terbuka yaitu mahkota gigi (Srigupta, 2004).

Penyakit karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak menyerang umat manusia. Namun, oleh karena sifat-sifat penyakit ini antara lain prosesnya lambat dan tidak mematikan, penderita tidak memberikan perhatian yang memadai, bahkan perencana kesehatan juga menganggap penyakit ini bukan merupakan masalah kesehatan yang utama. Penyakit karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme mikroorganisme dan dapat mengakibatkan terjadinya proses demineralisasi jaringan keras gigi (Barus, 2009).

Karies gigi pada anak. Anak yang memasuki usia sekolah mempunyai resiko tinggi mengalami karies. Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Banyaknya jajanan yang ada di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan kariogenik akan menyebabkan keberadaan pH yang rendah di dalam mulut dipertahankan sehingga terjadi peningkatan demineralisasi dan penurunan remineralisasi. Padahal anak-anak usia sekolah dasar

(35)

17

mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa ini lebih dari 3 kali sehari.

Makanan cemilan yang baik untuk gigi antara lain buah segar, popcorn (bukan popcorn berkaramel), air buah dan sayur, sereal tidak manis, dan asinan. Maka hasil survei yang terbanyak terjadi karies pada aanak-anak SD, karena pola konsumsi makanan kariogenik baik jenis, cara mengkonsumsi, waktu, dan frekuensi mengkonsumsi makanan kariogenik yang berlebih diduga dapat meningkatkan resiko terjadinya karies gigi pada anak (Arisman, 2007).

Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang makanan yang mengandung gula, apabila anak terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung gula dan jarang membersihkannya, maka giginya gigi pada anak akan mengalami karies (Machfoedz & Zein, 2005).

Proses terjadinya karies oleh plak merupakan rantai biologis yang tidak terputus. Bila karbohidrat memasuki plak yang ada pada permukaan gigi, mikroorganisme yang terdapat dalam plak akan mengeluarkan enzim sehingga terjadi terjadi proses fermentasi karbohidrat yang menghasilkan asam, asam ini akan melarutkan bahan-bahan anorganik gigi terutama kalsium (demineralisasi) dan jaringan organik gigi yang lunak akan mudah rusak, dengan demikian proses karies mulai terjadi (Tarigan, 2012).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Dari pengamatan yang dilakukan terlihat dengan jelas bahwa semakin dekat manusia

(36)

tersebut hidup dengan alam semakin sedikit dijumpai karies pada giginya. Dengan semakin canggihnya pabrik makanan, semakin tinggi juga presentase karies pada masyarakat yang mengkonsumsi makanan hasil pabrik tersebut. Dibawah ini akan diterangkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi pada manusia (Tarigan, 2012).

Keturunan. Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang baik, terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang orang tua memiliki keadaan gigi yang cukup baik (Tarigan, 2012).

Ras. Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan.

Tetapi keadaan tulang rahang sesuatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan persentase karies yang makin meningkat. Misalnya padaras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan gigi yang yang tidak teratur ini akan sukar pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggi karies gigi, dan akan mempertinggi persentase karies pada ras tersebut (Tarigan, 2012).

Jenis kelamin. Pengamatan yang di lakukan oleh Milhahn-Turkeheheim pada gigi M1, didapat hasil sebagai berikut ini.

Tabel 5

Tabel Persentase Karies Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Karies

M1 Kanan M1 Kiri

Pria 74,5% 77,6%

Wanita 81,5% 82,3%

Sumber: Buku Karies Gigi, 2012

(37)

19

Pada hasil tersebut terlihat bahwa persentase karies gigi pada wanita lebih tinggi di banding pria. Presentase karies molar kiri lebih tinggi dibanding dengan molar kanan, karena faktor dari pengunyahan dan pembersihan dari masing- masing bagian gigi.

Usia. Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari sudut gigi geligi yaitu periode gigi campuran, disini gigi geraham paling sering terkena karies, periode pubertas (remaja) usia antara 14 s/d 20 tahun. Pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, akibatnya adalah penderita malas menyikat gigi, sehingga kebersihan mulut kurang terjaga.

Hal inilah yang menyebabkan presentase karies lebih tinggi. Dan terakhir periode usia antara 40 s/d 50 tahun, pada usia ini sudah terjadi resesi atau penurunan gusi sehingga sisa makanan lebih sukar dibersihkan (Tarigan, 2012).

Makanan. Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi 2 yaitu isi dari makanan yang menghasilkan energi.

misalnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral-mineral. Unsur-unsur tersebut diatas berpengaruh pada masa pra erupsi serta pasca erupsi dari gigi- geligi. Kemudian fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makanan yang bersifat membersihkan gigi. Jadi makanan merupakan penggosok gigi alami, tentu saja akan mengurangikerusakan gigi. Makanan yang bersifat membersihkan gigi adalah apel, jambu air, bengkuang dan lain sebagainya. Sebaiknya makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti permen, coklat, biskuit dan lain sebagainya (Tarigan, 2012).

(38)

Unsur kimia. Unsur-unsur kimia juga mempunyai pengaruh terhadap

terjadinya karies gigi masih dalam penelitian. Unsur kimia yang paling mempengaruhi persentase terjadinya karies gigi adalah flour (Tarigan, 2012).

Air ludah. Pengaruh air ludah terhadap gigi sudah lama diketahui terutama

dalam mempengaruhi kekerasan email. Secara mekanis air ludah ini berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan makanan yang dikunyah. Sifat enzimatis air ludah ini ikut didalam sistem pengunyahan untuk memecahkan unsur-unsur makanan. Di dalam air ludah ini dijumpai enzim-enzim yang bersifat bakteriologis yang dapat membuat beberapa bakteri mulut menjadi tidak berbahaya (Tarigan, 2012).

Plak. Plak adalah lendir yang melekat pada permukaan gigi. Dalam plak

ini terdapat kuman-kuman dari ludah dan mulut, dimana plak ini merupakan tempat bertumbuhnya bakteri. Tidak dapat disangkal bahwa setelah makan kita harus meniadakan plak, karena plak merupakan awal terjadinya karies gigi (Tarigan, 2012).

Bentuk – Bentuk Karies Gigi

Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan keras, tumbuh secara perlahan. Setelah menembus pada lapisan kedua (dentin, lebih lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat dan masuk kedalam pulpa (lapisan gigi paling dalam yang mengandung saraf dan pembuluh darah).

Dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menembus email, tetapi perjalanannya dari dentin ke pulpa hanya memerlukan waktu satu tahun (Tarigan, 2012).

(39)

21

Menurut Srigupta (2004) proses karies berkembang berdasarkan tiga tahap yaitu : Berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari gula yang terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi. Asam ini melarutkan “Email” pelapis gigi berwarna putih yang menghancurkan susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang.

Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi bagian dalam di bawah gigi kepala. Berikut ini merupakan klasifikasi-klasifikasi karies gigi:

Berdasarkan cara meluasnya karies gigi. Pentingnya mengetahui dalam pengklasifikasian karies gigi untuk melihat seberapa parah karies yang di derita anak. Agar adanya tindakan pencegahan untuk mencegah penyebaran karies secara meluas, terdapat dua jenis karies berdasarkan cara meluasnya yaitu karies berpenetrasi,karies yang meluas dari email ke dentin dalm bentuk kerucut.

Perluasannya secara penetrasi, yaitu merembes ke arah dalam dan karies nonpenetrasi, karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah samping sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk

Berdasarkan stadium karies. Pada klasifikasi ini karies di bagi menurut dalamnya: Karies superfisialis. Karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum terkena.Bagian luar email akan tampak bercak karies, hanya sampai luar saja. Karies media,karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin karies sudah masuk kedalam dentin dan yang terakhir karies pofunda, karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

(40)

Berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies. Permukaan gigi dilapisi oleh lapisan email yang mana dibagian luar akan tampak bentuk seperti karang bewarna kuning kecoklatan atau coklat kehitaman, berdasarkan permukaan yang terkena karies karies dibagi menjadi: Karies simpel, karies yang di jumpai pada satu permukaan saja, misalnya labial, bukal, lingual, mesial, distal, oklusal.

Karies kompleks, karies yang sudah luas mengenai lebih dari satu bidang permukaan gigi. Misalnya, mesio-, distoinsisal, mesio-oklusal.

Berdasarkan keparahan. Berdasarkan keparahan karies dapat di lihat dari kerusakan email (permukaan luar yang melindungi gigi). Klasifikasi keparahan karies yang dilihat dari kerusakan email ke pulpa gigi: karies insipen, karies yang mengenai kurang dari setengah ketebalan email tapi belum sampai ke pulpa gigi. Karies moderal adalah karies yang mengenai lebih dari setengah ketebalan email tetapi tidak mencapai pertemuan dentin-email. Karies lanjutan, karies yang mengenai pertemuan dentin – email setengah jarak pulpa dan hampir menuju pulpa tetapi tidak sampai pulpa. Karies parah, karies yang mengenai lebih dari setengah jarak ke pulpa.

Landasan Teori

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan zat gizi dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu yang dapat diukur. Menurut Almatsier (2009) dalam Fatmah dan Ruhayati (2011) status nutrisi (nutritional status) adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Faktor-faktor yang

(41)

23

penyebab tidak langsung. Penyebab langsung nya yaitu asupan makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita, sedangkan penyebab tidak langsungnya yaitu ketahanan pangan keluarga yang merupakan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga, pola pengasuhan anak yang meliputi sikap ibu atau pengasuh lain dalam hal berhubungan dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya. Selain ketahanan pangan keluarga dan pola pengasuhan anak pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan juga merupakan penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi siswa.

Status gizi menurut PERSAGI (2009) adalah cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi. Cara pengukuran status gizi yang sering digunakan adalah dengan antropometri karena cara ini relatif lebih murah, mudah, cepat, dan sederhana, dan hasil pengukurannyapun lebih akurat.

Antropometri yaitu penilaian yang dilakukan dengan menggunakan ukuran tubuh seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, tebal lapisan lemak dan lain-lain dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur (Hasdianah, 2014). Antropometri biasanya digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Tujuan yang hendak dicapai dalam pemerikasaan antropometri adalah besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi. Salah

(42)

satu ukuran antropometri yang banyak digunakan adalah Indeks Masa Tubuh (IMT). Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh seseorang, dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam ukuran meter).

IMT =

Keterangan :

BB : Berat Badan (Kg) TB : Tinggi Badan (meter)

Berat badan mempunyai hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal berat badan akan searah dengan perkembangan tinggi badan, indeks IMT/U menggambarkan status gizi saat ini. Pada anak dan remaja status gizi diperoleh dari perbandingan IMT dan umur, dapat diliha t pada KEMENKES RI nomor1995/Menkes/SK/XII/2010 dengan menghitung nilai Z- score IMT/U adalah :

IMT menurut umur – median IMT menurut umur Z-score =

Standar Deviasi IMT Menurut Umur Kerangka Konsep

Kebiasaan makan/ mengkonsumsi makanan kariogenik berdasarkan jenis dan frekuensi serta pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut akan menjadi faktor terjadinya karies gigi yang kemudian akan berdampak pada kecukupan energi dan

(43)

25

Kecukupan Energi dan

Protein Kebiasaan Makan

Makanan Kariogenik -Jenis

-Frekuensi

Kejadian Karies Gigi

Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

protein, yang mana akan memepengaruhi status gizi siswa tersebut yang dapat diukur melalui rumusan IMT/U.

Adapun kerangka konsep dari penelitian gambaran kebiasaan makan makananan kariogenik, kejadian karies gigi dan status gizi siswa SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan tahun 2018 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Kerangka konsep kaitan antara kebiasaan makan makanan kariogenik, kejadian karies gigi, dan status gizi

Status Gizi

(44)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu dengan menggambarkan konsumsi makanan kariogenik, kejadian karies gigi dan status gizi pada anak Sekolah Dasar Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah crossectional yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi pada saat penelitian.

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian yang akan dilaksanakan diuraikan dalam sub alinea berikut ini.

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Swasta Nurul Huda yang terletak di Jalan Letjend Jamin Ginting Km.8 Padang Bulan Medan. Adapun penelitian lokasi ini di ambil atas dasar tingginya prevalensi karies gigi yang menyerang anak sekolah dasar, serta kurangnya minat anak-anak tersebut memerikasakan gigi secara rutin di puskesmas terdekat. Selain itu, berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa di sekitar lingkungan Sekolah Dasar Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan banyak di jual makanan- makanan yang kariogenik seperti molen coklat, es krim, es tebu dan roti berselai.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2017

(45)

27

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid Sekolah Dasar Swasta Nurul Huda di Jalan Letjend Jamin Ginting Km.8 Padang Bulan Medan yang berjumlah 648 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria anak usia 8-9 tahun yang mana usia tersebut adalah usia yang rentan terhadap karies gigi dan anak usia 8-9 tahun dianggap sudah bisa diwawancarai sampel diambil dari anak kelas III yang berjumlah 98 orang, dikarenakan anak kelas IV sedang melakukan persiapan untuk kelas unggulan.

Instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Kuesioner karies gigi, formulir food frequency dan food recall 24 jam, alat diagnosa kedokteran gigi ( kaca mulut, sonde, pinset,dan excavator) serta timbangan injak dan mikrotois.

Variabel dan Definisi Operasional

Makanan kariogenik. Makanan Kariogenik adalah makanan manis dan lengket yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi.

Kebiasaan makan makanan kariogenik. Kebiasaan makan makanan kariogenik adalah prilaku memilih untuk mengkonsumsi makanan manis dan lengket penyebab karies gigi, berdasarkan jenis makanan dan frekuensi makan.

Jenis makanan kariogenik. Jenis makanan kariogenik yaitu berbagai macam makanan bersifat kariogenik yang dikonsumsi murid sekolah seperti sirup

(46)

kemasan bermerk, coklat, permen, es krim, dan lain- lain yang di konsumsi anak SD dalam kurun waktu seminggu.

Frekuensi makan makanan kariogenik. Frekuensi makan makanan kariogenik yaitu tingkat keseringan mengkonsumsi makanan yang cenderung bersifat kariogenik dalam kurun waktu seminggu.

Kecukupan gizi. Kecukupan gizi adalah asupan energi dan protein anak SD yang diukur berdasarkan angka kecukupan gizi dalam kurun waktu 2 hari.

Kejadian karies gigi. Kejadian karies gigi adalah ada tidaknya timbulnya penyakit karies gigi yaitu penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan yaitu timbulnya plak, yang diperiksa langsung oleh dokter gigi.

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yaitu tindakan yang dilakukan untuk menjaga dan merawat gigi seperti kebiasaan menyikat gigi setiap hari, berkumur-kumur dan pemeriksaan gigi ke dokter gigi.

Status gizi. Status gizi adalah status gizi anak sekolah yang diukur menggunakan indeks IMT/U.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara tentang kebiasaan makan yang meliputi, jenis dan frekuensi jajanan yang bersifat kariogenik, yang di ambil dengan metode wawancara menggunakan formulir food frequency dan food recall 24 jam yang dilakukan selama dua hari pada hari senin dan selasa, data kejadian karies gigi diperoleh dari

(47)

29

pemeriksaan langsung oleh dokter gigi dengan menggunakan alat diagnosa kedokteran gigi yaitu terdiri dari kaca mulut, sonde, pinset dan excavator.

Sedangkan status gizi anak diukur dengan indeks IMT/U. Penimbangan berat badan menggunakan timbangan injak dan pengukuran tinggi badan menggunakan mikrotois.

Data sekunder. Data sekunder mencakup data gambaran umum Sekolah Dasar Swasta Nurul Huda di Jalan Letjend Jamin Ginting Km.8 Padang Bulan Medan meliputi data jumlah siswa dan tanggal lahir dengan mencatat dokumen yang diperoleh dari bagian administrasi sekolah.

Metode Pengukuran

Kebiasaan makan makanan kariogenik. Kebiasaan makan diukur dengan cara deskriptif dari frekuensi makan dan jenis makanan yang paling sering dikonsumsi dengan memberikan kategori di formulir frekuensi makan makanan jajanan, dengan kategori :

a. Makanan dikonsumsi setiap hari

b. Makanan dikonsumsi 4-6 kali seminggu c. Makanan dikonsumsi 1-3 kali seminggu d. Makanan tidak pernah dikonsumsi.

Recall 24 jam dilakukan selama 2 hari dikonversikan menjadi zat gizi (energi dan protein) dan dihitung zat gizi yang di konsumsi, hasilnya dibandingkan dengan DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan), dengan menggunakan rumus:

(48)

TK = X 100%

Dimana:

TK = Tingkat Konsumsi K = Konsumsi

KC = Konsumsi yang dianjurkan

Hasil analisa bahan makanan selama dua hari akan dihitung rata-rata konsumsi energi dan proteinnya, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan protein dapat digolongkan atas:

a. ≥100% AKG : Baik b. ˃80-90 % AKG : Sedang c. 70-80% AKG : Kurang d. ˂70% AKG : Defisit

Kejadian karies gigi. Pengukuran kejadian karies gigidapat diukur dengan ada tidaknya penyakit karies gigi yang dialami oleh siswa SD tersebut.

Berikut ini merupakan jenis-jenis karies gigi.

Karies berat. Karies berat (karies popunda) dimana sudah mengenai lebih

dari ½ dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

Karies sedang. Karies sedang (karies media) dimana karies sudah mengenai dentin tetapi belum melebihi setengah dentin. Biasanya perasaan ngilu baru ada pada waktu makan makanan asam, manis dan dingin.

(49)

31

Karies ringan. Karies ringan (karies superficialis) dimana karies baru

mengenai enamel saja, sedangkan dentin belum terkena. Biasanya penderita belum terasa sakit ngilu.

Tidak karies. Tidak karies merupakan pengkategorian dimana pada

siswa/i tidak ditemukan adanya karies gigi.

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut diukur melalui 5 pertanyaan yang digunakan kepada responden dengan memilih jawaban yang disediakan. Jawaban yang paling benar diberikan nilai 3 dan yang paling rendah diberi nilai 1.

Pengukuran dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Baik, jika jawaban responden yang benar dengan skor 12-15 b. Sedang, jika jawaban responden yang benar dengan skor 10-12

c. Kurang, jika jawaban responden yang benar dengan skor kurang dari 10.

Status gizi. Status gizi Siswa SD diperoleh melalui pengukuran indeks Antropometri penilaian IMT/U dengan menggunakan standart baku WHO 2007.

Kategorinya sesuai dengan klasifikasi status gizi dikelompokkan berdasarkan indeks IMT/U dengan kategori sebagai berikut:

IMT/U

a. Sangat Kurus : Z-skor < - 3

b. Kurus : Z-skor ≥ -3 s/d < -2

c. Normal : Z-skor ≥ -2 s/d ≤ 1

(50)

d. Gemuk : Z-skor > 1SD s/d 2 SD

e. Obesitas : Z-skor > 2 SD

Metode pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Editing. Editing, yaitu melihat dan memeriksa apakah pertanyaan sudah

diteliti dan dapat dibaca dan tidak ada lagi kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses pengolahan data.

Koding. Koding, yaitu memberi kode atau angka-angka tertentu pada kuesioner yang diberikan.

Tabulating. Tabulating (Tabulasi) Untuk mempermudah analisa dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data ditabulasikan kedalam tabel distribusi frekuensi.

Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan SPSS, dianalisa secara deskrptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya akan dijelaskan didalam pembahasan.

(51)

33

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Sekolah

Sekolah Dasar Swasta Nurul Huda didirikan pada tahun 1979 yang terletak di jalan Lejend Jamin Ginting KM.8 Kecamatan Medan Johor Kabupaten Kota Medan. Sarana yang dimiliki oleh SD Swasta Nurul Huda adalah sebagai berikut yaitu ruang belajar ada 18 buah dan kantor ada 1 buah.

Sekolah dasar ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh 29 orang guru, penjaga sekolah dan satpam.

Tabel 6

Distribusi Jumlah Staf Pengajar Berdasarkan Jabatan SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018

Jabatan Jumlah

Kepala Sekolah 1

Wali Kelas 19

Guru Mata Pelajaran 9

Tata Usaha 1

Penjaga Sekolah 1

Satpam 1

Jumlah 32

Jumlah murid sekolah dasar kelas I, II, III, IV, V, dan VI sebanyak 648 orang yang terdiri dari 117 orang kelas I, 112 orang kelas II, 107 orang kelas III, 114 orang kelas IV, 94 orang kelas V, dan 104 orang kelas VI. Dari 648 orang murid tersebut, 315 orang laki-laki dan 333orang perempuan.

Kondisi lingkungan sekolah SD Swasta Nurul Huda bersih dan terawat, disetiap sudut bangunan ditanami pohon-pohon besar yang membuat lingkungan sekolah terlihat asri. Sekolah tersebut memiliki 1 kantin yang menyediakan

(52)

jajanan. Jajanan yang disediakan kantin pada umumnya makanan dan minuman produk komersial yang didominasi oleh makanan dan minuman manis seperti coklat-coklatan, wafer, roti selai, minuman kemasan dalam botol serta jenis-jenis jajanan lain, seperti kue-kue tradisonal, gorengan dan lain sebagainya. Kantin tersebut berlokasi didalam lingkungan sekolah. Namun didaerah dekat lingkungan sekolah tepatnya diluar gerbang sekolah ada banyak pedagang yang menjajakan dagangan diluar pagar sekolah, dan dapat di akses siswa setiap jam istirahat kelas maupun waktu pulang sekolah.

Para pedagang yang menjajakan dagangan di luar sekolah ada yang mendapatkan izin berdagang dari kepala sekolah ada yang tidak meminta izin dari kepala sekolah. Pedagang yang meminta izin biasanya pedagang yang berjualan dari pagi hingga sore, sedangkan pedagang yang tidak meminta izin ialah pedagang yang berlalu lalang hanya sewaktu jam istirahat kelas. Jajanan yang berada diluar lingkungan sekolah didominasi oleh makanan dan minuman yang tinggi kadar gulanya seperti cendol, air tebu, es krim, dan molen cokelat. Terdapat juga jenis jajanan lain seperti bakso bakar, gorengan, dan rujak. Sekolah memperbolehkan siswa/i mengakses jajanan tersebut sewaktu jam istirahat.

Karakteristik Responden

Terdapat 44 orang (44,9%) berjenis kelamin laki-laki dan 54 orang (55,1%) berjenis kelamin perempuan. Untuk lebih jelasnya karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel distribusi di bawah ini:

(53)

35

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 44 44,9

Perempuan 54 55,1

Jumlah 98 100,0

Dari 98 responden 30 orang (30,6%) berumur 8 tahun dan 68 orang (69,4%) berumur 9 tahun, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SD Swasta Nurul Huda Padang Bulan Medan Tahun 2018

Umur n %

8 30 30,6

9 68 69,4

Jumlah 98 100,0

Hasil Pemeriksaan Karies Gigi

Terdapat 34 orang (34,7%) yang menderita karies berat, 43 orang (43,9%) yang menderita karies sedang, 15 orang (15,3%) yang menderita karies ringan dan 6 orang (6,1 %) tidak menderita karies gigi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Referensi

Dokumen terkait

Ada Berita Acara Serah Terima Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN) dari kepala sekolah/madrasah penyelenggara UN kepada Penyelenggara UN Tingkat

Berkembangnya zaman yang semakin maju dan didukung oleh perkembangnya teknologi yang mutakhir, kehidupan dunia usaha mengalami persaingan yang semakin ketat sehingga

DATA NAMA SISWA YANG MENGISI ANGKET TANGGAPAN TERHADAP PEMBELAJARAN MEMBATIK DI SMP NEGERI 3. SOREANG KELAS

Tujuan penelitian ini untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada ibu postpartum (Wilayah Kerja Puskesmas Subah).. Penelitian ini

Meskipun ormawa intra secara eksplisit tidak pernah menyatakan dukungan atau keberpihakannya pada salah satu partai politik tertentu dalam pemilu 2009, namun

BBA, dimana pada sampel BBA intensitas puncak semakin tinggi yang belum teridentifikasi fasanya. Kemungkinan yang terjadi adalah zat pengotor tersebut tidak larut dalam

Laporan kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini disusun sebagai hasil dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan selama 2 bulan pada periode 16 Juli 2018 –

Apabila tidak ada sanggahan dan/atau sanggahan banding (hasil sanggahan dapat dilihat pada tabulasi sanggahan di aplikasi SPSE sesuai paket pekerjaan), selanjutnya