• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PENGELOLAAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PT. TELAGABAKTI PERSADA PERIODE TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PENGELOLAAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PT. TELAGABAKTI PERSADA PERIODE TAHUN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

RENCANA PENGELOLAAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PT. TELAGABAKTI PERSADA

PERIODE TAHUN 2020 – 2029

A. MAKSUD & TUJUAN

Maksud penyusunan Rencana Pengelolaan Pemanfaatan Hasil Hutan PT.

Telagabakti Persada merupakan rancangan Rencana Pengelolaan (management plan) unit manajemen PT. Telagabakti Persada dalam mengelola pemanfaatan hasil hutan alam produksi, yang pada prinsipnya akan dikelola secara lestari (jangka panjang) yaitu tercapai kelestarian usaha (secara ekonomi menguntungkan) dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan (ekologi), hutan yang bernilai konservasi tinggi tetap terjaga, pekerja hutan terjamin kesejateraan, kesehatan dan keselamatannya serta memperhatikan social ekonomi dan budaya masyarakat setempat, sehingga operasional pemanfaatan hutan tahunan dilapangan dapat dilakukan secara rasional terukur sesuai dengan kemampuan regeneratif alami maupun buatan.

Tujuan penyusunan rencana pengelolaan PT. Telagabakti Persada adalah untuk internal diperolehnya landasan dan arahan umum yang rasional dan terukur dalam jangka waktu panjang (10 tahun) bagi pemanfaatan hutan alam produksi berbasis ekosistem hutan, dengan memperhatikan aspek usaha, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat.

Sedangkan untuk eksternal adalah sebagai bahan informasi kepada stake holders terkait seluruh kegiatan yang dilakukan di PT. Telagabakti Persada selama periode 2020-2029.

B. KONDISI UMUM PERUSAHAAN 1. Legalitas, Letak dan Luas

Nama IUPHHK : PT. Telagabakti Persada No. SK : SK. 372/MENHUT-II/3009

Tanggal : 23 Juni 2009

Luas : 63.405 ha

Jangka ijin : 28 Maret 2009 – 27 Maret 2044

(2)

2

Lokasi : Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara

Letak Geografis : 126°52’BT – 128°09’BT dan 1°20’LS – 1°45’LS

Kelompok Hutan :

- Blok Barat (Rijang & Jikodolong) seluas 45.150 ha (kelompok hutan tanjung Akelamo)

- Blok Tengah/utara (Anggai/Huru) seluas 12.255 ha (kelompok hutan tanjung Toona)

- Blok Timur (Sum) seluas 6.000 ha (kelompok hutan tanjung Jobubu)

Administrasi Pemerintahan :

- Provinsi Maluku Utara

- Kabupaten Halmahera Selatan

- Kecamatan Obi Timur, Obi Selatan, Obi Barat, Obi Utara dan Obi

2. Topografi

Topografi areal IUPHHK PT.Telagabakti Persada pada umumnya berbukitbukit kecuali pada kelompok hutan tanjung Jobubu yang pada umumnya datar.

Kelas Lereng di Areal PT. Telagabakti Persada dapat dilihat seperti pada tabel berikut :

Tabel 1. Kelas Lereng

3. Fungsi Hutan

Fungsi Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Telagabakti Perasada ditunjukkan

pada Tabel. 2 sebagai berikut :

(3)

3

Tabel 2. Fungsi Hutan di PT. Telagabakti Persada

Fungsi Hutan Tanjung

Akelamo

Tanjung Toona

Tanjung Jobubu Hutan Produksi Terbatas (HPT) 8.610 7.460 -

Hutan Produksi (HP) 36.302 4.795 5.559

Hutan Produksi Konversi (HPK) - 398

Hutan Lindung 226 43

Areal Penggunaan Lain 12 -

Jumlah 45.150 12.255 6.000

4. Kondisi Vegetasi Hutan

Areal IUPHHK PT. Telagabakti Persada termasuk tipe hutan hujan tropika basah yang didominasi oleh family Dipterocarpaceae. Berdasarkan penafsiran citra satelit tahun 2019, penutupan lahan areal PT. Telagabakti Persada ditunjukkan Tabel 3. sebagai berikut :

Tabel 3. Penutupan Lahan di PT. Telagabakti Persada

Penutupan Lahan HL (ha)

HPT (ha)

HP (ha)

HPK (ha)

APL (ha)

Jumlah

Hutan lahan kering primer 226 525 2.185 0 0 2.936

Hutan Mangrove Primer 28 0 2 0 0 30

Hutan Karst primer 0 1.062 267 0 0 1.329

Hutan Lahan Kering Sekunder 0 11.306 31.517 103 0 42.926

Hutan Karst sekunder 0 1.790 0 0 0 1.790

Belukar tua 0 0 439 121 0 560

Belukar muda dan semak 15 258 8.017 169 12 8.471

Tanah terbuka 0 0 506 5 0 511

Pertambangan 0 0 551 0 0 551

Tubuh air 0 0 1.115 0 0 1.115

Tertutup awan 0 1.129 2.057 0 0 3.186

Jumlah 269 16.070 46.656 398 12 63.405

(4)

4

Tabel 4. Deliniasi Makro Areal PT. Telagabakti Persada

No. Zona/Kawasan Tanjung

Akelamo (Jikodolong)

Tanjung Toona (Anggai)

Tanjung Jobubu

(Sum)

Jumlah

ha ha ha ha

1. Kawasan Lindung 6.367 1.547 244 8.158

- Sungai & sempadan 797 645 65 1.507

- Badan danau - Buffer danau

- Hutan Lindung 1.757 - 42 1799

- Buffer HL/CA 1.152 311 137 1.600

- KPN 300 - - 300

- Lereng > 40% 629 591 - 1.220

2. Areal tidak efektif untuk produksi 4.040 329 1.898 6.267

- Sarana/prasarana 259 51 43 353

- Kebun bibit 295 278 - 573

- PUP 200 - - 200

- Tambang 3.286 - - 3.286

- Kebun Masyarakat - - 1.855 1.855

3. Areal Efektif dikelola 34.743 10.379 3.858 48.980

- Berhutan 29.671 10.226 3.598 43.495

- Non hutan 5.072 153 260 5.485

Jumlah 45.150 12.255 6.000 63.405

C. TEKNIK SILVIKULTUR

IUPHHK PT. Telagabakti Persada pada jangka pengusahaan hutan ke-1 (1989- 2009) telah menerapkan sistem silvikultur TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia) dan sejak RKT tahun 2007 melaksanakan uji coba TPTII-SILIN sesuai surat Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan nomor SK.194/VI-BPHA/04 dan nomor S.56/VIBPHA/06 yang diperbaharui dengan Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan nomor SK.31/VI-BPHA/2010 tanggal 17 Maret 2010 tentang Penunjukan Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) sebagai pelaksana silvikultur TPTJ dengan teknis SILIN.

Memperhatikan perkembangan Peraturan tentang pelaksanaan sistem silvikultur dan kondisi tapak areal kerja PT. Telagabakti Persada, maka pada areal IUPHHK PT. Telagabakti Persada pada periode 2020 – 2029, akan menerapkan multi sistem silvikultur yaitu:

1. Sistem silvikultur TPTI pada areal areal berhutan dengan topografi secara umum relatif agak berat).

2. Sistem silvikultur TPTJ-SILIN pada areal berhutan/bekas tebangan dengan

topografi relatif sedang.

(5)

5 D. TEKNIK PEMANENAN

Pemanenan di PT. Telagabakti Persada menggunakan alat chainsaw (untuk penebangan dan pemotongan), traktor (pembukaan jalan angkutan, jalan sarad dan kegiatan penyaradan), swing yarder (memindahkan kayu rebah dari lokasi tebangan ke TPn), logging truk (pengangkutan kayu/log), Load loader (bongkar muat kayu/log).

Walaupun menggunakan banyak alat berat, PT. Telagabakti Persada menerapkan teknik pemanenan berdampak rendah/Reduce Impact Logging (RIL). Praktek Pemanenan berdampak rendah meliputi aspek perencanaan (peta pohon, topografi, posisi jalan sarad dan TPn), aspek produksi (pengaturan arah rebah pohon, arah penyaradan dan deaktivasi pasca tebangan) yang bertujuan untuk meminimalkan kerusakan tanah dan tegakan tinggal serta optimalisasi pemanenan hutan.

Beberapa prinsip yang dilakukan dalam pemanenan adalah:

 Memanen tidak boleh melebihi riap, yaitu sesuai dengan perhitungan JPT dan menebang hanya pohon jenis komersil berdiameter sesuai limit yang diijinkan.

 Melakukan perencanaan pemanenan berbasis data/system informasi geographis (GIS),

 Memperhatikan kawasan lindung terutama pada petak tebangan yang teridentifikasi terdapat kawasan bernilai konservasi tinggi (HBKT).

 Memanen secara ramah lingkungan, yaitu menerapkan teknis pemanenan berdampak rendah (RIL) untuk menghasilkan produksi kayu bulat yang optimal, tetapi kerusakan hutan dapat dikurangi (keterbukaan rendah dan permudaan hutan terjaga).

 Pasca tebangan melakukan tindakan/pengelolaan pada petak tebangan untuk mempercepat proses recovery hutan dan mencegah terjadinya erosi/sedimentasi, yaitu berupa pembuatan sudetan pada bekas jalan sarad, pengembalian top soil pada bekas TPn/TPK, pembersihan badan sungai dari limbah penebangan, penanaman pada areal-areal terbuka.

 Memperhatikan kesehatan dan keselamatan pekerja berpedoman kepada Sistem Manajemen K3 dan HIRA

Volume yang diambil dalam sistem TPTI adalah volume pohon berdiameter >40 cm

untuk HP dan HPK, serta diameter >50 cm untuk HPT. Dengan istilah lain, disebut

dengan etat volume, hanya saja jumlah yang diambil setiap tahun tidak sama.

(6)

6

Sedangkan untuk sistem TPTJ-SILIN volume yang diambil pohon berdiameter > 40 cm. Untuk pendugaan yang lebih cermat dibutuhkan beberapa fungsi lain seperti fungsi mortalitas (kematian) dan fungsi alih tumbuh (recruitment), juga kerusakan akibat penebangan. Riap volume rata-rata tahunan yang digunakan adalah 1,749 m3/Ha/tahun sesuai arahan Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi nomor : S.199/VIII/P3KR-2/2011 tanggal 24 Maret 2011.

Berikut perhitungan taksiran produksi tahunan untuk masing-masing system

silvikultur :

(7)

7

(8)

8

(9)

9

Setelah dilakukan perhitungan jatah produksi tahunan, untuk sistem silvikultur TPTI

diperoleh hasil 46.970 m 3 /tahun. Dan untuk sistem silvikultur TPTJ-Silin diperoleh

hasil 34.580 m

3

/tahun. Etat tersebut kemudian digunakan sebagai pengaturan

kelestarian hasil, yang tentu saja tidak mungkin ditemukan angka-angka luas dan

volume tebangan tahunan yang absolut sama, melainkan akan bergerak di sekitar

angka rata-rata etat tersebut.

(10)

10 E. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN

Rencana setiap kegiatan periode tahun 2020 sampai dengan 2029 berdasarkan sistem Silvikultur yang diterapkan ditunjukkan sebagai berikut :

Tabel 5. Rencana Pengelolaan Sistem TPTI

KEGIATAN LUAS

PAK (ha) 10.680

ITSP (ha) 9.816

PWH (Km) 122,4

Pemanenan (M

3

) 515.321,77

Pengadaan Bibit (batang) 942.912

Penanaman & Pemeliharaan tanaman

(ha) 6.548

Tabel 6. Rencana Pengelolaan Sistem TPTI – Silin dan TPTJ – Silin

KEGIATAN TPTI – SILIN

Pengadaan bibit (btg) 169.056

Penyiapan Lahan luas gross /efektif (ha) 2.088/417,6

Penanaman – luas efektif (ha) 352,2

Pemeliharaan (ha) 352,2

Tabel 7. Rencana Pengelolaan Sistem TPTJ – Silin

KEGIATAN TPTJ – Silin

Penataan Areal TPTJ 10.345

Pengadaan Bibit (btg) 671.112

Penyiapan Lahan – luas gross/ efektif (ha)

10.345/1.551,75

Penanaman – Luas efektif 1.398,2

Pemeliharaan (ha) 1,398,4

Tebang Naungan (M

3

) 329.668,4

(11)

11 F. PENGGUNAAN DAN PENJUALAN

Rencana penggunaan dan penjualan hasil hutan berupa logs, disajikan selama jangka 10 (sepuluh) tahun, baik untuk industri sendiri maupun untuk memasok bahan baku industri perusahaan lain serta untuk memenuhi kebutuhan kayu lokal (5%).

Tabel 8. Rencana Penggunaan dan Penjualan Log

No. Tahun Volume Penggunaan Log (m

3

)

Jumlah Industri

(Kerjasama) Industri

lain Pemenuhan kebutuhan lokal

1. 2020 64.665 - 3.403 68.068

2. 2021 60.803 - 3.200 64.003

3. 2022 72.335 - 3.807 76.142

4. 2023 71.042 - 3.739 74.781

5. 2024 72.168 - 3.798 75.966

6. 2025 74.900 - 3.942 78.842

7. 2026 100.310 - 5.279 105.589

8. 2027 114.148 - 6.008 120.156

9. 2028 144.786 - 7.620 152.406

10. 2029 174.877 - 9.204 184.081

Jumlah 950.032 50.002 1.000.034

Ket : Realisasi penggunaan dan penjualan log berasal dari hasil tebangan pada areal TPTI dan TPTJ

G. TENAGA KERJA

Kebutuhan tenaga kerja IUPHHK-HA PT. Telagabakti Persada pada tingkat Pusat, Cabang dan Camp adalah seperti pada tabel berikut :

Tabel 9. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja

Rencana penggunaan tenaga teknis kehutanan, tenaga local dan pendatang,

tenaga teknis non kehutanan seperti pada tabel berikut :

(12)

12

Tabel 10. Rencana Penggunaan tenaga teknis kehutanan

Tabel 11. Rencana penggunaan tenaga local dan pendatang (%)

Tabel 12. Rencana penggunaan tenaga non teknis kehutanan

Pendidikan Tahun

2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

S1 Ekonomi/

manajemen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

S1 Teknik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

S1 Hukum 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

S1 Komputer/IT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

S1 Sosial/

Antropolog 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

S1 Pertanian 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

S1 Geografi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

(13)

13

H. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di suatu perusahaan merupakan suatu persyaratan dimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 87 bahwa perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan dan Peraturan Pemerintah No.

50 tahun 2012 tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

PT. Telagabakti Persada berkomitmen untuk:

1. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tenaga Kerja dan orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung, pelanggan dan tamu) di tempat kerja.

2. Menjamin Pengendalian Dampak Lingkungan yang timbul akibat kegiatan operasional Perusahaan.

3. Memenuhi peraturan perundangan dan persyaratan lain yang berlaku berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Lingkungan.

4. Melakukan perbaikan berkelanjutan demi terciptanya K3 yang baik ditempat kerja dan lingkungan yang sehat di wilayah Perusahaan.

Untuk mewujudkan komitmen tersebut, maka PT. Telagabakti Persada akan:

1. Membentuk struktur/ susunan/ organisasi/ unit khusus untuk melaksanakan Penerapan K3 Perusahaan secara sistematis, efektif dan berkelanjutan.

2. Mengidentifikasi dan mengendalikan semua potensi bahaya serta aspekaspek dampak lingkungan yang terkandung pada seluruh aktivitas operasional Perusahaan.

3. Menyediakan sarana dan prasarana K3 yang memadai.

4. Memberikan pelatihan dan pembinaan K3 kepada Tenaga Kerja untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Tenaga Kerja terhadap K3.

5. Berperan secara aktif dalam upaya memenuhi semua peraturan perundangan

dan persyaratan lain yang berkaitan dengan K3.

(14)

14

I. MONITORING PERTUMBUHAN DAN DINAMIKA HUTAN

Monitoring perkembangan penutupan lahan setiap tahun melalui penafsiran citra satelit. Sedangkan untuk monitoring pertumbuhan tegakan hutan dan tanaman dilaksanakan melalui pembuatan Petak Ukur Permanen (PUP) untuk tegakan alam dan sampel plot permanen untuk tanaman dalam jalur pada sitem TPTJ-Teknik Silin. Pengukuran dilakukan tiap tahun.

J. Rencana Kelola dan Pemantauan Lingkungan Berbasis Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (HCVF)

Telah dilakukan kegiatan identifikasi HCVF di areal PT. Telagabakti Persada pada Januari – Pebruari 2015.

Berdasarkan hasil identifikasi HCVF di PT. Telagabakti Persada terdapat Nilai konservasi tinggi (NKT) sebagai berikut :

Tabel 13. Keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Areal Konsesi PT. Telagabakti Persada

Kriteria NKT Komponen NKT Status

Ya Tidak Mungkin

NKT 1. Kawasan yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang penting

NKT 1.1 Kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi pendukung keanekaragaman hayati bagi kawasan lindung dan/atau konservasi

NKT 1.2 Spesies hampir punah

NKT 1.3 Kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu bertahan hidup NKT 1.4 Kawasan yang merupakan habitat bagi spesies atau sekumpulan spesies yang digunakan secara temporer

NKT 2. Kawasan Bentang alam yang penting bagi dinamika ekologi secara alami

NKT 2.1 Kawasan bentang alam luas yang memiliki kapasitas untuk menjaga proses dan dinamika ekologi secara alami

NKT 2.2 Kawasan yang berisi dua atau lebih ekosistem dengan garis batas

yang tidak terputus

(berkesinambungan)

NKT 2.3 Kawasan yang berisi populasi dari perwakilan spesies alami

NKT 3. Kawasan yang mempunyai ekosistem langka atau terancam punah

NKT 4. Kawasan yang

menyediakan jasa-jasa NKT 4.1 Kawasan atau ekosistem

penting sebagai penyedia air dan

(15)

15

lingkungan alami pengendalian banjir bagi masyarakat hilir

NKT 4.2 Kawasan yang penting bagi pengendalian erosi dan sedimentasi NKT 4.3 Kawasan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah meluas kebakaran hutan dan lahan NKT 5. Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan dasar masyarakat lokal

NKT 6. Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional komunitas lokal

Berdasarkan hasil identifikasi HCVF yang telah dilakukan disusunlah rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan sebagai berikut :

Tabel 14. Rencana Pengelolaan Lingkungan

NKT Strategi dan Tindakan Pengelolaan Indikator Keberhasilan Pelaksana 1.1 - Pelaksanaan sistem pemanenan yang ramah

lingkungan (RIL);

- Kampanye tentang pentingnya kawasan lindung bagi staf khususnya bagian produksi;

- Pembuatan koridor antar kawasan lindung yang telah ditetapkan sedemikian rupa sehingga terbentuk koridor yang berfungsi sebagai koridor satwa.

Kawasan lindung utuh dan terjaga baik kondisi dan fungsinya.

Perencanaan dan Pembinaan Hutan.

1.2 - Penanaman kembali atau memelihara anakan alam untuk jenis-jenis tumbuhan RTE (rare, threatened dan endangered) yang banyak terdapat di kawasan unit pengelolaan ;

- Melakukan rehabilitasi kawasan-kawasan yang kritis dengan menanami jenis-jenis unggulan termasuk jenis S. selanica

Habitat dan jenis S. selanica banyak dijumpai di dalam konsesi TBP

Pembinaan Hutan

1.3 - Mengontrol dan melarang perburuan di dalam areal TBP;

- Penanaman kembali atau memelihara anakan alam Untuk jenis-jenis tumbuhan RTE yang berpotensial sebagai pakan satwa liar yang terdapat di kawasan unit pengelolaan;

- Implementasi sistem RIL - Penjagaan riparian

- Bekerjasama dengan pihak lain dalam melakukan penelitian tentang flora-fauna yang terancam punah.

- Tingkat perburuan menurun;

- Sistem RIL dilaksanakan;

- Ada kerjasama dengan pihak universitas atau LSM.

Pembinaan Hutan, produksi,

perencanaan

1.4 - Perlindungan sempadan sungai, danau dan pantai;

- Penerbitan peraturan tidak mengambil batu dari sungai;

- Pelarangan penebangan pada radius tertentu dari gua-gua karang/karst;

- Pelarangan berburu untuk jenis-jenis burung yang ada di dalam areal unit pengelolaan.

- Sempadan sungai terlindungi;

- Tingkat perburuan menurun

Pembinaan hutan, perencanaan dan produksi

2.1 - Pelaksanaan sistem pemanenan ramah

lingkungan; - Pelaksanaan pemanenan

ramah lingkungan (RIL); Pembinaan hutan,

perencanaan dan

(16)

16

NKT Strategi dan Tindakan Pengelolaan Indikator Keberhasilan Pelaksana - Pelarangan perburuan liar;

- Pengelolaan habitat keanekaragaman hayati - Penurunan tingkat

perburuan. produksi 2.2 - Menjaga nilai-nilai konektivitas antara

ekosistem hutan dengan lansekap yang lebih luas;

- Pelaksanaan sistem RIL konsisten;

- Menyisihkan beberapa kawasan yang mewakili semua ekosistem yang ada di dalam konsesi TBP .

- Pelaksanaan pemanenan ramah lingkungan (RIL);

- Ada koridor yang menghubungkan

kawasan lindung di dalam konsesi dengan lansekap luas.

Perencanaan produksi dan pembinaan hutan

2.3 - Menjaga nilai-nilai konektivitas antara ekosistem hutan dengan lansekap yang lebih luas;

- Pelaksanaan sistem RIL konsisten;

- Menekan perburuan liar.

- Pelaksanaan sistem pemanenan ramah lingkungan secara konsisten;

- Menurun tingkat perburuan;

- Ada konektivitas antara hutan di TBP dengan lansekap.

Produksi, pembinaan hutan

3 Merehabilitisi lahan hutan mangrove dan pantai yang ada disekitar logpond dengan cara menanami, memelihara dan menjaga yang ada.

Kawasan hutan mangrove

masih ada dan terpelihara Pembinaan hutan dan TUK

4.1 - Mempertahankan kawasan lindung;

- Menerapkan teknik-teknik RIL dengan benar;

- Rerestorasi lahan yang sudah rusak dengan melakukan berbagai aktivitas penanaman pohon di areal yang kosong dan terdegradasi;

- Mempertahankan wilayah yang menjadi ekosistem bakau dan danau;

- Meminimalisir dan mencegah terjadinya illegal logging dan penyerobotan lahan di dalam areal konsesi TBP khususnya di Sum.

- Kawasan lindung terpihara dan terjaga - Pelaksanaan sistem

pemanenan kayu berazas RIL;

- Ekosistem bakau danau terjaga dan terpelihara;

- Menekan terjadinya illegal logging dan penyerobotan lahan.

Pembinaan hutan, perencanaan, produksi.

4.2 - Menerapkan teknik-teknik Reduce Impact Logging (RIL) dalam hal ini sistem TPTI guna menekan dampak kerusakan tanah sebagai akibat proses penebangan dan penyaradan kayu;

- Membuat sudetan-sudetan atau guludan di sepanjang jalan sarad guna menahan air, erosi dan sedimentasi.

- Menerapan sistem RIL dalam pemanenan kayu - Erosi terkendali

Pembinaan hutan dan produksi

4.3 - Pemasangan berbagai larangan atau himbauan kepada masyarakat dan karyawan perusahaan untuk tidak melakukan

pembakaran hutan atau menyalakan api secara sengaja dan sembarangan;

- Unit pengelolaan TBP sebaiknya memelihara sumber mata air atau tempat-tempat

genangan air besar seperti danau atau embung air;

- Sebaiknya pihak unit pengelola memberikan tentang tata cara penanggulangan dan pemadam kebakaran kepada seluruh staf.

5 - Penerapan sistem pembalakan ramah

lingkungan (RIL);

(17)

17

NKT Strategi dan Tindakan Pengelolaan Indikator Keberhasilan Pelaksana - Pemeliharaan sempadan sungai;

- Kampanye kepada staf untuk tidak membuang sampah B3 ke sungai.

Tabel 15. Rencana Pemantauan Lingkungan

NKT Strategi dan tindakan Pemantauan Periode Penanggung Jawab 1.1 - Pemantauan kegiatan RIL

- Laporan periodik tetang proses penyadartahuan dan sosialisasi ;

- Pemantauan tutupan hutan dan koridor antara kawasan lindung dengan kawasan konservasi diluar konsesi.

- Pertiga bulan/enam

bulan Perencanaan

Pembinaan Hutan.

1.2 - Melakukan pemantauan tumbuhan kategori RTE melalui survei berkala bersamaan dengan ITSP;

- Pelaporan hasil evaluasi penanaman lahan kosong dan rusak secara periodik;

- Pertahun Pembinaan Hutan, Perencanaan, produksi 1.3 - Pemantauan dengan pengamatan reguler di

petak/sample permanen plot ;

- Membuat check list satwa liar yang dilindungi yang ditemui di lapangan untuk staf, driver logging, dll - Survei satwa liar di jalur-jalur atau sample plot

permanen secara periodik ;

- Memplotkan hasil temua satwa liar dalam peta yang terintegrasi dengan sistem GIS;

- Melibatkan masyarakat dalam melakukan

pemantauan melalui pengawasan perburuan satwa liar di kampung;

- Pelaporan tentang pelaksanaan RIL;

- Laporan pertumbuhan tanaman yang di tanam di tempat-tempat terbuka dan rusak.

- Pertahun Pembinaan Hutan, Perencanaan, produksi

1.4 - Pemantauan dan evaluasi RIL

- Pemantuan dan evaluasi tindakan perburuan yang ada di staf dan masyarakat.

- Pertiga bulanan Pembinaan Hutan, Perencanaan, produksi 2.1 - Laporan reguler tentang RIL;

- Laporan periodik tentang perburuan;

- Pertahun Pembinaan Hutan dan Perencanaan 2.2 - Pemantauan RIL bisa dilakukan setelah

penebangan selesai di setiap Rencana Karya Tahunan (RKT);

- Pemantauan tutupan hutan;

- Melakukan survei satwa liar di jalur-jalur atau sample plot permanen secara periodik ;

- Pertahun Pembinaan Hutan dan Produksi

2.3 - Pemantauan bisa dilakukan setelah penebangan selesai di setiap Rencana Karya Tahunan (RKT) untuk RIL;

- Pemantauan tutupan hutan;

- Pemantauan perburuan

- Pertahun Pembinaan

Hutan, Produksi.

(18)

18

NKT Strategi dan tindakan Pemantauan Periode Penanggung Jawab 3 - Pemantauan kawasan hutan mangrove dan hutan

pantai. - Pertahun Pembinaan hutan

4.1 - Pelaporan berkala tentang kegiatan restorasi (pertumbuhan tanaman dan luas);

- Pemantauan RIL dilakukan setelah penebangan selesai di setiap Rencana Karya Tahunan (RKT);

- Pemantauan kawasan hutan mangrove dan hutan pantai.

- Laporan periodik tentang illegal logging

- Per enam bulan/pertahun

- Pembinaan hutan Produksi, Perencanaan

4.2 - Pemantauan RIL bisa dilakukan setelah penebangan selesai di setiap Rencana Karya Tahunan (RKT);

- Menggunakan perangkat lunak GIS dan remote Sensing untuk pematauan tutupan hutan;

- Laporan pemantauan sedimentasi dan erosi

- Per tahun Pembinaan Hutan, Perencanaan, produksi

4.3 - Pemantauan kebakaran hutan;

- Pemantauan muka air sungai, debit dan kualitas air;

- Laporan pelatihan pemadam kebakaran hutan dan lahan.

- Per enam bulan Pembinaan Hutan

5 - Pemantauan berkala pelaksanaan RIL;

- Pemantauan air sungai, debit dan kondisi sempadan;

- Laporan pemahaman dan partisipasi staf dalam kebersihan lingkungan termasuk sampah.

- Perenam bulan Pembinaan Hutan

K. STUDI REGENERASI

PT. Telagabakti Persada telah melakukan Studi Permudaan Alam pada hutan LoA 10 tahun, Blok TPTJ 2008, 2010, 2012, 2014 dan sebagai pembandingnya adalah hutan primer. Parameter komposisi tegakan seperti jumlah pohon dan distribusi diameter, jenis dominan dan permudaan alam tingkat semai, pancang dan tiang merupakan bagian penting vegetasi.

Untuk melihat komposisi jenis penyusun tegakan pada hutan bekas tebangan (LoA)

dan hutan primer, maka dilakukan pengelompokan atas jenis Dipterocarpaceae dan

non-Dipterocarpaceae. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi jenis

dipterocarpaceae pada seluruh plot studi lebih kecil dibandingkan dengan jenis non-

dipterocarpaceae, kecuali pada Hutan Primer. Sedangkan Keanekaragaman jenis

tingkat semai, pancang dan tiang pada seluruh plot studi sangat bervariasi, namun

secara umum tergolong rendah.

(19)

19

Pembuatan jalur tanam tidak menyebabkan menurunnya sifat tanah pada seluruh plot TPTJ sehingga dugaan atau persepsi bahwa pembuatan jalur tanam dalam sistem silvikultur TPTJ akan menimbulkan perubahan terhadap sifat tanah belum terbukti.

L. PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN

Rencana perlindungan dan pengamanan hutan secara garis besar meliputi penanggulangan terhadap kebakaran hutan, pencurian kayu, perambahan hutan dan perladangan. Secara rinci dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 16. Rencana Kegiatan Perlindungan dan Pengamanan Hutan

Kegiatan Stn Tahun

2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 a. Kebakaran Hutan

- Pelatihan personil - Penyiapan

sarana:

Transportasi Komunikasi Pemadam

Kali

Kali Kali Kali

12

3 10 10

12

3 10 10

12

3 10 10

12

3 10 10

12

3 10 10

12

3 10 10

12

3 10 10

12

3 10 10

12

3 10 10

12

3 10 10 - Pembuatan/

Pemeliharaan:

Menara pengawas Embung air Jalan inspeksi Sekat bakar

Unit Unit Km Km

2 4 12 12

2 4 12 12

2 4 12 12

2 4 12 12

2 4 12 12

2 4 12 12

2 4 12 12

2 4 12 12

2 4 12 12

2 4 12 12 - Pemasangan

papan peringatan

Buah 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72

- Patroli - Penyuluhan

rutin rutin b. Pencurian kayu,

perambahan hutan, perladangan - Penyiapan lahan

Transportasi Komunikasi Pendukung - Pelatihan

personil - Pembuatan/

pemeliharaan pos

pengamanan - Pemasangan

papan peringatan

Unit Unit Unit Kali Unit

Buah 3 10 10 12 4

72 3 10 10 12 4

72 3 10 10 12 4

72 3 10 10 12 4

72 3 10 10 12 4

72 3 10 10 12 4

72 3 10 10 12 4

72 3 10 10 12 4

72 3 10 10 12 4

72 3 10 10 12 4

72

PMDH/CSR Terintegrasi dengan kelola sosial

c. Pengamatan/

pengendalian

hama & penyakit Rutin dan terus menerus

(20)

20 M. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Rencana Penelitian dan Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan PT. Telagabakti Persada. Secara rinci dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 17. Rencana Penelitian dan Pengembangan

Bidang yang

diteliti Pelaksana Tahun

2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 A. Silvikultur

1. RIL 2. Riap PUP 3. Faktor

Eksploitasi 4. Erosi tanah 5. INP

PT. TBP PT. TBP &

Litbanghut Litbanghut PT. TBP PT. TBP

 -

 

 -

 

 

 -

 

 -

 

 

 -

 

 -

 

 

 -

  B. Manajemen dan Kelembagaan

1. Efektifitas system pengawasan internal

Mahasiswa

tugas akhir - -  - - - - - - -

C. Aspek Sosial Pengaruh PMDH/CSR pada masyarakat setempat.

Mahasiswa tugas akhir, PT.

TBP, Wana Aksara

- -  - - -  - - -

D. Produktifitas Alat dan 1. Pengaruh

sudut asah chainsaw terhadap produktifitas penebangan 2. Efek RIL

terhadap produktifitas alat dan operator

Mahasiswa tugas akhir

Mahasiswa tugas akhir, PT.

TBP

 -

 -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

-

N. RENCANA KELOLA SOSIAL

Saat ini PT. Telagabakti Persada melaksanakan kegiatan kelola sosial di beberapa desa yang telah menjadi desa binaan.

Sesuai rekomendasi hasil studi dampak sosial (Social impact Assessment) desa-desa yang menjadi prioritas adalah :

1) Prioritas pertama : Desa Sum, Desa Soligi, Desa Baru.

2) Prioritas kedua : Desa Wayaloar.

3) Prioritas ketiga : Desa Air Mangga, Desa Kawasi.

(21)

21

Kegiatan kelola sosial yang akan dilakukan meliputi :

1) Jenis-jenis kegiatan yang telah menjadi kesepakatan antara perusahaan dengan masyarakat masing-masing desa sekitar areal IUPHHK yang belum terlaksana atau belum selesai;

2) Penerimaan tenaga kerja lokal dari desa sekitar areal IUPHHK

3) Kerjasama/pemberian peluang usaha kepada pelaku usaha lokal dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan yang memerlukan mitra

4) Pemberian akses pemanfaatan jalan perusahaan

5) Pemberian kesempatan pemanfaatan limbah kulit kayu.

6) Pengembangan kegiatan produktif berkelanjutan dan berbasis potensi setempat, seperti pengembangan pohon unggulan lokal cepat tumbuh (samama), tanaman multi purpose tree species (MPTS) seperti kelapa dan pala .

7) Melanjutkan pemetaan partisipatif, khususnya pembuatan kesepakatan batas antara kebun masyarakat dengan areal efektif untuk produksi.

8) Pencegahan dan penanggulangan konflik sosial.

Gambar

Tabel 1. Kelas Lereng
Tabel 2. Fungsi Hutan di PT. Telagabakti Persada
Tabel 4. Deliniasi Makro Areal PT. Telagabakti Persada
Tabel 5. Rencana Pengelolaan Sistem TPTI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Suni. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Sedangkan teknik

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan Metode Holt- Winters dapat memberikan informasi data prediksi terhadap tingkat laju inflasi dengan

The topology on primitive ideal space of Toeplitz algebras of totally ordered abelian groups can be identified through the upwards-looking topology if and only if the.. chain of

Pokja Pengadaan Barang ULP Barang/Jasa Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor: 602/06.5/PK-BAHP/PPBJ/ BPKP /2011 Tanggal: 19-September-2011 dan Surat Penetapan Pemenang

( al-takhribi ) yang dipahami sebagian kelompok yang mengatasnamakan agama yang sering melancarkan aksi teror karena tidak puas dengan tatanan dunia yang tidak adil, namun

Hasil jerami kedua varietas tersebut nyata lebih tinggi pada perlakuan tanpa olah tanah dengan pemberian bahan organik, baik berupa jerami segar maupun pupuk kandang.

Berdasarkan pengertian–pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi merupakan biaya–biaya yang digunakan dalam proses produksi meliputi biaya bahan baku,