1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, mendefinisikan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang di terbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Semua perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) diklasifikasikan ke dalam 9 sektor BEI, diantaranya adalah Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan, Sektor Industri Dasar dan Kimia, Sektor Aneka Industri, Sektor Industri Barang Konsumsi, Sektor Properti, Real Estat dan Konstruksi Bangunan, Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi, Sektor Keuangan, dan Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi. Ke 9 sektor BEI tersebut didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classifikation) (www.sahamok.com, 13 April 2017).
Dari beberapa sektor tersebut yang menjadi objek penelitian ini adalah sektor pertambangan yaitu sub sektor minyak dan gas bumi selama periode 2013-2015. Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 2009, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pescatambang (pasal 1).
Daftar perusahaan pertambangan di Indonesia yang merupakan perusahaan publik (emiten atau perusahaan terbuka) kategori perusahaan
2 industri penghasil bahan baku, yang berada di sektor pertambangan (mining sector), sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1
Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi No. Kode
Saham Nama Perusahaan Tanggal IPO 1. ARTI PT Ratu Prabu Energi Tbk 30 April 2003 2. BIPI PT Benakat Integra Tbk 11 Februari 2010
3. ELSA PT Elnusa Tbk 6 Februari 2008
4. ENRG PT Energi Mega Persada Tbk 7 Juni 2004 5. ESSA PT Surya Esa Perkasa Tbk 1 Februari 2012 6. MEDC PT Medco Energi International Tbk 12 Oktober 1994 7. RUIS PT Radiant Utama Interinsco Tbk 12 Juli 2006
Sumber: www.sahamok.com
Dalam penelitian ini akan dibahas enam perusahaan yang menjadi sampel penelitian, yaitu:
1. PT Benakat Integra Tbk
PT Benakat Integra Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur energi dan sumber daya terintegrasi dengan portofolio investasi dan aset pada sektor jasa pertambangan batu bara dan sektor minyak & gas bumi di Indonesia. Perusahaan didirikan pada tanggal 19 April 2007 dengan nama PT Macau Oil Engineering and Technology di Jakarta. Kepemilikan saham terdiri dari PT Indotambang Perkasa sebesar 28,26%, Interventures Capital PTE LTD sebesar 16,46%, Credit Suisse AG Singapore Trust sebesar 5,03% dan Publik (<5%) sebesar 50, 26%. PT
3 Benakat Integra Tbk pun tercatat secara resmi sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 Februari 2010 dengan kode saham
“BIPI” (Laporan Tahunan PT Benakat Integra Tbk, 2015: 42).
2. PT Elnusa Tbk
PT Elnusa Tbk berada di Jakarta, diresmikan pada tanggal 9 September 1969. PT Elnusa Tbk pun tercatat secara resmi sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Februari 2008 dengan kode saham “ELSA”. Kegiatan bisnis utama sesuai dengan anggaran dasar jasa hulu migas terintegrasi yaitu:
a. Dalam Bidang Jasa
1) Jasa yang Berkaitan Energi Alternatif
2) Bidang Pengambilan Data dan Pengolahan Data Geofisika dan Geologi
3) Konsultasi Bidang Energi
4) Konsultasi Bidang Pertambangan
5) Jasa Pengecekan Pipa/ Gas di Bawah Tanah dan di Dalam Laut b. Dalam Bidang Perindustrian
1) Industri Pembangkit Tenaga Listrik 2) Industri Energi
3) Industri Maritim
Komposisi pemegang saham terdiri dari Pertamina sebesar 41,10%, Dana Pensiun Pertamina sebesar 17,81%, PT. Prudential Life Assurance – REF sebesar 9,42% dan Public <5% sebesar 31,67% (Laporan Tahunan PT.
Elnusa Tbk, 2015: 50).
3. PT Energi Mega Persada Tbk
PT Energi Mega Persada Tbk adalah sebuah perusahaan hulu minyak dan gas yang didirikan pada Oktober 2001, memiliki wilayah operasi tersebar di kepulauan Indonesia dan telah diperluas ke wilayah Mozambik, Afrika. Kegiatan usaha PT. Energi Mega Persada Tbk meliputi eksplorasi, pengembangan dan produksi minyak mentah dan gas bumi. PT.
Energi Mega Persada Tbk pun tercatat secara resmi sebagai perusahaan
4 terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 Juni 2004 dengan kode saham
“ENRG”. Kepemilikan saham terdiri dari UBS AG SG S/A REIGNWOOD INTER INVESTMENT (GR) CO LTD-2091144561 sebesar 14,63%, MACKENZIE CUNDILL & CIM Accounts sebesar 7,62%, Prudential &
Eastspring Accounts sebesar 8,89%, JPMCB Accounts sebesar 1,64%, dan Pemegang Saham Lainnya sebesar 68,81% (Laporan Tahunan PT. Energi Mega Persada Tbk 2015: 2-16).
4. PT Surya Esa Perkasa Tbk
PT Surya Esa Perkasa Tbk resmi berdiri pada 24 Maret 2006 di Jakarta. Kegiatan usaha utama PT Surya Esa Perkasa Tbk adalah di bidang pemurnian dan pengolahan gas bumi untuk menghasilkan produk LPG dan kondensat. Saat ini kilang LPG Perseroan rata-rata memproduksi LPG 240 MT per hari dan produksi kondensat 590 barel per hari.
PT Surya Esa Perkasa Tbk pun tercatat secara resmi sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1 Februari 2012 dengan kode saham “ESSA”. Saham PT. Surya Esa Perkasa Tbk dimiliki oleh PT Trinugraha Akraya Sejahtera sebesar 30%, PT Ramaduta Teltaka sebesar 20%, CLS. LTD (Client A/C) sebesar 9,09% dan masyarakat (Public) sebesar 40,91%. Saat ini Perseroan memiliki dua anak Perseroan yaitu PT SEPCHEM (d/h PT Luwuk Investindo Utama) dan PT Panca Amara Utama (PAU). PT SEPCHEM bergerak dalam bidang jasa konsultasi manajemen bisnis dengan persentase kepemilikan sebesar 99,99%
sedangkan PAU bergerak dalam bidang industri amoniak dengan persentase kepemilikan sebesar 59,98% (Laporan Tahunan PT Surya Esa Perkasa Tbk, 2015: 38- 42).
5. PT Medco Energi International Tbk
PT Medco Energi Internasional Tbk adalah perusahaan publik di Indonesia yang bergerak dalam bidang energi terintegrasi. Perusahaan ini bermula dari sebuah perusahaan kontraktor pertikelir di bidang jasa pengeboran minyak dan gas bumi di daratan (onshore drilling), didirikan dengan nama Meta Epsi Pribumi Drilling Co, oleh Arifin Panigoro pada
5 tanggal 9 Juni 1980. PT. Medco Energi Internasional Tbk pun tercatat secara resmi sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Oktober 1994 dengan kode saham “MEDC”. Bidang Usaha PT.
Medco Energi Internasional Tbk termasuk dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, industri hilir: produksi LPG, distribusi bahan bakar disel dan pembangkit tenaga listrik.
Saat ini PT. Medco Energi Internasional Tbk beroperasi di 10 wilayah kerja minyak dan gas di Indonesia dan operasi internasional di Oman, Yaman, Libya dan Amerika Serikat. Sebagian besar saham PT.
Medco Energi Internasional Tbk (50, 7 %) dimiliki oleh Encore Energy Pte.
Ltd. (terdiri dari 60,6% Encore International yang dimiliki pendiri dan 39,4% Mitsubishi), sebagian lagi sahamnya (49,3%) dimiliki oleh publik melalui bursa saham (Laporan Tahunan PT. Medco Energi Internasional Tbk, 2015: 12).
6. PT Radiant Utama Interinsco Tbk
PT Radiant Utama Interinsco Tbk didirikan sejak tahun 1984 berdasarkan Akta Pendirian No. 41 tanggal 22 Agustus 1984. Sebagai pengembangan usaha dari Radiant Utama Group, Perusahaan telah berpengalaman dalam industri Minyak dan Gas Indonesia selama lebih dari 30 tahun dalam menyediakan jasa teknis penunjang untuk sektor minyak dan gas dari hulu sampai hilir, serta industri terkait lainnya, seperti: Jasa Konstruksi, Operasional dan Pemeliharaan; Jasa Lepas Pantai; Jasa Pengujian Tak Rusak; Jasa Inspeksi dan Sertifikasi; dan Jasa Penunjang lainnya.
PT Radiant Utama Interinsco Tbk pun tercatat secara resmi sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Juli 2006 dengan kode saham “RUIS”. Pemegang saham RUIS terdiri dari Haiyanto sebesar 27,22%, PT. Radiant Nusa Investama sebesar 22,64%, PT. Adidana Jawa Kapital sebesar 5,6%, PT. Batunusa Mineral Utama sebesar 5,42%, Fast Global Invesments Ltd. sebesar 6,25% dan Public sebesar 32,87% (Laporan Tahunan PT. Radiant Utama Interinsco Tbk, 2014: 4-12).
6 1.2 Latar Belakang Penelitian
Pemikiran tentang adanya pembangunan yang berkelanjutan yang mencakup keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan didorong oleh adanya berbagai kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh percepatan pembangunan ekonomi, sehingga dalam rangka percepatan peningkatan ekonomi banyak dikorbankan lingkungan alam (Rudito & Famiola, 2013: 99).
Beberapa kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh industri yang bergerak dalam bidang pertambangan minyak dan gas, sebagai contohnya yaitu kasus tumpahan minyak Montara 2009 di Laut Timor yang telah mengakibatkan lebih dari 100 ribu masyarakat miskin di pesisir NTT menderita hingga saat ini karena kehilangan mata pencaharian mereka yakni para petani rumput laut dan nelayan (berita.suaramerdeka.com, 24 Oktober 2016), kasus semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, pada 2006 yang belum berhasil ditangani sampai sekarang (tempo.co, 24 Oktober 2016) serta kasus Chevron tentang masalah limbah minyak yang kini mencemari sejumlah wilayah di Riau (riaubook.com, 24 Oktober 2016). Dampak berkepanjangan yang disebabkan oleh kasus-kasus tersebut dirasakan oleh masyarakat di lingkungan perusahaan berada bahkan menjadi fenomena yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem di bumi ini. Di mana seharusnya perusahaan mensejahterakan masyarakat di sekitarnya bukan malah memberikan dampak negatif kepada mereka.
Kesehatan suatu bisnis bergantung dari kesehatan lingkungan sosialnya.
Suatu bisnis akan maju apabila dipasok oleh tenaga kerja berkualitas, ketersediaan lembaga pendidikan berkualitas, tenaga kerja yang sehat, serta lingkungan sosial yang aman dan damai. Suatu masyarakat sejahtera dipengaruhi oleh tingkat upah atau gaji para karyawannnya serta tingkat partisipasi perusahaan dalam memajukan kesehatan dan pendidikan. Jadi, suatu bisnis yang maju ditunjang oleh lingkungan sosial yang sehat (Rachman et. al, 2011: 100). Hal ini harus dipikirkan secara serius oleh seluruh pemangku kepentingan perusahaan. Perusahaan harus memikirkan bagaimana cara menciptakan kehidupan yang berkesinambungan antara perusahaan,
7 masyarakat dan alam serta untuk mewujudkan suatu bisnis yang sehat. Dengan demikian, pemerintah menetapkan undang-undang yang dapat mengikat perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam, sehingga dapat mengurangi bentuk eksploitasi alam dan pelanggaran dalam bidang sosial. Hal ini sering disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR).
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mengemukakan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan (Rudito & Famiola, 2013:103).
Sejalan dengan perkembangan tersebut, regulasi yang mengatur tentang penerapan CSR di Indonesia ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan. PP ini mencantumkan pelaksanaan ketentuan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Dalam PP tersebut menyatakan bahwa “Perseroan yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kegiatan dalam memenuhi kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran”. Undang-undang tersebut juga mewajibkan semua perseroan untuk mengungkapkan kegiatan tanggung jawab tersebut di dalam laporan tahunan.
Upaya perusahaan dalam melakukan pengungkapan CSR dalam laporan tahunan dapat dihubungkan dengan return saham, di mana sejalan dengan teori pensignalan yang dikemukakan oleh Hartono (2003:392) bahwa informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman itu mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Selain melaksanakan peraturan pemerintah, pengungkapan CSR diharapkan dapat meningkatkan citra
8 perusahaan dan menjadi salah satu pertimbangan yang diperhatikan investor maupun calon investor dalam membuat keputusan memilih tempat investasi sehingga akan berimbas pada peningkatan return saham perusahaan tersebut.
Perusahaan dapat memperlihatkan image yang baik kepada masyarakat bahwa perusahaan tidak mengejar keuntungan semata tetapi juga menjalankan pembangunan berkelanjutan yang mencakup tiga hal kebijakan yang dikemukakan oleh Elkington pada tahun 1997, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan yang merupakan prinsip dasar CSR atau disebut Triple Bottom Line (Rachman et. al, 2011: 53).
Menurut Adhitama et. al (2014), sektor Migas memiliki banyak kontribusi dalam pembangunan daerah di antaranya adalah meningkatkan pendapatan daerah, penggerak pembangunan daerah dan membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. Secara tidak langsung kontribusi migas yang terlihat jelas adalah terhadap penerimaan daerah. Peningkatan penerimaan daerah tidak terlepas dari kondisi hasil produksi migas yang terus mengalami peningkatan.
Meningkatnya pendapatan daerah juga berpengaruh terhadap proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang juga mengalami peningkatan. Proses pembangunan sendiri tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah melalui kebijakan ataupun program-programnya, tetapi perusahaan sektor migas juga terlibat langsung dalam proses pembangunan melalui program CSR.
Pendapatan negara yang diperoleh dari PPh Migas dapat digunakan pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial di Indonesia. Hal ini dapat mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurut Munandar (2015), Penerimaan negara dari hasil pertambangan di Indonesia termasuk penerimaan negara dari pertambangan minyak dan gas bumi (migas) Indonesia cukup berkontribusi signifikan terhadap total penerimaan negara. Sebagai contoh penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) minyak dan gas bumi Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar Rp73,10 triliun (16,95%), sebesar Rp83,46 triliun di tahun 2012 (17,95%), dan meningkat menjadi sebesar Rp88,75 triliun di tahun 2013
9 (17,52%). Hal ini menunjukkan bahwa sektor Migas selama ini telah memberikan peran penting dan strategis bagi pembangunan nasional. Sektor Migas berkontribusi namun menurun di tahun 2014 dan 2015. Pada tahun 2014 pendapatan PPh Migas menurun menjadi Rp87,45 triliun (16,01%) dan menjadi hanya Rp49,53 triliun di tahun 2015 dan kontribusinya terhadap total pendapatan PPh hanya sebesar 7,29%.
Gambar 1.1 Perkembangan Penerimaan Migas dan Pendapatan Negara Sumber: LKPP, NK APBN
Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa persentase penerimaan Migas terhadap pendapatan Negara mengalami penurunan, di mana pada tahun 2011 sebesar 22,99%, tahun 2012 sebesar 22,59%, tahun 2013 sebesar 21,25%, tahun 2014 sebesar 20,01% dan pada tahun 2015 sebesar 18%.
278,37 302,33 305,82 310,2 328,95
156,09 1210,59 1338,11 1438,89 1550,49
1793,58 1768,97 22,99% 22,59%
21,25%
20,01%
18%
9%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
0 500 1000 1500 2000
2011 2012 2013 2014 APBN 2015 APBN P2015
Perkembangan Penerimaan Migas dan Pendapatan Negara
Penerimaan Migas (Trilliun Rupiah) Pendapatan Negara (Trilliun Rupiah)
Persentase Penerimaan Migas Terhadap Pendapatan Negara (%)
10 Gambar 1.2 Peran Sektor Migas Terhadap PDB Nasional
Sumber: Laporan Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015
Berdasarkan Gambar 1.2 di atas dapat dilihat bahwa, kontribusi sektor migas terhadap PDB Nasional mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir di mana pada tahun 2011 menyumbang sebesar 3,63%, tahun 2012 menyumbang sebesar 3,46%, tahun 2013 menyumbang sebesar 3,26%, tahun 2014 menyumbang sebesar 3,11%, dan tahun 2015 menyumbang sebesar 2,67%.
Terjadi penurunan pertumbuhan pada sektor migas yang diakibatkan oleh kebijakan pemberlakukan UU Minerba. Pada 11 Januari 2014, presiden SBY menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2014. Peraturan itu merupakan tindak lanjut dan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara. Di mana undang-undang tersebut mewajibkan semua perusahaan tambang membangun smelter dan dilarang untuk mengekspor bahan mentah. Hal ini bertujuan untuk menaikkan nilai tambah berupa nilai ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Akibat dari kebijakan tersebut, sehingga terjadi perlambatan pada sektor industri migas sebesar 1,76 persen (Lakip Kementrian Perindustrian, 2015:27). Para pekerja tambang juga menghadapi risiko dari pemberlakuan Undang-Undang Minerba ini, yakni risiko kehilangan pekerjaan akibat adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh pihak perusahaan dan kehilangan sumber pendapatannya. Hingga
3,63 3,46
3,26 3,11
2,67
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
2011 2012 2013 2014 2015
Peran Sektor Migas Terhadap PDB Nasional (%)
11 19 Januari 2014, perusahaan pertambangan telah memutus hubungan kerja buruhnya dan sekitar 2.700 buruh tambang telah terkena dampak ini. Secara keseluruhan, Indonesia pun dapat menghadapi risiko keuangan akibat pelarangan ekspor bahan mentah ini (Purnasari, 2014). Hal ini mengakibatkan pengungkapan CSR menurun dikarenakan oleh pendapatan perusahaan menurun sehingga dana yang dialokasikan untuk kegiatan CSR juga menurun (Riyanto, 2011). Perlu diteliti lebih lanjut apakah penurunan aktivitas CSR akan berdampak pada penurunan return saham, mengingat kegiatan tersebut merupakan salah satu aktivitas untuk menarik minat investor dalam memilih tempat investasinya.
Penelitian sebelumnya yang terkait dengan pengaruh pengungkapan CSR terhadap return saham antara lain penelitian Hariyanti (2014), hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan perikanan yang terdaftar di BEI sedangkan Yani dan Wahidahwati (2013) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu Corporate Social Responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI serta penelitian Putra dan Utama (2015) menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif pada return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Hal ini menunjukan bahwa dengan meningkatnya pengungkapan CSR akan menyebabkan meningkatnya pula return saham, karena dengan semakin banyaknya CSR yang diungkapkan maka akan semakin menarik minat investor terutama investor yang memperhatikan aspek-aspek non keuangan perusahaan dalam berinvestasi.
Hariyanti (2014) menyebutkan bahwa pengungkapan CSR ternyata tidak mampu meningkatkan keuntungan perusahaan yang tergambar dari return saham perusahaan. Hal ini disebabkan adanya beberapa variabel lain yang mempengaruhi tingkat pengungkapan CSR, di antaranya adalah leverage dan company size (Nur dan Priantinah, 2012). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan variabel kontrol leverage yang diwakili oleh debt-to-equity ratio
12 dan company size yang diwakili oleh logarithm of total assets. Kedua variabel tersebut digunakan sebagai variabel kontrol untuk melihat seberapa besar pengungkapan corporate social responsibility yang dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat mempengaruhi return saham perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muid (2011), Kamatra dan Kartikanigdyah (2015), dan Criso’stomo et. al (2011). Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau yang dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2011:66). Menurut Fahmi (2013:72) rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Dalam penelitian Nur dan Priantinah (2012), leverage menunjukkan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap pengungkapan CSR. Hal ini dikarenakan manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders. Miftah dan Arifin (2013) menyebutkan bahwa company size adalah suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan. Company size merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari pada perusahaan kecil karena perusahaan besar akan menghadapi risiko politis yang lebih besar. Sedangkan menurut Dewi dan Priyadi (2013), secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih besar dari pada perusahaan kecil, karena perusahaan besar cenderung memiliki resiko yang lebih besar terhadap kerusakan lingkungan sosial.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil tetapi semakin tinggi tingkat leverage maka akan mengurangi pengungkapan CSR perusahaan tersebut. Apakah dengan mengurangi pengungkapan CSR akan berdampak pada penurunan return saham, mengingat bahwa kegiatan tersebut sebagai salah satu aktivitas untuk menarik minat investor dalam memilih tempat investasinya. Dari paparan di
13 atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Return Saham dengan Variabel Kontrol Leverage dan Company Size (Studi Kasus Pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2013-2015)”.
1.3 Perumusan Masalah
Pemerintah menetapkan kewajiban bagi perusahaan Migas untuk menjalankan kegiatan CSR. Salah satunya yaitu perusahaan harus mensejahterakan masyarakat di sekitar perusahaan itu beroperasi. Hal ini bertolak belakang terhadap dampak yang diakibatkan oleh pemberlakuan UU Minerba, di mana perusahaan terpaksa mengurangi jumlah tenaga kerja yang mengakibatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya menurun dikarenakan oleh mereka yang kehilangan sumber pendapatannya.
Pengungkapan CSR dalam annual report dapat memberikan dampak positif bagi keberlangsungan perusahaan dan dapat meningkatkan citra perusahaan. Pengungkapan CSR juga menjadi pertimbangan investor dalam memilih tempat investasinya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan.
Penulis ingin melihat apakah terdapat pengaruh pengungkapan CSR terhadap return saham dengan variabel kontrol Leverage dan Company Size pada sektor Migas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat ditarik pertanyaan mengenai penelitian ini , yaitu:
1. Bagaimana perkembangan pengungkapan Corporate Social Responsibility perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015?
2. Bagaimana perkembangan Return Saham perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015?
14 3. Bagaimana perkembangan debt-to-equity ratio perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015?
4. Bagaimana perkembangan logarithm of total assets perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015?
5. Bagaimana pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Return Saham dengan variabel kontrol Leverage dan Company Size pada perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan pengungkapan Corporate Social Responsibility perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
2. Untuk mengetahui perkembangan Return Saham perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
3. Untuk mengetahui perkembangan debt-to-equity ratio perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
4. Untuk mengetahui perkembangan logarithm of total assets perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
5. Untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Return Saham dengan variabel kontrol Leverage dan Company Size pada perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
15 1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Aspek Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu manajemen keuangan, menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
1.6.2 Aspek Praktis
1. Bagi Pihak Perusahaan/Manajemen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam laporan keuangan yang disajikan.
2. Bagi Investor dan Calon Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan sehingga dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan investasi.
Penelitian ini diharapkan akan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak hanya terpaku pada kondisi keuangan perusahaan saja.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan stimulus sebagai pengontrol atas perilaku-perilaku perusahaan. Sehingga terciptanya hubungan yang harmonis antara bisnis dan masyarakat.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. Data penelitian ini
16 diambil dari data yang telah diungkapkan dalam laporan tahunan yang diperolah dari website resmi masing-masing perusahaan, Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), dan website resmi Yahoo Finance (https://finance.yahoo.com).
1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2016 sampai dengan bulan Mei 2017. Periode penelitian ini menggunakan data laporan keuangan, laporan tahunan, dan laporan berkelanjutan perusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
1.8 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami materi yang dipaparkan dalam skripsi ini, maka sistematika penulisan skripsi disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat diadakannya penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan dengan jelas, ringkas dan padat tentang hasil kajian kepustakaan yang berkaitan dengan topik, masalah dan variabel penelitian untuk dijadikan dasar bagi penyusunan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian, meliputi uraian tentang: jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi, sampel, pengumpulan data, serta teknik analisis data.
17 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, hasil penelitian dan pembahasannya diuraikan secara kronologis dan sistematis terhadap perumusan masalah serta tujuan penelitiannya.
Disajikan dalam sub-judul tersendiri yaitu karakteristik responden, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang disajikan secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan serta memberikan masukan atau saran bagi perusahaan mengenai analisis masalah yang diteliti oleh penulis.