• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAYANAN BK UNTUK MENINGKATKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN DI ERA DISRUPSI MELALUI KETERLIBATAN SISWA DI TEACHING FACTORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAYANAN BK UNTUK MENINGKATKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN DI ERA DISRUPSI MELALUI KETERLIBATAN SISWA DI TEACHING FACTORY"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING

“PELUANG DAN TANTANGAN KONSELING KARIR DI ERA DISRUPSI”

Tegal,1 Desember 2018

LAYANAN BK

UNTUK MENINGKATKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN DI ERA DISRUPSI MELALUI KETERLIBATAN SISWA

DI TEACHING FACTORY Chazanah Erawati Guru BK SMK 3 Tegal erawatichazanah@ymail.com

Abstrak

Era disrupsi merupakan fenomena tergesernya aktivitas nyata ke aktivitas maya dan tergesertnya tenaga tenaga manusia ke teknologi canggih. Era disrupsi menuntut gerasi sekarang mengikuti perkambangan yang ada. Lulusan SMK sebagai usia produktif harus mampu memiliki kemampuan berpikir kreatif, inovatif dan problem solving serta jiwa kewirausahaan yang tinggi agar tetap eksis dengan kondisi semakin menipisnya penyerapan tenaga kerja. Teaching factory sebagai sarana pembelajan di SMK yang mendidik siswa agar bisa menciptakan produk sesuai standar selera konsumen dan mampu memasarkannya.

Keberhasilan pembelajaran teaching factory perlu keterlbatan berbagai pihak diantaranya adalah BK. BK bisa menggunakan strategi yang ada untuk menanamkan karakter etos kerja dan jiwa kewirauahaan melalui materi materi yang sesuai untuk kebutuhan siswa.

Kata kunci : Layanan BK, Jiwa Kewirausahaan, teaching factory, era disrupsi

PENDAHULUAN

Indonesia saat ini sedang mengalami tantangan karena jumlah penduduk yang makin besar dan arus globalisasi yang menuntut perlunya gebrakan agar siap lepas landas menuju negara maju. Kenaikan jumlah penduduk usia produktif yang sering disebut sebagai bonus demografi seharusnya menjadi kekayaan bangsa Indonesia untuk menggenjot roda ekonomi.

Tapi teryata tidak mudah untuk meraih momentum keemasan bonus demografi karena diperlukan generasi yang berkualitas, lapangan kerja yang memadai. Tantangan terberat yang dhadapi sekarang ini adalah lapangan kerja yang menipis yang tidak seimbang dengan jumlah populasi usia produktf. Menipisnya lapangan kerja salah satunya adalah fenomena disrupsi.

Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari disrupsi adalah kondisi sedang terjadi perubahan fundamental atau mendasar yaitu evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia. Era disrupsi merupakan fenomena ketika masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan dunia nyata ke dunia maya, fenomena ketika tenaga manusia bisa digantikan dengan mesin-mesin, Misalnya e tool yang menggantika tenaga-tenaga manusia.

Itulah kondisi sekarang yang mau gak mau tidak bisa kita tolak dan harus kita ikuti

(2)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING

“PELUANG DAN TANTANGAN KONSELING KARIR DI ERA DISRUPSI”

Tegal,1 Desember 2018

perkembangan yang ada. Jika kita gagal untuk mengikuti zaman tersebut kita menjadi tertnggal terlalu jauh seperti contoh sekarang yang ada yaitu transportsai TAXI. Jika taxi tidak mengikuti perkembangan jaman yang ada maka dia akan tergeser oleh transportasi online yang lebih memudahkan konsumen.

Menghadapi era disrpusi maka perlu dipersiapkan generasi yang memiliki etos kerja , sikap terbuka serta mampu menjadi problem solving untuk memecahkan masalah yang semakin komplek. Siswa SMK merupakan usia produktif yang dicetak oleh pemerintah untuk siap masuk dunia kerja menghadapi tantangan besar di era disrupsi. Siswa SMK yang hanya mengandalkan mencari lapangan kerja akan bersaing dengan pesaing yang semakin banyak mengingat Indonesia memiliki jumlah usia produktif yang besar dan pasar global yang mengijinkan tenaga-tenaga asing masuk ke Indonesia bisa bersaing bersama.

Digantikannya tenaga-tenaga manusia dengan mesin mempersempit lapangan kerja yang tersedia untuk lulusan SMK. Dibutuhkan lulsan SmK yang unggul dalam menjawab tantangan zaman.

Salah satu solusi dalam menghadapi sempitnya lapangan kerja karena tergantikannya tenaga manusia dengan mesin-mesin maka perlu jiwa kewirausahaan bagi Lulusan SMK agar bisa berdiri sendiri memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk membantu meningkatkan jiwa kewirausahaan bisa dibangun melalui teaching factory yang di dalamnya dikembangkan karakter etos kerja (disiplin, tanggungjawab, jujur, kerjasama dan kepimpinan) yang dibutuhkan DUDI (dunia industri). Melalui teaching factory pulalah dihasilkan suatu produk yang diterima pasaran sehingga membantu siswa memiliki tantangan untuk memasarkan produk yang telah dihasilkan. Disitulah nantinya jiwa kewirausahaan akan terbentuk.

Keterlibatan siswa dalam teaching factory perlu ditingkatkan melalui pembelajaran Guru produktif dalam membantu siswa menghasilkan produk yang benar-benar dibutuhkan oleh pasar. BK beperan dalam menanamkan karakter etos kerja (disiplin, tanggung jawab dan jujur) serta motivasi berwirausaha melalui layanan BK. Komponen Layanan BK yang terdiri layanan Dasar, Responsif, Dukungan Sistem dan peminatan menjadii dasar bagi guru BK untuk menyusun strategi layanan yang bisa menunbuhkan karakter yang diharapkan.

Perlunya kedekatan guru Bk dengan siswa dan guru Produktif agar bisa bersinergi megetahui kebutuhan industri dan produk yang bisa diterima pasar agar layanan BK untuk siswa tepat sasaran. Guru BK bisa mengembangkan strategi layanan BK beserta materi materinya yang sesuai kebutuhan siswa agar memiliki etos kerja dan kejiwawirausahaan yang dibutuhkan di era disrupsi ini. Pentingnya peran BK dalam membentuk karakter etos kerja dan

(3)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING

“PELUANG DAN TANTANGAN KONSELING KARIR DI ERA DISRUPSI”

Tegal,1 Desember 2018

kewirausahaan di era disrupsi maka dalam makalah ini diangkat masalah Layanan BK untk meningkatkan jiwa kewirausahaan di era disrupsi melalui keterlibatan Siswa di teaching Factory.

PEMBAHASAN

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, disrupsi didefinisikan hal tercabut dari akarnya.

Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi adalah sedang terjadi perubahan yang fundamental atau mendasar. Satu di antara yang membuat terjadi perubahan yang mendasar adalah evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia. Digitalisasi adalah akibat dari evolusi teknologi (terutama informasi) yang mengubah hampir semua tatanan

kehidupan, termasuk tatanan dalam berusaha (

https://nasional.sindonews.com/read/1270526/16/tahun-disrupsi-1514924911)

Era disrupsi merupakan fenomena ketika masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata ke dunia maya. Para pelaku bisnis sudah mulai mengubah pola aktivitas menggunakan internet dan mesin. Hal ini menjadi keuntungan sendiri bagi dunia pebisnis atau industri karena penghematan biaya, penghematan waktu dan kualitas produk jadi lebih baik dengan perkembangannya yang pesat. Pergeseran itu menjadikan kita harus lebih kreatif dan inovatif menjawab tantangan yang ada.

Digantikannya tenaga tenaga kerja manusia oleh mesin menyebabkan demakin kecilnya daya serap tenaga kerja. Perubahan aktivitas dari dunia nyata ke dunia maya menyebabkan perlunya penguasaan teknologi yang tiggi karena penguasaan teknologi sama artinya penguasaan sumber daya.

Salah satu cara menghadapi era disrupsi adalah jangan pernah berhenti untuk berinovasi karena ketidakmampuan dalam beradaptasi, industri bisa mengalami kebangkrutan. Itu yang terjadi pada salah satu perusahaan besar Handphone Nokia yang sekarang hanya menjadi sejarah karena munculnya handphone handphone yang lebih memahami selera pasar. Itu artinya selera pasar berubah seiring dengan perkembangan zaman dan industri harus mengikuti selera pasar. Tantangan tantangan ini harus diperhatikan oleh generasi yang sekarang masuk pada generasi usia produktif yaitu generasi siswa-siswa SMK. Pembelajaran di SMK harus menyesuaiakn dengan kondisi yang sekarang ada. Perlunya siswa degan kemampuan bepikir kreatif, inovatif dan memiliki karakter etos kerja dan kewirausahaan.

Salah satu upaya pemerintah melalui Direktorat Pembinaan SMK untuk mewujudkan itu semua adalah dengan adanya teaching factory di SMK

1. Teaching Factory

(4)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING

“PELUANG DAN TANTANGAN KONSELING KARIR DI ERA DISRUPSI”

Tegal,1 Desember 2018

Teaching factory merupakan pengembangan dari unit produksi dan pendidikan sistem ganda yang sudah dilaksanakan di SMK – SMK. Konsep teaching factory merupakan salah satu bentuk pengembangan dari sekolah kejuruan menjadi model sekolah produksi. Teaching factory mengharuskan SMK yang melaksanakannya untuk memiliki sebuah unit usaha atau unit produksi sebagai tempat untuk pembelajaran siswa.

Dalam unit usaha atau produksi tersebut, siswa secara langsung melakukan praktik dengan memproduksi barang atau jasa yang mampu dijual ke konsumen. Teaching factory adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa secara langsung melakukan kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa di dalam lingkungan pendidikan sekolah. Barang atau jasa yang dihasilkan memiliki kualitas sehingga layak jual dan diterima oleh masyarakat atau konsumen.

Dalam roadmap pengembangan SMK 2010-2014 (Direktorat PSMK: 2009), teaching factory digunakan sebagai salah satu model untuk memberdayakan SMK dalam menciptakan lulusan yang berjiwa wirausaha dan memiliki kompetensi keahlian melalui pengembangan kerjasama dengan industri dan entitas bisnis yang relevan. Selain itu teaching factory bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui wahana belajar sambil berbuat (learning by doing). Pembelajaran dengan pendekatan seperti ini, akan menumbuhkan jiwa kewirausahaan

Selain bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan siswa SMK, untuk mampu memproduksi barang atau jasa, produk yang dihasilkan juga harus dapat diterima oleh masyarakat atau konsumen. Produk maupun jasa yang dihasilkan harus memenuhi kriteria yang layak jual sehingga dapat menghasilkan nilai tambah untuk sekolah (Direktorat PSMK, 2008).

Intinya bahwa teaching factory memiliki beberapa tujuan, yaitu: a.Meningkatkan kompetensi lulusan SMK

b. Meningkatkan jiwa entepreneurship lulusan SMK

c. Menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang memiliki nilai tambah d.

Meningkatkan sumber pendapatan sekolah e. Meningkatkan kerja sama dengan industri

Keterlibatan siswa di teaching factory dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam menghasilkan produk yang sesuai standard. Agar mampu mengasilkan produk yang sesuai standard yang direncanakan maka perlunya etos kerja yang bagus. Produk yang sudah dihasilkan perlu dipasarkan dan siswa dibekali dengan kemampuan

(5)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING

“PELUANG DAN TANTANGAN KONSELING KARIR DI ERA DISRUPSI”

Tegal,1 Desember 2018

berwirausaha karena pada akhirnya tidak semua lulusan bisa terserap dalam dunia industri. Pelibatan siswa mulai dari proses perencanaan, produksi, sampai dengan pemasaran diperlukan untuk memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa dalam berwirausaha. Dalam prakteknya Siswa diminta untuk membuat proposal usaha, dari proposal usaha yang dibuat, guru kemudian memberikan penilaian. Jika proposal usaha yang diajukan layak dan berpotensi selanjutnya siswa akan diberikan modal untuk menjalankan usaha yang telah direncanakan tersebut. Dengan kegiatan ini, siswa juga mendapatkan pengalaman secara langsung mulai dari perencanaan, produksi, sampai dengan pemasaran dan manajemen keuangan.

Untuk tercapainya itu semua perlu dukungan dari berbagai pihak . Salah satunya adalah keterlibatan guru BK sebagai orang yang dekat dengan siswa yang bisa memberi

“bimbingan” dan “konseling” yang diperlukan siswa. Layanan – layanan yang ada dalam BK bisa membantu siswa dalam membentuk karakter etos kerja, motivasi dan jiwa kewirauasahaan

2. Layanan BK untuk menigkatkan Jiwa Kewirausahaan

Kata Kewirausahaan sebagai terjemahan dari kata entrepreneurship dilontarkan pada tahun 1975 dan mulai digunakan diantara kelompok Entrepreneur Development Program – Development Technology Center (EDP – DTC) Institut Teknologi Bandung.

“Kelompok tersebut berpendapat bahwa entrepreneur spirit yang intinya menciptakan nilai atau manfaat melalui inovasi, tidak hanya terdapat atau diperlukan dikalangan pengusaha swasta, namun juga dikalangan organisasi kemasyarakatan atau organisasi yang memberikan pelayanan publik” (Astamoen, 2005:50). Atas dasar pertimbangan tersebut dimunculkanlah sebuah kata baru entreprendre yang dalam bahasa Indonesia berarti berusaha atau mengusahakan. “Kata wirausaha kemudian muncul secara meluas setelah menjadi istilah ketika keluarnya Instruksi Presiden RI No.4 tahun 1995 tanggal 30 Juni 19945 tentang Gerakan Nasional Memasyrakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan” (Astmoen, 2005:50). Entrepreneur dalam hal ini lebih merujuk pada istilah wirausaha, dimana menurut Suryana (2005:11) wirausaha adalah “seseorang yang memiliki kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha”. Sedangkan dalam konteks bisnis wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha.

“Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung resiko, yang mempunyai

(6)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING

“PELUANG DAN TANTANGAN KONSELING KARIR DI ERA DISRUPSI”

Tegal,1 Desember 2018

visi ke depan, dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha” (Swasono dalam Suryana, 2005:11).

sesuai dengan hasil lokakarya Sistem Pendidikan dan Pengembangan Kewirausahaan di Indonesia tahun 1978, adalah sebagai berikut : Pejuang kemajuan yang mengabdikan diri kepada masyarakat dengan wujud pendidikan (edukasi) dan bertekad dengan kemampuan sendiri sebagai kiat kewirausahaan untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin meningkat, memperluas lapangan pekerjaan, turut berdaya upaya mengakhiri ketergantungan pada luar negeri dan di dalam fungsinya tersebut selalu tunduk terhadap hukum lingkungannya (Astamoen, 2005:52). Definisi tersebut memberikan wawasan bahwa wirausahawan atau entrepreneur itu seharusnya dan secara tidak langsung mempunyai fungsi yang fital dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bisa dibayangkan jika di Indonesia semakin banyak entrepreneur – entrepreneur yang bermunculan untuk membuka lapangan pekerjaan. Tentu akan berimbas pada pengurangan jumlah pengangguran dan makin meningkatnya kesejahteraan rakyat serta kemajuan ekonomi bangsa Indonesia.

Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkait dengan empat komponen program yaitu: (1) Strategi layanan dasar; (2) Strategi layanan responsif; (3) Strategi perencanaan individual; dan (4) Dukungan sistem

1. Strategi Layanan Dasar Bimbingan a. Bimbingan Klasikal

Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas.

b. Bimbingan Kelompok

Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok- kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa.

c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas

Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek- aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran.

d. Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua

Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan, konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa.

2. Strategi Layanan Responsif a. Konsultasi

b. Konseling Individual atau Kelompok

(7)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING

“PELUANG DAN TANTANGAN KONSELING KARIR DI ERA DISRUPSI”

Tegal,1 Desember 2018

c. Referal (Rujukan atau Alih Tangan)

d. Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation) 3. Strategi Layanan Perencanaan Individual

a. Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or small-group Appraisal) b. Individual or Small-Group Advicement

4. Strategi untuk Dukungan Sistem a. Pengembangan Professional

b. Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi c. Manajemen Program

Dalam layanan Dasar konselor bisa memberi layanan dengan materi meningkatkan jiwa kewirausahaan yang diberikan melalui layanan infoemasi yang terdiri dari

1. Kreativitas

2. Kebernian Mengambil Resiko

3. Ketekunan dan Keuletan

4. Percaya Diri

5. Motivasi Kemandiria

6. Ketrampilan Teknis Kewirausahaan

7. Keterampilan Berkomunikasi

8. Keterampilan dalam Pemecahan Masa

9. Keterampilan dalam Perencanaan p erkiraan masa depan

10. Keterampilan Meganalisis Pasar

11. Keterampilan Mengantisipasi Peluang

12. Cirri-ciri Sikap Mental Produktif :

1. Kerja keras : mau melakukan pekerjaan dengan memeras keringat 2. Ulet : mau bekerja dengan gigih dalam kurun waktu panjang 3. Disiplin : selalu bekerja dengan konsisten dan taat azaz

4. Produktif : selalu membuat karya dalam bentuk apapun dan dimanapun 5. Tanggung jawab : cermat melaksanakan tugas dan menerima segala resiko 6. Motivasi berprestasi: ingin selalu meraih prestasi lebih baik dan meningkat 7. Efektif dan efisien : bekerja cepat, hemat dan langsung pada sasaran 8. Kreatif dan inovatif : selalu melakukan pembenahan dan pembaruan

9. Dinamis : bekerja dengan variatif tidak monoton, tidak terjebak dalam rutinitas 10. Konsisten : emosinya stabil untuk terus bekerja dalam kualitas standar

11. Konsekuen : melaksanakan apa yang telah disepakati bersama

12. Integritas : ucapan dan tindakan selaras, emosi, pikiran dan keimanan terpadu 13. Responsive : cepat tanggap, bekerja cepat dan sikap mengantisipasi

kemungkinan yang timbul

14. Mandiri : tidak tergantung pada orang lain, dan berpegang teguh pada prinsip 15. Memiliki opsesi : keinginan kuat untuk berhasil dan lebih baik.

Materi-materi ini bisa dikembangkan oleh guru BK di sekolah SMK dalam rangka meningkatkan jiwa kewirausahaan di era disrupsi melalu keterlibatan siswa

(8)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING

“PELUANG DAN TANTANGAN KONSELING KARIR DI ERA DISRUPSI”

Tegal,1 Desember 2018

dalam teaching factory. Keberaaan guru BK yang bisa menjadi motivator dan pendamping dalam pembelajaran berbasis teaching factory diharapkan dapat memperkuat keterlibatan siswa dalam teaching factory dan menghasilkan lulusan- lulusan yang mampu berdiri sendiri bahkan mampu menciptakan peluang kerja atau lapangan pekerjaan.

PENUTUP

Era disrupsi merupakan era dimana aktivitas nyata bergeser pada aktivitas dunia maya.

Penggunaaan teknologi yang makin canggih menggesert tenaga-tenaga manusia karena aktivitas sudah berganti menjadi aktivitas mesin- mesin canggih. Generasi sekarang harus mampu memiliki kemampuan berpikir inovatif, kreatif, dan problem solving. Selain itu tergesernya tenaga manusia oleh mesin harus bisa menciptakan generasi yang memiliki jiwa kewirausahaan agar bisa berdiri sendiri bahkan menciptakan lapangan pekerjaan.

Teaching factory sebagai salah satu sarana pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi dan jiwa kewirausahaan. Teaching factory perlu didukung berbagai pihak. Salah satunya keterlibatan BK agar semakin meningkatkan motivasi berwirausaha bagi lulusan SMK

Strategi yang bisa dipakai guru BK adalah pemberian layanan informasi melalui klasikal, buku, leaflet, brosur yang berisi materi materi tentang kewirausahaan

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: PPB FIP UPI.

Direktorat PSMK (2009). Roadmap pengembangan SMK 2010-1-2014. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Pembinaan Sekolah Mennegah Kejuruan (2008). Kewirausahaan dalam Kurikulum SMK. Makalah diajukan dalam seminar wirausaha Kuliner di jurusan Teknologi Industri. Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

Rahmawati. 2000. Pendidikan dan Karier Kewirausahaan. Bandung : PT Sarana Panca Karya Nusa. Ratnijar. 2005. Entrepreneurship. Jakarta : Samudra Buku

Sumitro. 2005. Teori dan Praktik Kewirausahaan. Yogyakarta. Adicipta Group.

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/strategi-pelaksanaan-layanan-bimbingan- dan-konseling…

Referensi

Dokumen terkait

Konsep sistem pemasaran secara mikro adalah aliran barang dan jasa secara langsung dari produsen ke konsumen sehingga mendatangkan kepuasan dan manfaat baik kepada

Hermeneutika yang ditawarkan oleh Khaled, sebenarnya adalah dalam rangka untuk mengkritik perlakuan secara otoriter yang dilakukan oleh komisi fatwa hukum Islam di

mantap. Berikut ini kita akan mempelajari analisis rangkaian di kawasan s, yang dapat kita terapkan pada rangkaian dengan.. sinyal sinus maupun bukan sinus, keadaan mantap maupun

Dilihat dari keseluruhan penilaian aspek perencanaan, masukan, proses dan keluaran yang dinilai masih terdapat kekurangan pada setiap kelompok dan komponennya dan

Desain media labirin math story yang digunakan dalam pembelajaran materi bangun ruang di kelas V SDI Almaarif 01 Singosari merupakan satu set permainan labirin yang terdiri dari

Fenomena pola keletakan makam di perbukitan, penempatan situs jauh dari pemukiman, situs di areal punden berundak, penanda makam bentuk menhir (batu tegak)

Karakteristik individu dengan harga diri rendah meliputi hipersensitivitas, ketidakstabilan, rasa canggung, dan kurang percaya diri. Individu dengan harga diri rendah

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan melihat perlakuan pemberian berbagai jenis pupuk kandang (P) dan Perlakuan komposisi media tanam (M) terhadap pertumbuhan dan