Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Undangan Rapat
Yth. (Daftar Undangan Terlampir) di Tempat
Sehubungan dengan National Health Accounts (NHA) adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan komprehensif untuk menghasilkan potret aliran dana dalam sistem kesehatan dalam periode satu tahun. NHA merupakan salah satu alat strategis suatu negara untuk memahami peta dan pola pendanaan secara komprehensif menuju jaminan kesehatan semesta ( Universal Health Coverage – UHC). Dalam rangka pemanfaatan hasil NHA untuk identifikasi belanja promotif dan preventif pada program TB dan PTM dari sistem penganggaran nasional, bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu untuk hadir dalam diskusi yang akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Senin / 16 Agustus 2021 Pukul : 13.00 WIB s.d selesai
Tempat : Melalui Aplikasi Zoom Meeting Meeting ID : 831 5352 4713
Password : NHA2021
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Noventy (087875718500) atau Venty Fitria (08128104191). Demikian disampaikan, atas perhatian dan kehadirannya, kami ucapkan terima kasih.
Kepala Pusat Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan,
dr. Kalsum Komaryani, MPPM NIP 196301171988032002
Dokumen ini ditanda tangani secara elektronik melalui Aplikasi TNDE menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE. (1/1)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIAT JENDERAL
Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Jakarta 12950 Telepon (021) 5201590 (Hunting)
Nomor : JP.01.01/2/2199/2021 03 Agustus 2021
DAFTAR UNDANGAN
I. Kementerian Kesehatan RI
1. Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
2. Koordinator Kelompok Substansi Pembiayaan Kesehatan, PPJK
3. Koordinator Kelompok Substansi Perencanaan Strategis dan Program, Biro Perencanaan dan Anggaran
4. Koordinator Kelompok Substansi APBN di Lingkungan Ditjen Yankes dan Ditjen P2P, Biro Perencanaan dan Anggaran
5. Koordinator Kelompok Substansi APBN di Lingkungan Setjen, Itjen, dan Badan PPSDM Kesehatan, Biro Perencanaan dan Anggaran
6. Koordinator Kelompok Substansi APBN di Lingkungan Ditjen Kesmas, Ditjen Farmalkes, dan Badan Litbangkes, Biro Perencanaan dan Anggaran
7. Koordinator Kelompok Substansi Program dan Informasi Sesditjen P2P 8. Koordinator Kelompok Substansi Tuberkulosis, Ditjen P2P
9. Koordinator Kelompok Substansi Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Ditjen P2P 10. Koordinator Kelompok Substansi Pengendalian Diabetes Melitus dan Gangguan
Metabolik, Ditjen P2P
11. Koordinator Kelompok Substansi Penyakit Kanker dan Kelainan Darah, Ditjen P2P 12. Koordinator Kelompok Substansi Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi, Ditjen
P2P
13. Koordinator Kelompok Substansi Gangguan Indra dan Fungsional, Ditjen P2P 14. Sub Koordinator Kelompok Substansi Analisis Belanja Kesehatan, PPJK 15. Sub Koordinator Kelompok Substansi Perhitungan Biaya Kesehatan, PPJK 16. Pejabat Fungsional Kelompok Substansi Pembiayaan Kesehatan, PPJK 17. Tenaga Pelaksana Kelompok Substansi Pembiayaan Kesehatan, PPJK
II. Akademisi
1. Prof. Dr. drg. Mardiati Nadjib, MS 2. Prastuti Soewondo, SE., MPH, Ph.D 3. Dr. Atik Nurwahyuni, SKM, M.Kes 4. Kurnia Sari, SKM, MSE
5. Amila Megraini, SE, MBA
6. Tim Pengolah Data NHA – PKEKK UI
JADWAL ACARA
Waktu Acara Fasilitator/ Narasumber
15’ Pembukaan: Arahan Koordinator Kelompok
Subtansi Pembiayaan Kesehatan, PPJK
75’ Paparan:
1. Potret Belanja Kesehatan Indonesia:
Pentingnya Identifikasi Belanja Promotif dan Preventif
2. Potret dan Tantangan Penelusuran Belanja Promotif dan Preventif untuk Program TB dan PTM
3. Update informasi mengenai transformasi pelayanan kesehatan
primer terkait promotif preventif
4. Update informasi mengenai struktur nomenklatur anggaran 2021 untuk program TB yang telah disesuaikan dengan RSPP
5. Update informasi mengenai struktur nomenklatur anggaran 2021 untuk program PTM yang telah disesuaikan dengan RSPP.
Koordinator Kelompok Subtansi Pembiayaan Kesehatan, PPJK Tim NHA -UI
Biro Perencanaan dan Anggaran
Biro Perencanaan dan Anggaran/PI Ditjen P2P
Biro Perencanaan dan Anggaran/PI Ditjen P2P
60’ Diskusi Identifikasi Belanja Promotif dan Preventif untuk Program TB dan PTM 1. Pembahas Subdit TB
2. Pembahas Satker Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM 3. Pembahas Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
Sub Koordinator Kelompok Substansi Analisis Belanja Kesehatan, PPJK
15’ Kesimpulan, Penutup, dan Rencana Tindak Lanjut
Koordinator Kelompok Substansi Pembiayaan Kesehatan, PPJK
Kerangka Acuan Kegiatan
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan data Global Burden of Disease, 4 dari 5 penyebab kematian terbesar di Indonesia tahun 2017 adalah penyakit tidak menular (PTM)1. Pola penyebab kematian ini bergeser dibandingkan dengan 20 tahun lalu yang awalnya hanya 2 dari 5 kematian akibat PTM. Selain menyebabkan kematian yang tinggi, pengobatan PTM juga memerlukan biaya yang besar.
Sebesar 18,7 persen klaim BPJS Kesehatan digunakan untuk pengobatan penyakit PTM yang memakan biaya sebesar Rp 20,3 triliun2. Upaya penanganan PTM tidak dapat hanya mengandalkan pada pelayanan kuratif, namun juga harus diiringi dengan pelayanan preventif yang cost-effective3. Mayoritas kejadian PTM dapat dicegah dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti kebiasaan merokok, pola makan yang sehat, dan kebiasaan berolahraga.
Pencegahan penyakit merupakan cakupan dalam kesehatan masyarakat memiliki tujuan untuk meminimalisasi beban penyakit dan faktor risiko yang berhubungan melalui berbagai tingkatan pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier4. Pada pencegahan primer lebih menekankan kepada mengurangi risiko, mengurangi jumlah kasus baru, dan mengantisipasi terjadinya kegawatdaruratan/kejadian luar biasa. Sementara pada pencegahan sekunder secara spesifik pada intervensi terkait deteksi dini penyakit dan sebelum adanya penegakan diagnosis. Pada pencegahan tingkat tersier bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari kejadian penyakit agar tidak terjadi komplilkasi yang lebih berat. Dalam metodologi perhitungan akun kesehatan yang dikenal dengan System of Health Accounts (SHA) 2011, ruang lingkup dari fungsi layanan preventif hanya pada pencegahan primer dan sekunder karena pada tingkat tersier akan terjadi tumpang tindih dengan fungsi layanan kuratif dan rehabilitatif5.
Pendekatan upaya promotif dan preventif yang masuk dalam paradigma sehat dijelaskan dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Dalam regulasi kesehatan tersebut mendefinisikan pelayanan kesehatan promotif sebagai suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Sementara pelayanan kesehatan preventif memiliki definisi suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Selain itu, terdapat penjelasan bahwa alokasi pembiayaan kesehatan ditujukan untuk pelayanan kesehatan di bidang pelayanan publik dimana biaya tersebut mengutamakan pada pelayanan promotif dan preventif dengan besaran minimal 2/3 (dua pertiga) dari APBN dan APBD6.
Komitmen pemerintah dalam menjalankan upaya promotif dan preventif telah beberapa kali ditekankan sebagai prioritas dalam program kesehatan nasional. Dalam pidato Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020 dan Nota Keuangan di Gedung MPR-DPR di Jakarta pada Jumat, 16 Agustus 2019, Presiden Jokowi menyatakan bahwa
1 Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME). GBD Compare. Seattle, WA: IHME, University of Washington, 2015. Available from http://vizhub.healthdata.org/gbd-compare.
2 BPJS Kesehatan. (2020). Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan BPJS Kesehatan tahun 2019. Jakarta: BPJS Kesehatan.
3 World Health Organization. (2013). Global action plan for the prevention and control of noncommunicable diseases 2013-2020. World Health Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/94384
4 World Health Organization Regional Office for Europe. EPHO5: Disease prevention, including early detection of illness. https://www.euro.who.int/en/health-topics/Health-systems/public-health-services/policy/the- 10essential-public-health-operations/epho5-disease-prevention,-including-early-detection-of-illness2
5 OECD, Eurostat, and World Health Organization. (2017). A System of Health Accounts 2011: Revised edition.
OECD Publishing, Paris. http://dx.doi.org/10.1787/9789264270985-en
6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
salah satu janji Presiden dalam bidang kesehatan adalah penguatan program promotif dan preventif7. Menteri Kesehatan juga menyatakan dalam pidatonya usai serah terima jabatan di Kantor Kementerian Kesehatan pada Kamis 24 Oktober 2019 bahwa dalam rangka penguatan program promotif dan preventif, Menkes berencana untuk mengembalikan fungsi puskesmas, yaitu edukasi kesehatan, pencegahan, dan deteksi dini8. Peningkatan upaya promotif dan preventif juga tertuang dalam arah dan kebijakan strategis RPJMN 2020 – 2024 dalam meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta melalui 1) Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, 2) percepatan perbaikan gizi masyarakat, 3) peningkatan pengendalian penyakit, 4) pembudayaan perilaku hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, dan 5) Penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan9.
Belanja upaya layanan preventif di Indonesia masih memiliki porsi yang kecil bila dibandingkan upaya layanan kuratif. Hasil NHA 2018 menunjukkan bahwa sebesar 14,3 persen dari total belanja kesehatan di Indonesia digunakan untuk layanan preventif, dengan 55,8 persen dari layanan preventif tersebut berasal dari skema pemerintah. Kementerian Kesehatan memiliki proporsi untuk layanan preventif sebesar 36,7 persen, khususnya pada direktorat pencegahan dan pengendalian penyakit dan direktorat kesehatan masyarakat yang memiliki tugas dan fungsi utamanya untuk upaya promotif dan preventif10.
Promosi kesehatan pertama kali diperkenalkan dalam forum konferensi internasional pada tahun 1986 di Ottawa didefinisikan sebagai proses pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesadaran dan kemampuan terkait faktor kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat11. Proses tersebut meliputi kegiatan yang biasanya terkait dengan perilaku hidup sehat dengan sasaran masyarakat luas dalam rangka meningkatkan status kesehatan, serta adanya keterlibatan multisektoral dalam penyusunan strategi dan kebijakan kesehatan12. Adapun ruang lingkup promosi kesehatan mencakup peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang informasi dasar kesehatan, mobilisasi sosial kepada seluruh masyarakat di tiap tingkat daerah, serta penguatan sistem tata kelola pemerintahan yang baik dalam membuat regulasi yang sesuai13.
Pelaksanaan indentifikasi upaya promotif dan preventif di Indonesia, khususnya ditingkat pusat saat ini masih sulit untuk dilakukan. Nomenklatur program dan kegiatan kesehatan ditingkat pusat belum dapat menggambarkan upaya promotif dan preventif. Nomenklatur program hanya menunjukkan aktivitas eselon tinggkat 1 dan nomenklatur kegiatan hanya menunjukkan aktivitas eselon tingkat 2, kemudian nama outputnya pun masih bersifat normatif atau tidak secara eksplisit menununjukkan bahwa output tersebut merupakan upaya promotiif, preventif, atau kuratif. Selain itu juga belum adanya regulasi ditingkat pusat yang mencakup definisi dan ruang lingkup dari upaya promotif dan preventif dengan jelas, sehingga antar
7 Kompas. Janji Jokowi di Bidang Kesehatan dari Anggaran Hingga Benahi Total BPJS [website]. Diakses pada 23 September 2020. https://money.kompas.com/read/2019/08/16/211100626/janji-jokowi-di-bidang- kesehatandari-anggaran-hingga-benahi-total-bpjs
8 Liputan 6. Rencana Menkes Terawan Kembalikan Fungsi Puskesmas [website]. Diakses pada 23 September 2020. https://www.liputan6.com/health/read/4097995/rencana-menkes-terawan-kembalikan- fungsipuskesmas
9 Pemerintah RI. 2020. Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 Narasi. Jakarta. Pemerintah RI.
10 Kementerian Kesehatan. (2020). Full Figure NHA 2018. Jakarta: Kemenkes.
11 World Health Organization. Health Promotion.
https://www.who.int/healthpromotion/conferences/previous/ottawa/en/
12 World Health Organization Regional Office for the Eastern Mediterranean. Health promotion and disease prevention through population-based interventions, including action to address social determinants and health inequity. http://www.emro.who.int/about-who/public-health-functions/health-promotion- diseaseprevention.html
13 World Health Organization. What is Health Promotion. https://www.who.int/healthpromotion/fact-sheet/en/
stakeholder terkait memiliki perbedaan dalam mendefisinikan atau memberikan batasanbatasan dalam upaya promotif dan preventif.
1.2. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan FGD terkait Definisi, Ruang Lingkup, dan Nomenklatur Belanja Layanan Preventif ini adalah untuk:
a. mengetahui gambaran potret belanja skema Kemenkes dan tantangannya terutama pada layanan preventif untuk program TB dan PTM berdasarkan informasi yang tersedia
b. mengetahui update informasi mengenai transformasi pelayanan kesehatan primer terkait promotif preventif.
c. mengetahui update informasi mengenai struktur nomenklatur anggaran 2021 untuk program TB dan PTM yang telah disesuaikan dengan Redesigning Sistem
Perencanaan dan Penganggaran (RSPP)
d. memperoleh input terkait definisi dan ruang lingkup promotif dan preventif kesehatan khususnya untuk program TB dan PTM guna mempermudah penelusuran belanja pada program tersebut
1.3. Agenda Pertemuan
a. Arahan Koordinator Kelompok Substansi Pembiayaan Kesehatan, PPJK b. Presentasi Tim NHA UI
• Mengetahui potret belanja skema Kemenkes dan tantangannya terutama pada layanan preventif kesehatan untuk program TB dan PTM berdasarkan informasi yang tersedia
• Memperoleh input terkait definisi dan ruang lingkup dan penelusuran belanja layanan preventif kesehatan khususnya untuk program TB dan PTM c. Presentasi Roren
• Mengetahui update informasi mengenai transformasi pelayanan kesehatan primer terkait promotif preventif.
• (Roren atau PI program?) Mengetahui update informasi mengenai struktur nomenklatur anggaran 2021 dalam DIPA Kemenkes (memuat informasi: satker, program, kegiatan, klasifikasi rincian output, dan rincian output) yang telah disesuaikan dengan Redesigning Sistem Perencanaan dan Penganggaran (RSPP) untuk:
- Program TB pada Subdit TB, dan
- PTM pada Satker Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM dan Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
d. Diskusi dengan pembahas dari Subdit TB, Satker Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM, dan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan
Jiwa dan Napza